Anda di halaman 1dari 44

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Hakikat Bantingan Uchi Mata

Judo adalah seni bela diri, olahraga, dan filosofi yang berakar dari Jepang

dan telah menjadi olahraga yang popular pada saat ini dan dipertandingkan dalam

berbagai pesta olahraga seperti PON, SEA Games, Asian Games dan Olympiade.

Judo dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang yang disebut Jujutsu. Jujutsu

yang merupakan seni bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong

maupun senjata pendek. Kata jujutsu dan judo ditulis dalam dua karakter China.

Arti Ju pada kedua kata tersebut sama dan berarti lemah lembut atau memberi

jalan. Sedangkan jutsu berarti seni atau latihan dan do berarti prinsip atau cara.

Cara yang menjadi pengertian dari hidup itu sendiri. Jujutsu boleh diterjemahkan

dengan seni yang lemah lembut, judo berarti cara yang lemah lembut untuk

membela diri (Inokuma, I., & Sato, 2001). Jujutsu berisikan teknik-teknik seperti

membanting, memiting, mencekik, mematahkan, persendian, memutar, pukulan,

dan menendang.

Judo yang diselenggarakan di seluruh dunia pada masa sekarang ini adalah

‘Nippon Den Kodokan Judo’ yang dicipkatan serta disempurnakan oleh Prof

Jigoro Kano atau Maha Guru Jigoro Kano pada Tahun 1882 (Sundari, 2018). Judo

diciptakan oleh yang disebut Nippon Den Kodokan. Judo berasal dari teknik-

teknik Jujitsu atau Yawara yang merupakan salah satu jenis Bujutsu (seni bela diri

8
9

tradisional Jepang) yaitu perkelahian tangan kosong (Suwarli, 2016). Adapun

tujuan dari olahraga judo adalah untuk membina mental maupun fisik seseorang,

berjiwa ksatria yang disesuaikan dengan arti daripada judo itu sen-diri, yaitu Ju

berarti kebenaran dan Do berarti jalan. Pemain judo disebut judoka atau pejudo.

Jadi seorang pejudo haruslah berjalan pada garis yang benar sesuai dengan jiwa

seorang ksatria (Achmad, 2013).

Judo pada awalnya adalah suatu kegiatan yang menggunakan tenaga yang

di dalamnya dimungkinkan mengandung pengertian suatu perkelahian,

pertarungan yang sengit untuk mengalahkan lawan dengan cara saling memukul,

menendang, mencekik, bahkan menggigit. Namun pada tahap selanjutnya

pengertian ini berubah karena telah menjadi suatu cabang olahraga yang

dilengkapi dengan peraturan yang dipatuhi oleh para pesertanya. Judo memiliki

pengertian sebagai suatu olahraga yang dilakukan oleh dua orang yang saling

menjatuhkan atau membanting, menguasai, dan mengunci lawannya dalam

keadaan terlentang dengan menggunakan teknik yang benar sehingga tidak

membahayakan keselamatan lawannya.

Dalam olahraga Judo terdapat tingkatan-tingkatan yang ditentukan oleh

kemampuan atau kecakapan atlet atau pejudo yang diberikan oleh pelatih di

perkumpulan, pengurus cabang, pengurus daerah, yang ditandai dengan warna

dari ikat pinggang yang digunakan oleh pejudo dalam latihan atau pertandingan.

Secara umum, warna ikat pinggang wanita dan pria sama (AA, 2011). Tiap

organisasi judo tiap Negara, berdasarkan peraturan International Judo Federation


10

(IJF) atau organisasi judo dunia karena judo tidak mengenal aliran seperti

olahraga karate. Berikut tingkatan dalam olahraga judo, yaitu:

a. Tingkatan Kyu (bukan pemegang ikat pinggang warna hitam)

b. Tingkatan Dan (pemegang ikat pinggang hitam)

Untuk lapangan atau arena pertandingan judo berukuran minimal 14 meter

x 14 meter dan maksimal 16 meter x 16 meter yang ditutup dengan tatami atau

matras. Arena pertandingan dibagi dalam dua daerah. Daerah pertandingan

(Contest Area) ukuran 8 x 8 meter, warna merah, hijau atau warna lain. Daerah

diluar daerah pertandingan (Contest Area) disebut daerah pengaman (Safety Area)

ukuran lebarnya kira-kira 3 (tiga) meter. Di sekeliling Contest Area berwarna biru

atau warna yang berbeda dengan Contest Area. Daerah pertandingan Contest Area

dengan daerah pelindung (Safety Area) harus dua warna yang berbeda. Jadi tidak

perlu ada garis pembatas (Achmad, 2014a).

Untuk Pakaian judo, terdiri atas pakaian judo atau judogi berwarna putih

atau keputih-putihan. Terdiri dari 3 bagian, yaitu: Umagi (baju), Shita-Baki

(celana), dan Obi (sabuk atau ikat pinggang) (Ratnasari, 2018). Dan untuk

mengetahui tingkat seorang pejudo selain melihat warna sabuk adalah dengan

adanya strip yang sesuai dengan warna sabuk pada ujung bawah label judogi,

jumlah strip tersebut sesuai dengan tingkat judo. Ukuran strip 4 cm x 1 cm

(Ratnasari, 2018).

Judo merupakan olahraga prestasi yang mempunyai ciri khas yaitu

olahraga yang berhadapan dengan menggunakan anggota tubuh, berusaha untuk

menjatuhkan lawan dengan cara menarik, mendorong, menjegal, membanting,


11

menekan, menahan, sehingga lawan menempel di atas matras dengan tidak

melanggar peraturan yang telah ditentukan. Satu pertandingan judo berlangsung

selama 3-20 menit. Pemenang ditentukan dengan jalan judoka pertama yang

meraih satu angka, baik dengan bantingan maupun kuncian. Jika setelah waktu

yang ditentukan tidak ada pemain yang memperoleh satu angka, pemain dengan

nilai lebih tinggi menang atau pertandingan berakhir seri (Ratnasari, 2018).

Untuk sistem penilaian di dalam pertandingan judo, satu angka (ippon)

dapat diperoleh dengan jalan bantingan (nage waza). Judoka judoka dapat

mengungguli teknik lawan dengan membantingnya sehingga punggung

membentur lantai terlebih dahulu. Sedangkan untuk kelas atau nomor yang

dipertandingkan pada olahraga judo baik di tingkat nasional maupun internasional

adalah: untuk kelas putri −45𝑘𝑔, −48𝑘𝑔, −52𝑘𝑔, −57𝑘𝑔, −63𝑘𝑔, −70𝑘𝑔, +70𝑘𝑔

dan untuk kelas putra -55𝑘𝑔, −60𝑘𝑔, −66𝑘𝑔, −73𝑘𝑔, −81𝑘𝑔, −90𝑘𝑔, −100𝑘𝑔,

+100𝑘𝑔.

Dalam olahraga judo diperkenankan seorang pejudo melakukan serangan

ke arah kedua kaki lawan seperti menjegal, atau menyapu seperti aturan yang

telah ditentukan. Ada juga cara lain yang dapat digunakan oleh pejudo untuk

menjatuhkan lawan seperti: menyerang dengan menarik baju lalu menjegal kaki

lawan. Oleh karena itu, seorang pejudo harus menguasai teknik serangan, counter,

dan bertahan yang baik untuk memenangkan lawannya. Sebagai salah satu cabang

olahraga, judo dibatasi oleh berbagai peraturan yang terdiri atas:


12

a. Bantingan: kaki seorang peserta terangkat (diangkat) dari matras dan


tubuhnya dibanting dengan punggung yang jatuh menyentuh matras

terlebih dahulu karena dibanting lawannya,

b. Dekapan: salah seorang peserta telah kehilangan kontrol dalam dekapan


lawan di atas matras,

c. Mengunci lengan: tekanan yang diberikan pada siku atau pundak seorang
peserta oleh peserta lain dalam usaha membuatnya menyerah,

d. Tanda menyerah dinyatakan dengan tepukan pada matras atau badan


lawan dengan tangan atau kaki. Apabila tangan atau kaki terkunci

sehingga tidak bisa bergerak, tanda menyerah bisa dilakukan dengan

teriakan.

e. Cekikan: membatasi mengalirnya hawa ke dalam kerong-kongan dan


membatasi mengalirnya darah ke kepala adalah tanda bahaya untuk segera

me-nyerah. Penundaan memberikan tanda menyerah pada cekikan ini

dapat menyebabkan hilangnya kesadaran atau pingsan untuk sementara

waktu (Achmad, 2014b).

