LITERASI MEDIA
OLEH:
NUZUL (C1D320059)
LA ODE ANDRIAME (C1D320155)
EKI SAPUTRA (C1D320099)
ANDIKA (C1D320089)
SAWAL IMAN (C1D3200133)
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
PENDIDIKAN MEDIA INDONESIA
Dengan kondisi media massa di indonesia yang hampir sepenehnya yang hampir
sepenuhnya yang dimiliki oleh swasta yang tentunya mendirikan perusahaan media untuk
mendapatkan keuntungan komersial penyampaian pesan kepada khalayak media massa per;lu
dipertimbangkan dampak komersialnya pada media massa.
Media massa hanyam enyajikan isi yang sesuiai dengan keinginan dan selera
khalayaknya. Ukuran keberhasilan satu tayang televisi di tentukan oleh banyaknya jumlah
pemirsa yang di ukur yang berdasarkan peringkat acara yang biasa dinamakn rating. Mekanisme
pembatasan isi tayang televisi pada akhirnya akan terpulang pada mekanisme pasar sejalan
dengan liberalisasi media di indonesia . kekuatan pasarlah yang akan menentukan apakah satu
tayang akan tetap bertahan atau akan berakhir masa penayangannya. Hal ini sejalan dengan
pandangan media komersial yang menempatkan khalayak sebagai konsumen.
Keadaan seperti ini, belum tentu akan terjadi bila kelompok yang dipergunakan adalah
kelompok yang baru di bentuk. Mengingat masing-masing anggota kelompok yang belum
mengenal satu dengan yang lainnya, diperlukan adaptasi dengan kelompoknya. Karena itu,
dalam penyelenggaraan untuk pemberdayaan khalayak media sangat dianjurkan menggunakan
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi yang suadah ada. Pemanfaatan kelompok atau
organisasi yang sudah sangat terbentuk akan sangat membantu menggunakan pendekata
partisipatif yang menuntut keaktifan peserta pelatihan dalam setiap sesi pelatihan.
Model pelatihan melek media untuk pemberdayaan khalayak media ini dapat di implementasikan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi pola konsumsi media massa calon peserta pelatihan yang berasal dari
satu organisasi yang ada di tengah masyarakat. Berdasarkan hasil identifikasi pola
konsumsi media tersebut, diterapkan literasi media yang akan di kembangkan.
2. Menetapkan kriteria pesrta pelatihan. Kriteria peserta pelatihan tersebut di perlukan agar
kelompok belajar yang membentuk merupakan kelompok yang relatif homogen dan tidak
terjadi kesenjangan besar dalam latar belakang peserta pelatihan.
3. Menetapkan kriteria pelatih yang akan mendampingi pembelajaran. Kriteria pelatih yang
mendasar adalah memiliki pengetahuan tentang meidia massa dan memiliki kemampuan
menjadi pelatih dalam pelatihan partisipatoris.
4. Menganalisis kebutuhan belajar peserta. Analisis kebutuhan belajar peserta di lakukan
dengan mengkaji pola konsumsi media calon peserta pelatihan, kemampuan melekmedia
yang dimiliki peserta pelatihan dan permasalahan yang di hadapi peserta pelatihan dalam
mengonsumsi media massa.
5. Berdasasrkan analisis kebutuhan belajar tersebut lalu bersama-sama dengan peserta
pelatihan menentukan tujuan peletihan. Tujuan pelatihan ditetapkan bersama-sama antara
pelatih dan peserta pelatihan karena pendekatan pelatihan adalah pelatihan partisipatoris.
6. Menetapkan kurikulum pelatiahan yang di sesuaikan dengan kebutuhan danm
karakteristik pelatihan. Kurikulum dasar pelatihan melek media menyangkut
:Pengetahuan dunia media massa,Analisis isi pesan media massa,Evaluasi isi pesan media
massa, danKemampuan memproduksi pesan untuk media massa.
7. Menyepakati format evaluasi dengan peserta pelatihan, yang meliputi evaluasi proses
pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan. Evaluasi proses dilakukan untuk bersama-sama
memperbaiki proses pelatihan, sedangkan evaluasi hasil belajar dilakukan untuk melihat
pengaruhhasil belajar pada pesrta pelatihan yang berkenaan dengan perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku mengonsumsi media massa.
8. Mempersiapkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta. Bahan ajar yang
dikembangkan di sesuaikan dengan kurikulum yang dikembangkan.
9. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang di perlukan, terutama contoh-contoh yang di
ambil dari media massa.
10. menyelenggarakan pelatihan yang memberikan ruang besar bagi peserta pelatihan untuk
mengimbangkan topik bahasan yang di angkat dari pengalaman mengonsumsi media
massa.
11. Melakukan evaluasi hasil pelatihan. Evaluasi pelatihan di lakukan peserta pelatihan
dengan menggunakan format evaluasi yang berisi butir-butir evaluasi yang di
kembangkan pelatih dan peserta pelatihan.
Keterbatasan Model
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan yang
muncul sejalan dengan berkembangnya dunia media massa di Indonesia. Kebijakan dalam
bidang media massa di Indonesia yang memberikan kebebasan pada media massa untuk
mengembangkan isi pesan yang akan disampaikan kepada khalayak, mengakibatkan perlunya
mengembangkan kemampuan khalayak media atau yang biasa dikenal dengan pemberdayaan
khalayak media massa.
Namun demikian, model yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki keterbatasan-
keterbatasan sebagai berikut:
1. Model yang dikembangkan terbatas untuk pengembangan literasi media bagi khalayak
pemirsa televisi.
2. Model ini dikembangkan untuk satu kelompok khalayak pemirsa siaran televisi dari sekian
banyak kelompok khalyak sasaran siaran televisi, yakni ibu rumah tangga.
3. Kelompok khalayak televisi yang menjadi sasaran dalam uji-coba model adalah kelompok
khalayak yang berpendidikan minimal SMP/sederajat.
4. Kelompok ibu rumah tangga ini pun, baru di uji cobakan secara terbatas pada kelompok
ibu rumah tangga yang tinggal di perkotaan.
5. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini uji coba tersebut dilakukan pada kelompok
ibu rumah tangga yang relatif homogen yakni ibu rumah tangga perkotaan yang beragama
Islam dan tergabung dalam organisasi masyrakat yang sama yakni Majelis Taklim.
6. Model ini diujicobakan pada kelompok ibu rumah tangga dengan jumlah yang terbatas.