Anda di halaman 1dari 24

STUDI KASUS ICEPACK PADA PASIEN MCI POST PCI

(PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION) DIRUANG TULIP


RS DR.CHASBULLAH ABDUL MAJID
KOTA BEKASI

Disusun Oleh :

1. Alda Nuroctaviani 3720210028


2. Husnul Aulia 3720210052
3. Mike Ilyatu Sofiya 3720210061
4. Suhana Nurdawa 3720210030
5. Listiani 3720210010
6. Tri Juli Riswanti 3720210040

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-
Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “STUDI
KASUS ICEPACK PADA PASIEN MCI POST PCI (PERCUTANEOUS
CORONARY INTERVENTION) DIRUANG TULIP RS DR.CHASBULLAH
ABDUL MAJID
KOTA BEKASI”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas didalam perkuliahan. Diharapkan

dengan membaca makalah ini, teman-teman mendapatkan wawasan dan ilmu baru yang

bermanfaat.

Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Ns.Istiqomah, S.Kep. MM selaku dosen Koordinator Keperawatan

Medikal Bedan Profesi Ners program studi Ilmu Keperawatan dan kepada teman-teman

yang telah membantu proses pembuatan makalah ini sampai makalah ini terselesaikan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan

kemampuan kita khususnya dalam mata kuliah analisis data.