Salah satu teknik dalam olahraga judo yaitu teknik bantingan yang

merupakan serangan yang memiliki nilai (Aulia Yolanda, Suci Febriani dan

Sukendro, 2020). Untuk melakukan latihan bantingan ada dua sebutan untuk

pejudo yang sedang melakukan latihan bantingan, yaitu Tori dan Uke. Tori adalah

orang melakukan bantingan, sedangkan Uke adalah orang yang dibanting (Roni &

Ihsan, 2018). Pada olahraga judo terdapat berbagai teknik dasar seperti:

membanting, mengangkat, menarik, mendorong, mencekik atau mengunci


13

persendian lawan. Selain itu perlu dikuasai teknik-teknik jatuhan (ukemi) dan

teknik menghilangkan keseimbangan lawan (kuzushi) (Roni & Ihsan, 2018).

Ada beberapa teknik bantingan dalam judo yang perlu dipelajari seorang

pejudo, namun dalam menghadapi pertandingan biasanya pejudo memiliki teknik

andalan satu atau dua teknik bantingan saja (Basit, 2013). Seorang pejudo harus

mempunyai minimal satu atau dua teknik bantingan yang menjadi andalan, seperti

dijelaskan Inokuma dan Sato dalam Abdul kadir (2011) yakni : “Though you

should be familiar with all kind of nage waza, you will find it to your advantage to

discover the one or two that particularly seem to suit you and work on them until

you have mastered them completely”. Maksud pernyataan di atas adalah, bahwa

para pejudo yang baik harus mengetahui semua teknik “nage waza” dan

mengunggulkan satu atau dua teknik yang paling cocok baginya dan melakukan

latihan-latihan sehingga benar-benar menguasainya. Karena itu seorang pejudo

harus menguasai teknik andalan dengan sebaik mungkin.

Agar teknik bantingan dapat dilakukan dengan sempurna dan peluang

untuk menghasilkan ippon, maka pejudo juga dituntut untuk menguasai unsur-

unsur teknik bantingan itu sendiri, yaitu: menghilangkan keseimbangan lawan

(kuzushi), memindahkan badan pada posisi tertentu (tsukuri), saat melakukan

teknik bantingan (kake) dan saat badan lawan terlempar dengan teknik tertentu

(nage) (AA, 2011). Jika keempat unsur tersebut dilakukan dengan benar oleh

seorang pejudo, maka secara otomatis seorang pejudo dapat melakukan teknik

bantingan dengan ippon adalah nilai sempurna akibat suatu bantingan lawan.
14

Ippon yang sempurna baru akan terjadi apabila seorang pejudo

membanting lawannya jatuh sebagian besar dipunggungnya menyentuh matras

dengan kekuatan dan kecepatan penuh. Untuk dapat melakukan bantingan dengan

nilai ippon tentu diperlukan dukungan kekuatan dan kecepatan membanting

dengan memanfaatkan momentum secara tepat. Bantingan dibagi menjadi tiga

bagian (Anonim, 2019), yaitu: a. Menghilangkan keseimbangan awal lawan

dengan tangan (kuzushi), b. Menghilangkan keseimbangan akhir (tsukuri), dan c.

Pelaksanaan gerak bantingan (kake).

Teknik bantingan (nage waza) dalam olahraga judo berjumlah 40 teknik

yang dibagi atas lima kelompok (https://www.websiteedukasi.com/), yaitu:

a. Kyo I

1) Deasi-Harai: Menyapi kaki lawan saat sedang melangkah maju)

2) Hiza Guruma: Teknik bantingan yang dilakukan dengan berputar

pada lutut.

3) Sase-Tsurikomi-Ashi: Teknik lemparan menopang kaki sambil

menarik dan mengangkat.

4) Uki-Goshi: Teknik bantingan dengan menggunakan sebagian

pinggul

5) Osota-Goshi: Teknik bantingan dengan cara menyapit/menjepit

luar dengan kaki

6) Ogoshi: Teknik bantingan dengan menggunakan seluruh pinggul

7) Ouchi Gari: Teknik bantingan dengan cara menyabit/menjepit dari

dalam dengan kaki.


15

8) Seoi-Nage: Teknik bantingan melalui pundak

b. Kyo II

1) Kosoto-Gari: Teknik bantingan dengan menyabit dari luar ke

dalam

2) Kouchi-Gari: Teknik bantingan dengan menyabit dari dalam ke

luar

3) Koshi-Guruma: Teknik bantingan berputar pada pinggul

4) Tsurikomi-Goshi: Teknik bantingan sambil menarik dan

mengangkat dengan pinggul

5) Okuri-Ashi-Harai: Teknik bantingan dengan sapuan kaki

6) Tai-Otoshi: Teknik bantingan dengan menjatuhkan badan

7) Harai-Goshi: Teknik bantingan dengan sapuan kaki melalui

pinggul

8) Uchi-Mata: Teknik bantingan sambil menyabit/menyapu tangkai

bagian dalam

c. Kyo III

1) Kosot-Gake: Teknik bantingan dengan mengaitkan sendi mata kaki

dari luar

2) Tsuri-Goshi: Teknik bantingan sambil mengangkat pinggul

3) Yoko-Otoshi: Teknik bantingan sambil menjatuhkan diri ke

samping

4) Ashi-Gurumu: Teknik bantingan memutar melalui kaki


16

5) Hane-Goshi: Teknik bantingan dengna menggunakan pingugl

sambil melompat

6) Harai-Tsurikomi-Ashi: Teknik bantingan dengan sapuan kaki

sambil menarik dan mengangkat

7) Tomoe-Nage: Teknik bantingan dengan perut melingkat

8) Kata-Gurumu: Teknik bantingan dengan melakukan gerakan

berputar melalui pundak.

d. Kyo IV

1) Sumi-Gaeshi: Teknik bantingan sudut

2) Tani-Otoshi: Teknik bantingan bagaikan terjatuh ke dalam lembah

3) Hane-Makikomi: Teknik bantingan dengan melompat sambil

memutar/membelit

4) Sukui-Nage: Teknik bantingan seperti menyerok/menimba

5) Utsuri-Goshi: Teknik bantingan sambil bergantin pinggul

6) Oguruma: Teknik bantingan dengan putaran yang besar

7) Soto-Makikomi: Teknik bantingan membelit/membungkus dari luar

8) Uki-Otoshi: Teknik bantingan melayang jatuh

e. Kyo V

1) Osoto-Guruma: Teknik bantingan besar dari samping

2) Uki-Waza: Teknik bantingan melayang

3) Yoko-Wakare Teknik bantingan pemisah samping

4) Yoko-Guruma: Teknik bantingan berputar ke samping

5) Ushiro-Goshi: Teknik bantingan belakang pinggul


17

6) Ura-Nage: Teknik bantingan ke belakang

7) Sumi-Otoshi: Teknik bantingan dengan jatuh ke sudut

8) Yoko-Gake: Teknik bantingan dengan menjatuhkan badan ke

samping.

Teknik bantingan judo (nage waza) bisa dibagi menjadi teknik berdiri

(tachi waza) dan teknik menjatuhkan diri (sutemi waza). Teknik berdiri dibagi lagi

menjadi teknik tangan (te waza), teknik pangkal paha (koshi waza), dan teknik

kaki (ashi waza). Teknik menjatuhkan diri dibagi lagi menjadi teknik

menjatuhkan diri ke belakangan (ma sutemi waza) dan teknik menjatuhkan diri ke

samping (yoko sutemi waza) (Putra, 2020). Secara lebih rinci, teknik bantingan

berdiri (tachi waza) dibagi menjadi beberapa teknik (Putra, 2020), yaitu:

a. Sapuan lutut - hiza guruma

b. Jegal dari belakangan - o soto gari

c. Jegal dari depan - 'ko uchi gari

d. Sapuan samping - deashi barai

e. Bantingan paha - uchi mata

f. Bantingan pangkal paha memutar - o goshi

g. Bantingan pangkal paha ambil - surikomi goshi

h. Bantingan pangkal paha sapuan - harai goshi

i. Lemparan bahu - seoi nage

j. Menjatuhkan tubuh - tai otoshi

k. Lemparan guling belakangan - tomoe nage


18

Namun, pada penelitian ini teknik bantingan focus pada teknik bantingan

uchi-mata. Tehnik uchi-mata adalah tehnik bantingan sambil menyambit dalam

(Inner thigh reapping throw) (Nurfauziah, 2018).Teknik uchi-mata

diklasifikasikan sebagai teknik kaki (Ashi- Waza). Hingga saat ini bantingan

uchimata merupakan teknik favorit bantingan oleh altet judo saat bertanding

karena jika sudah dalam pegangan yang pas dan timing yang pas lawan akan sulit

melakukan counter attack dan akan menghasilkan poin sempurna.

