Anda di halaman 1dari 4

Nama : ARIEF GUNAWAN

BP : 1810532040

UAS CORPORATE GOVERNANCE

1.
A. Dalam two-tier board system terdapat dua dewan terpisah, satu dewan yang
bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan mengelola operasional perusahaan
(management board) dan satu dewan lainnya melakukan fungsi monitoring dan
pengawasan (supervisory board). Pada dasarnya management board merupakan
executive directors sedangkan supervisory board merupakan non-executive
directors. Pemisahan fungsi monitoring dan pengawasan tersebut dimaksud untuk
menghindari benturan kepentingan yang diharapkan akan dapat memberi hasil
yang maksimal.
Dalam one-tier board system, keseluruhan wewenang pelaksanaan fungsi
perusahaan atau organisasi dilaksanakan oleh satu board atau dewan yang disebut
board of directors. Pada system ini, board of directors berfungsi menetapkan
kewajiban, melaksanakan kegiatan operasional, dan sekaligus melakukan
pengawasan atau monitoring

B. Menurut Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,


Indonesia lebih menganut two-tier system bukan one-tier system. Hal ini karna
Indonesia memisahkan kewenangan pengurusan perusahaan dan pengawasan yang
selama ini dikenal dengan dewan direksi dan dewan komisaris. Dalam hal ini
dewan direksi lebih berwenang menjalankan pengurusan perusahaan sedangkan
dewan komisaris lebih bersifat melakukan pengawasan.

C. Menurut saya, dalam penerapan model two-tier ini di Indonesia jika dibandingkan
dengan dengan negara-negara asia lainnya yaitu seharusnnya hal ini akan lebih
efektitif karena adanya pemisahan tugas yang jelas di antara board, karena
kebanyakan perusahaan di Indonesia menganut system kekeluargaan, jadi di sini
akan lebih spesifik terlihat tugas pemilik perusahaan untuk mengawasi
pelaksanaan tugas.
2.
A. Komite audit memiliki peran untuk memenuhi prinsip akuntabilitas dalam usaha
pengawasan terhadap proses manajemen risiko dan keberlangsungan fungsi
pengawasan perusahaan. Komite audit memiliki kekuatan untuk melakukan
pemeriksaan terhadap laporan dari auditor internal perusahaan

B. Hubungan kerja antara komite audit dengan internal auditor yaitu bertanggung
jawab untuk mempekerjakan, mengawasi, memberi kompensasi, dan memecat
kepala departemen audit internal, dan auditor internal harus melaporkan temuan
audit mereka langsung ke komite audit, yang pada akhirnya bertanggung jawab
kepada komite itu sendiri.

C. Keberdaaaan komisaris independen akan mendorong dan menciptakan iklim yang


lebih independen, obyektif dan meningkatkan kesetaraan (fairness) sebagai salah
satu prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas
dan pemangku kepentingan lainnya. Komisaris independen memiliki tanggung
jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang
baik (good corporate governance). Pedoman tata kelola perusahaan yang muncul
tentang independensi komite Dewan Komisaris harus membantu perusahaan
dalam menghindari potensi konflik kepentingan karena ikatan kontrak atau
konsultasi yang berlebihan dari anggota komite dengan perusahaan atau
manajemennya. Apabila dalam struktur dewan komisaris tidak terdapat komisaris
independen maka akan terjadi keguncangan/ketidakstabilan dalam dewan
komisaris dikarenakan tidak adanya pengawasan.
3.
A. Struktur governance adalah organ-organ perusahaan yang memiliki peran penting
dalam penetapan good corporate governance. Sturktur good corporate governane
meliputi organ utama yaitu pemegang sahan, dewan komisaris dan direksi serta
organ pendukung antara lain komite-komite, sekretaris perusahaan, dan satuan
pengawas internal.
Ciri utama struktur corporate governance di Indonesia banyak perusahaan baik
privat maupun go-public diatur dan juga dimiliki oleh keluarga. Akibatnya hak
kepemilikan dan juga control manajemen masih dimiliki di lingkungan keluarga.
Pasar modal yang relative kecil, tidak berkembang serta tidak likuid juga menjadi
konsekuensi dari ciri penerapan CG di Indonesia ini.

