Anda di halaman 1dari 23

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Aktivitas Berpikir

a. Pengertian Aktivitas

Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dapat di jumpai dalam

proses administrasi. Hal ini sejalan dengan pengertian yang di

kemukakan oleh Tjokroamudjojo (1995 : 2010)

“Aktivitas merupakan usaha-usaha yang di kemukakan untuk

melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah

dirumuskan dan ditetapkan untuk melengkapi segala kebutuhan

alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan,

ditempat mana pelaksanaannya, kapan waktu dimulai dan

berakhir, dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan”

b. Pengertian Berpikir

Berfikir merupakan suatu kegiatan mental yang melibatkan

kerja otak. Selain itu, berpikir juga melibatkan seluruh pribadi,

perasaan, dan kehendak manusia. Berpikir juga berarti berjerih

payah secara mental memahami sesuatu yang dialami atau mencari

jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir

juga memuat kegiatan meragukan, memastikan, merancang,

menghitung, mengevaluasi, membandingkan, memilah-milah, atau

5
6

membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan

yang ada, menimbang dan memutuskan.

Dalam islam, seruan berpikir, memperhatikan, dan

mengetahui, tidak dikhawatirkan akan membawa dampak negative

yang bertolak belakang dengan kebenaran agama. Sebab, islam

beranggapan : Kebenaran agama tidak akan bertentangan dengan

kebenaran rasio.

Berpikir juga di sebut sebagai proses berkerjanya akal.

Akal merupakan intinya, sebagai sifat hakikat. Akal merupakan

salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, di

samping rasa untuk mencapai keindahan.

c. Aspek-aspek berpikir

1) Pengetahuan (knowledge)

Kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat

kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah,

ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan

kemampuan untuk menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension)

Kemampuan untuk mengerti atau memahami sesuatu

setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.

3) Penerapan (Application)

Kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-


7

metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan

sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.

4) Analisis (analysis)

Kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu

bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil

dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau

faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.

5) Sintesis (synthesis)

Suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau

unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu

pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6) Penilaian (evaluation)

Kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap

suatu kondisi, nilai atau ide.

d. Macam-macam berpikir

Secara garis besar, ada dua macam berpikir yaitu berpikir

Austistik adalah seseorang melarikan diri dari kenyataan dan

melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis. Sedangkan

berpikir realistis (sering disebut reasoning atau nalar) merupakan

berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.

Floyd L.Ruch, seperti di kutip dalam rakhmat (1994;69), menyebut

tiga macam berpikir realistis, yaitu:


8

1) Berpikir Deduktif

Deduktif merupakan sifat deduksi, kata deduksi berasal

dari kata Latin deducare (de berarti ‘dari’ dan kata ducere

berarti ‘mengantar’,’memimpin’). Dengan demikian, kata

deduksi merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak

dari preposisi yang sudah ada, menuju preposisi baru yang

berbentuk suatu kesimpulan.

2) Berpikir Induktif

Induktif berasal dari kata induksi, Induksi adalah proses

berpikir yang bertolak belakang dari satu atau sejumlah

fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan

(inferensi). Berpikir induktif berarti menarik kesimpulan

umum dari berbagai kejadia (data) disekitarnya. Dasarnya

adalah observasi dan proses pemikirannya adalah sintesis.

3) Berpikir evaluatif

Berpikir evaluatif adalah berpikir kritis, menilai baik

buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir

evaluatif kita tidak menambah atau mengurangi gagasan, kita

menilainya menurut kriteria tertentu.

e. Fungsi Berpikir

1) Pembentukan Pengertian

Pengertian empiris adalah di peroleh dari pengalaman.

Pengertian pengalaman ini akan berubah atau bertambah sesuai

dengan seberapa banyak pengalaman yang didapat dan


9

hasilnya akan berbeda antar setiap individu. Pengertian

Rasional adalah seseorang yang mempunyai pengertian ilmiah

maka akan mengetahui apa hakekat dari apa yang dipikirkan

tersebut.

