Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN SENSITIVITAS

VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP FINANCIAL


DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR

ARTIKEL ILMIAH

OLEH:

ALLISA INDAH SAPOETRI


2009310043

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2013
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Nama : Allisa Indah Sapoetri

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Juli 1991

N.I.M : 2009310043

Jurusan : Akuntansi

Program Pendidikan : Strata 1

Konsentrasi : Akuntansi Keuangan

Judul : Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Sensitivitas

Variabel Ekonomi Makro Terhadap Financial Distress

Pada Perusahaan Manufaktur.

Disetujui dan diterima baik oleh :

Dosen Pembimbing, Co. Dosen Pembimbing,

Tanggal : Tanggal :

(Luciana Spica Almilia SE., M.Si) (Riski Aprilia Nita, SE., M.A)

Ketua Program Studi S1 Akuntansi

Tanggal :

(Supriyati, SE., M.Si., Ak)

ii
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN SENSITIVITAS
VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP FINANCIAL
DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR

Allisa Indah Sapoetri


STIE Perbanas Surabaya
Email: 2009310043@students.perbanas.ac.id
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the influence of financial ratios and sensitivity to
macroeconomic variables to financial distress in manufacturing company. This study is using
secondary data which is financial statements of the manufacturing company listed in
Indonesia Stock Exchange period 2007 to 2011. The variables of financial ratios is using
liquidity ratios, activity ratios, solvency ratios, profitability ratios, the ratio of market and
sensitivity macroeconomic variables measured by values sensitive to interest rates and
inflation. Value of financial distress is measured by financial distress cost. Methods of
analysis used the normality test, multiple linear regressions, t test, F test and the coefficient of
determination. The results showed that the variable liquidity ratios and solvency ratios
significantly influence the value of financial distress costs, while variable activity ratios,
profitability ratios, the ratio of market and sensitivity macroeconomic variables have no
significant influence to financial distress.

Keywords: Financial Ratios, Sensitivity Macroeconomic Variables, Financial Distress

PENDAHULUAN mengetahui kondisi financial distress


Laporan keuangan merupakan salah satu perusahaan sejak dini diharapkan dapat
sumber informasi mengenai posisi melakukan tindakan-tindakan untuk
keuangan suatu perusahaan, kinerja serta mengantisipasi kondisi yang mengarah
perubahan posisi keuangan perusahaan pada kebangkrutan.
yang berguna untuk pengambilan Rasio keuangan yang digunakan di
keputusan yang tepat. Agar informasi yang dalam penelitian ini berupa rasio lancar,
tersaji menjadi lebih bermafaat dalam jika kemampuan perusahaan memenuhi
pengambilan keputusan hal yang dapat hutang jangka pendeknya dengan
ditempuh adalah dengan cara melakukan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio yang
analisis laporan keuangan. rendah menunjukkan risiko likuiditas yang
Financial distress terjadi sebelum tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi
kebangkrutan. Model financial distress menunjukkan adanya kelebihan aktiva
perlu dikembangkan, karena dengan lancar yang akan mempunyai pengaruh

1
yang tidak baik terhadap profitabilitas meningkat. Rasio net profit margin
perusahaan. Quick ratio untuk mengetahui menghitung sejauh mana kemampuan
kemampuan perusahaan dalam membayar perusahaan menghasilkan laba bersih pada
hutang lancar dengan aktiva lancar tanpa tingkat penjualan tertentu. Jika profit
memperhitungkan persediaan. Angka yang perusahaan baik maka kemungkinan
terlalu tinggi untuk persediaan terjadinya financial distress semakin kecil.
menunjukkan indikasi kelebihan kas atau Price Earning Ratio mengukur
piutang sedangkan angka yang terlalu kecil harga saham relatif terhadap earningnya.
menunjukkan resiko likuiditas tinggi. Rasio Price earning ratio menggambarkan
rata-rata umur piutang untuk melihat apresiasi pasar terhadap kemampuan
berapa lama waktu yang digunakan untuk perusahaan dalam menghasilkan laba.
melunasi piutang. Semakin lama rata-rata Price earning ratio yang tinggi tidak
umur piutang yang terlalu tinggi menarik karena harga saham barangkali
menunjukkan kemungkinan tidak tidak akan naik lagi, yang berarti
kembalinya piutang yang lebih tinggi., jika kemungkinan memperoleh capital gain
rata-rata umur piutang terlalu tinggi akan lebih kecil. Meningkatnya suku bunga
menunjukkan kemungkinan tidak akan berdampak pada peningkatan bunga
kembalinya piutang yang lebih tinggi yang deposito yang pada akhirnya
akan mengakibatkan terjadinya financial mengakibatkan tingginya bunga kredit
distress. Rasio perputaran persediaan sehingga investasi dalam perekonomian
mengukur sejauh mana efektivitas menjadi menurun dan menyebabkan modal
penggunaan persediaan di perusahaan. yang akan diperoleh perusahaan dari para
Perputaran persediaan yang tinggi investor menurun. Semakin tinggi tingkat
menandakan semakin tingginya persediaan sensitivitas perusahaan terhadap suku
berputar dalam satu tahun dan ini bunga, semakin tinggi pula risiko yang
menandakan efektivitas manajemen akan dihadapi perusahaan. Semakin tinggi
persediaan. tingkat sensitivitas perusahaan terhadap
Rasio debt to total asset inflasi, semakin tinggi pula risiko yang
menghitung seberapa jauh dana yang akan dihadapi perusahaan. Jika perusahaan
disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi tidak mampu untuk menghadapi inflasi
menunjukkan perusahaan menggunakan maka akan timbul financial distress pada
leverage keuangan yang tinggi. Jika perusahaan Berdasarkan uraian di atas
semakin banyak perusahaan didanai dengan maka, rumusan masalah penelitian ini
hutang dari kreditur maka leverage adalah
keuangan perusahaan tinggi dan kinerja 1. Apakah rasio lancar berpengaruh
perusahaan buruk menilai kemampuan terhadap financial distress perusahaan
perusahaan dalam membayar kewajiban manufaktur?
jika perusahaan tersebut dilikuidasi jika 2. Apakah quick ratio berpengaruh
rasio ini bagus maka tingkat kesehatan terhadap financial distress perusahaan
perusahaan semakin baik. Rasio return on manufaktur?
equity mengukur kemampuan perusahaan 3. Apakah rasio rata-rata umur piutang
menghasilkan laba berdasarkan modal berpengaruh terhadap financial
saham tertentu. Rasio ini memperhitungkan distress perusahaan manufaktur?
dividen maupun capital gain untuk 4. Apakah rasio perputaran persediaan
pemegang saham. Jika ROE tinggi berarti berpengaruh terhadap financial
kinerja perusahaan tersebut baik atau distress perusahaan manufaktur?

