Proposalll Fix Dikonversi
Proposalll Fix Dikonversi
MUHAMMAD IKHRAM
D0117319
SAMPUL .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
ii
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 27
3.6 Teknik Analisa data.................................................................... 29
3.7 Bagan Alur Penelitian ................................................................ 31
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
Begitu juga yang terjadi pada simpang tiga tak bersinyal di Jalan Jendral
Sudirman – Jalan Brawijaya Wonomulyo yang tidak terlepas dari masalah
kemacetan lalu lintas. Ketika melewati daerah tersebut, terutama pada jam-jam
sibuk seperti pagi, siang dan sore hari yang sering terjadi antrian kendaraan
atau kemacetan di simpang tersebut. Daerah tersebut juga merupakan daerah
pertokoan sehingga banyak kendaraan yang terparkir di pinggir jalan atau ruas
jalan pada daerah persimpangan tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk
memperoleh gambaran kondisi simpang tiga tidak bersinyal serta untuk
mencari solusi pemecahan masalah yang terdapat di simpang tersebut. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu MKJI (Manual Kapasitas Jalan
Indonesia) 1997.
1.2 Rumusan Masalah
1. Lokasi penlitian di simpang tiga tak bersinyal pada Jalan Jendral Sudirman
– Jalan Brawijaya Wonomulyo.
7
2. Analisis kinerja simpang tiga tidak bersinyal dilakukan berdasarkan MKJI
1997.
3. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) hari, yaitu hari Senin (mewakili hari
kerja) dan hari Minggu (mewakili hari libur) dari jam 06.00 – 18.00 WITA.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
gambaran mengenai kinerja simpang tiga tak bersinyal serta memberikan cara
penanaganan yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang
terjadi di daerah sekitar simpang tiga tak bersinyal tersebut.
1.6 Sistematika Penulisan
8
hasil penelitian. Dalam bab iini juga berisi tentang saran yang
memuat tentang usulan/pendapat yang harusnya di perhatikan oleh
peneliti lain.
9
1.7 Keaslian Penelitian
1. Dengan ini saya menyatakan sesunggunya bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau
simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari
penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan yang saya salin, tiru,
atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberi pengakuan penulis
aslinya.
2. Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapatkan sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari penyataan ini tidak benar.
Majene, 2020
Yang memberi pernyataan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Simpang
11
pergerakan tersebut (Harianto,2004).
Permasalahan pada persimpangan timbul disebabkan oleh pergerakan lalu
lintas yang datang dari setiap lengan simpangan (belok kiri, lurus, dan belok
kanan) semua akan menggunakan ruang/tempat yang sama dan pada waktu
yang bersamaan pula sehingga menimbulkan titik-titik konflik pada ruang
persimpangan tersebut. Semakin banyak titik konflik yang terjadi pada ruang
persimpangan akan semakin menghambat proses pergerakan arus lalu lintas
dan hal ini akan menyebabkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Jumlah dan
jenis konflik yang terjadi pada suatu persimpangan (belok kiri, lurus, dan belok
kanan) masing- masing akan menghasilkan titik konflik yang berbeda setelah
bertemu dengan pergerakan arus lalu lintas lainnya yang berasal dari ketiga
lengan persimpangan lainnya. Semua pergerakan arus lalu lintas dari setiap
lengan persimpangan akan menghasilkan konflik. Jumlah dan jenis konflik
pada ruang persimpangan akan sangat bergantung pada:
1. Jumlah lengan persimpangan.
2. Jumlah setiap lengan persimpangan.
3. Arah pergerakan arus lalu lintas dari setiap lengan persimpangan (belok
kiri, lurus, dan belok kanan).
4. Pengaturan pergerakan arus lalu lintas.
12
3. Jumlah arah pergerakan yang ada.
4. Bersilangan (weaving), adalah pertemuan dua arus lalu lintas atau lebih
yang berjalan menurut arah yang sama sepanjang suatu lintasan di jalan
raya tanpa bantuan rambu lalu lintas. Gerakan ini sering terjadi pada
suatu kendaraan yang berpindah dari suatu jalur ke jalur lain misalnya
pada saat kendaraan masuk ke suatu jalan raya dari jalan masuk,
kemudian bergerak ke jalur lainnya akan menimbulkan titik konflik pada
persimpangan tersebut.