2) Pembentukan pendapat

3) Pembentukan kesimpulan

Pembentukan kesimpulan merupakan proses

membentuk sebuah pendapat yang berdasarkan atas beberapa

pendapat lain bergantung dari jenis-jenis metode

pemebelajaran. Kesimpulan ini dibedakan menjadi kesimpulan

induktif, deduktif, dan analagi.

f. Tingkatan berpikir

1) Tingkat Konkrit

Proses berpikir lewat bayang atau tanggapan khusus

yang terjadi dari pengamatan panca indera yang bersifat

konkrit. Berpikir dalam tingkatan ini mengandung kesadaran

akan hubungan antara pengamatan satu dengan yang lain dan

belum ada.

2) Tingkat Skematis

Tingkat saat bayang atau tanggapan tidak lagi menjadi

kegiatan konkrit dan seseorang mempunyai gambaran umum.

3) Tingkat Abstrak

Saat seseorang menggunakan pengertian yang dibagi atas

beberapa golongan. Pada proses berpikir, seseorang tidak lagi


10

membayangkan sebuah benda sebab alam fikiran sudah dipenuhi

dengan pengertian umum sebagai bahasa.

g. Aplikasi aktivitas berpikir

1) Leisure time activity

Merupakan aktivitas yang menyenangkan pada saat

waktu luang lansia. terdiri dari membaca koran, menulis,

menonton televise (berita), mengisi teka-teki silang.

2) Hoby activity

Merupakan aktivitas yang menjadi kesukaan lansia.

terdiri dari bermain catur, bermain musik, menjahit,

menyongket,olahraga dll.

2. Konsep Demensia

a. Pengertian demensia

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang

sedemikian beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup

sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada

demensia biasanya di awali dengan kemunduran memori/daya

ingat (pelupa). Demensia terutama di sebabkan oleh penyakit

Alzheimer berkaitan erat dengan usia lanjut. Pokok

masalahnya adalah bagaimana membedakan kemunduran

memori (mudah lupa) yang di sebabkan oleh awal penyakit

Alzheimer dengan yang di sebabkan oleh proses penuaan otak

yang normal (normal brain aging) tidak semua kelupaan


11

adalah tanda awal penyakit Alzheimer (H. Wahjudi Nugroho,

2008).

Demensia lebih merupakan suatu sindrom, bukan

diagnosis, dan merujuk pada penurunan menyeluruh dari

fungsi kortikal luhur yang bersifat progresif dan (biasanya)

irreversible, deangan kesadaran yang baik. Gejalanya meliputi

gangguan memori (jangka pendek dan panjang), bahasa (sering

di jumpai afasia nominal), pemikiran, dan penilaian. Hilangnya

kemampuan hidup sehari-hari (misalnya mencuci, memakai

pakaian, mengatur keuangan) dan perilaku yang abnormal

(misalnya menyerang, berjalan-jalan tanpa tujuan, dan

disinhibisi seksual) juga dapat muncul. Apatis, depresi, dan

ansietas sering terjadi dan mungkin gangguan tidur (Cornelius

Katona, 2012).

b. Tahapan Stadium Demensia

1) Stadium awal

Gejala stadium ini sering di abaikan dan

disalahartikan sebagai usia lanjut atau sebagai bagian

normal dari proses otak menua, oleh para professional,

anggota keluarga, dan orang terdekat penyandang demensia.

Karena proses penyakit berjalan sangat lambat, sulit sekali

untuk menentukan kapan proses ini dimulai. Klien

menunjukkan gejala sebagian berikut:

a) Kesulitan dalam berbahasa


12

b) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna

c) Disorientasi waktu dan tempat

d) Sering tersesat di tempat yang biasa dikenal

e) Kesulitan membuat keputusan

f) Kehilangan inisiatif dan motivasi

g) Menunjukkan gejala depresi dan agitasi

h) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas

2) Stadium menengah

Proses berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata.

Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari dan menunjukkan gejala

sebagai berikut :

a) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru

dan nama orang

b) Tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul

masalah

c) Tidak dapat memasak, membersihkan rumah, ataupun

berbelanja

d) Sangat tergantung pada oranglain

e) Semakin sulit berbicara

f) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet,

mandi, dan berpakaian)

g) Sering mengembara/”ngeluyur” tanpa tujuan. Ngeluyur

ini berupa:
13

h) Terjadi perubahan perilaku

i) Adanya gangguan kepribadian

j) Sering tersesat, walaupun jalan tersebut telah dikenal

(tersesat di rumah sendiri)

k) Dapat juga menunjukkan adanya halusinasi

3) Stadium lanjut

Pada stadium ini terjadi :