2
5. Apakah debt to tottal asset ratio ratio, inventory turnover, net profit margin,
berpengaruh terhadap financial growth cash flow dan sensitivitas terhadap
distress perusahaan manufaktur? indikator ekonomi makro yaitu inflasi,
6. Apakah rasio net profit margin suku bunga dan nilai tukar sebagai
berpengaruh terhadap financial distress prediktor kesulitan keuangan. Variabel
perusahaan manufaktur? independen (X) adalah rasio keuangan dan
7. Apakah rasio return on equity (ROE) sensitivitas terhadap indikator ekonomi
berpengaruh terhadap financial makro yaitu inflasi, suku bunga dan nilai
distress perusahaan manufaktur? tukar. Hasil penelitian, pertama
8. Apakah price earning ratio (PER) menunjukkan bahwa Variabel ekonomi
berpengaruh terhadap financial mikro serta variabel ekonomi makro
distress perusahaan manufaktur? berdampak terhadap kesulitan keuangan.
9. Apakah sensitivitas suku bunga karena itu variabel tersebut dapat
berpengaruh terhadap financial digunakan dalam melihat kondisi kesulitan
distress perusahaan manufaktur? keuangan. Kedua, Debt ratio dan inventory
10. Apakah sensitivitas inflasi turnover pada perusahaan tekstil dan
berpengaruh terhadap financial produk tekstil ternyata tidak memberikan
distress perusahaan manufaktur? dampak terjadinya kesulitan keuangan.
RERANGKA TEORITIS DAN Ketiga, pada perusahaan tekstil dan produk
PENGEMBANGAN HIPOTESIS tekstil ternyata variabel makro yang berupa
Teori Sinyal nilai tukar rupiah terhadap dollar tidak
Teori sinyal menyatakan bahwa terlalu berdampak pada kesulitan
perusahaan yang berkualitas baik dengan keuangan.
sengaja akan memberikan sinyal pada Wahyu Dan Doddy (2009)
pasar, dengan demikian pasar diharapkan melakukan penelitian untuk untuk
dapat membedakan perusahaan yang mengetahui seberapa besar pengaruh
berkualitas baik dan buruk (Hartono, variabel rasio keuangan yaitu rasio
2005). Menurut Wolk dan Tearney (1997 : likuiditas, profitabilitas, financial leverage,
91) nilai perusahaan dapat ditingkatkan jika dan pertumbuhan penjualan terhadap
perusahaan secara sukarela melaporkan kondisi financial distress. Variabel
(sinyal) informasi yang kredibel dan independen yang digunakan dalam
mengurangi ketidakpastian tentang prospek penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio
masa depan perusahaan. Teori Sinyal profitabilitas, rasio financial leverage, dan
berakar pada teori akuntansi pragmatik. pertumbuhan penjualan. Hasil penelitian
Gozali dan Anis (2007 : 63) menunjukkan (1) likuiditas yang diukur
mendefinisikan teori akuntansi pragmatik dengan current ratio tidak berpengaruh
adalah “Teori yang memusatkan terhadap financial distress perusahaan;
perhatiannya kepada pengaruh informasi (2) likuiditas yang diukur dengan quick
terhadap perubahan perilaku pemakai ratio berpengaruh negatif terhadap
informasi”. Salah satu informasi yang financial distress perusahaan; (3)
dapat dijadikan sinyal adalah menggunakan Likuiditas yang diukur dengan cash ratio
rasio-rasio keuangan dan variabel ekonomi tidak berpengaruh terhadap financial
makro berupa inflasi dan suku bunga. distress perusahaan; (4) Profitabilitas
Rini, Ubud Dan Kusuma (2011) berpengaruh negatif terhadap financial
melakukan penelitian untuk menguji rasio distress; (5) Financial leverage yang
keuangan yang berupa current ratio, debt diukur dengan total liabilities to total

3
asset tidak berpengaruh terhadap distress perlu dikembangkan, karena
financial distress perusahaan, (6) dengan mengetahui kondisi financial
Financial leverage yang diukur dengan distress perusahaan sejak dini diharapkan
current liabilities to total asset tidak dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk
berpengaruh terhadap financial distress mengantisipasi kondisi yang mengarah
perusahaan; (7) Pertumbuhan penjualan pada kebangkrutan.
tidak berpengaruh terhadap financial Menurut plat dan plat (2002) dalam
distress perusahaan. iramani (2007), financial distress
Djumahir (2007) menguji variabel- didefinisikan sebagai tahap penurunan
variabel keuangan dan Variabel-variabel kondisi keuangan yang terjadi sebelum
makro secara simultan dalam memprediksi terjadinya kebangkrutan atau likuidasi.
financial distress perusahaan industri food Kondisi Financial distress ada dalam
and beverages yang terdaftar di Bursa Efek kondisi cash flow yang sangat minimum,
Jakarta; dan menguji variabel-variabel aset perusahaan lebih rendah dari
keuangan dan variabel-variabel makro yang hutangnya. Indikasi lain adalah saat
terdiri dari secara parsial dalam perusahaan tidak mampu lagi memenuhi
rnemprediksi financial distress perusahaan kewajiban jangka pendeknya yang bisa
industri food and beverages yang terdaftar juga dipengaruhi karena kondisi global
di Bursa Efek Jakarta. Variabel dependen financial crisis. Besarnya leverage yang
yang digunakan adalah financial distress digunakan untuk melakukan kegiatan usaha
perusahaan. Variabel independen yaitu sangat mempengaruhi kemampuan
variabel mikro yang merupakan Variabel- perusahaan dalam melaksanakan
variabel keuangan yang terdiri dari ekuitas, perencanaan keuangannya. Nilai financial
laba ditahan, laba operasi, modal kerja dan distress yang digunakan pada penelitian ini
variabel-variabel makro yang terdiri dari menggunakan pendekatan kinerja
suku bunga, nilai tukar dan inflasi. Hasil operasional berdasarkan adopsi dari
penelitian menunjukkan bahwa variabel penelitian Hui dan Jing-Jing. Menurut nilai
mikro yang terdiri dari ekuitas, laba kinerja operasi, penelitian ini menggunakan
ditahan, laba operasi, modal kerja dan nilai percentage atau persentase dari
variabel-variabel makro yang terdiri dari EBITDA dibagi nilai Net Sales Revenue.
suku bunga, nilai tukar dan inflasi dapat Nilai EBITDA diperoleh dari nilai laba
memprediksi financial distress perusahaan. operasi perusahaan dijumlahkan dengan
Secara parsial variabel ekuitas, laba nilai depresiasi dan amortisasi. Perbedaan
ditahan, laba operasi, suku bunga, inflasi, antara kinerja operasi dan nilai pasar saham
dan nilai tukar masing-masing tidak antara periode operasi normal dan periode
berpengaruh terhadap financial distress distress menunjukkan apakah ada biaya
perusahaan dan hanya variabel modal yang kesulitan keuangan dan seberapa banyak
mempunyai pengaruh terhadap financial yang dikeluarkan.
distress perusahaan. Rasio Keuangan
Financial Distress Rasio keuangan merupakan sautu
Financial distress merupakan cara yang paling umum digunakan dalam
kondisi dimana keuangan perusahaan membuat analisis laporan keuangan.
sedang mengalami kesulitan atau dalam Teknik analisis rasio memberikan
keadaan tidak sehat. Menurut luciana dan gambaran atau posisi keadaan keuangan
kristijadi (2003), financial distress terjadi perusahaan yaitu likuiditas, solvabilitas,
sebelum kebangkrutan. Model financial profitabilitas, aktivitas dan pasar. Menurut