Bekasi, 6 Juni 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab nomor satu dari kematian secara
global, secara epidemiologi pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 17,5 juta orang
yang meninggal karena penyakit kardiovaskuler, mempresentasikan 31 % dari
keseluruhan kematian secara global, dari angka kematian tersebut diestimasi
sebanyak 7,4 juta orang meninggal akibat penyakit jantung koroner dan 7 juta
orang meninggal akibat stroke, berdasarkan data World Heald Organization (WHO,
2015). Menurut Global Status Repeat on Non Comunicatione Deseases” data
(WHO, 2014) menunjukan bahwa dari 56 juta kematian yang terjadi didunia pada
tahun 2012, sebanyak 38 juta disebabkan oleh oleh Penyakit Tidak Menular (PTM)
yang terdiri dari penyakit kardiovaskuler, kanker dan penyakit pernafasan kronik.
Proporsi penyebab kematian pada tahun 2012 menunjukan penyakit
kardivaskuler merupakan penyebab terbesar (40,2 %) diikuti kanker (21%),
sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain
bersama-sama menyebabkan sekitar (10,7 %) kematian serta 4% kematian
disebabkan oleh diabetes mellitus.
Di Indonesia berdasarkan laporan WHO pada „Non Communicable Dieseases
(NCD) Country Profiles 2014” didapatkan bahwa penyakit kardivaskuler
merupakan penyebab kematian tertinggi, yaitu sebesar 37 % dari angka kematian
total. Kementrian kesehatan repoblik Indonesia tahun 2014 menyatakan prevalensi
penyakit jantung di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, penyakit jantung menjadi salah
satupenyebab utama kematian. Prevalensi secara Nasional mencapai 7,2 %
.Kematian akibat penyakit jantung, hipertensi dan stroke mencapai 31,9 %,
sedangkan angka kematian karena penyakit kardiovaskuler di rumah sakit yaitu
sekitar 6-12%.
Tingginya dampak penyakit jantung juga diberikan oleh miokard infark (MCI),
salah satu penyakit jantung utama sebagai penyebab kematian.Miokard infark
(acute miokardial infarction) adalah kematian sel miokard, merupakan kejadian
yang mengancam hidup. Jika sirkulasi mempengaruhi keseimbangan jantung untuk
mempertahankan efektifitas kardiac output ( Lemone, 2005).
Miokard infard adalah berkurangnya suplai Infark miokard akut adalah suatu
keadaan di mana terjadi nekrosis otot jantung akibat ketidakseimbangan antara
kebutuhan dengan suplai oksigen yang terjadi secara mendadak. Penyebab yang
paling sering adalah terjadinya sumbatan koroner sehingga terjadi gangguan aliran
darah.Sumbatan tersebut terjadi karena ruptur plak yang menginduksi terjadinya
agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan spasme koroner.
MiokardInfark (MCI) akan terus menjadi masalah yang sangat besar meskipun
pelayanan medis sudah sangat maju pada saat ini (Mendis etal, 2011). Jumlah
pasien penyakit jantung di Indonesia pada tahun 2007 yang dirawat di RS Indonesia
sebanyak 239.548 jiwa. Kasus terbanyak pada penyakit iskemik sebanyak 110,183
kasus.Care fatality rate (CFR) tertinggiterjadi pada Miokard Infark (13,42%) dan
kemudian diikuti oleh gagaljantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya
(13,37%)(DepKes, 2009). Laporan Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2010
menunjukkan bahwa kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak
96.957 kasus dan sebanyak 1.847 (2%) kasus merupakan kasus Akut Miokard
Infark. Tiga Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyakit tidak
menular yang menjadi penyebab utama kematian dan selama periodetahun
2005sampai dengan tahun 2010 telah terjadi kematian sebanyak 2.941 kasus
dansebanyak 414 kasus (14%) diantaranya disebabkan olehMiokard Infark(DinKes,
2010).
Nyeri sangat berfluktuasi antara pasien sesuai dengan jenis dan pengalaman
penyakitnya.Banyak faktor yang berkontribusi terhadap tingkat keparahan nyeri
pasien MCI,seperti kondisi psikologis pasien.Berbagai referensi menyebutkan
masalah psiklogis sebagai salah satu faktor presipitasi timbulnya nyeri yang kadang
kala tidak diperhatikan oleh perawat.Selama ini yang menjadi acuan utama dalam
pemberian tindakan oleh perawat adalah kelhan fisik (pusing,sesak nafas tekanan
darah tinggi,gula darah) tanpa melihat secara komprehensif faktor psikolois dan
sosial positif.
Karakteristik yang khas dari Miocark Infark adalah nyeri dada.Nyeri dada pada
MCI merupakan suatu kondisi yang memerlukan panangan yang cepat dan
tepat.Keluhan nyeri dada ini muncul menandakan terjadinya proses ischemia pada
miokark jantung sedang berlangsung. Apabila proses ischemia ini tidak diintervensi
dengan baik dan berlangsung lama, maka akan terjadi nekrosisi atau kematian otot
jantung yang bersifat ireversibel.Penyebab nyeri dada adalah ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen miokard yang disebabkan sampai
oksigen berkurang atau kebutuhan oksigen meningkat (Lewis 2005).
Intervensi keperawatan dengan melibatkan peran anggota keluarga dalam
proses perawatan sangat penting, seperti kunjungan rutin. Membangkitkan suport
system yang menyenangkan, kegembiraan dan semangat.Kegembiraan dapat
meningkatkan kamampuan pasien beradaptasi terhadap penyakitnya. Kesengan dan
hal-hal yang indah akan memberi semgat baru pasien untuk pulih lebih cepat
(Myers, robinson dan Sheffield, 2005). Sebaliknya permasalahan yang
dipersepsikan bukan sebgai bentuk dukungan oleh pasien akan menimbulkan
serangan nyeri pada pasien miocark infark.
Penderita yang mengalami serangan jantung sering dihadapkan pada
kemungkinan perubahan pola hidup sehari-hari dan kondisi ini dan dipengaruhi oeh
berat badan dan kompleksitas penyakitnya,serta kehidupan bermasyarakat dan hal
ini dapat diketahui lebih jauh dengan mengenal suami/istri dan keluarga serta
kehidupan bermasyarakt dari penderita (Dewis Boeston,2002).