Alih gerak yang berpotongan lebih berbahaya dari pada 3 jenis alih
kendaraan yang lainnya. Sasaran yang harus dicapai pada pengendalian
simpang antara lain adalah:
1. Mengurangi maupun menghindari kemungkinan kecelakaan yang
disebabkan oleh adanya titik konflik.
2. Menjaga agar kapasitas persimpangan operasinya dapat optimal sesuai
dengan rencana.
3. Harus memberikan petunjuk yang jelas dan pasti serta sederhana dalam
13
mengarahkan arus lalu lintas yang menggunakan persimpangan.
Untuk suatu persimpangan yang pergerakan arus lalu lintas dari setiap
lengan persimpangan cukup rendah, penanganan persimpangan yang dapat
dilakukan adalah dengan perimpangan sebidang tanpa perlunya pengaturan
lampu lalu lintas, yaitu:
a. Pengaturan Prioritas (Priority Junction)
Pada sebuah persimpangan sebidang dengan pengaturan prioritas
14
(priority junction) terdapat 2 (dua) jenis kategori jalan, yaitu: lengan
persimpangan utama (major) dan lengan persimpangan tidak utama
(minor). Lengan persimpangan utama (major) biasanya mempunyai
kapasitas yang lebih besar dan kecepatan yang lebih tinggi relatif
terhadap lengan persimpangan tidak utama (minor). Pada
persimpangan, kendaraan pada jalan utama selalu mempunyai
prioritas yang lebih tinggi dari pada semua kendaraan-kendaraan
15
Penanganan persimpangan sebidang dengan pengaturan kanalisasi
bertujuan untuk memisah lajur lalu lintas yang bergerak lurus dengan
lajur lalu lintas membelok (kiri dan kanan) sehingga pergerakan lalu
lintas dapat lebih mudah dan aman bergerak di ruang persimpangan.
Bentuk pemisah tersebut dapat berupa marka jalan atau pulau.
lalulintas. Menurut Dirjen Bina Marga, kanalisasi yaitu sistem
pengendalian lalu lintas dengan menggunakan pulau atau marka.
Kanalisasi ini bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi titik-
titik dan daerah konflik.Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan
marka-marka jalan, paku-paku jalan, median-median, dan pulau-
pulau lalu lintas yang timbul.
d. Bundaran (roundabout)
Jika volume arus kendaraan pada lengan persimpangan tidak-
utama (minor) relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan volume
pada lengan persimpangan utama (major), maka jenis penanganan
persimpangan yang cocok adalah dengan pengaturan prioritas,
pengaturan kanalisasi, atau pengaturan rambu dan marka. Sedangkan
jika volume arus kendaraan pada lengan persimpangan tidak utama
semakin membesar, maka jenis penanganan yang lebih cocok adalah
pengaturan bundaran (roundabout) atau dengan pengaturan
persimpangan berlampu lalu lintas. Akhirnya, jika volume kendaraan
baik pada lengan utama (major) maupun pada lengan persimpangan
tidak utama (minor) sudah sangat tinggi maka penanganan yang
cocok, yaitu dengan persimpangan tidak sebidang. Penanganan
16
persimpangan dengan pengaturan bundaran (roundabout) dapat
diasumsikan bahwa arus jalan di bundaran merupakan lengan
persimpangan utama (major) sedangkan ruas jalan pada lengan
bundaran merupakan lengan persimpangan tidak utama (minor).
Persyaratan utama bagi berfungsinya penanganan persimpangan
dengan pengaturan bundaran adalah menjamin pergerakan arus
kendaraan pada ruas jalan di bundaran tidak boleh terlambat. Karena
jika terlambat, maka seluruh sistem pergerakan pada bundaran
tersebut akan terlambat total. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberlakukan aturan bahwa kendaraan dari setiap lengan bundaran
(minor). Aturan inilah yang akan menjamin pergerakan kendaraan
pada arus jalan bundaran tidak terlambat.