4
Mamduh Dan Abdul (2009:5), analisis yang tinggi akan mendorong orang untuk
terhadap laporan keuangan suatu menanamkan dananya di bank dari pada
perusahaan pada dasarnya karena ingin menginvestasikannya pada sektor industri.
mengetahui tingkat profitabilitas dan Suku bunga yang tinggi menyedot jumlah
tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu uang yang beredar di masyarakat. Bank
perusahaan. Indonesia dapat mengendalikan tingkat
Senstitivitas Variabel Ekonomi Makro inflasi dan deflasi dengan mengetahui
Ogden et al (dalam Rr.Iramani, jumlah maksimum uang yang boleh
2007) mengungkapkan bahwa variabel beredar. Sensitivitas perusahaan terhadap
ekonomi makro merupakan faktor eksternal variabel ekonomi makro mengukur
yang dapat mempengaruhi financial seberapa besar tingkat perubahan variabel
distress. Variabel ekonomi makro ekonomi makro berpengaruh terhadap
diproxikan dari nilai sensitivitas inflasi dan perusahaan. Semakin tinggi tingkat
suku bunga. Inflasi adalah suatu proses sensitivitas perusahaan terhadap variabel
meningkatnya harga-harga secara umum ekonomi makro, semakin tinggi pula risiko
dan merupakan proses menurunnya nilai yang akan dihadapi perusahaan.
mata uang secara terus menerus dan saling Kerangka Pemikiran
mempengaruhi. Semakin tinggi suku Berdasarkan tinjauan pustaka dan diperkuat
bunga, inflasi juga semakin tinggi. Inflasi dengan penelitian terdahulu diduga bahwa
yang tinggi akan melemahkan daya beli terdapat pengaruh yang signifikan antara
masyarakat terhadap mata uang nasional. variabel independen terhadap financial
Suku bunga merupakan instrumen distress. Sehingga dapat dirumuskan
untuk mengendalikan atau menekan laju kerangka pemikiran penelitian sebagai
pertumbuhan tingkat inflasi. Suku bunga berikut:

Gambar 1
Rerangka Pemikiran

Rasio Keuangan:
1. Rasio lancar
2. Quick ratio
3. Rasio rata-rata umur piutang
4. Rasio perputaran persediaan
5. Rasio debt to total asset
6. Rasio net profit margin
7. Rasio Return On Equity Financial Distress
8. Price earning ratio

Sensitivitas variabel ekonomi makro:


1. Sensitivitas suku bunga SBI
2. Sensitivitas inflasi

5
Hipotesis Penelitian Pengaruh rasio rata-rata umur piutang
Berdasarkan kerangka konseptual yang terhadap Financial Distress
telah dirumuskan diatas, maka hipotesis Semakin lama rata-rata umur
penelitian yang akan diuji adalah piutang yang terlalu tinggi menunjukkan
Pengaruh Rasio Lancar terhadap kemungkinan tidak kembalinya piutang
Financial Distress yang lebih tinggi. Sebaliknya angka yang
Mengukur kemampuan perusahaan teralalu rendah bisa jadi merupakan
memenuhi hutang jangka pendeknya indikasi kebijakan piutang yang terlalu
dengan menggunakan aktiva lancarnya. ketat dan ini akan menurunkan penjualan
Rasio yang rendah menunjukkan risiko dari yang seharusnya bisa dimanfaatkan.
likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio Atas dasar kajian tersebut, maka hipotesis
lancar yang tinggi menunjukkan adanya ketiga dalam penelitian ini dapat
kelebihan aktiva lancar yang akan dirumuskan sebagai berikut :
mempunyai pengaruh yang tidak baik H3: Rasio rata-rata umur piutang
terhadap profitabilitas perusahaan. Jika berpengaruh terhadap financial
likuiditas perusahaan tinggi maka distress perusahaan manufaktur.
kemampuan membayar hutang semakin Pengaruh rasio perputaran Persediaan
baik dan maka kinerja perusahaan semakin terhadap Financial Distress
baik dan kemungkinan untuk memgalami Rasio ini mengukur sejauh mana
financial distress semakin kecil. Atas dasar efektivitas penggunaan persediaan di
kajian tersebut, maka hipotesis pertama perusahaan. Perputaran persediaan yang
dalam penelitian ini dapat dirumuskan tinggi menandakan semakin tingginya
sebagai berikut : persediaan berputar dalam satu tahun dan
H1: Rasio lancar berpengaruh terhadap ini menandakan efektivitas manajemen
financial distress perusahaan manufaktur. persediaan, sebaliknya perputaran
Pengaruh Quick Ratio terhadap persediaan yang rendah menandakan tanda-
Financial Distress tanda mismanjemen seperti kurangnya
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan persediaan yang efektif. Jika penggunaan
perusahaan dalam membayar hutang lancar persediaan semakin efektif maka kinerja
dengan aktiva lancar tanpa perusahaan semakin baik sehingga
memperhitungkan persediaan. Angka yang financial distress tidak mungkin terjadi.
terlalu tinggi untuk persediaan Atas dasar kajian tersebut, maka hipotesis
menunjukkan indikasi kelebihan kas atau keempat dalam penelitian ini dapat
piutang sedangkan angka yang terlalu kecil dirumuskan sebagai berikut :
menunjukkan resiko likuiditas tinggi. Jika H4: Rasio perputaran persediaan
kemampuan perusahaan membayar hutang berpengaruh terhadap financial
lancar baik maka kinerja perusahaan distress perusahaan manufaktur.
semakin baik dan indikasi financial distress Pengaruh rasio debt to total asset
tidak mungkin terjadi. Atas dasar kajian terhadap Financial Distress
tersebut, maka hipotesis kedua dalam Rasio ini menghitung seberapa jauh dana
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai yang disediakan oleh kreditur. Rasio yang
berikut : tinggi menunjukkan perusahaan
H2: Quick Ratio berpengaruh terhadap menggunakan leverage keuangan yang
financial distress perusahaan manufaktur. tinggi.