Penelitian nyeri Myers (2005) tentang lingkungan dan studi epidemiologi
melihat hubungan antara lingkungan sosial keluarga dengan resiko penyakit
kardiovaskuler, menyebutkan orang yang dukungan sosial yang tinggi mempunyai
resiko kematian lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang rendah dukungan
sosialnya. Selanjutnya ada hubungan antara perilaku dan lingkungan sesuai
keluarga dan resiko penyakit kardiovaskuler.
Perkembangan penyakir kardiovaskuler dimulai lebih cepat dibandingkan
dengan manifestasinya penyakitnya yang akan memperberat keluhan saat cetusan
penyakit kardiovaskuler terjadi. Lingkungan keluarga sangat berkontribusi pada
perkembangan penyakit kardiovaskuler dan mempengaruhi prilaku serta fisiologi
faktor resiko kardiovaskuler. Individ dengan dukungan sosial yang besar
mempunyai resiko kematian yang lebih kecil dibandingkan dengan integrasi siosial
yang rendah, (Pope & Hollis, 1992).
Pentingnya dukungan sosial bagi penyakit kardiovaskuler disampaikan juga
oleh Komalasari (2006) dalam penelitian tentang dukungan sosial pada penerita
jantung di RS harapan Kita Jakarta.Dukungan sosial yang dapat diterima oleh
penderita penyakit jantung berupa dukungan emosional, seperti perhatian sehingga
merasa nyaman, aman dan dicintai. Dukungan informasional yang dapat
meringankan beban penderita sakit jantung dukungan motivasional diberikan
melalui nasehat dan saran. Bentuk dukungan antara lain memberikan nasehat yang
menyenangkan, menghibur dan dorongan untuk sehat, dukungan ini dapat
diberikan terutama oleh pasangan suami, istri dan keluarga terdekat.
Keluhan nyeri yang dirasakan pasien merupakan keluhan utama pasien MCI
yang perlu segera ditangani di RSI Ibnu sina yarsi bukittinggi yang merupak rumah
sakit tipe C Plus, yang terus meningkatkan dan mengembangkan pelayanan
keperawatan yang optimal khususnya Miokard Infard.
Di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Bukitinggi pasien yang datang berobat
ke Poliklinik Jantung yang didiognosa Infark Miokard perlu mendapatkan
pelayanan dengan baik.RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi merupakan rumah sakit
tipe C Plus yang terus meningkatkan dan mengembangkan pelayanan keperawatan
yang optimal khususnya Miokard Infark (MCI).
Berdasarkan hasil catatan Medicard Record RSI Ibnu Sina poliklinik jantung
Yarsi Bukittinggi di dapatkan data pada tiga tahun terakhir bahwa terjadi
peningkatan kunjungan pasien dengan masalah kardivaskuler/MCI yaitu tahun2014
jumlah pasien poliklinuk jantung 2733,tahun 2015 berjumlah 5051, dan tahun 2016
meningkat lagi menjadi 7776 orang pertahun. Dilihat data tiga bulan terakhir pada
April jumlah kunjungan poliklinik jantung 694 orang, Mei berjumlah kunjungan
890 orang dan Juni tahun 2016 berjumlah 710 orang. Dari data tersebut bahwa
penyakit jantung dari tahun ketahun meningkat yang perlu ditangani (Data MR poli
jantung 2017).
Dan dari 10 orang yang di wawancarai, 7 orang mengatakan dukungan keluarga
sangat mempengaruhi persepsi pasien terhadap nyeri dan mereka mengatakan saat
nyeri muncul dukungan keluarga tersbut dapat mengurangi nyeri dibandingkan
dengan 3 orang menjawab kalau tak ada dukungan dari keluarga nyerinya semakin
meningkat dan membuat pasien merasa putus asa.Dukungan sosial keluarga yang
dapat diberikan bisa berupa dukungan emosional seperti yang mencakup empati,
kepedulian dan perhatian terhadap orang-orang yang bersangkutan, dukungan
berupa nasehat petunjuk dan saran-saran, bisa juga berupa penghargaan seperti
sambutan yang positif dari orang-orang disekitarnya, dorongan atau pernyataan
setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu dan banyak lagi yang lain dukungan
yang bisa diberikan.
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga individu tersebut tahu
bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.
Dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang bersifat
mendukung selalu siap dalam memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan study
kasus metode Icepack pada pasien MCI Post PCI (Percutaneous Coronary
Intervention) di Ruang Tulip RSUD Chasbullah Abdul Majid.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah
dari studi case ini adalah Bagaimana Metode Penggunaan Icepack pada pasien MCI
Post PCI (Percutaneous Coronary Intervention).
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui study case metode Icepack pada pasien MCI Post PCI
(Percutaneous Coronary Intervention).
2. Tujuan khusus
Mengetahui cara penggunaan metode Icepack pada pasien Post PCI
(Percutaneous Coronary Intervention).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RS
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi institusi RSUD CAM dalam
rangka penerapan tindakan mandiri keperawatan secara komprehensif terutama
yang berhubungan dengan metode Icepack pada pasien Post PCI (Percutaneous
Coronary Intervention). Diharapkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan
mempercepat pemulihan pasien. Menurunkan lama perawatan dan biaya
perawatan pasien serta menurunkan angka kematian infard miokard /MCI
2. Bagi Peneliti
Sebagai landasan bagi pengembangan penelitian tentang metode Icepack pada
pasien Post PCI (Percutaneous Coronary Intervention). Selain itu penelitian ini
dapat dijadikan kerangka acuan bagi penelitian selanjutnya serta memberikan
informasi awal bagi pengembangan penelitian sejenis dimasa datang.
3. Bagi Pendidikan.
Dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
keperawatan, terutama yang berkaitan dengan perawatan pasien infark mioard.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan perawat tentang
metode Icepack pada pasien Post PCI (Percutaneous Coronary Intervention).
BAB II
STUDI KASUS

