Oleh :
MEUTIA ALIFIA
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
Meutia Alifia
175040207111126
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN JUDUL:
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat-Nya sehingga penulisan proposal penelitian yang berjudul
“Jumlah Keanekaragaman Jamur Rizosfer Penghasil Hormon IAA dengan
Perlakuan Pemangkasan di Lahan Agroforestri Pinus Kopi Hutan Pendidikan UB
Malang” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Ir.
Syamsuddin, MS. selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Antok Wahyu
Sektiono, SP., MP. selaku dosen pembimbing kedua yang telah membimbing dan
memberikan arahan selama kegiatan penyusunan proposal dan penelitian. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Center for Ecology & Hidrology (CEH)
selaku pemilik projek yang telah mengizinkan penulis untuk bergabung dengan
projek ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luqman
Qurata Aini, SP., M.Si., Ph.D selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Penelitian ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
i
I. PENDAHULUAN
setiap plot mempengaruhi jumlah mikroorganisme atau jamur rhizosfer yang ada
pada lahan kopi pinus. Hal ini juga akan mempengaruhi jumlah jamur penghasil
IAA yang tersedia. Maka dari itu dilakukan isolasi yang bertujuan untuk
menentukan jumlah keragaman pada setiap plot dengan pengelolaan yang berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana jumlah keanekaragaman jamur penghasil hormon IAA dan
konsentrasinya di setiap pengelolaan tanaman pinus kopi yang berbeda juga dengan
adanya pemangkasan di lahan agroforestri Hutan Pendidikan UB.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan jumlah isolat jamur
penghasil IAA yang diisolasi pada tujuh tipe pengelolaan dan pemangkasan pada
tanaman kopi pinus yang berbeda di lahan agroforestri Hutan Pendidikan UB.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah jamur penghasil
hormon IAA pada tipe pengelolaan tanaman kopi yang intensif dan tanpa perlakuan
triming, lebih tinggi dibandingkan pada tipe pengelolaan tanaman kopi yang rendah
dan dengan perlakuan triming dan pruning.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk dapat memberikan informasi terkait
jumlah jamur penghasil IAA pada tujuh tipe pengelolaan yang berbeda. Dapat
diketahui pula pengelolaan yang terbaik untuk menghasilkan jumlah jamur
penghasil IAA yang paling tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pemacu
pertumbuhan yang baik dan juga dapat digunakan sebagai pupuk hayati bagi
tanaman.
4
III. METODOLOGI
Tabel 1. Perbedaan Jumlah Individu Tanaman dan Perlakuan pada Tiap Plot
Penggunaan LC LC MC MC HC HC
BAU
Tanaman 1.1 1.2 2.1 2.2 3.1 3.2
Kopi 1371 1850 1713 1267 2679 2263 2454
Pinus 713 946 717 613 725 746 383
Total
(individu/2400 2083 2796 2429 1879 3404 3008 2838
m2 )
Pemupukan Tidak Tidak
1x 1x 2x 2x 2x
Kompos dilakukan dilakukan
Keterangan : BAU (Business as Usual), HC (High Management Coffee), MC (Medium
Management Coffee), dan LC (Low Management Coffee)
3.3.2 Pengukuran Faktor Lingkungan
Pengamatan lingkungan bertujuan untuk mengetahui kondisi iklim mikro pada
lokasi pengamatan dengan menggunakan alat HOBO sensor. Pengamatan iklim
mikro yang diukur meliputi jumlah vegetasi, suhu (oC), kelembaban (%), tanah
pada masing-masing plot pengamatan. Peletakan HOBO sensor dipasangkan di
daerah perakaran antara tanaman kopi dan pinus dengan kedalaman ± 5-10 cm dari
12
permukaan tanah. Hal ini dikarenakan iklim mikro merupakan iklim di lapisan
udara dekat permukaan bumi dengan tinggi ±2 meter (Sanger et al., 2016).
Pengambilan data suhu dan kelembaban tanah mengghunakan aplikasi HOBO
Mobile Apps.
3.3.3 Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah diambil dari sub plot pada masing-masing plot BAU, LC, MC,
dan HC dengan perlakuan pemangkasan dan LC, MC, dan HC tanpa perlakuan
pemangkasan. Subplot berjumlah lima di setiap plot, sehingga total sampel adalah
35. Subplot berukuran 10 x 10 m2 . Pengambilan sampel tanah rizosfer dilakukan
dengan menggunakan metode komposit sampling dengan tujuan agar sampel tanah
yang diambil benar-benar representatif (Yamani, 2012), dengan mengambil sampel
tanah secara diagonal di lima titik subplot sedalam 0-20 cm, sebanyak 100 g. Tanah
kemudian dikompositkan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah
diberi label, lalu dibawa ke Laboratorium Pengendalian Hayati Universitas
Brawijaya.