6
Jika semakin banyak perusahaan didanai tersebut, maka hipotesis ketujuh dalam
dengan hutang dari kreditur maka leverage penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
keuangan perusahaan tinggi dan kinerja berikut :
perusahaan buruk. Kinerja perusahaan yang H7: Rasio Net Profit Margin (NPM)
buruk jika terjadi terus-menerus maka berpengaruh terhadap financial
perusahaan akan mengarah ke financial distress perusahaan manufaktur.
distress. Atas dasar kajian tersebut, maka Pengaruh Price Earning Ratio (PER)
hipotesis kelima dalam penelitian ini dapat terhadap Financial Distress
dirumuskan sebagai berikut : Price Earning Ratio mengukur harga saham
H5: Rasio debt to total asset berpengaruh relatif terhadap earningnya. Price earning
terhadap financial distress ratio menggambarkan apresiasi pasar
perusahaan manufaktur. terhadap kemampuan perusahaan dalam
Pengaruh rasio Return On Equity terhadap menghasilkan laba. Price earning ratio yang
Financial Distress tinggi tidak menarik karena harga saham
Rasio ini mengukur kemampuan barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti
perusahaan menghasilkan laba berdasarkan kemungkinan memperoleh capital gain akan
modal saham tertentu. Rasio ini merupakan lebih kecil. Semakin kecil nilai price
ukuran profitabiltas dari sudut pandang earning ratio maka semakin murah saham
pemegang saham. Rasio ini tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula
memperhitungkan dividen maupun capital kinerja per lembar saham dalam
gain untuk pemegang saham. Jika ROE menghasilkan laba bagi perusahaan.
tinggi berarti kinerja perusahaan tersebut Semakin baik kinerja per lembar saham akan
baik atau meningkat. Kinerja perusahaan mempengaruhi banyak investor untuk
yang baik mengindikasikan perusahaan membeli saham tersebut. Atas dasar kajian
tersebut tidak akan mengalami financial tersebut, maka hipotesis kedelapan dalam
distress. Atas dasar kajian tersebut, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
hipotesis keenam dalam penelitian ini dapat berikut :
dirumuskan sebagai berikut : H8: Rasio Price Earning Ratio
H6: Rasio Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap financial
berpengaruh terhadap financial distress perusahaan manufaktur.
distress perusahaan manufaktur. Pengaruh sensitivitas suku bunga
Pengaruh Net Profit Margin terhadap terhadap financial distress
Financial Distress Menurut Djumahir (2007) suku
Rasio ini menghitung sejauh mana bunga merupakan variabel yang secara tidak
kemampuan perusahaan menghasilkan laba langsung berpengaruh terhadap financial
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio distress dan suku bunga akan berpengaruh
ini bisa diinterpretasikan sebagai terhadap hutang sebagai akibat pinjaman
kemampuan perusahaan menekan biaya- dengan beban bunga tetap yang akhirnya
biaya di perusahaan pada periode tertentu. akan mengurangi keuntungan.
Profit margin yang tinggi menandakan Meningkatnya suku bunga akan berdampak
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada peningkatan bunga deposito yang pada
tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit akhirnya mengakibatkan tingginya bunga
margin yang rendah menandakan ketidak kredit sehingga investasi dalam
efisienan manajemen. Jika kemampuan perekonomian menjadi menurun dan
perusahaan menghasilkan laba baik maka menyebabkan modal yang akan diperoleh
kinerja perusahaan baik dan financial perusahaan dari para investor menurun dan
distress tidak akan terjadi. Atas dasar kajian akhirnya akan mengakibatkan financial

7
distress pada perusahaan. Semakin tinggi Batasan Penelitian
tingkat sensitivitas perusahaan terhadap Penelitian ini dibatasi pada
suku bunga, semakin tinggi pula risiko yang perusahaan manufaktur yang listed atau
akan dihadapi perusahaan. Atas dasar kajian terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tersebut, maka hipotesis kesembilan dalam tahun 2007-2011.
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai Identifikasi Variabel
berikut: Berdasarkan landasan teori dan hipotesis
H9: Sensitivitas suku bunga berpengaruh yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
terhadap financial distress maka pada penelitian ini variabel yang akan
perusahaan manufaktur. di identifikasi adalah sebagai berikut :
Pengaruh sensitivitas inflasi terhadap 1. Variabel dependen (Y) adalah financial
financial distress distress perusahaan
Menurut Djumahir (2007) inflasi 2. Variabel Independen (X) yang
akan berpegaruh terhadap harga barang dan digunakan dalam penelitian ini adalah
akan berpengaruh terhadap kemampuan rasio keuangan dan Sensitivitas variabel
konsumen untuk membeli barang dan ekonomi makro yang terdiri dari, rasio
selanjutnya akan menurunkan omset lancar, rasio quick, rata-rata umur
penjualan perusahaan. Jika perusahaan tidak piutang, perputaran persediaan, debt to
mampu untuk menghadapi inflasi maka akan total aset, profit margin, roe, per, suku
timbul financial distress pada perusahaan.. bunga, inflasi.
Sensitivitas perusahaan terhadap variabel Definisi Operasional dan Pengukuran
ekonomi makro mengukur seberapa besar Variabel
tingkat perubahan variabel ekonomi makro Definisi operasional dari variabel-variabel
berpengaruh terhadap perusahaan. Semakin yang digunakan baik variabel independen
tinggi tingkat sensitivitas perusahaan dan variabel dependen dalam penelitian ini
terhadap inflasi, semakin tinggi pula risiko adalah sebagai berikut:
yang akan dihadapi perusahaan. Atas dasar Variabel Dependen
kajian tersebut, maka hipotesis kesepuluh Variabel dependen (Y) adalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan financial distress perusahaan yang diukur
sebagai berikut: berdasarkan adopsi menurut penelitian dari
H10: Sensitivitas inflasi berpengaruh Hui dan Jing-Jing:
terhadap financial distress
perusahaan manufaktur. FDC1 = (KO0 – KOt)/AKOt,i
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian FDC = Financial Distress Cost.
Metode penelitian yang digunakan KO0 = KO tahun sebelumnya
dalam penelitian ini adalah penelitian kausal KOt = KO tahun pengamatan
komparatif merupakan tipe penelitian AKO = Rata-Rata dari kinerja operasi di
dengan karakteristik masalah berupa industri i selama tahun y.
hubungan sebab akibat antara dua variabel Menurut nilai kinerja operasi (KO),
atau lebih. (Nur Indriantoro dan Bambang penelitian ini menggunakan nilai percentage
Supomo, 1999 : 27). Metode ini merupakan atau persentase dari EBITDA dibagi nilai
salah satu proses analisa data dengan net sales revenue. Nilai EBITDA diperoleh
menggunakan rumus-rumus matematik. dari nilai laba operasi perusahaan
Peneliti juga menggunakan metode analisa dijumlahkan dengan nilai depresiasi dan
regresi berganda. amortisasi. Perbedaan antara kinerja operasi