A. Skenario Kasus
Klien bernama Ny N, umur 71 thn datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada
seperti di tekan beban berat pada dada kiri, nyeri terus menerus, sebelumnya pernah
nyeri tetapi masih bisa hilang dengan beristirahat, tiba- tiba pagi nyeri hebat, nyeri
menjalar kepunggung belakang, sampai klien merasa sesak nafas, skala nyeri 8,
tanda-tanda vital saat di IGD TD : 160/88mmHg, N : 105x/menit, S : 36, RR : 30x/
menit, kemudian klien di IGD diberikan obat DAPT ( Dual Antiplatelet Therapy )
Aspilet 160 mg dan Clopidogrel 300 mg juga obat Isosorbid Dinitrate 10 mg,
direkam jantung tampak adanya gambaran ST depresi di V2, V3, dan gelombang
QS dibawah garis isoelektrik. Klien sudah pernah PCI terpasang 1 stent di LAD
tahun 2017 dan tersumbat kembali di bagian yang terpasang stent, tgl 14/12/21
masuk ke ruang Tulip jam 06.44, keluhan sudah berkurang, lalu jam 13.00
dilakukan kembali tindakan PCI. Setelah tindakan terlihat ada radial band di tangan
kanan untuk penekanan luka tusuk puncture post tindakan agar tidak terjadi
perdarahan. Klien mengeluh nyeri pada luka puncture post tindakan PCI
(Percutaneous Coronary Intervention) di tangan kanan, sehingga menimbulkan
masalah keperawatan yaitu nyeri akut, dengan tanda-tanda vital TD : 130/82
mmHg, Nadi : 102x/menit, RR : 20x/ menit, S : 36. Waktu dibukanya radial band
biasanya 4 jam setelah tindakan. Terapi yang diberikan setelah tindakan yaitu :
Clopidogrel 1x75 mg, Aspilet 1x80 mg, ISDN 3x5 mg, Atorvastatin 1x20 mg,
Candesartan 1x16mg Bisoprolol 1x2,5 mg. Hasil PCI : terpasang 1 stent kembali di
LAD, ISR (CTO) di LAD.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Fokus
- Klien mengeluh nyeri dada saat masuk ke IGD, nyeri dada seperti di
tekan beban berat pada dada kiri, nyeri terus menerus, sebelumnya
pernah nyeri tetapi masih bisa hilang dengan beristirahat, tiba- tiba pagi
nyeri hebat, nyeri menjalar kepunggung belakang, sampai klien merasa
sesak nafas, skala nyeri 8
- Klien sudah pernah PCI terpasang 1 stent di LAD tahun 2017
- Rekam jantung tampak adanya gambaran ST depresi di V2, V3, dan
gelombang QS dibawah garis isoelektrik
- Tanda-tanda vital saat di IGD TD : 160/88mmHg, N : 105x/menit, S :
36, RR : 30x/ menit
- Klien mengeluh nyeri pada luka puncture post tindakan PCI
(Percutaneous Coronary Intervention) di tangan kanan
- Klien terpasang radial band untuk menekan perdarahan luka puncture
- Tanda-Tanda vital Post Tindakan Angiografi TD : 130/82 mmHg,
Nadi : 102x/menit, RR : 20x/ menit, S : 36.
b. Analisa Data
SEBELUM TINDAKAN PCI DAN SESUDAH TINDAKAN PCI