Pengambilan sampel tanah pada masing-masing plot BAU, LC 1.1, MC 2.1,
HC 3.1, LC 1.2, MC 2.2, dan HC 3.2 dengan perlakuan pertama yaitu triming
(pemangkasan tanaman pinus) pada LC 1.1, MC 2.2, dan HC 3.2, dan tanpa
perlakuan triming pada LC 1.2, MC 2.1, dan HC 3.1. Plot BAU tidak dilakukan
triming maupun pruning karena BAU merupakan plot kontrol. Perlakuan kedua
dilakukan kegiatan pruning (pemangkasan tanaman kopi) untuk seluruh plot kecuali
BAU dan perlakuan ketiga merupakan 1 bulan setelah dilakukannya pruning.
Pemangkasan tanaman kopi (pruning) dilakukan pada seluruh plot kecuali
BAU. Sedangkan kegiatan triming tidak dilakukan di seluruh plot, karena projek
awal penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari tahu pengaruh triming
terhadap tanaman kopi. Kegiatan pruning dilakukan dengan memangkas batang
utama tanaman kopi dengan jarak 50 cm dari permukaan tanah, arah
pemangkasannya miring dengan tujuan agar air hujan tidak tergenang di atas batang
yang telah dipangkas. Sedangkan kegiatan triming dilakukan oleh petani dengan
jarak 10 sampai 12 meter dari tanah.
13
C. Bulan ketiga (setelah 1 bulan triming dan pruning) mengambil sampel pada 7
plot
1) BAU = Kontrol LC 1.1
2) LC 1.1 = 1 bulan triming dan pruning MC 2.1 HC 3.1
BAU 1 bulan 1 bulan 1 bulan
3) MC 2.1 = 1 bulan pruning Kontrol Triming
Pruning Pruning
4) HC 3.1 = 1 bulan pruning Pruning
5) LC 1.2 = 1 bulan pruning
6) MC 2.2 = tidak diberi perlakuan LC 1.2 MC 2.2 HC 3.2
1 bulan 1 bulan 1 bulan
7) HC 3.2 = tidak diberi perlakuan Triming Triming
Pruning
Pruning Pruning
Pada masing-masing plot terdiri dari 5 subplot, sehingga total sampel adalah
sebanyak 35. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode komposit sampling.
Contoh desain subplot : Contoh desain subsubplot yang diambil 5
10 m
1 2 3 4 5 6
A x x
B 1 2 3
x 10 m
40 m
C 4 5
x x
D
14
700 µl (35 ppm), 800 µl (40 ppm) dan 900 µl (45 ppm). Setelah itu tambahkan
metanol sehingga volume masing-masing tabung reaksi menjadi 1000 µl, setelah
itu tambahkan 4 ml Reagen Salkowski pada masing-masing tabung reaksi
kemudian homogenkan. Setelah homogen, inkubasi tabung reaksi selama 30 menit
pada ruang gelap di suhu ruang hingga larutan berubah menjadi warna merah muda.
Lalu ukur abrsorbansi larutan standar IAA menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 520 nm. Hasil yang diperoleh dari spektrofotometer dibuat
kurva larutan standar IAA yang menunjukkan hubungan antara larutan standar IAA
(x) dan absorbansinya (y), dan akan diperoleh persamaan:
Y = a + bx
Keterangan:
a = Intersep
b = Slope (Koefisien Regresi)
Y = Absorbansi
x = Konsentrasi
Pembuatan kurva ini bertujuan memperoleh suatu persamaan untuk
perhitungan konsentrasi IAA dari supernatan tersebut. Kurva standar IAA diperoleh
dengan mengukur nilai absorbansi larutan IAA standar berbagai konsentrasi yang
telah diberi Reagen Salkowski (A’ini, 2013).