8
dan nilai pasar saham antara periode operasi berputar dalam satu tahun dan ini
normal dan periode distress menunjukkan menandakan efektivitas manajemen
apakah ada biaya kesulitan keuangan dan persediaan, sebaliknya perputaran
seberapa banyak jumlah biaya tersebut. persediaan yang rendah menandakan tanda-
Variabel Independen tanda mismanjemen seperti kurangnya
1. Rasio lancar persediaan yang efektif.
Mengukur kemampuan perusahaan HPP
memnuhi hutang jangka pendeknya dengan Perputaran Persediaan = ---------------------
menggunakan aktiva lancarnya. Rasio yang Persediaan
rendah menunjukkan risiko likuiditas yang 5. Debt To Total Aset
tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi Rasio ini menghitung seberapa jauh dana
menunjukkan adanya kelebihan aktiva yang disediakan oleh kreditur. Rasio yang
lancar yang akan mempunyai pengaruh yang tinggi menunjukkan perusahaan
tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. menggunakan leverage keuangan yang
Aktiva Lancar tinggi.
Rasio Lancar = ----------------------------- Total Hutang
Hutang lancar Debt To Total Aset = ------------------------
2. Quick ratio Total Aset
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan 6. Net Profit Margin
perusahaan dalam membayar hutang lancar Rasio ini menghitung sejauh mana
dengan aktiva lancar tanpa kemampuan perusahaan menghasilkan laba
memperhitungkan persediaan. Angka yang bersih pada tingkat penjualan tertentu.
terlalu tinggi untuk persediaan menunjukkan Rasio ini bisa diinterpretasikan sebagai
indikasi kelebihan kas atau piutang kemampuan perusahaan menekan biaya-
sedangkan angka yang terlalu kecil biaya di perusahaan pada periode tertentu.
menunjukkan resiko likuiditas tinggi. Profit margin yang tinggi menandakan
Aktiva Lancar - persediaan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
Rasio Quick = ---------------------------------- tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit
Hutang Lancar margin yang rendah menandakan
3. Rata-Rata Umur Piutang (RUP) ketidakefisienan manajemen.
Melihat berapa lama yang digunakan Laba Bersih
untuk melunasi piutang. Semakin lama rata- Net Profit Margin = -----------------------
rata umur piutang yang terlalu tinggi Penjualan
menunjukkan kemungkinan tidak 7. Return On Equity
kembalinya piutang yang lebih tinggi. Rasio ini mengukur kemampuan
Sebaliknya angka yang teralalu rendah bisa perusahaan menghasilkan laba berdasarkan
jadi merupakan indikasi kebijakan piutang modal saham tertentu. Rasio ini
yang terlalu ketat dan ini akan menurunkan memperhitungkan dividen maupun capital
penjualan dari yang seharusnya bisa gain untuk pemegang saham. ROE
dimanfaatkan. dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage
RUP = Piutang Dagang/(Penjualan/365) keuangan perusahaan.
4. Perputaran Persediaan Laba Bersih
Mengukur sejauh mana efektivitas ROE = ----------------------------
penggunaan persediaan di perusahaan. Modal saham
Perputaran persediaan yang tinggi
menandakan semakin tingginya persediaan

9
8. Price Earning Ratio return saham perusahaan dengan variabel
Mengukur harga saham relatif terhadap ekonomi makro. Beaver (1996) dan Scott
earningnya. PER yang tinggi tidak menarik (1981) dalam Tirapat Dan Nittayagasetwat
karena harga saham barangkali tidak akan (1999) mengkonfirmasi hubungan antara
naik lagi, yang berarti kemungkinan probabilitas perusahaan mengalami
memperoleh capital gain akan lebih kecil. kebangkrutan dan return saham perusahaan.
Harga Pasar Perlembar Penurunan return saham perusahaan sebagai
PER = ------------------------------------- pendekatan kegagalan perusahaan.
Earning Perlembar Probabilitas kebangkrutan tergantung pada
9. Sensitivitas Variabel Ekonomi Makro return saham perusahaan oleh karena itu
Sensitivitas perusahaan merupakan return saham perusahaan menggambarkan
tingkat kepekaan perusahaan terhadap refleksi yang baik tentang ekspektasi pasar
indikator ekonomi makro. Pengukuran terhadap probabilitas perusahaan mengalami
variabel ini merujuk pada Almilia (2004), financial distress.
dimana sensitivitas perusahaan diukur Populasi, Sampel dan Teknik
dengan menggunakan persamaan regresi Pengambilan Sampel
kumulatif return saham perusahaan selama Populasi yang digunakan dalam
satu bulan terhadap tingkat inflasi dan penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
tingkat suku bunga sehingga diperoleh yang laporan keuangannya terdapat di
persamaan regresi sebagai berikut: Publikasi Bursa Efek Indonesia dengan
y = a + b1x1 + b2x2 periode 2007-2011. Metode pengambilan
Dimana: sampel yang digunakan adalah metode
y = Return saham purposive sampling. Kriteria sampel yang
x1 = Suku bunga dipilih di antaranya: (1) Perusahaan yang
b1 = Sensitivitas perusahaan terhadap menerbitkan Annual Report lima tahun
suku bunga berturut-turut mulai tahun 2007-2011. (2)
x2 = Inflasi Perusahaan yang menggunakan satuan
b2 = Sensitivitas perusahaan terhadap rupiah dalam Annual Report yang
inflasi diterbitkannya.
Setelah dicari sensitivitas masing-masing Data dan Metode Pengumpulan Data
perusahaan terhadap variabel ekonomi Jenis data yang digunakan dalam
makro, selanjutnya memasukkan koefisien penelitian ini adalah data sekunder. Data
regresi untuk variabel ekonomi makro tersebut berupa rasio-rasio keuangan dalam
tersebut sebagai pengukur sensitivitas laporan keuangan masing-masing
perusahaan terhadap variabel ekonomi perusahaan manufaktur periode tahun 2007-
makro ke persamaan regresi berganda. 2011.
Motivasi dilakukan regresi dua kali adalah Teknik Analisis Data
untuk menangkap risiko sistematik dalam Statistik Deskriptif
kondisi ekonomi yang mempengaruhi Statistik deskriptif memberikan
perusahaan. gambaran atau deskripsi suatu data yang
Return saham digunakan sebagai dilihat dari Mean, standar deviasi, varian,
variabel dependen pada regresi kumulatif maksimum, minimum, sum, range, kurtosis,
karena return saham aktual perusahaan dan skewness (Gozali, 2006). Analisis
menggambarkan risiko sistematik dan statistik deskriptif dalam penelitian ini
spesifik perusahaan. Risiko sistematik digunakan untuk menghitung nilai
perusahaan diperoleh dari hasil regresi minimum, maksimum, Mean, standar

