Anda di halaman 1dari 7

Mengkaji Jurnal

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perancangan dan Perilaku Organisasi

Dosen Pengampu : Tonik Sudarmaji

Disusun Oleh :
Achdiat Herdyanna 202134001
Samsi Burhanudin 202135007

Program Studi Teknik Industri


Fakultas Teknologi Industri
Universitas Nadhatul Ulama Al-Ghazali
Cilacap
2021
Judul Astaxanthin Mencegah Efek Nekrosis Dan Peradangan Otot
Pada Tikus yang Mengalami Overtraining
Tahun 2013
Penulis Ristie Darmawan

Latar belakang Olahraga dapat memperlambat proses penuaan tetapi olah raga yang
melebihi kapasitas kemampuan tubuh untuk melakukan pemulihan,
yang disebut overtraining dapat merugikan kesehatan. Beberapa teori
tentang kerusakan yang terjadi pada overtraining disebabkan karena
peumpukan radikal bebas. Penumpukan radikal bebas dapat diturunkan
oleh asupan antioksidan.
Tujuan mengetahui apakah terjadi kerusakan otot pada tikus yang mengalami
overtraining dan untuk mengetahui apakah antioksidan dapat
menurunkan kejadian kerusakan otot pada tikus yang mengalami
overtraining
Metode Penelitian dilakukan terhadap 24 ekor tikus yang dibagi menjadi 3
kelompok, masing-masing berjumlah 8. Kelompok kontrol, kelompok
tikus yang mendapat perlakuan renang selama 10 menit setiap hari
sebanyak 8 ekor, kelompok perlakuan, tikus yang mengalami perlakuan
renang sampai kelelahan dan tidak dapat berenang lagi setiap hari dan
kelompok tikus yang mendapat perlakuan renang sampai kelelahan dan
tidak dapat berenang lagi serta diberikan asupan Astaxanthin 1,2
mg/kgBB setiap hari. Percobaan dilakukan selama 30 hari. Setelah 30
hari, otot gastrocnemius depan tikus diambil dan diamati struktur
histologisnya.

Kelompok kontrol : perlakukan pelatihan normal di mana satu jam


setelah makan tikus direnangkan setiap hari selama 10 menit, dan
diberi minum aquades sekali sehari setiap hari melalui sonde selama
30 hari.
Pada kelompok perlakuan :
- kelompok perlakuan overtraining di mana satu jam setelah makan
tikus direnangkan sekali setiap hari sampai terjadi kelelahan dan tidak
dapat berenang lagi, dan diberi minum aquades sekali sehari setiap hari
melalui sonde selama 30 hari.

- kelompok perlakuan overtraining dan pemberian astaxanthin di mana


satu jam setelah makan tikus direnangkan sampai terjadi kelelahan dan
tidak dapat berenang lagi, diberi larutan astaxanthin dalam Glyserin
sekali sehari melalui sonde selama 30 hari.

Hasil tidak ada perubahan struktur histologis otot gastrocnemius tikus kontrol
yang mendapat perlakuan renang selama 10 menit setiap hari terhadap
tikus yang tidak mendapat perlakuan. Terjadi nekrosis dan peradangan
otot pada kelompok tikus yang mendapat perlakuan renang sampai
terjadi kelelahan setiap hari dan kelompk tikus yang mendapat
perlakuan renang sampai terjadi kelelahan dan diberi asupan astaxanthin
1,2 mg/kgBB yang bermakna ( p<0.05 ). Berdasarkan uji Wilcoxon
didapatkan bahwa pada kelompok yang diberikan astaxanthin 1,2 mg/kg
BB mengalami penurunan nekrosis secara bermakna sebesar 76,47%
dan mengalami penurunan sel radang secara bermakna sebesar 73,33%
dibandingkan dengan kelompok yang direnangkan maksimal saja
Kesimpulan tingkat kejadian nekrosis dan sel radang pada tikus yang diperlakukan
renang maksimal dan diberi asupan Astaxanthin 1,2 mg/kgBB lebih
rendah dari tikus yang diperlakukan renang 10 menit.
Pembahasan Kenapa astaxanthin? Karena dia mempunyai potensi antioksidan yang
lebih tinggi dibanding beta karoten lain
Endurance peningkatan pemakaian oksigenmembentuk radikal
bebaskerusakan ototpenyembuhanpenurunan kemampuan
kompetisi
Penggunaan otot berlebihcidera ototrespon peradanganinvasi
neutrofil yang diikuti makrofagregenerasi
Judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Rokok pada
PT. Gentong Gotri Semarang Guna Mengingkatkan Efisiensi
Biaya Persediaan
Tahun 2013
Penulis Nova Renta P., Handoyo Djoko W., dan Sendang Nurseto