NO TGL & DATA ETIOLOGI MASALAH


JAM

1. 14/12/21 - DS : Klien mengatakan Klien mengeluh nyeri dada Spasme Perfusi


saat masuk ke IGD, nyeri dada seperti di tekan Koroner Myocard
JAM: beban berat pada dada kiri, nyeri terus menerus, Tidak Efektif
17.00 WIB sebelumnya pernah nyeri tetapi masih bisa hilang
dengan beristirahat, tiba- tiba pagi nyeri hebat,
nyeri menjalar kepunggung belakang, sampai klien
merasa sesak nafas, skala nyeri 8
DO :
- Klien sudah pernah PCI terpasang 1 stent di LAD
tahun 2017
- Rekam jantung tampak adanya gambaran ST
depresi di V2, V3, dan gelombang QS dibawah
garis isoelektrik
- Tanda-tanda vital saat di IGD TD : 160/88mmHg,
N : 105x/menit, S : 36, RR : 30x/ menit
2 14/12/21 DS : - Klien mengeluh nyeri pada luka puncture Agen Nyeri Akut
post tindakan PCI (Percutaneous Coronary Pencedera
JAM : Intervention) di tangan kanan Fisik
17.00 WIB
DO : - Klien terpasang radial band untuk menekan ( Luka
perdarahan luka puncture Puncture
- Tanda-Tanda vital Post Tindakan Angiografi Post PCI )
TD : 130/82 mmHg, Nadi : 102x/menit, RR :
20x/ menit, S : 36.

c. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi myocard tidak efektif berhubungan dengan spasme coroner dibuktikan dengan
mengeluh nyeri dada
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ( luka puncture post PCI )
dibuktikan adanya luka puncture ditangan kanan
d. Rencana Keperawatan
TGL
DIAGNOSA TUJUAN DAN
& INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
JAM
14/12/2 1. Perfusi Setelah dilakukan PERAWATAN JANTUNG AKUT :
1 myocard tidak tindakan keperawatan AKUT( I.02076
efektif selama 2x24 jam perfusi 1. Observasi
JAM : berhubungan miokard meningkat  Identifikasi karakteristik nyeri dada
17.10 dengan spasme dengan kriteria hasil : (meliputi faktor pemicu dan dan pereda,
WIB coroner dibuktikan kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi dan
dengan mengeluh Gambaran EKG aritmia frekuensi)
nyeri dada menurun  Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan
Nyeri dada menurun ST dan T
Takikardi membaik  Monitor Aritmia( kelainan irama dan
Tekanan Darah frekuensi)
membaik  Monitor elektrolit yang dapat
meningkatkan resiko aritmia( mis. kalium,
magnesium serum)
 Monitor enzim jantung (mis. CK, CK-MB,
Troponin T, Troponin I)
 Monitor saturasi oksigen
 Identifikasi stratifikasi pada sindrom
koroner akut(mis. Skor TIMI, Killip, Crusade)
2. Terapeutik
 Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas nyeri
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stres
 Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
 Siapkan menjalani intervensi koroner
perkutan, jika perlu
 Berikan dukungan spiritual dan emosional
3. Edukasi
 Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
 Anjurkan menghindari manuver Valsava
(mis. Mengedan sat BAB atau batuk)
 Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
 Ajarkan teknik menurunkan kecemasan
dan ketakutan
4. Kolaborasi
 Berikan aspilet 1x80 mg dan CPG 1x75
mg
 Berikan ISDN 3 x 5mg
 Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian inotropik, jika perlu
 Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada , jika
perlu