a) Ketidakmampuan dan inaktif yang total

b) Tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi

personal)

c) Sukar memahami dan menilai peristiwa

d) Tidak mampu menemukan jalan di sekitar rumah

sendiri

e) Kesulitan berjalan

f) Mengalami inkontinensia (berkemih atai defekasi)

g) Menunjukkan perilaku tidak wajar di masyarakat

h) Akhirnya bergantung pada kursi roda/tempat tidur

(H.Wahjudi Nugroho,B.Sc.,SKM)

c. Tanda gejala Demensia

1) Sukar melaksanakan kegiatan sehari-hari

2) Pelupa

3) Sering mengulang kata-kata

4) Tidak mengenal waktu, ruang, dan tempat. Misal, tidur di

ruang makan
14

5) Cepat marah dan sulit di atur

6) Daya ingat hilang

7) Sulit belajar dan mengingat informasi baru

8) Kurang konsentrasi

9) Kurang kebersihan diri

10) Risiko kecelakaan;jatuh

11) Tremor

12) Kurang koordinasi gerakan

13) Kesulitan memahami visuospasial

14) Menarik diri dari pergaulan di sertai perubahan

perilaku & kepribadian

d. Kriteria Derajat Demensia

a. Ringan

Meskipun kegiatan pekerjaan atau sosial secara menonjol

terganggu, kemampuan untuk hidup mandiri tetap utuh, dengan

hygiene diri yang cukup baik dan daya pertimbangan yang

intak.

b. Sedang

Hidup mandiri kacau, dan usaha pengawasan oleh orang

lain diperlukan

c. Berat

Kegiatan hidup sehari-hari amat terganggu sehingga

pengawasan yang terus-menerus diperlukan (contoh, tak dapat


15

mengatur hygiene diri secara minimalpun, kebanyakan

inkoheren atau mutistik)

e. Tipe-tipe demensia

a. Demensia Alzheimer

Hilangnya ingatan jangka pendek, kesulitan belajar/

menyimpan informasi baru. Disfasia, dispraksia. Kerusakan

awal pada indera penciuman, keyakinan penganiayaan sering

terjadi.

b. Demensia vaskuler

Kemunduran bertahap yaitu hilang ingatan, perubahan

kepribadian, tanda-tanda penyakit vaskuler di tempat lain.

c. Demensia badan Lewy

Kerusakan kognitif berfluktuasi. Halusinasi penglihatan.

Gejala ekstrapiramidal (bradikinesia lebih banyak daripada

tremor), sensitif terhadap obat antipsikosis.

d. Demensia frontotemporal

Misalnya penyakit pick, perubahan kepribadian awal.

Demensia karena penonjolan lobus frontalis, perilaku sosial

yang kasar, tidak dapat di cegah, apatis/kegelisahan, ingatan

baik pada stasium awal.

e. Demensia hidrodefalus tekanan normal

Demensia ini disertai dengan disfungsi lobus frontalis

yang menonjol, inkontinensia urine dan gangguan berjalan

f. Demensia CJD
16

Demensia ini mempengaruhi semua fungsi serebral yang

lebih tinggi. Demensia yang disertai tanda-tanda neurologis,

pyramidal, ekstrapiramidal, serebral dan afasia.

f. Pencegahan

Hal yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir risiko

terjadinya demensia diantaranya dengan menjaga ketajaman daya

ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak lansia, meliputi :

a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak

seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.

b. Membaca Koran/buku, menulis, menonton televisi, bermain

catur, bermain musik merupakan kegiatan yang dapat

merangsang otak untuk berpikir

c. Melakukan kegiatan yang membuat mental sehat yaitu dengan

kegiatan rohani dan memperdalam ilmu-ilmu agama

d. Berinteraksi dengan lingkungan masyarakat dan berkumpul

dengan keluarga

e. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha tetap rileks

dalam menjalani kehidupan sehari-hari

g. Faktor-faktor yang berhubungan dengan demensia

a. Aktivitas kognitif (berpikir)


17

Pada penelitian Verghese,dkk (2003) bahwa demensia

berhubungan dengan berkurangnya partisipasi dalam mengisi

waktu senggang. Aktivias berpikir yang dilakukan antara lain

membaca buku atau Koran, menulis, mengisi teka-teki silang,

permainan kartu, partisipasi dalam kelompok diskusi dan

memainkan alat musik.

b. Tingkat pendidikan

Menurut The Canadian Study of Health and Aging

Tahun 1994 dalam Pernakarya tahun 2008 bahwa lansia dengan

tingkat pendidikan rendah mudah berpeluang 4 kali mengalami

demensia.

c. Umur

Semakin meningkat umur semakin tinggi pula risiko

kejadian demensia.

d. Genetik

Beberapa pasien demensia memiliki gen demensia.