Berikut adalah cara melakukan teknik bantingan uchi-mata, yaitu:

1. Sikap pegangan kanan biasa, da nuke bersikap bertahan dengan kedua

kaki terbuka lebar, dan badan agak condong ke depan.

Gambar 2.1. Gerakan Awal Teknik Bantingan Uchi-Mata

Sumber: https://www.websiteedukasi.com

2. Tori menarik dengan kedua tangannya agar keseimbangan badan Uke

ke kanan depan bisa dihilangkan. Pada saat itu dengan gerakkan

melingkar ke belakang ke kiri Tori, dipindahkan masuk jauh di antara


19

kedua kaki kiri Uke. Usahakan agar tungkai kanan atas Tori berada

dalam keadaan rapat dengan tungkai atas kanan Uke. Lutut kiri Tori

agak ditekuk dan pada saat kaki kanan Tori diayunkan ke belakang

untuk menyapu tungkai atas kiri Uke. Lutut kaki kiri diluruskan

sehingga Uke akan terangkat dan sambil memutar badan bagian atas ke

kiri Tori untuk melempar Uke.

Gambar 2.2. Gerakan LanjutanTeknik Bantingan Uchi-Mata

Sumber: https://www.websiteedukasi.com

3. Uke akan berputar melalui kaki dan pinggul Tori dan terjatuh di depan

Tori. Harus di ingat bahwa semua gerakan tersebut harus kontinyu dan

tidak terputus. Namun, harus diingat bahwa bila Tori tidak

menempatkan kaki kiri cukup dalam di antara kedua Uke maka ayunan

kaki Tori akan mencederai biji kemaluan (buah Zakar) Uke. Dan

apabila tarikan kedua tangan Tori akan mengakibatkan kaki kanannya

masuk cukup dalam di antara kedua kaki Uke.


20

Gambar 2.3. Gerakan Akhir Teknik Bantingan Uchi-Mata

Sumber: https://www.websiteedukasi.com

Inti dari gerakan teknik bantingan uchi-mata adalah Tori perlu

menghilangkan keseimbangan badan uke ke depan atau ke seroang kanan depan

dengan cara Tori menyapu atua menyambit tungkai kaki bagian dalam uke. Pada

teknik uchi-mata, maka Tori harus menarik Uke dengan kedua tangannya agar

dapat menghilangkan keseimbangan uke. Selain menghilangkan keseimbangan

uke, Tori juga harus kuat dan cepat untuk menarik uke dengan ke dua tangannya

agar Tori bisa mendapatkan timing untuk menghilangkan keseimbangan uke.

Pada olahraga judo sangatlah penting memiliki keseimbangan pada level

tertinggi. Karena hal yang paling mendasar untuk judo adalah gerakan tubuh dan

cara menjaga komponen keseimbangan. Pada olahraga judo, setiap atlet harus

dapat mengonrol secara efisien postur dinamisnya karena teknik seni bela diri ini

didasarkan pada perpindahan konstan yang bertujuan mengganggu keseimbangan

lawan agar membuatnya jatuh (Davlin, 2004). Selama perkelahian berlangsung,

setiap judoka belajar menggunakan situasi dinamis yang tidak stabil untuk
21

mengubahnya menjadi keuntungan baginya dengan menggunakan stimulasi

mekanoreseptor otot, artikular dan kulit untuk beradaptasi dengan modifikasi

konstan postur, dukungan, tanah dan kontak mitra (Perrin, Deviterne, Hugel, &

Perrot, 2002).

Dalam olahraga judo, pejudo akan menggunakan kompinasi putaran

(rotation), tarikan (pulling), dorongan (pushing) dan angkatan (lifting) untuk

menuruntkan tingkat stabilitas lawan, sehingga lawan akan mudah untuk

dibanting atau di sapu (Anonim, 2019). Sedangkan lawannya melakukan

perlawanan (counter attack) dengan cara memiringkan tubuhnya ke arah

dorongan dan memiringkan tubuhnya berlawanan arah dengan tarikan. Untuk

meningkatkan stabilitas dan memperkuat sikap bertahan sehingga tidak mudah

diserang lawan, maka pejudo harus memperlebar luas bidang tumpuan dan

mempertahanakan agar proyeksi titik berat badannya (center of gravity) untuk

tetap berada di tengah bidang tumpuannya.

Untuk dapat mempertahankan keseimbangan secara efektif saat

melakukan keterampilan dalam olahraga judo, seperti pada teknik bantingan uchi-

mata, maka pejudo harus meningkatkan: a. Kekuatan (strength) yang memadai

untuk menahan beban tubuh dalam posisi tertentu, dan b. Kemampuan untuk

memindahkan berat badan dengan cepat ke posisi yang besar pada saat yang tepat

(Anonim, 2019). Kemampuan keseimbangan juga dipengaruhi oleh kekuatan otot

yang memilki peran penting untuk mempengaruhi keseimbangan, selain kekuatan

otot kaki kekuatan otot perut, batang ekstremitas juga memiki fungsi untuk

menjaga keseimbangan.
22

Oleh karena itu, untuk dapat melakukan bantingan uchi-mata juga

diperlukan kekuatan. Kekuatan otot yang digunakan dalam teknik bantingan,

khususnya dalam teknik bantingan uchi-mata antara lain: kekuatan otot lengan,

kekuatan otot punggung dan kekuatan otot tungkai. Namun, pada penelitian ini

yang diambil adalah kekuatan otot lengan. Karena kekuatan otot lengan berfungsi

untuk menarik dan mendorong lawan guna menghilangkan kesetabilan dalam

bertahan. Kemudian secara bersama-sama kekuatan otot lengan dan kekuatan

kekuatan otot tungkai menarik dan mengangkat lawan. Selain itu, dalam olahraga

Judo terdapat istilah menghilangkan keseimbangan dengan cara menarik dan

mendorong tubuh lawan dengan tenaga maksimal. Kekuatan oto lengan Judoka

dapat digunakan untuk membanting lawan, atau menahan apabila memiliki

kemampuan untuk mengatasi dan bereaksi terhadap tekanan dari luar.

Genggaman tangan berfungsi untuk menjaga lawan agar tetap berada

dalam penguasaan dengan cara mengaitkan kedua tangan ketika menguasai lawan.

Genggaman tangan yang kurang kuat akan mengakibatkan pegulat kehilangan

lawan saat melakukan penyerangan. Oleh karena itu, berdasarkan teori-teori di

atas dapat disimpulkan bahwa bantingan uchi mata adalah teknik bantingan

sambil menyapu tungkai bagian dalam (Inner Thigh Reaping Throw). Dan untuk

dapat melakukan teknik bantingan tersebut diperlukan keseimbangan dan

kekuatan otot lengan.


23

2. Hakikat Keseimbangan

Keseimbangan sangan menonjol dalam kegiatan sehari-hari seperti: duduk,

berjalan, berdiri dan juga dalam berbagai jenis cabang olahraga. Oleh karena itu,

keseimbangan merupakan salah satu kondisi fisik dan komponen gerak yang

sangat penting. Karena prasyarat dasar untuk mendapatkan penampilan

keterampilan olahraga agar berhasil adalah dengan memelihara kedudukan

equilibrium yang terkendali tanpa menghiraukan berbagai tenaga internal dan

eksternal yang bekerja pada tubuh. Sehingga, kemampuan untuk mempertahankan

keseimbangan dalam berbagai macam posisi dalam melakukan keterampilan

sangat penting, karena akan menentukan hasil akhir setiap gerak yang dilakukan.

Definisi keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem

neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita

bergerak (Harsono, 2001). Menurut Ratinus Darwis dalam (Nurhikmah, 2019),

keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem saraf otot

tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kta bergerak. Selain itu

menurut Ann Thomson dalam Nala (2015), keseimbangan adalah kemampuan

untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam

keadaan statis atau dinamis, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan

tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi. Keseimbangan menurut O’Sullivan

dalam Irfan (2012) adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi

pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Kemampuan tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak


24

dapat dipisahkan dari faktor lingkungan yang berperan dalam pembentukan

keseimbangan.