10
deviasi pada variabel independen dan model penelitian tidak dapat digunakan atau
variabel dependen. model tersebut tidak tepat.
Uji Asumsi Klasik Koefisien Determinasi
Uji Normalitas Tujuan menghitung koefisien determinasi
Metode uji yang digunakan adalah dengan adalah untuk mengetahui pengaruh variabel
menggunakan uji kolmogorov-smirnov. bebas terhadap variabel terikat. Jika variabel
Penggunaan uji kolmogorov smirnov ini independen yang digunakan lebih dari dua
dilakukan dengan melihat tingkat maka Adjusted R2 sebagai koefisien
probabilitas yang dihasilkan. Apabila tingkat determinasi.
profitabilitasnya lebih dari 5% maka Uji t
dikatakan data tersebut terdistribusi secara Uji statistika t pada dasarnya menunjukkan
normal. seberapa jauh pengaruh satu variabel
Uji Multikolonieritas independen terhadap variabel dependen.
Mendeteksi ada atau tidaknya Ketentuan yang digunakan dalam uji t
multikolonieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut: (1) Jika signifikan <
adalah dilihat dari nilai tolerance dan 0,05, maka variabel independen berpengaruh
lawannya variance inflation factor (VIF). terhadap variabel dependen (2) Jika nilai
Uji Autokorelasi signifikan > 0,05, maka variabel independen
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan uji tidak berpengaruh terhadap variabel
run test. Uji ini dapat digunakan untuk dependen.
menguji apakah antar residual terdapat Uji Regresi Linier Berganda
korelasi yang tinggi. Run test digunakan Penelitian ini financial distress
untuk melihat apakah data residual terjadi sebagai variabel terikat sedangkan rasio
secara random atau tidak (sistematis). lancar, quick ratio, rasio rata-rata umur
Hipotesis yang diuji yakni: piutang, rasio perputaran persediaan, rasio
H0 : tidak terdapat korelasi antar residual debt to total asset, rasio return on equity,
H1 : terdapat korelasi antar residual rasio net profit margin, price earning ratio,
Uji Heteroskedastisitas sensitivitas perusahaan terhadap suku bunga,
Penetuan dasar analisis untuk uji sensitivitas perusahaan terhadap inflasi
heteroskedastisitas dilakukan dengan uji sebagai variabel bebas. Regresi linier
glejser dengan cara meregresikan antara berganda sangat bermanfaat untuk meneliti
variabel independen dengan nilai absolut pengaruh beberapa variabel yang berkorelasi
residualnya. Jika nilai signifikansi antara dengan variabel yang diuji.
variabel independen dengan absolut residual Persamaan multiple regresion yang
lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah digunakan adalah :
heteroskedastisitas. Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +
Uji F b5X5 + b6X6+ b7X7+ b8X8+ b9X9+
Uji F Digunakan untuk menguji apakah b10X10+e
model regresi yang digunakan sudah tepat. Dimana:
Ketentuan yang digunakan dalam uji F Y : Variabel terikat yakni
adalah sebagai berikut: (1) Jika F hitung > F financial distress
tabel atau nilai signifikan < 0,05, maka a : Konstanta
model penelitian dapat digunakan atau b1-10 : Koefisien regresi variabel bebas
model tersebut sudah tepat (2) Jika F hitung X1 : Rasio lancar
< F tabel atau nilai signifikan > 0,05, maka X2 : Quick ratio
X3 : Rasio rata-rata umur piutang