14/12/2 2. Nyeri akut Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)


1 berhubungan tindakan keperawatan 1. Observasi
dengan agen selam 1x24 jam tingkat  Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
JAM : pencedera fisik nyeri menurun dengan kualitas, intensitas nyeri
17.30 ( luka puncture post kriteris hasil:  Identifikasi skala nyeri
WIB PCI ) dibuktikan  Identifikasi respon nyeri non verbal
adanya luka - Kemampuan  Identifikasi faktor yang memperberat dan
puncture ditangan menuntaskan aktivitas memperingan nyeri
kanan meningkat  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
- Keluhan nyeri tentang nyeri
menurun  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Meringis menurun respon nyeri
- Frekuensi nadi 2. Terapeutik
membaik  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- Pola nafas membaik mengurangi rasa nyeri ( penggunaan ice
- Tekanan darah pack )
membaik  Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

e. Implementasi

No TGL &
IMPLEMENTASI PARAF
DX JAM
1. 14/12/21 - Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : klien mengatakan nyeri dada sudah tidak ada, nyeri pada
18.30 tangan setelah tindakan tadi, skala nyeri 3, rasanya seperti disayat,
lama nyeri ± 30 menit. Klien mengatakan nyeri muncul tiba-tiba.
Klien tampak meringis, klien tampak memegang area tangan yang
sakit.
- Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil :TD : 130/90 mmHg, N : 82x/menit, S : 36, RR : 18x/menit
- Memberikan obat antiplatelet clopidogrel 75mg via oral
Hasil : klien mengatakan terima kasih, obat clopidogrel 75 mg masuk
via oral

2. 14/12/21 - Melepas radial band, membersihkan luka dan membalut dengan kasa
dan plester
18.40 Hasil : klien mengatakan tangannya masih sakit, tampak ada luka
tusuk puncture di tangan kanan, tampak ada darah kering disekitar luka
20.30 - Mengkaji nyeri
Hasil : klien mengatakan masih nyeri pada tangan , nyeri seperti
disayat, nyeri hanya disekitar area tusuk, skala nyeri 4, lama nyeri ±
20 menit.
- Melakukan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada
tangan post PCI dengan memasang ice pack
Hasil : terpasang ice pack pada tangan pasien selama ± 20 menit, klien
mengatakan nyeri masih ada tapi mulai berkurang, klien mengatakan
nyaman menggunakan ice pack
- Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk istirahat
Hasil : tirai pasien di tutup, pasien minta posisi kepala direndahkan.
Klien mengatakan sudah merasa nyaman.

1. 15/12/21 - Memberikan obat antiplatelet aspilet 80mg via oral


Hasil : klien mengatakan terima kasih, obat aspilet 80 mg sudah
09.00 diminum pasien.
- Memberikan obat anti angina ISDN 5mg sublingual
Hasil : klien mengatakan terima kasih dan obat ISDN 5mg diberikan
untuk dimasukan sublingual pada pasien

09.30 - Mengidentifikasi nyeri


Hasil : klien mengatakan nyeri bekas tusuk masih terasa, nyeri seperti
disayat, nyeri pada tangan, skala nyeri 3, nyeri berlangsung ± 20-30
menit, klien tampak memegangi tangannya

10.00 - Melakukan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada


tangan post PCI dengan memasang ice pack
Hasil : terpasang ice pack pada tangan pasien selama ± 20 menit, klien
mengatakan lebih nyaman menggunakan ice pack
- Mengidentifikasi nyeri
Hasil : klien mengatakan nyeri bekas tusuk mulai berkurang, nyeri
seperti disayat, nyeri pada tangan, skala nyeri 2, nyeri berlangsung ±
10-15 menit, klien tampak tenang.

12.00 - Mengobservasi tanda-tanda vital


Hasil :TD : 135/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36, RR : 16x/menit
-
f. Evaluasi

No TGL &
IMPLEMENTASI PARAF
DX JAM
S :
- klien mengatakan masih nyeri pada tangan , nyeri seperti disayat, nyeri
hanya disekitar area tusuk, skala nyeri 4, lama nyeri ± 20 menit.