Berdasarkan definisi keseimbangan dari para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa keseimbangan adalah kemampuan seseorang untuk

mempertahan system neumoscular atau sikap yang efisien dalam waktu yang

lama. Cara untuk menyatakan keseimbangan ialah bahwa jumlah dari seluruh

gaya yang bekerja pada objek tersebut harus sama dengan nol. Keseimbangan

adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi

tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa komponen-komponen

keseimbangan menurut Kahle & Tevald (2014: 68) berperan penting dalam

kualitas keseimbangan seseorang yang bermanfaat bagi kehidupan seharihari.

Adapun manfaatnya sebagai berikut: (1) mencegah cedera, (2) meningkatkan

ketangkasan gerak, (3) efesiensi dan efektivitas gerak, (4) mempermudah melatih

teknik gerakan.

Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah menyangga

tubuh untuk melawan gravitasi dan faktor-faktor ekternal lain, mempertahankan

pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta

menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Kemampuan untuk

menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia

mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien (Irfan, 2012).


25

Keseimbangan merupakan kemampuan mempertahankan sikap dan posisi

tubuh secara tepat pada saat berdiri (static balance) atau pada saat melakukan

gerakan (dynamic balance) (Widiastuti, 2015).

a. Keseimbangan statis

Dalam keseimbnagan statis, ruang geraknya sangat kecil, misalnya

berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta api),

melakukan hand stand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-

putar di tempat. Keseimbangan statis diperlukan saat duduk atau berdiri

diam.

b. Keseimbangan dinamis

Kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain

titik dengan mempertahankan keseimbangan, misalnya menari, latihan

pada kuda-kuda atau palang sejajar, ski air, skating, sepatu roda dan

sebagainya. Keseimbagan dinamis diperlukan saat jalan, lari atau gerakan

berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya dalam suatu ruang (Nala,

2015).

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh

dengan didukung oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu. Kemampuan

untuk menyeimbangkan masa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat

manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. Keseimbangan

merupakan interaksi yang kompleks dan integrasi/interaksi sistem sensorik

(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk propioceptor) dan


26

muskuloskeletal (otot, sendi dan jaringanlunak lain) yang dimodifikasi/di atur

dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, dan area

asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi ekternal dan internal

(Karakoc, Sanioglu, Taskin, & Taskin, 2015).

Kontrol atau keseimbangan postural digambarkan sebagai kapasitas untuk

membuat penyesuaian atau mempertahankan penyesuaian untuk menjaga pusat

gravitasi tubuh pada landasan penyangga (Kean, Behm, & Young, 2006).

Keseimbangan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi,

lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu. Menurut

Soedarminto dalam Irham (2018), keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

a. Tingginya titik berat dan dasar menumpu

b. Letak garis berat di dalam dasar menumpu

c. Luas dasar menumpu

d. Massa obyek

e. Geseran

f. Posisi segmen badan

g. Faktor penglihatan dan psikologi

h. Faktor fisiologis.

Perkembangan keseimbangan menjadi masalah penting dalam dunia

olahraga, jika keseimbangan seseorang tidak bagus maka akan berpengaruh

dalam melakukan kegiatan olahraga. Begitu juga dalam olahraga judo. Dimana
27

dalam olahraga judo, keseimbangan yang dominan dibutuhkan adalah

keseimbangan statis. Karena tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan

adalah menyangga tubuh dalam melawan gravitasi dan faktor eksternal lain,

untuk mempertahankan massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu,

serta menstabilitasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak (Liemohn,

Baumgartner, & Gagnon, 2005). Keseimbangan berhubungan erat dengan

komponen kekuatan dan koordinasi.

Oleh karena itu, hampir sebagian besar kegiatan yang dilakukan

seseorang baik dalam aktivitas sehari-hari maupun dalam aktivitas olahragara

memerlukan keseimbangan. Sedangkan letak keseimbangan yang dilihat dari

letak titik berat manusia saat berdiri normal akan berbeda-beda sesuai dengan

bentuk tubuh, umur dan jenis kelaminnya. Pada sikap berdiri normal, letak titik

berat pada seorang dewasa kira-kira setinggi vertebra sokralis ke atas. Dan

untuk wanita dewasa, letaknya kira-kira 55% dari tinggi badannya, sedangkan

pada pria letaknya kira-kira 56% dari tinggi badannya (Soedarminto, 2007).

Keseimbangan yang baik akan memungkinkan seseorang melakukan

aktivitas atau gerak yang efektif dan efisien dengan risiko jatuh yang minimal.

Dimana tubuh mampu mempertahankan posisinya dalam melawan gravitasi

dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar

seimbang dengan bidang tumpu serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian

tubuh lain bergerak (Sofiyan, 2021). Menurut Lee & Scudds dalam Supriyono

(2015), bahwa keseimbangan dibutuhkan untuk mempertahankan posisi dan


28

stabilitas ketika bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain, dimana kurangnya

aktivitas fisik dapat menjadi faktor risiko gangguan keseimbangan.

Adapun komponen pengontrol keseimbangan dalam tubuh manusia

berupa: komponen informasi sensoris (visual, somatosensori, vestibular),

respon otot-otot sinergis, kekuatan otot, adaptasi, lingkup gerak sendi.

Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh system indera yang terdapat di tubuh

manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu system mengalami gangguan

maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh (imbalance), sistem

indera yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual, vestibular, dan

somatosensoris (tactile & proprioceptive) (Abdurachman., 2017).

Gambar 2.4. Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan

Sumber: (Abdurachman., 2017)

Hilangnya keseimbangan dalam judo dapat terjadi dalam delapan arah,

yaitu: depan, belakang, kanan, kiri dan ke arah empat diagonal. Pola-pola

penerapan gaya (kekuatan) digunakan untuk menghilangkan keseimbangan (off-


29

balance) termasuk dorongan (push), tarikan (pull), dan dorongan yang disertai

dengan lepasan pegangan (release), tarikan yang disertai dengan release,

dorongan tarikan (force couple), tarikan-dorongan (force couple), dan kombinasi

dari teknik-teknik di atas. Kombinasi pasangan gaya dorongan-tarikan dan

tarikan-dorongan mengakibatkan rotasi tubuh lawan di sekitar sumbu

longitudinalnya (Akuthota, Ferreiro, Moore, & Fredericson, 2008).

Terdapat dua sikap siap dalam judo, yaitu: sikap alamiah (shizentai) dan

sikap bertahan (jigotai). Pada sikap shizentai, posisi tubuh tegak dengan posisi

kaki sedikit lebih lebar dari selebar panggul dan tungkai sedikit ditekuk. Ketika

diubah menjadi sikap bertahan, maka pejudo (judoka) merendahkan titik berat

badannya dengan memperbesar tekukan lututnya dan memperbesar luas bidang

tumpuannya. Togok dipertahankan tetap menghadap lawan dan berat badan

berada di tengah bidang tumpuannya.

Berdiri dalam keadaan diam membuat tingkat keseimbangan itu lebih

tinggi, akan tetapi bila tumit diangkat demikian juga kedua lengan maka titik berat

badan makin tinggi dan dasar menumpu membuat keseimbangan tersebut menjadi

lebih berat. Letak garis berat turut mempengaruhi keseimbangan, karena bila

proyeksi garis berat jatuh di luar bidang tumpuh maka ketidakseimbangan makin

tinggi. Bila gaya yang ditentang oleh badan itu gaya ke bawah dan gravitasi, maka

makin dekat garis berat pada titik pusat menumpu makin stabil keseimbangan

(Irham, 2018).
30

Para pejudo saling berhadapan dan berpegangan pada baju (judogi). Baju

dipegang dengan kuat pada kerah dan lengan baju dengan kuat oleh jari-jari.

Pegangan ini memperbesar ruang gerak yang lebih besar. Pegangan pada kerah

baju akan memudahkan untuk melakukan control terhadap bagian tengah tubuh

lawan, sedangkan pegangan pada lengan baju memudahkan momen gaya (moment

of force) untuk diapllikasikan pada togok. Karena judoka harus selalu bersiap

untuk saling menyerang, maka gerakan yang dilakukan harus cepat, langkah

bergeser dengan fleksi lutut untuk merendahkan titik berat badan. Kedua kaki

harus selalu disilangkan atau dilangkahkan secara bersamaan (Inokuma, I., &

Sato, 2001).