11
X4 : Rasio perputaran persediaan Sebaliknya angka yang terlalu rendah bisa
X5 : Rasio debt to total asset jadi merupakan indikasi kebijakan piutang
X6 : Rasio return on equity yang terlalu ketat dan ini akan menurunkan
X7 : Rasio net profit margin penjualan dari yang seharusnya bisa
X8 : Price earning ratio dimanfaatkan. Jika ini terjadi terus menerus
X9 : Sensitivitas perusahaan terhadap maka perusahaan akan mengarah ke
suku bunga financial distress.
X10 :Sensitivitas perusahaan terhadap Nilai debt to total aset ratio
inflasi menunjukkan nilai rata-rata 0,6542 yang
e :error term berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN memiliki hutang 65,42% dari seluruh asset
Statistik Deskriptif yang dimiliki perusahaan. Nilai minimum
Berdasarkan hasil analisis data tahun sebesar 0,000 atau 0% sedangkan nilai
2007-2011, dapat dijelaskan deskripsi maksimum sebesar 6,048 hutang yang
masing-masing variabel bahwa jumlah rata- dimiliki dari seluruh total asset perusahaan.
rata nilai financial distress dari sampel Nilai rasio net profit margin menunjukkan
perusahaan yang digunakan dalam penelitian nilai rata-rata 0,106 atau 10,6% yang artinya
sebesar 0,0192 atau 1,92 persen. Hal ini dari seratus lima perusahaan sampel
berarti bahwa dalam satu periode annual penelitian mengalami kerugian sebesar
report, perusahaan yang mengalami 10,6% tiap tahunnya dari total penjualan
financial distress rata-rata 1,92 % dari total yang dihasilkan. Nilai minimum
keseluruhan indikator. Nilai financial profitabilitas diperoleh sebesar -10,752 dari
distress terendah sebesar -7,230 dari total total penjualan yang dihasilkan. Sedangkan
keseluruhan item indikator financial distress. nilai maksimum yang berhasil diperoleh
Hal ini menunjukkan bahwa selama periode sebesar 21,02 dari total penjualan yang
penelitian hanya sedikit perusahaan yang dihasilkan perusahaan. Jika melihat nilai
mengalami financial distress. return on equity dengan nilai minimum
Nilai rasio lancar dan quick rasio sebesar -9,300 dan maksimum 7,380 atau
menunjukkan nilai rata-rata 2,425 dan 1,575. 738 persen dari modal saham perusahaan
Nilai minimum dan maksimum dari rasio dengan rata-rata nilai ROE sebesar 0,2304
lancar 0,003 dan 85,410 ini menunjukkan atau 23,04 persen.
bahwa tingkat likuiditas perusahaan tinggi Nilai price earning ratio
maka kemampuan membayar hutang menunjukkan nilai rata-rata 10,516 yang
semakin baik dan maka kinerja perusahaan artinya dari total keseluruhan perusahaan
semakin baik dan kemungkinan untuk sampel penelitian nilai price earning ratio
memgalami financial distress semakin kecil. rata-rata perusahaan tinggi. Nilai sensitivitas
Nilai rasio rata-rata umur piutang suku bunga diperoleh rata- rata (mean) 30,73
menunjukkan nilai rata-rata 42,574 dan dengan standar deviasi 92,44.. Jika
perputaran persediaan menunjukkan rata- sensitivitas perusahaan terhadap nilai inflasi
rata menunjukkan nilai rata-rata 5,176 . tinggi maka perusahaan akan mendekati
Nilai minimum dari rata-rata umur piutang risiko financial distress. Rata-rata dari nilai
0,000 dan maksimum 99,851. Ini inflasi adalah -4,00630 dengan nilai
menunjukkan bahwa semakin lama rata-rata minimum -188,434 dan nilai maksimum
umur piutang yang terlalu tinggi 124,972. Inflasi yang tinggi akan
menunjukkan kemungkinan tidak melemahkan daya beli masyarakat sehingga
kembalinya piutang yang lebih tinggi. pendapatan yang diterima perusahaan akan

12
berkurang. Jika sensitivitas perusahaan Uji Normalitas pada tahap akhir masih
terhadap nilai inflasi tinggi maka perusahaan menunjukkan hasil yang menandakan tidak
akan mendekati risiko financial distress. normalnya suatu data, dimana hasilnya
Uji Normalitas adalah nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
Hasil uji normalitas awal menghasilkan 0,000 dan hasil tersebut kurang dari 0,05.
nilai signifikan 0,000 sehingga peneliti Jika peneliti berkali-kali melakukan
melakukan penghapusan data outlier. penghapusan data outlier, maka
Peneliti menggunakan outlier data sebanyak dikhawatirkan akan membuat data menjadi
3 kali untuk menghasilkan data yang normal. tidak valid karena semakin banyaknya data
Tabel 1 diperoleh hasil uji normalitas akhir yang dibuang. Oleh karena alasan tersebut
sebagai berikut : peneliti memutuskan untuk menggunakan
Tabel 1 data awal dengan tujuan agar data lebih
Uji Normalitas Akhir valid.
Uji Multikolonieritas
Unstandardized Hasil uji multikolinieritas didapat
Residual informasi bahwa ada beberapa nilai VIF
Jumlah sampel 481 lebih dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa
Kolmogorov-Smirnov Z 3,240 ada multikolinieritas antar variabel
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 independen dalam model regresi.

Tabel 2
Hasil Uji Multikolonieritas

Collinearity Statistics
Model VIF
Rasio Lancar 13,819
Quick Ratio 13,711
Rata-rata Piutang 1,047
Perputaran Persediaan 1,056
Debt to total aset 1,097
Net Profit Margin 1,085
ROE 1,028
Price Earning Ratio 1,061
Sensitivitas Suku Bunga 1,068
Sensitivitas Inflasi 1,060

13
Uji Auto Korelasi Tabel 4
Dari uji autokorelasi didapat Hasil Uji Heteroskedastisitas
informasi bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar
0,068 lebih besar dari alpha 0.05 maka
keputusan H0 diterima dapat disimpulkan
bahwa data tidak mengandung autokorelasi. Model Sig,
(Constant) 0,773
Tabel 3
Hasil Uji Autokolerasi Rasio Lancar 0,054
Quick Ratio 0,003
Unstandardized Rata-rata Piutang 0,284
Residual Perputaran Persediaan 0,157
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,068 Debt to total aset 0,567
Uji Heteroskedastisitas Net Profit Margin 0,426
Hasil perhitungan menunjukkan terdapat
gangguan heteroskedastisitas yang terjadi ROE 0,887
yaitu pada Quick Ratio, dimana nilai Price Earning Ratio 0,511
signifikan (sig) lebih kecil dari 0,05. Dapat Sensitivitas Suku Bunga 0,732
disimpulkan bahwa terdapat masalah
Sensitivitas Inflasi 0.766
heteroskedastisitas.
Uji F (3,3%). Hal ini menunjukkan bahwa
Hasil uji secara simultan atau uji f, prosentase pengaruh variabel independen
menunjukkan bahwa tingkat signifikansi terhadap variabel dependen sebesar 3,3%
sebesar 0,003 yang kurang dari alfa sebesar atau variasi variabel independen yang
0.05 atau 5% dan memenuhi uji asumsi digunakan dalam penelitian mampu
secara simultan. Oleh karena itu dapat menjelaskan sebesar 3,3% variasi variabel
dinyatakan H0 ditolak yang artinya bahwa dependen (financial distress). Sedangkan
model regresi fit dengan data. sisanya sebesar 96,7% dipengaruhi atau
Tabel 5 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
Hasil Uji f dimasukkan dalam model penelitian ini.
Uji Parsial (Uji t)
Model F Sig. Hasil analisis data dengan menggunakan
regresi dapat dilihat pada tabel 7 diketahui
Regression 2,719 0,003 hasil pengujian signifikansi variabel
Residual independen secara parsial sebagai berikut :
(1) Pengujian hipotesis yang pertama
Koefisien Determinasi menunjukkan nilai t pada rasio lancar
Tabel 6 sebesar -1,933 dengan tingkat
Hasil Analisis Determinasi signifikansi sebesar 0,054 yang berada
lebih dari taraf signifikansi 0,05
Adjusted R sehingga hipotesis pertama berhasil
Model R Square menerima H0. Sehingga dapat
1 0,228 0,033 disimpulkan bahwa rasio lancar tidak
berpengaruh terhadap financial distress.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh (2) Pengujian hipotesis yang kedua
angka Adjusted R Square sebesar 0,033 atau menunjukkan nilai t pada quick ratio