O:

2 14/12/21 - Hasil :TD : 130/90 mmHg, N : 82x/menit, S : 36, RR : 18x/menit


- Klien tampak meringis
- Klien tampak memegang tangan yang sakit

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan, Manajemen nyeri

S :
- Klien mengatakan nyeri bekas tusuk mulai berkurang, nyeri seperti
disayat, nyeri pada tangan, skala nyeri 2, nyeri berlangsung ± 10-15
menit

O:
2 15/12/21
- Hasil :TD : 135/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36, RR : 16x/menit
- Klien tampak tenang

A : Masalah teratasi sebagian


P : Pertahankan intervensi, Manajemen nyeri

BAB III
TELAAH JURNAL

A. Jenis Tindakan Keperawatan


Berdasarkan SOP rumah sakit dan asuhan keperawatan yang dilakukan dalam
menangani keluhan nyeri dan hematom pada pasien post PCI di rumah sakit diatasi
dengan pemberian teknik distraksi dan pemberian obat pemberian sanmol tablet
500 mg) untuk mengurangi nyeri.
Metode yang akan kami bahas adalah Penggunaan Icepack pada pasien MCI
Post PCI (Percutaneous Coronary Intervention).
B. SOP
C. Telaah Jurnal (Evidence Base Practice in Nursing)
1. Jurnal Nasional
Pengaruh Kompres Dingin dalam Penurunan Nyeri Pasien Post
Percutaneous Coronary Intervention (PCI): Literature review
Andy Kristiyan1, Hery Djagat Purnomo2, Chandra Bagus Ropyanto3

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi, Semarang, Indonesia 2 Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia 3 Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
andy_cardio@yahoo.com

Abstrak
Pendahuluan: Komplikasi pada akses pembuluh darah kateterisasi berkisar
antara 1% - 61%. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
hematoma dan mengurangi nyeri pada pasien post PCI pada saat off sheath
adalah dengan kompres dingin. Fakta memperlihatkan nyeri dan hematom pada
pasien post PCI di rumah sakit hanya diatasi dengan pemberian terapi bantal
pasir. Belum terdapat telaah artikel terkait penggunaan kompres dingin dengan
ice bag untuk mengurangi nyeri pada pasien PCI.
Metode: Artikel dicari melalui Science Direct, PubMed, EBSCO dan Google
Scholar menggunakan advanced search dengan kata kunci “ice bag”, “pain”,
dan “percutaneous coronary intervention”. Pencarian melalui google scholar
dengan kata kunci “effectiveness ice bag on pain in patient’s percutaneous
coronary intervention (PCI)”.
Hasil: Telaah tiga artikel control trialsl menunjukkan bahwa pelaksanaan
kompres dingin selama 20 menit pada pasien post tindakan PCI signifikan
dalam menurunkan nyeri (p < 0,05).

2. Jurnal Internasional
The assessment of ice pack effect in pain reduction during digital nerve
block: A randomized clinical study
Fatemeh Rasooli,1 Mehran Sotoodehnia,1 Amir Nejati,2 and Pooya Payandemehr1,

Abstract
OBJECTIVES:
Digital nerve block is a painful procedure. Several methods have been proposed
to decrease the injection pain. Applying an ice pack is a pertinent choice due to
its effectiveness on pain reduction, convenience, and low costs. In this study,
the degree of injection pain reduction was assessed after applying an ice pack to
the site of anesthetic injection.
METHODS:
One hundred participants with traumatic finger injury were assessed. Digital
nerve block was performed in fifty patients in the intervention group after 6 min
of ice application. In the control group, this procedure was done without ice.
The primary outcome was the difference between the needle stick and
infiltration pain scores with and without ice pack. The secondary outcome the
patient satisfaction score. The protocol of this study was approved by the
Institutional Review Board, and it is registered in the Iranian Registry of
Clinical Trials.
RESULTS:
The pain score was assessed using a Numeric Rating Scale. Both the needle
skin and infiltration pain scores were statistically significantly lower in the
intervention group (P < 0.001). The mean and median needle stick pain scores
were 1.5 and 1.0 in the intervention group and 6.8 and 7.0 in the control group,
respectively. Moreover, the mean and median infiltration pain scores were 2.7
and 2.0 in the intervention group and 8.5 and 9.0 in the control group,
respectively. Patient satisfaction score was significantly higher in the
intervention group.
CONCLUSIONS:
Ice pack is inexpensive, readily available, and is easy to apply. We recommend
this method to reduce the injection pain before digital nerve block in the
emergency department.
Keywords: Digital nerve block, ice packing, pain