Persiapan untuk bantingan (throw) terdiri dari gerakan-gerakan yang

dilakukan oleh kedua pejudo, dengan mencari timing yang tepat dan posisi yang

diperlukan untuk menghilangkan keseimbangan lawan. Seperti yang telah

dijelaskan di atas bahwa keseimbangan merupakan fungsi sensorimotor kompleks

yang memungkinkan orientasi tubuh dalam ruang dan membantu dalam stabilisasi

postural. Dengan merangsang mekanoreseptor otot, dan articular, atlit dapat

beradaptasi dengan modifikasi konstan dari postur, dukungan, tanah dan lawan.

Dalam judo, menjaga keseimbangan saat berdiri merupakan faktor kunci untuk

melakukan gerakan baik secara teknik maupun taktik yang bertujuan untuk

menganggu keseimbangan lawan dengan menciptakan situasi dinamis yang tidak

stabil (Sterkowicz et al., 2016).


31

Keseimbangan dan stabilitas merupakan dua istilah yang saling berkaitan,

tetapi mempunyai arti yang berbeda. Keseimbangan (equilibrium/balance)

mengimplikasikan koordinasi dan control. Pejudo yang mempunyai keseimbangan

yang baik dapat mempertahakan keadaan seimbangnya dan menetralisisr kekuatan

(dorongan/tarikan) yang menganggu gerakannya. Sedangkan untuk musuh pejudo,

ketika mencoba mempertahankan keseimbangannya dapat berasal dari kekuatan

luar (external forces), seperti gravitasi, gesekan atau kekuatan yang diberikan oleh

lawan. Sedangkan stabilitas berkaitan dengan seberapa besar tahanan yang

diciptakan pejudo untuk mengatasi gangguan keseimbangannya. Semakin stabil

seorang pejudo, maka semakin besar tahanan yang diciptakan untuk melawan

kekuatan yang diciptakan oleh lawannya (Eric Margnes, 2011).

Berdasarkan dari penjelasan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali. Keseimbangan

memiliki peran dalam kesuksesan seorang atlit dalam melakukan keterampilan

olahraga seperti: mengubah arah, berhenti, memulai, memegang, menggerakkan

objek apa pun, menyesuaikan tubuh ke posisi tertentu.

3. Hakikat Kekuatan Otot Lengan

Adanya perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh setiap atlet, maka

sangat penting untuk mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan atlet terutama status kondisi fisiknya. Perlunya

pengetahuan tentang status kondisi fisik seorang atlet adalah untuk dapat
32

meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh atlet tersebut. Memiliki kondisi

fisik yang prima merupakan salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh

atlet dalam rangka peningkatan prestasi bahkan dapat dikatakan sebagai

keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi (Sajoto,

2000). Dan salah satu kondisi fisik yang memiliki peran penting dalam

mendukung aktivitas manusia terutama bagi seorang atlet adalah kekuatan.

Begitu juga pada cabang olahraga judo, dimana pada olahraga judo

mengandalkan kekuatan terutama ketika melakukan teknik bantingan yang

merupakan ciri khas dari olahraga ini.

Berikut adalah definisi kekuatan dari beberapa ahli, diantaranya:

menurut Yoda dalam Putu dkk (2016), kekuatan adalah kemampuan otot untuk

membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan. Kemampuan untuk

menggerakkan daya semaksimal mungkin untuk mengatasi sebuah tahanan

beban yang berat merupakan suatu defenisi dari kekuatan yang ada pada otot

(Lahinda, 2019). Kekuatan adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam

sekali usaha maksimal (Ismaryati, 2006). Kekuatan otot adalah kemampuan

otot melawan beban dalam satu usaha (Irianto, 2004).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

kekuatan adalah kemampuan sekelompok otot untuk melakukan kontraksi

dalam satu usaha melawan beban. Secara mekanis kekuatan otot didefinisikan

sebagai gaya (force) yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot

dalam suatu satu kontraksi maksimal. Kekuatan adalah komponen yang sangat

penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kekuatan otot


33

yang dibutuhkan untuk mengembangkan power, muscle endurance, stamina,

agility, kecepatan (speed), dan kelentukan. Serta kemampuan untuk

membangkitkan tegangan pada suatu tahanan (Dwi, 2007).

Untuk dapat meningkatkan kemampuan seorang atlet dalam melakukan

suatu teknik dasar dalam suatu olahraga, maka atlet atau pelatih harus

mengetahui kekuatan apa yang akan dipergunakan. Karena dalam kegiatan

olahraga kekuatan sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal.

Karena setiap cabang olahraga tentu memerlukan kekuatan, namun berapa

besar kekuatan yang dibutuhkan serta jenis kekuatan yang mana yang

dibutuhkan tergantung pada cabang olahraga yang digeluti. Tidak hanya untuk

dapat mencapai hasil yang maksimal, kekuatan juga dibutuhkan agar atlet tidak

mudah mengalami cidera pada saat latihan maupun pertandingan. Oleh karena

itu, kekuatan merupakan unsur yang sangat penting ketika melakukan aktivitas

olahraga, hal ini disebabkan karena kekuatan merupakan daya penggerak, dan

pencegah cidera (Ismaryati, 2008).

Ada beberapa jenis kekuatan. Lutan (2001) membagi kekuatan menjadi

tiga, yaitu: kekuatan maksimum, kekuatan elastis, dan daya tahan kekuatan.

Sedangkan menurut Bompa dalam Ismaryati (Ismaryati, 2011) kekuatan terbagi

beberapa jenis, yaitu: kekuatan umum, kekuatan khusus, kekuatan maksimum,

daya tahan kekuatan dan kekuatan absolut dan kekuatan relatif. Djoko Pekik

(2002) berpendapat bahwa kekuatan dikelompokan menjadi beberapa jenis antara

lain: kekuatan umum, kekuatan khusus, kekuatan eksplosif, kekuatan daya tahan,

kekuatan maksimum, kekuatan absolut dan kekuatan relatif.


34

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kekuatan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Kekuatan Umum

Kekuatan umum adalah kekuatan yang berhubangan dengan sistem

otot secara keseluruhan. oleh karena itu harus dikembangkan semaksimal

mungkin.

b. Kekuatan Khusus

Kekuatan khusus adalah kekuatan otot tertentu yang diperlukan

pada gerakan utama suatu cabang olahraga.

c. Kekuatan maksimum.

Kekuatan maksimum merupakan gaya atau tenaga terbesar yang

dihasilkan oleh otot yang berkontraksi dengan tidak menentukan beberapa

cepat suatu gerakan dilakukan atau berapa lama gerakan itu dapat

diteruskan. ini ditunjukan oleh beban terberat yang dapat diangkat dalam

satu kali usaha.

d. Daya Tahan Kekuatan

Daya tahan kekuatan adalah kemampuan otot-otot untuk terus

menerus mengunakan daya dalam menghadapi meningkatnya kelelahan.

Daya tahan kekuatan adalah kombinasi antara kekuatan dan lamanya

gerakan. Daya tahan kekuatan ditampilkan dalam bentuk serangkaian

gerak yang berkesinambungan mulai dari menggerakkan beban ringan

berulang – ulang.
35

e. Kekuatan Absolut

Kekuatan absolut kemampuan seseorang untuk mengeluarkan

kekuatan secara maksimum tanpa memperhatikan berat badannya.

f. Kekuatan Relatif.

Kekuatan relatif adalah kekuatan yang ditunjukan dengan

perbandingan antara kekuatan absolut (Absolut Strength) dan berat badan

(Body Weight). Dengan demikian kekuatan relatif bergantung pada berat

badan, semakin berat badan seseorang maka semakin berat pulak peluang

untuk menampilkan kekuatannya.

g. Kekuatan Elastis.

Kekuatan elastis adalah tipe kekuatan yang sangat diperlukan

dimana otot dapat bergerak cepat terhadap suatu tahanan, kombinasi

dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak disebut power.

Kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi otot dari

kemungkinan cedera, dengan kekuatan atlet akan dapat lebih cepat melakukan

teknik yang diinginkan dalam cabang olahraga. Otot merupakan suatu organ atau

alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Jika sel otot mendapat rangsangan

maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan

dirinya ke arah tertentu (berkontraksi) (Syaifuddin, 1997). Sehingga, kekuatan

otot dapat didefinisikan sebagai kemampuan otot untuk menggerakkan kekuatan

(Atomojo, 2007). Kekuatan pada otot dipengaruhi oleh ukuran panjang dan besar

kecilnya serabut otot. Semakin besar tenaga/kekuatan yang ingin dihasilkan,


36

semakin banyak serabut otot yang digunakan (Pribadi, Angga Rachmat. Tirto

Apriyanto., 2017).

Kekuatan otot tergantung kepada besar kecilnya penampang lintang

ototnya. Semakin besar penampang lintang ototnya maka semakin besar ototnya.

Besar kekuatan adalah fungsi ikutan dari tiga faktor menurut Zatzyorski (Fardi,

2004), yaitu:

a. Koordinasi antar otot, yang merupakan interaksi dari berbagai kelompok

otot selama. Dalam suatu kegiatan fisik yang membutuhkan kekuatan akan

terjadi koordinasi yang memadai antara kelompok-kelompok otot yang

mengikutsertakan bagian-bagian ini dalam kegiatan tersebut.

b. Koordinasi dalam otot itu sendiri, kekuatan yang dikerahkan tergantung

juga pada unit-unit persyarafan otot yang serentak berperanserta dalam

suatu tugas.

c. Kekuatan reaksi otot pada impuls syaraf, yang merupakan suatu reaksi otot

pada latihan sudah dapat dirangsang kira-kira 30% dari potensinya.

Otot sangat berfungsi bagi tubuh manusia. Setiap otot memiliki fungsi

masing-masing dan bekerja menurut fungsinya. Salah satu otot yang digunakan

pada cabang olahraga judo terutama saat melakukan teknik bantingan uchi-

mata adalah otot lengan. Lengan merupakan bagian tubuh manusia yang

termasuk pada ekstrimetis. Lengan mempunyai tiga bagian otot yang

menopang bagian lengan diantaranya adalah otot bahu, otot pangkal lengan

atas, dan otot lengan bawah. Otot yang berada pada bagian lengan atas antara
37

lain sebagai berikut: a) Otot-otot ketul (fleksor) dan b) Otot kedang (ekstensor)

(Wirasasmita, 2014). Otot lengan terdiri dari biceps, triceps dan forearm

(Aderai, 2006).

Gambar 2.5. Otot lengan bagian atas


Sumber: (Wirasasmita, 2014)

Selain otot lengan bagian atas, otot yang berada pada lengan bagian

bawah, yaitu: a) Otot-otot kedang yang memainkan peranannya dalam

pengetulang di atas sendi siku, sendi tangan, sendi jari, dan sebagian dalam

gerak silang radius; dan b) Otot-otot ketul yang mengedangkan siku dan tangan

serta ibu jari dan meratakan radius (Wirasasmita, 2014).


38

Gambar 2.6. Otot lengan bagian bawah


Sumber: (Wirasasmita, 2014)

Secara anatomi struktur otot lengan seorang manusia terdiri dari otot

lengan atas dan otot lengan bawah (Setiadi, 2007). Untuk otot lengan atas terdiri

dari otot dorsal dan ventral. Untuk otot dorsal terdiri atas: muskulus tricep brachi,

muskulus ankoenus dan untuk otot ventral terdiri atas : muskulus biceps brachi,

muskulus brachialis, muskulus kurakobrachialis (Delevier, 2006). Otot lengan

bawah terbagi menjadi otot radial dan dorsal. Otot-otot tersebut memiliki

berbagai peranan dalam terjadinya gerakan. Otot lengan bawah terdiri dari otot

radial dan otot dorsal, untuk otot dorsal dikelompokan menjadi dorsal

superfisial, otot dorsal bagian dalam ulunar dan otot dorsal kelompok radial

(Delevier, 2006).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa kekuatan otot

adalah kmempuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban, menahan atau

memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas olahraga. Begitu juga dalam cabang

olahraga judo, dimana dalam aktivitasnya menggunakan kekuatan, termasuk ketika


39

melakukan teknik bantingan uchi-mata. Orang yang melakukan bantingan harus

mempunyai kekuatan lengan yang sangat kuat. Karena kekuatan lengan

sangatlah penting, karena fungsinya untuk menarik dan mendorong,

menghilangkan keseimbangan lawan (kuzushi), juga memindahkan atau

menarik sebagian atau seluruh tubuh dari satu tempat ke tempat lain. Kekuatan

menarik otot lengan adalah kemampuan otot lengan untuk membawa suatu

benda mendekat pada tubuh (Harsono, 2001).

Kekuatan menarik merupakan hasil kerja otot yang berupa kemampuan

untuk menarik beban, salah satunya adalah kekuatan otot pada bagian lengan

yang berfungsi untuk mobilitas pada persendian lengan. Sedangkan kekuatan

mendorong lengan adalah kemampuan otot lengan untuk mendorong suatu

benda menjauh pada tubuh (Harsono, 2001). Sedangkan kekuatan mendorong

merupakan hasil kerja otot yang berupa kemampuan untuk mendorong beban,

salah satunya adalah kekuatan otot pada bagian lengan yang berfungsi untuk

mobilitas pada persendian lengan.

Dengan demikian latihan yang bisa dikembangkan untuk dapat menarik

atau mendorong ialah dengan mengontraksikan otot-otot yang berada di sekitar

lengan. Untuk melatih kekuatan yang baik maka seorang atlet Judo harus

meningkatkan kekuatan otot lengannya dengan cara melatih kekuatannya.

Latihan-latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah: “ latihan

tahanan (resistence exercise ) dimana kita harus mengangkat, mendorong beban

atau bobot dari luar (external exercise)” (Irianto, 2009).


40

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kekuatan otot merupakan komponen kondisi fisik seseorang yang diciptakan

oleh otot atau sekelompok otot yang digunakan tubuh serta melawan tahanan

atau beban dalam aktifitas tertentu serta melindungi tubuh dari cedera.

Kekuatan otot merupakan salah satu penunjang bagi seorang atlit untuk

melakukan berbagai teknik dalam olahraga salah satunya adalah teknik

bantingan uchi-mata pada olahraga judo. Karena kekuatan lengan sangatlah

penting, karena fungsinya untuk menarik dan mendorong, menghilangkan

keseimbangan lawan (kuzushi), juga memindahkan atau menarik sebagian atau

seluruh tubuh dari satu tempat ke tempat lain

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Keseimbangan Terhadap Hasil Bantingan Uchi Mata

Keseimbangan merupakan salah satu kondisi fisik dan komponen gerak

yang sangat penting. Karena prasyarat dasar untuk mendapatkan penampilan

keterampilan olahraga agar berhasil adalah dengan memelihara kedudukan

equilibrium yang terkendali tanpa menghiraukan berbagai tenaga internal dan

eksternal yang bekerja pada tubuh. Sehingga, kemampuan untuk mempertahankan

keseimbangan dalam berbagai macam posisi dalam melakukan keterampilan

sangat penting, karena akan menentukan hasil akhir setiap gerak yang dilakukan.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan

tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi. Kemampuan tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak


41

dapat dipisahkan dari faktor lingkungan yang berperan dalam pembentukan

keseimbangan. Cara untuk menyatakan keseimbangan ialah bahwa jumlah dari

seluruh gaya yang bekerja pada objek tersebut harus sama dengan nol.

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali.

Adapun manfaat dari keseimbangan adalah: (1) mencegah cedera, (2)

meningkatkan ketangkasan gerak, (3) efesiensi dan efektivitas gerak, (4)

mempermudah melatih teknik gerakan. Tujuan dari tubuh mempertahankan

keseimbangan adalah menyangga tubuh untuk melawan gravitasi dan faktor-

faktor ekternal lain, mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar dan

seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian

tubuh lain bergerak. Keseimbangan merupakan kemampuan mempertahankan

sikap dan posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri (static balance) atau pada

saat melakukan gerakan (dynamic balance). Keseimbangan melibatkan berbagai

gerakan di setiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem muskuloskeletal dan

bidang tumpu.

Kemampuan untuk menyeimbangkan masa tubuh dengan bidang tumpu

akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dan integrasi/interaksi sistem

sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk propioceptor) dan

muskuloskeletal (otot, sendi dan jaringanlunak lain) yang dimodifikasi/di atur

dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, dan area

asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi ekternal dan internal. Kontrol
42

atau keseimbangan postural digambarkan sebagai kapasitas untuk membuat

penyesuaian atau mempertahankan penyesuaian untuk menjaga pusat gravitasi

tubuh pada landasan penyangga. Keseimbangan juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan

pengalaman terdahulu.