Namun, sebagian orang yang memiliki gen demensia hanya

sedikit yang berkembang menjadi demensia.

e. Riwayat Penyakit

Penyakit infeksi dan metabolisme yang tidak ditangani

serta diabaikan dapat memicu terjadinya demensia.

f. Kebiasaan merokok
18

Penelitian pada binatang percobaan menemukan bahwa

asap rokok menyebabkan perubahan genetik, gangguan

kromosom, menghambat perbaikan DNA yang rusak serta

mengganggu system enzimatik.

g. Riwayat benturan kepala

Benturan kepala menyebabkan proses penyakit pada

individu yang peka. Orang yang sudah menderita luka kepala

serius cenderung akan menderita demensia yang disebut

demensia pugilistica.

h. Asupan zat gizi

Gizi dilihat sebagai salah satu faktor untuk mencegah

demensia Alzheimer. Radikal bebas yang melampaui batas

bertanggungjawab terhadap peroksidasi lemak berlebihan, hal

ini dapat mempercepat proses degeneratif saraf.

h. Pengukuran Fungsi Kognitif

a. MMSE

Salah satu instrument yang di gunakan dalam

penilaian fungsi kognitif adalah Mini Mental State

Examination (MMSE). MMSE merupakan tes yang biasa

digunakan untuk menilai fungsi kognitif lansia yang mencakup

orientasi, memori, atensi, bahasa, kalkulasi, dan kemampuan

konstruksi visuospasial yang terdiri dari 11 pernyataan dengan

total skor maksimal 30 poin (Albert & Freedman, 2010).

b. SPMSQ
19

Short Portable Mental Status Questionnare merupakan

instrument yang digunakan untuk mendeteksi adanya dan

tingkat kerusakan intelektual, terdiri dari 10 hal yang mengetes

orientasi, memori jauh, dan kemampuan matematis.

i. Konsep Lanjut Usia

1. Pengertian lanjut usia

Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang

kesehatan di katakana bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun (maryam dkk,2008)

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut

usia (lansia) apabila usinya >65 tahun. Lansia bukan suatu penyakit

melainkan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress

lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi

stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya

kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual

(Efendi, 2009).

2. Batasan Umur Lanjut Usia


20

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-

batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai

berikut :

a. Menurut UU No. 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang

berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia >60

tahun”.

b. Menurut world Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age)

ialah 45-59 tahun, lanjut usia (erderly) ialah 60-74 tahun, lanjut

usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah

>90 tahun.

c. Menurut Dra. Jos masdani (psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :

pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities)

ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun,

keempat (fase senium) ialah 65-tutup usia.

d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato setyonegoro masa lanjut usia

(geriatric age) : >65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia

(geriatric age) itu sendiri di bagi menjadi tiga batasan umur, yaitu

young old (70-75), old (75-80), dan very old (>80 tahun) (Efendi,

2009)

3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia berdasarkan Depkes RI (2003) dalam maryam

dkk (2009) yang terdiri dari :

a. Pralansia (prasenilis)
21

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

b. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang

berusia 60 tahun dengan masalah kesehatan.

c. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

d. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

4. Proses penuaan

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah

laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat

mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.

Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang

mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan

pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’

sedikit demi sedikit. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai

puncaknya pada usia 20-30 tahun. Setalah mencapai puncak, fungsi

alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat,

kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya

usia (Mubarak. 2009).


22

5. Teori-teori Proses Penuaan

Menurut Maryam,dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan

dengan proses penuaan, yaitu :

a. Teori biologis

1) Teori genetik dan mutasi

Menurut teori ini semua terprogram secara genetik untuk

spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan

biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan

setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

2) Immunology slow theory

System imun menjadi efektif dengan bertambhanya usia

dan masuknya virus ke dalam tubuh yang menyebabkan

kerusakan organ tubuh.