3. Telaah Jurnal
Tujuan penelitian: untuk mencegah hematoma dan mengurangi nyeri pada
pasien post PCI pada saat off sheath.
Metode: Artikel dicari melalui pencarian melalui google scholar dengan kata
kunci “Ice Pack Post PCI”.
Hasil: Dari kedua jurnal mengenai metode ice pack didapatkan hasil bahwa
dalam jurnal Pengaruh Kompres Dingin dalam Penurunan Nyeri Pasien Post
Percutaneous Coronary Intervention (PCI): Literature review menunjukkan
bahwa pelaksanaan kompres dingin selama 20 menit pada pasien post tindakan
PCI signifikan dalam menurunkan nyeri (p < 0,05). Dalam jurnal The
assessment of ice pack effect in pain reduction during digital nerve block: A
randomized clinical study didapatkan hasil bahwa penggunaan metode ice pack
mudah diaplikasikan dan jurnal tersebut merekomendasikan metode ini untuk
mengurangi nyeri.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil telaah 2 jurnal yang kelompok lakukan didapatkan hasil penggunaan
ice pack dapat mengurangi nyeri pada pasien post PCI. Dalam jurnal Pengaruh
Kompres Dingin dalam Penurunan Nyeri Pasien Post Percutaneous Coronary
Intervention (PCI): Literature review menunjukkan bahwa pelaksanaan kompres
dingin selama 20 menit pada pasien post tindakan PCI signifikan dalam
menurunkan nyeri (p < 0,05). Dalam jurnal The assessment of ice pack effect in
pain reduction during digital nerve block: A randomized clinical study didapatkan
hasil bahwa penggunaan metode ice pack mudah diaplikasikan dan jurnal tersebut
merekomendasikan metode ini untuk mengurangi nyeri.
Dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien post PCI yang mengalami
nyeri dengan menggunakan metode ice pack selama 2 hari berturut-turut ± 20 menit
setiap kali kompres. Pasien mengalami penurunan dalam keluhan nyeri (dari skala
nyeri 4 ke skala nyeri 2) pada area tangan post tindakan PCI.
DAFTAR PUSTAKA

Alam M, Geisler A, Sadhwani D, Goyal A, Poon E, Nodzenski M, et al. Effect of


needle
size on pain perception in patients treated with botulinum toxin type a
injections:
A randomized clinical trial. JAMA Dermatol. 2015;151:1194
[PubMed] [GoogleScholar]

Corwin, Elisabet J. 2009, Buku Saku Patofisiogi, Edisi 3, Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Hayward SC, Landorf KB, Redmond AC. Ice reduces needle-stick pain associated with
a digital nerve block of the hallux. Foot. 2006;16:145–8. [Google Scholar]

Leff DR, Nortley M, Dang V, Bhutiani RP. The effect of local cooling on pain
perception
during infiltration of local anaesthetic agents, a prospective randomized
controlled trial. Anaesthesia. 2007;62:677–82. [PubMed] [Google Scholar]

Muttaqin, Arif. 2012, Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system


kardivaskular
dan hematologi, Jakarta: Salemba Medika .

Muttaqin, Arif. 2012, Asuhan Keperawatan Klien dengan Ganggguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi, Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, Taufan. 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit


dalam,
Yogyakarta; Nuha medika

Setiadi, 2007, Anatomi Fisiologi Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, Wajan Juni. 2010, Keperawatan Kardiovaskular, Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson,Judith M.2009, Diagnosa keperawatan Nanda Nic Noc, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai