LP CKD Sutiah
LP CKD Sutiah
LP CKD Sutiah
NAMA : SUTIAH
NIM :2720190123
LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE
(CKD)
NAMA : SUTIAH
NIM :2720190123
A. Konsep Teori CKD
1. Pengertian
Sulystianingsih, 2018).
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini
penderita gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga disebut sebagai
dan metode perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah
PGK stadium akhir yang disebut juga gagal ginjal memerlukan biaya
perawatan dan penanganan yang sangat tinggi untuk hemodialisis atau
transplantasi ginjal. Penyakit ini baik pada stadium awal maupun akhir
pada PGK lebih tinggi daripada kejadian berlanjutnya PGK stadium awal
Gambar 2.1
setinggi iga ke 12, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga
kesebelas.
di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar transversus abdominis,
trauma langsung, disebelah posterior (atas) dilindungi oleh iga dan otot-
bantalan usus yang tebal.Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan
1) Nefron
2) Glomerulus
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut
besar dalam plasma terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan
tertinggal.
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil
urin dibuat pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat
c. Fungsi Ginjal
pH darah.
kreatinin)
(pestisida)
kalsium di usus.
darah
3. Klarifikasi
Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure
(CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk
membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD
dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa masih dalam stage –
stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk menentukan derajat
rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya
3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau
b) Asimptomatik
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
mL/menit/1,73m2)
29mL/menit/1,73m2)
5) Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG <
4. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
dan bilateral.
amiloidosis.
timbale.
h. Nefropati obstruktif
netroperitoneal.
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk
sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh.
BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang
status uremik.
c. Asidosis
d. Anemia
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
menurun.
CKD
Penurunan fungsi ekskresi ginjal retensi Na & P H²O Kadar Ureum sekresi eritropoitin
Sindrom uremia tidak mampu sekresi asam (H) CES meningka Sindrom uremia produksi HB menurun
Gg. Keseimbangan asam basa tekanan kapiler naik pruritus (gatal) oksihemoglobin
Produksi asam meningkat asidosis Vol. Intertersial naik Sensasi menggaruk suplai darah dan O² ke jaringan tidak adekuat
As. Lambung naik hiperventilasi edema Timbulnya lesi fituge (kelemahan umum)
normokrom normositer.
2) Stomatitis uremia
3) Pankreatitis
c. Kelainan mata
d. Kardiovaskuler :
1) Hipertensi
2) Pitting edema
3) Edema periorbital
e. Kelainan kulit
1) Gatal
f. Neuropsikiatri
h. Neurologi :
2) Konfusi
3) Disorientasi
4) Kejang
7) Perubahan Perilaku
i. Kardiomegali.
pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus
Uremik
kreatinin)
Hiperkalemia
Hipermagnesia
Hiperurisemia
Kardiovaskular Hipertensi
Edema
Edema paru
Pneumonitis
Hemolisis
Kecenderungan perdarahan
pneumonia,septikemia)
Pruritus
“kristal” uremik
kulit kering
memar
Stomatitis, parotitid
Gastritis, enteritis
Diare
intermedier Karbohidrat-hiperglikemia,kebutuhaninsulin
menurun
Konsentrasi buruk
Apati
Letargi/gelisah, insomnia
Kekacauan mental
Koma
Osteodistropi ginjal
rennin-angiotensin aldosteron
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. Neuropati perifer
j. Hiperuremia
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
a) Ureum kreatinin
b) Kimia darah
c) Elektrolit
d) Imunodiagnosis
Nilai normal :
mL/detik/m2
b. Diagnostik
b) USG.
c) Nefrotogram.
d) Pielografi retrograde.
e) Pielografi antegrade.
a) RetRogram
b) USG.
9. Penatalaksanaan
a. Terapi Konservatif
renal Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan
masuk).
b. Asidosis metabolik
K+ (hiperkalemia ) :
2) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama
dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.
c. Anemia
2) Anemia hemolisis
peritoneal dialisis.
hemodialisis ).
1. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialysis yang
pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang
yang terjadi secara difusi dan ultrafikasi, kemudian darah kembali lagi ke
nitrogen yang terdiri atas ureum, kreatinin, serta asam urat ; dan elektrolit
seperti kalium, fosfor, dan lain-lain yang berlebihan pada klien gagal
mempunyai tujuan :
asam urat.
3. Prinsip Hemodialisa
Menurut Muttaqin & Sari (2011) disebutkan bahwa ada tiga prinsip yang
a. Difusi
b. Osmosis
c. Ultrafiltrasi
a. Dosis hemodialisa
reduction ratio (URR) dan urea kinetic modeling (Kt/V). Nilai URR
dialisis dianggap cukup bila nilai URR 65-70% dan nilai Kt/V 1,2-1,4.
5. Terapi Hemodialisa
darah. Hal ini dapat mengganggu cara kerja dialyzer dan proses
aliran darah dalam dialyzer dan selang tetap lancar. Terapi yang digunakan
karena mudah diberikan dan efeknya bekerja cepat, juga mudah untuk
hemodialisa, yaitu :
2) Repeated bolus
selesai.
hemodialisa selesai.
c. Regional Citrate
mengurangi kadar kalsium ion dalam darah. Hal ini dapat dilakukan
yaitu :
d. Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada
minum, padahal asupan cairan pada pasien penyakit ginjal kronik perlu
g. Kram otot
h. Hipotensi
i. Aritmia
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang
azotemia berat.
k. Hipoksemia
l. Perdarahan
m. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
sakit kepala.
o. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
11.Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masayarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu: pe
ngumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan dan prioritas masalah (Mubarak,
2006:73). Menurut Doenges (1999:626) pengkajian pada pasien gagal
ginjal adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Kelelahan ekstrem, kelemahan,malaise.
Gangguan tidur (Insomnia/gelisah atau somnolen)
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak.
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat
Palpitasi : nyeri dada (Angina)
Tanda: Hipertensi: nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting
pada kaki, telapak, tangan.
Disritmia jantung.
Nadi lemah halus, hipertensi ortostatik menunjukkan
hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Friction rub pericardial (Respons terhadap akumulasi sisa).
Pucat;kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan.
3. Integritas Ego
Gejala: Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
Tanda: Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala: Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (Gagal
tahap lanjut). Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
coklat, berawan. Oliguria, dapat menjadi anuria.
5. Makanan/Cairan
Gejala: Peningkatan berat badan cepat (Edema), penurunan berat
badan (Malnutrisi) Anoreksia. Nyeri ulu hati,
mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(Pernapasan amonia).
Penggunaan diuretik
Tanda: Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (Tahap akhir)
Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (Umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan
tak bertenaga.
6. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, penglihatan kabur.
Tanda: Gangguan status mental, contoh penurunan lapang
perhatian.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri panggul, sakit kepala;kram otot/nyeri kaki
(Memburuk saat malam hari)
Tanda: Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
8. Pernapasan
Gejala: Napas pendek; dispnea noktural paroksimal; batuk
dengan/tanpa sputum kental dan banyak
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman
(Pernapasan kusmaul), Batuk produktif dengan sputum
merah muda encer (Edema paru).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial (Mubaraq, 2006:81).
Menurut Smeltzer, (2001:1451-1456) pasien gagal ginjal kronis
memerlukan asuhan keperawatan yang tepat untuk menghindari
komplikasi akibat menurunnya fungsi renal dan stress serta cemas
dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa ini. Diagnosa
keperawatan potensial untuk pasien-pasien ini mencakup yang berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urin, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan
perubahan membran mukosa mulut.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program penanganan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisis.
6. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pemasangan
jarum infus dan jarum cimino/hemodialisa.
c. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien (Mubaraq, 2006:84). Menurut Smeltzer,
(2001:1452-1454) perencanaan keperawatan dari diagnosa diatas
adalah:
1. Diagnosa keperawatan: Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan
cairan.
Kriteria hasil:
Klien tidak sesak napas, edema ekstrimitas berkurang,
produksi urine >600 ml/hari.
Intervensi:
1. Kaji status cairan:
1) Timbang berat badan harian.
2) Keseimbangan masukan dan haluaran.
3) Turgor kulit dan adanya edema.
4) Distensi vena leher.
5) Tekanan darah, denyut dan irama nadi.
Rasional: Pengkajian merupakan dasar dan data dasar
berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
2. Batasi masukan cairan.
Rasional: Pembatasan cairan akan menentukan berat badan
ideal, haluaranurin, dan respon terhadap alergi.
3. Identifikasi sumber potensial cairan:
1) Medikasi dan cairan yang di gunakan.
2) Makanan
Rasional:Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui
dapat diidentifikasi.
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan.
Rasional: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan.
5. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan.
Rasional: Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan diet.
6. Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering.
Rasional: Hygiene oral mengurangi kekeringan mebran
mukosa mulut.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan
diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang
adekuat.
Kriteria hasil:
Asupan nutrisi tubuh pasien terpenuhi dengan
baik. .
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi:
1) Perubahan berat badan.
2) Pengukuran antropometrik.
3) Nilai laboratorium (elektrolit serum,BUN, kreatinin,
protein, tranferin, dan kadar besi).
Rasional: Menyediakan data dasar untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi.
2. Kaji pola diet nutrisi pasien:
1) Riwayat diet.
2) Makanan kesukaaan.
3) Hitung kalori.
Rasonal: Pola diet dahulu dan sekarang dapat
dipertimbangkan dalam menyusun menu.
3. Kaji faktor yang berperan dalam merubahmasukan nutrisi:
1) Anoreksia, mual atau muntah.
2) Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien.
3) Depresi.
4) Kurang memahami pembatasan diet.
5) Stomatitis.
Rasional: Menyediakan informasi mengenal faktor lain
yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan
masukan diet.
4. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas
diet.
Rasional: Mendorong peningkatan masukan diet.
5. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai
biologis tinggi: telur, produk susu, daging.
Rasional: Protein lengkap di berikan untuk mencapai
keseimbangan nitrogen yang di perlukan untuk
pertumbuhan dan penyembuhan.
6. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah
natrium diantara waktu makan.
Rasional: Mengurangi makanan dari protein yang dibatasi dan
menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
7. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera
diberikan sebelum makan.
Rasional: Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan
anoreksia dan rasa kenyang.
8. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan
penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
Rasional: Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan
antara diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal.
9. Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis
dan anjuran untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan
natrium dan kalium.
Rasional: Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif
terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi untuk
pasien dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.
10.Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu
makan.
Rasional: Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan
dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan.
11.Timbang berat badan harian.
Rasional: Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
12.Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat.
1) Pembentukan edema.
2) Penyembuhan yang lambat.
3) Penurunan kadar albumin serum.
Rasional: Masukan protein yang tidak adekuat dapat
menyebabkan penurunan albumin dan protein lain,
pembentukan edema, dan perlambatan penyembuhan.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia.
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria hasil: Kulit tidak lecet, kulit lembab, dan kulit pasien
tidak gatal.
Intervensi:
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, perhatikan
kemerahan, eksoriasi.
Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Retno, Dwy, 2014. ‘Efektivitas Training Efikasi Diri Pada Pasien Penyakit Ginjal
Permana, Sari, 2012. ‘Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Chronic Kidney
Desember 2018)
Anggraini, Fany, 2016. ‘Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal
jurnal. https://media.neliti.com/media/publications/108386-ID-pemantauan-
Delima, 2014, ‘Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik : Studi Kasus Kontrol
https://media.neliti.com/media/publications/74905-ID-faktor-risiko-