B. 1) Kendala Hukum. Corporate governance haruslah menjamin perlakuan yang


sama dan perlindungan atas hak-hak semua pemegang saham dari berbagai
kemungkinan penyalahgunaan (abuses) oleh pihak-pihak tertentu. Di Indonesia,
pemegang saham minoritas dan stakeholders lainnya hanya mempunyai sedikit
celah untuk melindungi diri mereka terhadap tindakan penyalahgunaan yang
dilakukan oleh pemegang saham mayoritas
2) Kendala Budaya. Sebagaimana disinggung sebelumnya bahwa terdapat suatu
pandangan bahwa praktik corporate governance itu hanyalah merupakan suatu
bentuk kepatuhan (conformance) terhadap peraturan atau ketentuan dan bukannya
sebagai suatu sistem diperlukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja. Hal
ini mengakibatkan aplikasi good corporate governance tidak sepenuh hati
dilaksanakan, sehingga efektivitasnya menjadi berkurang. Begitu juga halnya
dengan adanya dan telah membudayanya anggapan bahwa tindakan
penyelewengan (fraud) maupun transaksi dengan orang dalam (insider
transactions) hanyalah merupakan hal yang biasa
pada para stakeholder.
3) Kendala Politik. Kendala ini terutama terkait dengan perusahaan-perusahaan
BUMN, yaitu perusahaan yang dimiliki negara. Sebagaimana dikatakan di atas
bahwa pengertian negara selalu menjadi kabur, terkadang diartikan sebagai
pemerintah, tetapi juga ada yang mengartikannya sebagai lembaga negara yang
lain. Hal ini ditambah lagi dengan dikaburkannya pemisahan antara kepentingan
bisnis dan kepentingan pemerintah maupun lembaga negara yang lain.
4) Kendala Lingkungan Bisnis. Sebagaimana kondisi yang umum berlaku di
berbagai negara Asia lainnya, bahwa perusahaan-perusahaan (meskipun berbentuk
perseroan) Indonesia terutama dimiliki oleh keluarga (family-owned). Dengan
kondisi ini, maka praktik corporate governance dapat saja melenceng dari praktik
yang seharusnya karena pertimbangan dan kepentingan keluarga, misalnya dalam
penunjukan anggota komisaris independen. Keadaan ini dalam berbagai kasus
juga tetap berlaku meskipun perusahaan-perusahaan tersebut sudah masuk dan
memperdagangkan sahamnya di pasar modal (publicly listed).
5) Kendala Lainnya. Bank-bank di Indonesia telah diakui keberadaannya sebagai
salah satu lembaga intermediary keuangan yang amat berperan dalam penyediaan
dana yang dibutuhkan oleh para pelaku bisnis. Sebagai penyedia dana pinjaman
bank-bank tersebut semestinya berperan besar dalam memonitor aktivitas
perusahaan, termasuk aktivitas manajernya dalam penggunaan dana.

C. Menurut saya salah satu mekanisme yang dapat diandalkan yaitu mekanisme
pengendalian internal, karna diharapkan dapat dipercaya menjadi sebuah
mekanisme yang efisien dan merupakan mekanisme governance low-cost.
4.
A. Konsep ini mempertegas posisi CG sebagai konsepsi yang dinamis sesuai dengan
perubahan lingkungan korporasi serta terdapatnya perbedaan praktik CG sesuai
dengan lingkungan (konteks) spesifik dimana korporasi tersebut berada.
Menyangkut hal ini, Blair (1995) berpendapat bahwa terdapatnya perbedaan
sistem (lingkungan) korporasi dari sudut pandang governance akan
“memperkaya” praktik CG yang diharapkan dapat berkembang ke arah penemuan
struktur CG yang semakin efisien, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dilatarbelakangi oleh perbedaan budaya,
aspek legal serta perangkat institusional lainnya yang spesifik, sehingga
merupakan paradigma yang berlawanan dengan pendekatan “universalis” yang
percaya pada terdapatnya konsepsi CG yang dapat diterapkan lintas negara
(universal).

B. Dalam mekanisme Corporate Governance isu yang diterapkan adalah lebih


mengarah kepada Divergensi Karena tidak ada ketetapan pasti yang dapat
mengatur jalannya Corporate Governance ini, berbeda dengan teori konvergensi
yang dapat menerapkan aturan pada pelaksanaannya, seperti peraturan IFRS

C. Yang membedakan model CG UK dengan US yaitu pedoman CG untuk negara


yang menganut CG model Inggris/persemakmuran mensyaratkan pemisahan yang
tegas antara Chairman of the Board dengan Chief Executive Officer.

Anda mungkin juga menyukai