Adapun komponen pengontrol keseimbangan dalam tubuh manusia

berupa: komponen informasi sensoris (visual, somatosensori, vestibular),

respon otot-otot sinergis, kekuatan otot, adaptasi, lingkup gerak sendi.

Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh system indera yang terdapat di tubuh

manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu system mengalami gangguan

maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh (imbalance), sistem

indera yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual, vestibular, dan

somatosensoris (tactile & proprioceptive).

Hilangnya keseimbangan dalam judo dapat terjadi dalam delapan arah,

yaitu: depan, belakang, kanan, kiri dan ke arah empat diagonal. Pola-pola

penerapan gaya (kekuatan) digunakan untuk menghilangkan keseimbangan

(off-balance) termasuk dorongan (push), tarikan (pull), dan dorongan yang

disertai dengan lepasan pegangan (release), tarikan yang disertai dengan

release, dorongan tarikan (force couple), tarikan-dorongan (force couple), dan

kombinasi dari teknik-teknik di atas. Kombinasi pasangan gaya dorongan-

tarikan dan tarikan-dorongan mengakibatkan rotasi tubuh lawan di sekitar

sumbu longitudinalnya.
43

Persiapan untuk bantingan (throw) terdiri dari gerakan-gerakan yang

dilakukan oleh kedua pejudo, dengan mencari timing yang tepat dan posisi

yang diperlukan untuk menghilangkan keseimbangan lawan. Seperti yang telah

dijelaskan di atas bahwa keseimbangan merupakan fungsi sensorimotor

kompleks yang memungkinkan orientasi tubuh dalam ruang dan membantu

dalam stabilisasi postural. Dengan merangsang mekanoreseptor otot, dan

articular, atlit dapat beradaptasi dengan modifikasi konstan dari postur,

dukungan, tanah dan lawan.

Dalam judo, menjaga keseimbangan saat berdiri merupakan faktor

kunci untuk melakukan gerakan baik secara teknik maupun taktik yang

bertujuan untuk menganggu keseimbangan lawan dengan menciptakan situasi

dinamis yang tidak stabil. Pejudo yang mempunyai keseimbangan yang baik

dapat mempertahakan keadaan seimbangnya dan menetralisisr kekuatan

(dorongan/tarikan) yang menganggu gerakannya. Sedangkan untuk musuh

pejudo, ketika mencoba mempertahankan keseimbangannya dapat berasal dari

kekuatan luar (external forces), seperti gravitasi, gesekan atau kekuatan yang

diberikan oleh lawan. Semakin stabil seorang pejudo, maka semakin besar

tahanan yang diciptakan untuk melawan kekuatan yang diciptakan oleh

lawannya.

Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat

dibuat hipotesis bahwa terdapat hubungan antara keseimbangan terhadap hasil

bantingan uchi-mata.
44

2. Hubungan Antara Kekuatan Otot Lengan Terhadap Hasil Bantingan

Uchi Mata

Salah satu kondisi fisik yang memiliki peran penting dalam mendukung

aktivitas manusia terutama bagi seorang atlet adalah kekuatan. Begitu juga pada

cabang olahraga judo, dimana pada olahraga judo mengandalkan kekuatan

terutama ketika melakukan teknik bantingan yang merupakan ciri khas dari

olahraga ini. Kekuatan adalah kemampuan sekelompok otot untuk melakukan

kontraksi dalam satu usaha melawan beban. Secara mekanis kekuatan otot

didefinisikan sebagai gaya (force) yang dapat dihasilkan oleh otot atau

sekelompok otot dalam suatu satu kontraksi maksimal.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan seorang atlet dalam melakukan

suatu teknik dasar dalam suatu olahraga, maka atlet atau pelatih harus

mengetahui kekuatan apa yang akan dipergunakan. Namun berapa besar

kekuatan yang dibutuhkan serta jenis kekuatan yang mana yang dibutuhkan

tergantung pada cabang olahraga yang digeluti. Tidak hanya untuk dapat

mencapai hasil yang maksimal, kekuatan juga dibutuhkan agar atlet tidak

mudah mengalami cidera pada saat latihan maupun pertandingan. Oleh karena

itu, kekuatan merupakan unsur yang sangat penting ketika melakukan aktivitas

olahraga, hal ini disebabkan karena kekuatan merupakan daya penggerak, dan

pencegah cidera.

Kekuatan pada otot dipengaruhi oleh ukuran panjang dan besar kecilnya

serabut otot. Semakin besar tenaga/kekuatan yang ingin dihasilkan, semakin

banyak serabut otot yang digunakan. Kekuatan otot tergantung kepada besar
45

kecilnya penampang lintang ototnya. Semakin besar penampang lintang ototnya

maka semakin besar ototnya. Otot sangat berfungsi bagi tubuh manusia. Setiap

otot memiliki fungsi masing-masing dan bekerja menurut fungsinya. Salah satu

otot yang digunakan pada cabang olahraga judo terutama saat melakukan teknik

bantingan uchi-mata adalah otot lengan. Secara anatomi struktur otot lengan seorang

manusia terdiri dari otot lengan atas dan otot lengan bawah

Orang yang melakukan bantingan harus mempunyai kekuatan lengan

yang sangat kuat. Karena kekuatan lengan sangatlah penting, karena fungsinya

untuk menarik dan mendorong, menghilangkan keseimbangan lawan (kuzushi),

juga memindahkan atau menarik sebagian atau seluruh tubuh dari satu tempat

ke tempat lain. Kekuatan menarik otot lengan adalah kemampuan otot lengan

untuk membawa suatu benda mendekat pada tubuh. Kekuatan menarik

merupakan hasil kerja otot yang berupa kemampuan untuk menarik beban,

salah satunya adalah kekuatan otot pada bagian lengan yang berfungsi untuk

mobilitas pada persendian lengan. Sedangkan kekuatan mendorong lengan

adalah kemampuan otot lengan untuk mendorong suatu benda menjauh pada

tubuh. Sedangkan kekuatan mendorong merupakan hasil kerja otot yang berupa

kemampuan untuk mendorong beban, salah satunya adalah kekuatan otot pada

bagian lengan yang berfungsi untuk mobilitas pada persendian lengan.

Kekuatan lengan pejudo dapat membanting lawan, atau menahannya

apabila memilki kemampuan untuk mengatasi dan bereaksi terhadap tekanan

dari luar. Penggunaan teknik-teknik dalam judo tentu melibatkan kekuatan dari

otot-otot yang dimiliki oleh seorang atlet terutama kekuatan lengan. Hal ini
46

dikarenakan fungsi dari kekuatan otot lengan adalah untuk menarik,

mendorong, menghilangkan keseimbangan lawan (kuzushi), juga memindahkan

atau menarik sebagian atau seluruh tubuh dari satu tempat ke tempat lain.

Peranan kekuatan otot lengan dalam melakukan bantingan sangatlah penting

karena di samping dapat menunjang dalam memperoleh nilai bantingan

menghilangkan keseimbangan dengan cara menarik dan mendorong tubuh

lawan dengan tenaga maksimal.

Penggunaan kekuatan dalam melakukan bantingan selain digunakan untuk

awalan juga digunakan pada saat melepaskan bantingan. Kekuatan yang

digunakan dapat terdiri dari kekuatan otot lengan, kekuatan otot kaki serta

kekuatan genggaman. Pada saat melakukan bantingan, maka pejudo perlu

melakukan genggaman dan memerlukan kekuatan otot lengan yang maksimal

sehingga momentum daya ledak dapat disalurkan dengan baik. Genggaman atau

grip sangat penting dalam pelaksanaan bantingan uchi-mata, dengan memusatkan

daya ledak di tangan, apabila genggaman tidak kuat maka bantingan uchi-mata

tidak maksimal.

Setiap individu memiliki tingkat kekuatan yang berbeda-beda sehingga

hasil yang didapat dalam bantingan setiap individu akan berbeda pula. Saat

melakukan bantingan uchi-mata, kekuatan otot lengan mempunyai peranan yang

sangat penting terhadap keberhasilan bantingan yang akan memberikan tenaga

saat melakukan tarikan ataupun dorongan sehingga dapat menghilangkan

keseimbangan lawan.
47

Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat

dibuat hipotesis bahwa terdapat hubungan antara kekuatan otot lengan terhadap

hasil bantingan uchi-mata.

