Anda di halaman 1dari 7

1

MATERI I
HAKIKAT EVALUASI DAN KEDUDUKANNYA DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA

Dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, sebagaimana halnya dalam


penyelenggaraan pembelajaran bidang-bidang yang lain, evaluasi merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan pembelajaran secara keseluruhan.
Sebagai suatu pembelajaran, pembelajaran bahasa diselenggarakan untuk mencapai
sejumlah tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi dan dirumuskan
berdasarkan telaah mendalam terhadap kebutuhan yang perlu dipenuhi.
Tujuan-tujuan pembelajaran itu diupayakan pencapaiannya melalui serangkaian
kegiatan pembelajaran yang dirancang secara matang dan saksama dan
dilaksanakan secara sungguh-sungguh agar tujuan-tujuan pembelajaran itu dicapai
secara semestinya.
Evaluasi tidak boleh dipandang sebagai kumpulan teknik-teknik saja tetapi
lebih merupakan sebuah proses yang berdasar pada prinsip-prinsip. Dalam hal itu
Depdiknas mengkategorikan prinsip-prinsip umum evaluasi yang harus
diperhatikan sebagai berikut.
1. Menentukan dan menjelaskan apa yang harus dinilai selalu mendapat prioritas
dalam proses evaluasi. Efektivitas evaluasi bergantung pada telitinya deskripsi
tentang apa yang akan dievaluasi dan salah satu faktor yang melatarbelakangi
pengembangan pengukuran perilaku siswa.
2. Teknik evaluasi harus dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dicapainya dan
harus dipertimbangkan apakah teknik evalusi merupakan metode yang paling
efektif untuk menentukan apa yang ingin diketahui oleh siswa. Evaluasi yang
komprehensif menuntut berbagai teknik. Salah satu alasan perlunya berbagai
teknik evaluasi adalah karena setiap jenis hanya menyajikan bukti-bukti yang
unik tetapi terbatas tentang perilaku siswa. Guna mendapatkan gambaran yang
komprehensif tentang pencapaian siswa perlu kombinasi hasil dari berbagai
teknik.
2

3. Pemakaian teknik evaluasi yang sewajarnya menuntut kewaspadaan akan


keterbatasannya seperti juga kekuatannya. Semua alat evaluasi selalu
mengandung kekurangan tertentu. Pertama, adalah kesalahan pengambilan
sampel, yakni hanya dapat mengukur sampel kecil pada satu waktu. Kesalahan
kedua adalah pada alat evaluasi itu sendiri atau proses memakai alat itu.
Sumber kesalahan yang lain lahir dari penafsiran yang salah tentang hasil
evaluasi yang menganggap alat-alat itu mengandung presisi yang sebenarnya
tidak mereka miliki. Sebaik-sebaiknya alat evaluasi hanya memberikan hasil
yang bersifat mendekati saja, sehingga harus ditafsirkan secara wajar. Kesadaran
atas keterbatasan alat evaluasi memungkinkan dapat memakainya lebih
efektif, dan kesalahan-kesalahan dalam teknik evaluasi dapat
dihilangkan dengan cara hati-hati dalam memilih dan memakainya.
4. Evaluasi hanyalah alat mencapai tujuan bukan merupakan tujuan akhir.
Dalam dunia pendidikan pada umumnya dan bidang pengajaran pada
khususnya, penilaian adalah suatu program untuk memberikan pendapat dan
penentuan arti atau faedah suatu pengalaman. Yang dimaksud dengan pengalaman
adalah pengalaman yang diperoleh berkat proses pendidikan. Pengalaman tersebut
tampak pada perubahan tingkah laku atau pola kepribadian siswa. Jadi,
pengalaman yang diperoleh siswa adalah pengalaman sebagai hasil belajar siswa
di sekolah. Dalam hal ini, penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh
mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar
dan pembelajaran (Schwartz dalam Hamalik 2007:157).
Depdiknas menjelaskan evaluasi dapat diidentifikasikan sebagai proses yang
sistematis dalam menentukan sejauh mana tujuan instruksional dicapai oleh siswa-
siswa. Pendapat tersebut ditegaskan lagi dengan pengertian evaluasi dari
Djiwandono (2005), yakni secara umum evaluasi dalam penyelenggaraan
pembelajaran dipahami sebagai suatu upaya pengumpulan informasi tentang
penyelenggaraan pembelajaran sebagai dasar untuk pembuatan berbagai
keputusan.
Rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memperoleh contoh tingkah
laku seseorang yang memberikan gambaran tentang kemampuannya dalam bidang
3

ajaran tertentu adalah bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, rangkaian kegiatan