17
lajur-lajur masuk (Abubakar, 1990, dalam Dwiriyanto, 2012)
2. Lajur-lajur percepatan dan perlambatan
Pada persimpangan-persimpangan antara jalan minor (kecil) dengan
jalan-jalan berkecepatan tinggi, cara yang termudah adalah dengan
menyediakan lajur-lajur tersendiri untuk keperluan mempercepat dan
memperlambat kendaraan. Pengendalian persimpangan dengan lajur-
lajur percepatan dan perlambatan dapat dilihat pada Gambar 2.4.
18
Gambar 2.5 Pengendalian persimpangan dengan lajur-lajur belok kanan
(Abubakar, 1990, dalam Dwiriyanto, 2012)
19
3.5 Kondisi Lalu Lintas
Lingkungan jalan diklasifikasikan dalam kelas menurut tata guna tanah dan
aksesibilitas jalan tersebutdari aktivitas sekitarnya. Hal ini ditetapkan secara
kualitatif dari pertimbangan teknik lalulintas seperti dibawah ini:
a. Komersial (Com) yaitu tata guna lahan komersial (misalnya pertokoan,
rumah makan, perkantoran) dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki
dankendaraan.
b. Permukiman (Res) yaitu tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk
langsung bagi pejalan kaki dankendaraan.
c. Akses terbatas (RA) yaitu tanpa jalan masuk atau jalan masuk langsung
terbatas (misalnya karena adanya penghalang fisik, jalan samping,dsb).
20
Tabel 2.1 Penentuan Kelas Hambatan Samping
Jumlah
Kelas berbobot
Hambatan Kode kejadian Kondisi Khusus
Samping (Sfc) per 200m
perjam
(Dua Sisi)
Daerah pemukiman: jalan
Sangat rendah VL <100
samping tersedia
Daerah pemukiman: beberapa
Rendah L 100-299
angkutan umum dsb
Daerah Industri : beberapa toko
Sedang M 300-499
sisi jalan
Daerah komersial : sktivitas sisi
Tinggi H 500-899 jalan tinggi
3.7 Kapasitas
Co = Kapasitas dasar(smp/jam)
21
FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
a. Lebar Pendekat(W)
Lebar pendekat adalah tempat masuknya kendaraan dalam suatu
lengan persimpangan jalan (MKJI, 1997). Lebar pendekat pada
simpang tak bersinyal untuk jalan minor dapat diketahui dengan
Persamaan 2.2. Lebar pendekat untuk jalan mayor (utama) dihitung
dengan Persamaan 2.3, sedangkan lebar rata – rata pendekat (W1)
dihitung dengan Persamaan 2.4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2.6.
22
WBD= (WB+WD)/2 (2.3)
W1= (WA+ WC+ WB+ WD)/Jumlah lengan. (2.4)
b. Jumlah Lajur
Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan perhitungan
ditentukan dari lebar rata-rata pendekat jalan minor dan jalan utama
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Penentuan Jumlah Lajur
23
1. Kapasitas Dasar (Co)
Kapasitas dasar adalah kapasitas persimpangan jalan total untuk
suatu kondisi tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya. Kapasitas dasar
(Co) untuk setiap tipe simpang dapat dilihat pada Tabel 2.4 dibawah ini.
Tabel 2.4 Kapasitas Dasar Menurut Tipe Simpang
1 322 2700
2 342 2900
3 324 atau 344 3200
4 422 2900
5 424 atau 444 3400
Sumber: MKJI (1997)
24
Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama (FM)
Tipe Faktor Penyesuaian
Uraian
Median Median
Tidak ada median jalan utama tidak ada 1,00
ada median jalan utama, lebar <
3 sempit 1,05
m
ada median jalan utama, lebar ≥
lebar 1,20
3m
Sumber: MKJI (1997)
4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Ukuran Kota Penduduk Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
(CS) (Juta) (FCS)
Sangat kecil < 0,1 0,82
Kecil 0,1 - 0,5 0,88
Sedang 0,5 - 1,0 0,94
Besar 1,0 - 3,0 1,00
Sangat besar > 3,0 1,05
Sumber: MKJI (1997).
25
Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Pemukiman
Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
Rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74
Akses terbatas Tinggi/sedang/rendah 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
Sumber: MKJI (1997)
26
Faktor penyesuaian belok kanan pada simpang dengan 3 lengan
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.11.
FRT = 1,09 – 0,922 x PRT (2.11)
dengan:
PRT = Rasio kendaraan belok kanan (QRT/QTOT)
IT FMI PMI
1,19 x PMI2- 1,19 x PMI + 1,19 0,1 - 0,5
342
2,38 x PMI2- P2,38 x PMI + 1,49 0,5 - 0,9
324 16,6 x PMI4- 33,3 x PMI3+ 25,3 x PMI2- 8,6 x PMI + 1,95 0,1 - 0,3
1,11 x PMI2- 1,11 x PMI + 1,11 0,3 - 0,5
344
-0,555 x PMI2+ 0,555 x PMI + 0,69 0,5 - 0,9
Sumber :MKJI (1997)
dengan:
PMI = Rasio arus jalan minor terhadap arus persimpagan total
27
QTOT : Arus kendaraan bermotor total pada persimpangan dinyatakan
dalam kend/j, smp/j atau LHRT (Lalu lintas harian rata-
rata,smp/jam)
C : kapasitas (smp/jam)
2. Tundaan
28
c. Tundaan Lalu lintas Jalan Minor (DTMI)
Tundaan lalu lintas rata-rata jalan minor ditentukan berdasarkan
tundaan lalulintas rata-rata (DTI) dan tundaan lalu lintas rata-rata jalan
major (DTMA).
DTMI= QTOT x DT1- QMA x DTMA/QMI (2.17)
dengan:
QMA = Arus total jalan utama/mayor (smp/jam)
dengan:
DG = tundaan geometric simpang (det/smp)
DS = derajat kejenuhan
PT = rasio beloktotal
e. Tundaan simpang
Tundaan simpang dihitung menggunakan Persamaan 2.19.
D = DG+DT1 (det/smp) (2.19)
dengan:
DG = tundaan geometrik simpang (det/smp)
29
dengan menggunakan Persamaan 2.20 dan Persamaan 2.21 (MKJI 1997)
:
Qp % batasatas = 47,71 x DS – 24,68 x DS2+ 56,47xD S3
(2.20)
Qp % batas bawah = 9,02 x DS + 20,66 x DS2+ 10,49 x DS3
(2.21)
3. Penilaian Perilaku Lalulintas
Memperkirakan kapasitas dan perilaku lalulintas pada kondisi
tertentu berkaitan dengan rencana geometrik jalan, lalulintas dan
lingkungan. Untuk menilai hasilnya dengan melihat derajat kejenuhan
untuk kondisi yang diamati, dan membandingkannya dengan
pertumbuhan lalulintas tahunan dan umur fungsional yang diinginkan
dari simpang tersebut
30
adanya alternatif 2, hasil analisis didapat angka derajat kejenuhan
menghasilkan penurunan yakni 0,885. Hasil ini masih lebih tinggi dari batas
ijin yang ada dalam MKJI 1997,maka menggunakan alternatif 3 setelah
menggunakan alternatif pertama dan kedua masih melebihi dari batas MKJI
1997 sebesar 0,885, maka menggunakan alternatif 3 dengan pengaturan satu
arah dijalan Prof. Ki. Amri yahya. Hasil analisis alternatif 3 didapat DS
sebesar 0,803 <0,8 batas standar MKJI 1997.
3. Tundaan
a) Tundaan lalulintas simpang (DT1) tertinggi terjadi pada hari Senin
jam 07.15-08.15 yakni selama 82.28detik/smp,
b) Tundaan lalulintas jalan utama (DTMA) tertinggi terjadi pada hari
Senin jam 07.15-08.15 yakni selama 34.22 detik/smp,
c) Tundaan lalulintas jalan minor (DTMI) tertinggi terjadi pada hari
Senin jam 07.15-08.15 yakni selama 647.59 detik/smp,
d) Tundaan geometrik simpang (DG) tertinggi terjadi pada hari Senin
jam 07.15-08.15 yakni selama 4,00detik/smp,
e) Tundaan simpang (D) tertinggi terjadi pada hari Senin jam 07.15-
08.15 yakni selama 86.28detik/smp.