3. Hubungan Antara Keseimbangan Dan Kekuatan Otot Lengan Secara

Bersama-Sama Terhadap Hasil Bantingan Uchi Mata

Judo adalah seni bela diri, olahraga, dan filosofi yang berakar dari Jepang

dan telah menjadi olahraga yang popular pada saat ini dan dipertandingkan dalam

berbagai pesta olahraga seperti PON, SEA Games, Asian Games dan Olympiade.

Judo dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang yang disebut Jujutsu. Jujutsu

yang merupakan seni bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong

maupun senjata pendek. Kata jujutsu dan judo ditulis dalam dua karakter China.

Arti Ju pada kedua kata tersebut sama dan berarti lemah lembut atau memberi

jalan. Sedangkan jutsu berarti seni atau latihan dan do berarti prinsip atau cara.

Cara yang menjadi pengertian dari hidup itu sendiri. Jujutsu boleh diterjemahkan

dengan seni yang lemah lembut, judo berarti cara yang lemah lembut untuk

membela diri. Jujutsu berisikan teknik-teknik seperti membanting, memiting,

mencekik, mematahkan, persendian, memutar, pukulan, dan menendang.

Judo yang diselenggarakan di seluruh dunia pada masa sekarang ini adalah

‘Nippon Den Kodokan Judo’ yang dicipkatan serta disempurnakan oleh Prof

Jigoro Kano atau Maha Guru Jigoro Kano pada Tahun 1882. Adapun tujuan dari

olahraga judo adalah untuk membina mental maupun fisik seseorang, berjiwa

ksatria yang disesuaikan dengan arti daripada judo itu sendiri, Judo merupakan
48

olahraga prestasi yang mempunyai ciri khas yaitu olahraga yang berhadapan

dengan menggunakan anggota tubuh, berusaha untuk menjatuhkan lawan dengan

cara menarik, mendorong, menjegal, membanting, menekan, menahan, sehingga

lawan menempel di atas matras dengan tidak melanggar peraturan yang telah

ditentukan. Dimana pemenang ditentukan dengan jalan judoka pertama yang

meraih satu angka, baik dengan bantingan maupun kuncian. Jika setelah waktu

yang ditentukan tidak ada pemain yang memperoleh satu angka, pemain dengan

nilai lebih tinggi menang atau pertandingan berakhir seri.

Dalam olahraga judo diperkenankan seorang pejudo melakukan serangan

ke arah kedua kaki lawan seperti menjegal, atau menyapu seperti aturan yang

telah ditentukan. Ada juga cara lain yang dapat digunakan oleh pejudo untuk

menjatuhkan lawan seperti: menyerang dengan menarik baju lalu menjegal kaki

lawan. Oleh karena itu, seorang pejudo harus menguasai teknik serangan, counter,

dan bertahan yang baik untuk memenangkan lawannya. Salah satu teknik dalam

olahraga judo yaitu teknik bantingan yang merupakan serangan yang memiliki

nilai.

Untuk melakukan latihan bantingan ada dua sebutan untuk pejudo yang

sedang melakukan latihan bantingan, yaitu Tori dan Uke. Tori adalah orang

melakukan bantingan, sedangkan Uke adalah orang yang dibanting. Ada beberapa

teknik bantingan dalam judo yang perlu dipelajari seorang pejudo, namun dalam

menghadapi pertandingan biasanya pejudo memiliki teknik andalan satu atau dua

teknik bantingan saja. Agar teknik bantingan dapat dilakukan dengan sempurna

dan peluang untuk menghasilkan ippon, maka pejudo juga dituntut untuk
49

menguasai unsur-unsur teknik bantingan itu sendiri, yaitu: menghilangkan

keseimbangan lawan (kuzushi), memindahkan badan pada posisi tertentu (tsukuri),

saat melakukan teknik bantingan (kake) dan saat badan lawan terlempar dengan

teknik tertentu (nage). Jika keempat unsur tersebut dilakukan dengan benar oleh

seorang pejudo, maka secara otomatis seorang pejudo dapat melakukan teknik

bantingan dengan ippon adalah nilai sempurna akibat suatu bantingan lawan.

Namun, pada penelitian ini teknik bantingan focus pada teknik bantingan

uchi-mata. Tehnik uchi-mata adalah tehnik bantingan sambil menyambit dalam

(Inner thigh reapping throw) Teknik uchi-mata diklasifikasikan sebagai teknik

kaki (Ashi- Waza). Hingga saat ini bantingan uchimata merupakan teknik favorit

bantingan oleh altet judo saat bertanding karena jika sudah dalam pegangan yang

pas dan timing yang pas lawan akan sulit melakukan counter attack dan akan

menghasilkan poin sempurna. Inti dari gerakan teknik bantingan uchi-mata adalah

Tori perlu menghilangkan keseimbangan badan uke ke depan atau ke seroang

kanan depan dengan cara Tori menyapu atua menyambit tungkai kaki bagian

dalam uke. Pada teknik uchi-mata, maka Tori harus menarik Uke dengan kedua

tangannya agar dapat menghilangkan keseimbangan uke. Selain menghilangkan

keseimbangan uke, Tori juga harus kuat dan cepat untuk menarik uke dengan ke

dua tangannya agar Tori bisa mendapatkan timing untuk menghilangkan

keseimbangan uke.

Pada olahraga judo sangatlah penting memiliki keseimbangan pada level

tertinggi. Karena hal yang paling mendasar untuk judo adalah gerakan tubuh dan

cara menjaga komponen keseimbangan. Pada olahraga judo, setiap atlet harus
50

dapat mengonrol secara efisien postur dinamisnya karena teknik seni bela diri ini

didasarkan pada perpindahan konstan yang bertujuan mengganggu keseimbangan

lawan agar membuatnya jatuh. Selama perkelahian berlangsung, setiap judoka

belajar menggunakan situasi dinamis yang tidak stabil untuk mengubahnya

menjadi keuntungan baginya dengan menggunakan stimulasi mekanoreseptor

otot, artikular dan kulit untuk beradaptasi dengan modifikasi konstan postur,

dukungan, tanah dan kontak mitra.

Untuk dapat mempertahankan keseimbangan secara efektif saat

melakukan keterampilan dalam olahraga judo, seperti pada teknik bantingan uchi-

mata, maka pejudo harus meningkatkan: a. Kekuatan (strength) yang memadai

untuk menahan beban tubuh dalam posisi tertentu, dan b. Kemampuan untuk

memindahkan berat badan dengan cepat ke posisi yang besar pada saat yang tepat.

Kemampuan keseimbangan juga dipengaruhi oleh kekuatan otot yang memiliki

peran penting untuk mempengaruhi keseimbangan, selain kekuatan otot kaki

kekuatan otot perut, batang ekstremitas juga memiki fungsi untuk menjaga

keseimbangan.

Oleh karena itu, untuk dapat melakukan bantingan uchi-mata juga

diperlukan kekuatan. Kekuatan otot yang digunakan dalam teknik bantingan,

khususnya dalam teknik bantingan uchi-mata antara lain: kekuatan otot lengan,

kekuatan otot punggung dan kekuatan otot tungkai. Namun, pada penelitian ini

yang diambil adalah kekuatan otot lengan. Karena kekuatan otot lengan berfungsi

untuk menarik dan mendorong lawan guna menghilangkan kesetabilan dalam

bertahan. Kemudian secara bersama-sama kekuatan otot lengan dan kekuatan


51

kekuatan otot tungkai menarik dan mengangkat lawan. Selain itu, dalam olahraga

Judo terdapat istilah menghilangkan keseimbangan dengan cara menarik dan

mendorong tubuh lawan dengan tenaga maksimal. Kekuatan oto lengan Judoka

dapat digunakan untuk membanting lawan, atau menahan apabila memiliki

kemampuan untuk mengatasi dan bereaksi terhadap tekanan dari luar.

Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat

dibuat hipotesis bahwa terdapat hubungan antara keseimbangan dan kekuatan otot

lengan secara bersama-sama terhadap hasil bantingan uchi-mata.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari kerangka konseptual dan

kerangka berpikir di atas, peneliti merumuskan hipotesis masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara keseimbangan terhadap hasil bantingan uchi

mata.

2. Terdapat hubungan antara kekuatan otot lengan hasil bantingan uchi mata.

3. Terdapat hubungan antara keseimbangan dan kekuatan otot lengan

secara bersama-sama terhadap hasil bantingan uchi mata

Anda mungkin juga menyukai