belajar-belajar dilaksanakan dengan menggunakan bahan ajar dan latihan-latihan
yang sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran yang dilakukan. Dalam memastikan tercapainya tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya, perlu dilaksanakan
serangkaian evaluasi. Melalui evaluasi diharapakan diperoleh informasi berkaitan
dengan kemampuan yang dimiliki siswa dalam bidang tertentu. Dalam hal ini adalah
bidang kebahasaan. Informasi yang dapat diperoleh berupa bahan ajar, metode dan
teknik pembelajaran, penyusunan dan penyelenggaraan tes, serta latihan-latihan
yang dilakukan. Informasi itu dikaji sebagi dasar untuk menentukan sasaran
yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan yang berkualitas.
Sehubungan dengan itu Djiwandono (2005) menjelaskan pada hakikatnya
kedudukan evaluasi dalam desain pembelajaran adalah ”sebagai bagian akhir dari
rangkaian tiga komponen pokok penyelenggaraan pembelajaran, yaitu tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.”
Dalam pelaksanannya, evaluasi harus berdasarkan prinsip-prinsip umum yang
menekankan pentingnya hal-hal berikut: 1) identifikasi tujuan evaluasi, 2)
memilih teknik evaluasi dalam hubungan dengan tujuan tersebut, 3) memakai
berbagai teknik evaluasi, 4) sadar akan keterbatasan teknik evaluasi yang dipakai,
dan 5) menganggap evaluasi sebagai sebuah proses pemerolehan informasi untuk
dipakai sebagai dasar bagi keputusan pendidikan. Berdasarkan pendapat dari para
ahli, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan serangkaian upaya untuk
mendapatkan informasi dari siswa yang disusun secara sistematis dan berdasarkan
tujuan instruksional yang selanjutnya dipergunakan untuk pengambilan
keputusan.
4

TUJUAN, FUNGSI, DAN PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PEMBELAJARAN


BAHASA INDONESIA

2.1 Evaluasi Hasil Belajar


Evaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang
diperlukan sebagai dasar untuk membuat alternatif keputusan. Dengan demikian,
setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja
direncanakan untuk memperoleh informasi atau data (Purwanto, 1992). Informasi
atau data yang dikumpulkan haruslah mendukung tujuan evaluasi yang
direncanakan.
Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, Gronlund (1976)
merumuskan pengertian evaluasi sebagai suatu proses sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan tentang ketercapaian tujuan pengajaran.
Wrighstone (dalam Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa evaluasi ialah
penafsiran terhadap pertum-buhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau
nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Mengenai hubungan antara evaluasi dengan pengajaran, disebutkan oleh
Parnel (Purwanto, 1984) bahwa pengukuran merupakan langkah awal pengajaran.
Tanpa pengukuran tidak akan terjadi penilaian. Tanpa penilaian tidak akan terjadi
umpanbalik. Tanpa umpanbalik tidak akan diperoleh pengetahuan yang baik tentang
hasil. Tanpa pengetahuan tentang hasil tidak dapat terjadi perbaikan yang sistematis
dalam belajar.
Melalui evaluasi, seorang pengajar dapat (1) mengetahui apakah
pembelajar mampu menguasai materi yang telah diajarkan, (2) apakah mereka
bersikap sebagaimana yang diharapkan, (3) apakah mereka telah memiliki
keterampilan berbahasa, (4) mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan, dan (5) menentukan kebijakan selanjutnya.
5
Tujuan pengajaran BI meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Oleh sebab itu, model evaluasi yang diterapkan juga mengacu pada
ketiga ranah tersebut. Bila tidak demikian, pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dari pembelajar tidak dapat diketahui dengan pasti. Padahal,
kepastian hasil evaluasi inilah yang dijadikan titik tolak untuk menentukan
kebijakan selanjutnya.
Bentuk alat ukur evaluasi dapat berupa tes dan nontes. Bentuk alat ukur yang
berupa tes dapat digunakan untuk menguji kompetensi (1) struktur dan ekspresi
tulis, (2) kosakata dan membaca, serta (3) menyimak. Ujian menyimak biasanya
merupa-kan ujian yang berat bagi pembelajar. Mereka sering cemas dan tegang
sebelum atau pada waktu ujian dilaksanakan. Untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan itu dapat dimaksudkan selingan musik instrumentalia di sela-sela
naskah ujian. Nontes digunakan untuk menguji kompetensi (1) berbicara dan (2)
menulis dengan bentuk penugasan. Melalui pengamatan, pengukuran kompetensi
berbicara dan menulis dilakukan. Untuk melakukan penskoran digunakan lembar
pengamatan yang dilengkapi skala berjenjang.