3) Teori stress

Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat

hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel

tubuh lelah terpakai.

4) Teori Radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak

stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-

bahan organik seperti KH dan protein yang menyebabkan sel-

sel tidak dapat melakukan regenerasi.


23

5) Teori rantai silang

Reaksi kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan kuat,

khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabakan

kurangnya elastisitas kekacauan ,dan hilangnya fungsi sel.

b. Teori Psikologi

Perubahan psikologis yang ada data di hubungkan pula

dengan keadaan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang

efektif. Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi

kogntif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka

sulit untuk dipahami dan berinteraksi.

c. Teori Sosial

1) Teori interaksi social

Teori ini menjelaskan kenapa lansia bertindak pada

situasi tertentu yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

masyarakat.

2) Teori penarikan diri

Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita

lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan

seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari

pergaulan sekitarnya.

3) Teori aktivitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses

bergantung bagaimana seseorang lansia merasakan kepuasan


24

dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas

tersebut.

4) Teori kesinambungan

Adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia

5) Teori perkembangan

Bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu

tantangan dan bagiamana jawaban lansia terhadap berbagai

tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif.

6) Teori stratifikasi usia

Pendekatan dilakukan bersifat deterministik dan dapat

dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok

dan bersifat makro.

7) Teori spiritual

Merujuk pada pengertian hubungan individu deangan

alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

6. Tugas Perkembangan Lansia

Adapun tugas perkembangan lansia adalah :

a. Beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik

b. Beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan

c. Beradaptasi terhadapt kematian pasangan

d. Menerima diri sebagai individu yang menua

e. Mempertahankan kehidupan yang memuaskan

f. Menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa


25

g. Menemukan cara mempertahankan kualitas hidup

(Potter & Perry, 2009)

j. Kerangka Konseptual

Lansia menurut
WHO :
1. Middle age
(45-59 th)
2. Elderly
(60-74 th)
3. Old
(75-90 th)
4. Very old
(>90 th)

Aplikasi aktivitas Faktor risiko yang


berpikir : berhubungan dengan
1. Leisure time demensia :
activity (membaca Kejadian
1. Aktivitas Berpikir
Koran, menulis, Demensia
menonton TV, dan Macam-macam
berpikir :
mengisi teka-teki
a. Berpikir Deduktif
silang) b. Berpikir Induktif
2. Hoby activity c. Berpikir Evaluatif
Pengukuran fungsi
(bermain catur, 2.Tingkat Pendidikan
kognitif (berpikir) :
bermain musik, 3. Umur
1. MMSE
menyongket dll. 4. Genetik
2. SPMSQ
5. Riwayat kesehatan
3.
6. Kebiasaan merokok
7. Riwayat benturan
kepala
8. Asupan status gizi
26

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Aktivitas berpikir dengan kejadian demensia


pada lansia di Posyandu Lansia Krembangan Selatan Surabaya

Keterangan
: Kategori yang di teliti
: Kategori yang tidak di teliti
Dari Kerangka di atas dapat dijelaskan bahwa Lansia pasti

mengalami proses penuaan yang menyebabkan penurunan fisik, biologis,

maupun psikologis. Salah satunya demensia akibat perubahan biologis.

Demensia dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, riwayat penyakit, riwayat

trauma, tingkat, umur dan jenis kelamin, status gizi, kebiasaan merokok

serta aktivitas fisik maupun kognitif (berpikir). Aktivitas kognitif,

termasuk didalamnya adalah aktivitas berpikir. Aktivitas berpikir yang

kurang akan menurunkan B-endorfin sehingga gelombang alfa di otak pun

akan ikut turun, hal ini mengakibatkan menurunnya norepinefrin,

dopamine, dan serotonin yang memicu depresi dan kecemasan pada lansia

sehingga mengakibatkan gangguan pada daya ingat (demensia). Pada

penelitian ini, peneliti mencari hubungan antara aktivitas berpikir dengan

kejadian demensia pada lansia.

k. Hipotesis Penelitian
27

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari suatu penelitian.

Dimana didapatkan hipotesis penelitian ini adalah :

Ada hubungan antara aktivitas berpikir dengan kejadian demensia pada

lansia di Posyandu Lansia Krembangan Selatan Surabaya

Anda mungkin juga menyukai