3.3.9 Identifikasi Jamur
Identifikasi jamur dilakukan dengan cara memindahkan satu koloni jamur pada
media PDA steril yang baru dan disimpan dalam ruang inkubator. Kemudian
mengambil jamur yang telah tumbuh di media PDA selama satu minggu
menggunakan jarum preparat dan di goreskan pada obyek glass yang telah diberi
sedikit media PDA, setelah itu ditutup dengan deck glass. Proses pengamatan jamur
menggunakan mikroskop dengan melihat ciri-ciri morfologinya seperti bentuk,
warna dan miselium. Kemudian untuk mengidentifikasi jamur dapat dilakukan
dengan cara mencocokkannya dengan ciri-ciri yang terdapat pada buku Pictorial
Atlas of Soil and Seed Fungi Third Edition (Watanabe, 2010).
17
Keterangan :
H’= Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
𝑛𝑖
Pi = 𝑁
Keterangan :
E = Indeks Kemerataan
H’ = Indeks Keanekaragaman
H max = In S
S = Jumlah Spesies
Menurut Insafitri (2010), kriteria nilai indeks keseragaman adalah sebagai berikut,
0 < e ≤ 0,4 = Keseragaman populasi kecil,
0,4 < e ≤ 0,6 = Keseragaman populasi sedang,
e > 0,6 = Keseragaman populasi tinggi.
Semakin kecil nilai indeks keanekaragaman (H’) maka indeks keseragaman (e) juga
akan semakin kecil, yang mengisyaratkan adanya dominansi suatu spesies terhadap
spesies lain.
3.5.3 Perhitungan Indeks Dominansi (C)
Menurut Insafitri (2010), Indeks dominansi (C) digunakan untuk
mengetahui sejauh mana suatu kelompok biota mendominansi kelompok lain.
Dominansi yang cukup besar akan mengarah pada komunitas yang labil maupun
tertekan. Dominansi ini diperoleh dari rumus :
𝑛
𝑛
𝑛𝑖 2
𝐶 = ∑ 𝑃𝑖 2 = ∑ ( )
𝑁
𝑖=𝑙
𝑖=𝑙
Keterangan :
C = Indeks dominansi
ni = Jumlah individu jenis ke- i
N = jumlah seluruh individu dalam total n
Pi = ni/N = sebagai proporsi jenis ke-i
20
Semakin besar nilai indeks dominansi (C), maka semakin besar pula kecenderungan
adanya jenis tertentu yang mendominasi.
Menurut Munthe et al. (2012), kriteria indeks dominansi adalah sebagai berikut,
0 < C ≤ 0,5 = tidak ada genus yang mendominasi
0,5 < C < 1 = terdapat genus yang mendominasi
3.5.4 Perhitungan Uji Korelasi Jumlah Jamur Penghasil IAA
A. Uji Korelasi antara Jamur Penghasil IAA dengan Pemangkasan
Data pengamatan jamur penghasil IAA dan pemangkasan yang didapatkan
dianalisis menggunakan uji korelasi dengan menggunakan anova pada aplikasi
SPSS (Statistical Package for The Social Sciences). Kaidah pengujian yaitu
berdasarkan perbandingan antara Fhitung dengan Ftabel dan nilai probabilitasnya. Jika
Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima, sedangkan jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak.
Berdasarkan nilai probabilitas dapat dilihat jika Probabilitas (sig) > α, maka Ho
diterima, sedangkan jika Probabilitas (sig) < α, maka Ho ditolak (Oktofiyani et al.,
2016). Hasil dari perhitungan tersebut akan menunjukkan bahwa jumlah jamur
penghasil IAA berhubungan dengan adanya pemangkasan.
B. Uji Korelasi antara Jamur Penghasil IAA dengan Jumlah Vegetasi dan Iklim
Mikro
Pengukuran korelasi jumlah jamur penghasil IAA dengan jumlah vegetasi,
suhu, kelembaba, pH, dan bahan organik tanah dilakukan dengan menggunakan
Analisis Korelasi Pearson Product Moment (r) pada aplikasi Microsoft Excel 2013.
Rizal et al. (2018) menyatakan bahwa, interval koefisien 0,00-0,199 menunjukkan
tingkat hubungan sangat rendah, interval koefisien 0,20-0,399 tingkat hubungan
rendah, interval koefisien 0,40-0,599 tingkat hubungan sedang, interval koefisien
0,60-0,799 tingkat hubungan kuat, dan interval koefisien 0,80-1,000 menunjukkan
tingkat hubungan sangat kuat. Arah (-) menunjukkan bahwa hubungan kedua
variabel berlawanan arah, artinya kenaikan suatu variabel maka akan menyebabkan
variabel lain menurun. Sebaliknya arah (+) menunjukan bahwa kenaikan suatu
variabel akan menyebabkan variabel lain ikut naik.
21
DAFTAR PUSTAKA