4. Peluang antrian terjadi pada hari Senin jam 07.15-08.15 dengan batas
bawah 67% - batas atas139%.
31
5. Penilaian perilaku lalulintas.
Hasil analisis menunjukan bahwa kapasitas simpang terbesar 3046
smp/jam yang melebihi kapasitas dasar dari 2700 smp/jam, sehingga
nilai derajat kejenuhan tertinggi 1,280 melebihi dari batas yang diijinkan
secara empiris di dalam MKJI 1997 yakni sebesar 0,85 dan peluang
antrian yang melebihi batas pulang antrian normal dengan nilai peluang
antrian batas bawah-atas sebesar 25,80% - 57,28%.
6. Alternatif solusi
Hasil perhitungan perbaikan simpang dengan alternatif 1 sampai
dengan alternatif 2 menunjukan bahwa nilai derajat kejenuhan secara
umum masih diatas 0,85, sehingga perlu direkayasa dengan alternatif 3
yaitu dengan mengunakan median jalan dan hasilnya menunjukan bahwa
nilai derajat. Kejenuhan 0,73 sudah memenuhi batas yang di ijinkan oleh
MKJI 1997.
32
BAB 3
METODE PENELITIAN
33
b. Volume lalulintas, yaitu pencatatan jumlah semua kendaraan yang
melewati simpang, baik belok kiri, belok kanan, maupun lurus dengan
pembagian menurut jenis kendaraan dan pergerakannya.
c. Kondisi lingkungan, yaitu meliputi kelas hambatan samping yang
diperlukan untuk perhitungan.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian
34
1) Untuk lengan Utara dibutuhkan 2 orang surveyor yang
mempunyai tugas sebagaiberikut:
a. Satu orang menghitung jumlah sepeda motor, kendaraan ringan,
kendaraan berat, dan kendaraan tak bergerak ke arah Selatan.
b. Satu orang menghitung jumlah sepeda motor, kendaraan ringan,
kendaraan berat, dan kendaraan tak bermotor yang bergerak ke
arah Barat.
2) Untuk lengan Selatan dibutuhkan 2 orang pengamat yang
mempunyai tugas sebagaiberikut:
a. Satu orang menghitung jumlah sepeda motor, kendaraan ringan,
kendaraan berat, dan kendaraan tak bermotor yang bergerak ke
arah Barat
b. Satu orang menghitung jumlah sepeda motor dan kendaraan tak
bermotor yang bergerak ke arah Utara.
3) Untuk lengan simpan barat dibutuhkan 2 orang pengamat yang
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Satu orang menghitung sepeda motor dan kendaraan tak
bermotor yang bergerak kearah Utara.
b. Satu orang menghitung Kendaraan ringan dan kendaraan berat
yang bergerak kearah Selatan.
3.3.2 Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti melakukan perhitungan volume lalu lintas yang terjadi
pada simpang tiga tak bersinyal Jalan Jendral Sudirman-Jalan
Brawijaya Wonomulyo dimulai dari pukul 6 pagi smpai pukul 6
sore ( 12 Jam ).
2) Peneliti melakukan pengambilan data kondisi geometrik jalan.
3) Peneliti melakukan pengambilan data kondisi lingkungan.
3.3.3 Evaluasi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis dan mengolah data yang telah
dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.
35
3.4.3 Penyusunan Laporan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan
melaporkan hasil-hasil penelitian.
Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari
suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil
penelitian. Berikut ini adalah hasil data dilapangan yang akan diolah dan
dianalisis menggunakan Metode MKJI 1997 yang telah dituliskan pada BAB
II.
36
3.5 Bagan Alur Penelitian
Mulai
Survey Pendahuluan
Rumusan Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Kompliasi Data
Analisis Data
Hasil
Selesai
37
38
39
40