2.2 Tujuan Evaluasi Bahasa


Tes adalah alat, prosedur evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat kemampuan testee dengan menggunakan pertanyaan atau tugas yang harus
dijawab atau dikerjakan. Tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, misalnya:
tes seleksi, tes masuk, tes penempatan, tes diagnostik, tes keberhasilan, tes
perkembangan, tes hasil prestasi belajar, dan tes penguasaan.
Tes bahasa sangat penting dalam pembelajaran bahasa karena tes dapat
memonitor keberhasilan, baik pembelajar maupun pembelajar dalam mencapai
tujuannya. Bagi pembelajar, tes dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar
hasil yang telah dicapai, yaitu kemampuan yang telah diperoleh, sedangkan bagi
pembelajar, tes dapat digunakan untuk mengetahui keefektivan pendekatan, metode,
teknik, serta fasilitas yang digunakan dalam proses pembelajaaran.
Pada dasarnya, tes dilakukan untuk keuntungan kedua belah pihak, yaitu
pembelajar dan pembelajar. Tujuan tes ialah untuk menjajaki seberapa besar
6

kemampuan pembelajar dalam menyampaikan materi kepada pembelajar dan bagi


pembelajar sebagai penjajagan seberapa banyak materi yang mampu mereka serap
selama proses pembelajaran. Dari hasil tes, pembelajar/penyusun silabus dapat
mengubah/memperbaiki silabus, metode, dan media. Tes merupakan pengumpul
informasi (Zuhud,1995:10).
Tidak terlepas dari kepentingan tes dalam belajar-mengajar bahasa,
menurut Harris (1967:2-4) tes bahasa mempunyai enam tujuan yang berhubungan
dan tidak saling mengecualikan, yaitu: (1) untuk menentukan kesiapan pembelajar
menerima suatu program pelajaran, (2) untuk mengelompokkan atau
menempatkan pembelajar pada kelas yang tepat, (3) untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan khusus individu yang dites, (4) untuk mengukur bakat belajar, (5) untuk
mengukur luas pencapaian tujuan belajar pada pembelajar, dan (6) untuk menilai
keefektivan pelajaran.
Secara ringkas, enam butir itu digolongkan menjadi tes kemampuan umum
atau general profiency (1-3), tes bakat atau aptitude, (4) dan tes prestasi atau
achievement (5 dan 6). Tes kemampuan umum digunakan untuk mengetahui
kemampuan seseorang pada waktu dites (sebagai hasil keseluruhan belajarnya),
yang dapat juga digunakan sebagai dasar untuk meramalkan kecakapan yang
mungkin dicapai selanjutnya. Tes bakat menunjukkan kemudahan individu untuk
memperoleh kerterampilan khusus dan kemudahan mempelajari sesuatu. Tes
prestasi menunjuk-kan luasnya keterampilanmdan pengetahuan individu yang
diperoleh dalam belajar secara formal.
Tujuan tes bahasa asing, seperti TOEFL (Tes of English as Foreign
Language) dapat dimasukkan ke dalam golongan tes kemampuan umum sebab
biasanya TOEFL dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam
berbahasa Inggris secara umum, bukan kemampuan hasil program pendidikan
tertentu. Seperi dikatakan oleh Hughes (1989:9), tes kemampuan dirancang untuk
mengukur kecakapan seseorang dalam suatu bahasa tanpa memandang latihan
apapun yang telah dilakukannya dalam bahasa itu. Tes bahasa Indonesia untuk
pelajar asing di sini, juga dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan orang
7
asing dalam berbahasa Indonesia secara umum . Tes ini dapat disebut TBIPA (Tes
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing).

2.3 Prinsip Penilaian


Implementasi penilaian dalam kurikulum 2004 dilakukan dengan
menggunakan prinsip-prinsip berikut.
a. Sistem penilaian berkelanjutan
(1) Menilai semua kompetensi dasar bukan “sampling”
(2) Memberikan tindak lanjut (remedial dan pengayaan) berdasarkan analisis
hasil penilaian
b. Mencakup berbagai ranah dengan berbagai alat
(1) Menilai aspek kognitif, keterampilan, dan aspek efektif (menyeimbangkan
proses dan produk)
(2) Menggunakan tes, pengamatan, unjuk kerja, portofolio
c. Mendeskripsikan penilaian secara kualitatif, kuantitatif, dan deskriptif
(1) Perlu laporan secara rinci tentang profil KD yang dicapai
(2) Tidak hanya angka tetapi deskripsi kompetensi d.
Mencakup berbagai fungsi
(1) Tidak sekedar untuk memberikan nilai kepada siswa (2)
Membantu siswa menemukan kelemahan/kekuatannya (3)
Mengetahui keefektifan pembelajaran
e. Berdasarkan acuan patokan
(1) Berorientasi pada standar yang ada
(2) Mencapai ketuntasan belajar (mencapai ”75 %”)
f. Teknik self assesment, peer assesment, dan teacher assesment
(1) Siswa diberi kesempatan menilai diri sendiri untuk mengetahui kelemahan dan
kekuatannya
(2) Penilaian sejawat dan penilaian guru diperlukan sebagai alat belajar dan
validasi hasil penilaian.

Anda mungkin juga menyukai