Abstrak Pengendalian persediaan bahan baku yang tepat akan


mengakibatkan pencapaian efisiensi biaya, di mana efisiensi biaya
adalah tujuan dari pengendalian persediaan bahan baku. Hasil
penelitian ini diketahui dengan menggunakan metode EOQ total
persediaan lebih sedikit dan frekuensi pembeliaan lebih kecil
dibandingkan tanpa EOQ, dan terdapat persediaan pengaman
(safety stock) yang telah diperhitungkan sehingga tidak akan terjadi
kelebihan maupun kekurangan bahan baku. PT. Gentong Gotri
Semarang dalam melakukan pembeliaan bahan baku hendaknya
menggunakan metode EOQ agar dapat menghemat biaya
persediaan.
Pendahuluan Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa penunjuang kelancaran suatu
proses produksi dalam perusahaan adalah pengadaan persediaan
bahan baku yang baik. Pelaksanaan kegiatan proses produksi akan
terganggu ketika perusahaan tidak mempunyai bahan baku atau
keterlambatan datangnya bahan baku yang telah dipesan.
Dikatakan juga, persediaan bahan baku yang cukup besar akan
merugikan perusahaan sebab dapat menimbulkan biaya
penyimpanan yang besar.
Proses produksi PT. Gentong Gotri Semarang bergerak bahan baku
utamanya yaitu tembakau yang dibeli dari supplier. Perusahaan
melakukan pembelian atau pemesanan bahan baku rokok tersebut
didasarkan pada kebutuhan bahan baku tahun-tahun sebelumnya
dan dengan melihat posisi stock terakhir digudang, dikarenakan
frekuensi tingkat pemakaian bahan baku dalam proses produksi
yang berbeda sehingga sulit melakukan pengendalian bahan baku
yang efisien. Hal ini mengakibatkan perusahaan kadang mengalami
kelebihan persediaan bahan baku yang berarti penambahan biaya
penyimpanan bahan baku.
Kerangka Teori - Persediaan merupakan suatu aktiva yang berupa barang-barang
milik perusahaan yang yang tersedia untuk dijual, masih dalam
proses produksi atau yang akan digunakan untuk produksi
barang-barang jadi dalam rangka menjalankan kegiatan usaha
suatu perusahaan.
- Bahan baku merupakan bahan yang dipergunakan dalam
perusahaan untuk diolah menjadi bagian dari produk tertentu.
- Efesiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum
guna pencapaian hasil yang optimum. Pengukuran efisiensi
dalam penelitian ini dilihat dari bagaimana cara pengendalian
persediaan bahan baku yang benar dan tepat agar sesuai dengan
kebutuhan dan kesesuaian biaya yang diperlukan untuk
memperoleh keuntungan yang maksimal.
- Biaya-biaya persediaan yaitu total dari biaya penyimpanan dan
biaya pemesanan bahan baku.
- Persediaan pengaman (safety stock) merupakan persediaan
barang yang diadakan sebagai cadangan jika pemesanan barang
datang lebih lama dari waktu tunggu (lead time).
- Reorder Point adalah saat atau titik dimana harus diadakan
pemesanan lagi sedimikian rupa sehingga kedatangan atau
penerimaan material dipesan itu adalah tepat pada waktu.
Metode - Analisis perhitungan EOQ (Jumlah pembelian bahan baku yang
paling ekonomis)

2 DS
EOQ 
C
D = permintaan bahan baku; S = biaya pemesanan; C = biaya
penyimpanan

- Perhitungan persediaan pengaman (safety stock)


Safety stock = Z x S
Z = faktor yang merupakan jumlah deviasi kepercayaan
terhadap pelayanan; S = standar deviasi permintaan selama
tenggang waktu pemesanan
- Penentuan tingkat pemesanan kembali (reorder point)
Reorder point = m + Zs
m = kebutuhan selama lead time; Zs = besarnya safety stock
Hasil Penelitian Pada jurnal ini hasil penelitian dilihat dari perbandingan total biaya
persediaan bahan baku perusahaan dengan dan tanpa menggunakan
metode EOQ untuk mengetahui seberapa besar penghematan total
biaya persediaan dalam perusahaan. Dari hasil perhitungan, total
biaya persediaan tanpa menggunakan metode EOQ jumlahnya
lebih besar dibandingkan dengan TIC perusahaan menggunakan
metode EOQ sehingga terjadi penghematan biaya persediaan.
Setelah dilakukan perhitungan, penulis mendapatkan bahwa pada
tahun 2008 terjadi penghematan dalam biaya persediaan sebesar
Rp. 6.092.298, tahun 2009 penghematan biaya persediaan Rp.
4.399.288, tahun 2010 penghematan sebesar Rp. 3.819.485, tahun
2011 penghematan Rp. 4.280.834, dan tahun 2012 penghematan
biaya persediaan sebesar Rp. 3.645.476. Dari hasil perbandingan
tersebut bahwa total biaya persediaan bahan baku dengan
menggunakan metode EOQ lebih efisien jika dibandingkan tanpa
menggunakan metode EOQ yang selama ini dipakai oleh
perusahan.
Kesimpulan 1. Pembeliaan bahan baku berdasarkan perencanaan pembelian
pada PT. Gentong Gotri Semarang tanpa menggunakan EOQ
dilakukan sebanyak empat kali, sedangkan dengan
menggunakan metode EOQ pembeliaan bahan baku hanya
dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun sehingga
pengeluaran untuk biaya pemesanan menjadi lebih efesien.
2. Persediaan pengaman yang dilakukan oleh pihak perusahaan
sebesar 0,8% dari total pembelian, sedangkan persediaan
pengaman (safety stock) dengan menggunakan EOQ sebesar
1,8% dari total pembelian dengan metode EOQ.
3. Pembelian kembali bahan baku perusahaan belum ada
perhitungan yang tepat dan jelas, hal ini dikarenakan waktu
pembelian bahanbaku tersebut tergantung dari permintaan
manajemen produksi.
4. Total persediaan bahan baku perusahaan (tanpa menggunakan
EOQ) bila dibandingkan dengan metode EOQ lebih besar
sehingga selama ini perusahaan belum terdapat efisiensi dalam
biaya persediaan.

Anda mungkin juga menyukai