14
sebesar -2,963 dengan tingkat margin tidak berpengaruh terhadap
signifikansi sebesar 0,003 yang berada financial distress.
kurang dari taraf signifikansi 0,05 (7) Hasil penelitian menunjukkan nilai t
sehingga hipotesis kedua berhasil pada rasio return on equity (ROE)
menolak H0. Sehingga dapat sebesar -0,140 dengan tingkat
disimpulkan bahwa quick ratio signifikansi sebesar 0,888 yang lebih
berpengaruh terhadap financial distress. besar dari taraf signifikansi 0,05
(3) Pengujian hipotesis yang ketiga sehingga hipotesis ketujuh berhasil
menunjukkan nilai t pada rasio rata-rata menerima H0. Sehingga dapat
umur piutang sebesar 1,073 dengan disimpulkan bahwa rasio return on
tingkat signifikansi sebesar 0,284 yang equity (ROE) tidak berpengaruh
berada lebih besar dari taraf signifikansi terhadap financial distress.
0,05 sehingga hipotesis ketiga berhasil (8) Pengujian hipotesis yang kedelapan
menerima H0. Sehingga dapat menunjukkan nilai t pada price earning
disimpulkan bahwa rasio rata-rata umur ratio (PER) sebesar 0,658 dengan
piutang tidak berpengaruh terhadap tingkat signifikansi sebesar 0,511 yang
financial distress. lebih besar dari taraf signifikansi 0,05
(4) Pengujian hipotesis yang keempat sehingga hipotesis kedelapan berhasil
menunjukkan nilai t pada rasio menerima H0. Sehingga dapat
perputaran persediaan sebesar -1,417 disimpulkan bahwa price earning ratio
dengan tingkat signifikansi sebesar (PER) tidak berpengaruh terhadap
0,157 yang berada lebih besar dari taraf financial distress.
signifikansi 0,05 sehingga hipotesis (9) Pengujian hipotesis yang kesembilan
keempat berhasil menerima H0. menunjukkan nilai t pada sensitivitas
Sehingga dapat disimpulkan bahwa suku bunga sebesar -0,344 dengan
rasio perputaran persediaan tidak tingkat signifikansi sebesar 0,731 yang
berpengaruh terhadap financial distress. lebih besar dari taraf signifikansi 0,05
(5) Pengujian hipotesis yang kelima sehingga hipotesis kesembilan berhasil
menunjukkan nilai t pada debt to tottal menerima H0. Sehingga dapat
asset ratio sebesar -0,572 dengan disimpulkan bahwa sensitivitas suku
tingkat signifikansi sebesar 0,568 yang bunga tidak berpengaruh terhadap
berada lebih besar dari taraf signifikansi financial distress.
0,05 sehingga hipotesis kelima berhasil (10) Pengujian hipotesis yang kesepuluh
menerima H0. Sehingga dapat menunjukkan nilai t pada sensitivitas
disimpulkan bahwa debt to tottal asset inflasi sebesar -0,299 dengan tingkat
ratio tidak berpengaruh terhadap signifikansi sebesar 0,765 yang lebih
financial distress. besar dari taraf signifikansi 0,05
(6) Pengujian hipotesis yang keenam sehingga hipotesis kesembilan berhasil
menunjukkan nilai t pada rasio net menerima H0. Sehingga dapat
profit margin sebesar 0,797 dengan disimpulkan bahwa sensitivitas inflasi
tingkat signifikansi sebesar 0,426 yang tidak berpengaruh terhadap financial
berada lebih besar dari taraf signifikansi distress
0,05 sehingga hipotesis keenam berhasil
menerima H0. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rasio net profit

15
Tabel 7 Y = 0,046 + 0,085RLANCAR -
Hasil Uji Parsial (Uji t) 0,144QUICK_R+0,002RATA2_PI
UTANG – 0,017PER_PERSED-
0,052DEBT2_ASET+0,032NPM-
0,008ROE+0,002PER+
Model t Sig. 0,000S_SBI+ 0,000S_INFLASI+ e
(Constant) 0,288 0,774 Dari persamaan regresi tersebut maka hasil
yang dapat diinterpretasikan menjadi
Rasio Lancar 1,933 0,054
beberapa hal yaitu bahwa nilai konstanta
Quick Ratio -2,963 0,003 persamaan di atas adalah sebesar 0,046.
Rata-rata Piutang 1,073 0,284 Nilai koefisien regresi yang positif
Perputaran Persediaan -1,417 0,157 menunjukkan bahwa nilai rasio perusahaan
terhadap nilai financial distress berpengaruh
Debt to total aset -0,572 0,568 positif, yang berarti jika terjadi peningkatan
Net Profit Margin 0,797 0,426 rasio maka nilai financial distress akan
ROE -0,140 0,888 mengalami kenaikan. Sedangkan koefisien
regresi yang negatif menunjukkan bahwa
Price Earning Ratio 0,658 0,511
nilai rasio perusahaan terhadap nilai
Sensitivitas Suku -0,344 0,731 financial distress berpengaruh negatif. Hal
Bunga ini menggambarkan bahwa jika terjadi
Sensitivitas Inflasi -0,299 0,765 penurunan nilai suatu rasio, maka nilai
Analisis regresi berganda financial distress akan mengalami
Tabel 8 peningkata dengan asumsi variabel
Regresi Linier Berganda independen lain dianggap konstan.
Pembahasan
Unstandardized Pengaruh rasio lancar terhadap financial
Coefficients distress
Pada hasil penelitian ini menunjukkan
Model B Std. Error bahwa rasio lancar tidak berpengaruh
(Constant) 0,046 0,161 signifikan terhadap financial distress.
R_LANCAR 0,085 0,044 Dengan demikian hasil penelitian ini
mendukung penelitian Wahyu dan Doddy
QUICK_R -0,144 0,049 (2009) yang menyatakan bahwa rasio lancar
RATA2_PIUTANG 0,002 0,002 tidak berpengaruh terhadap financial
PER_PERSED -0,017 0,012 distress perusahaan. Hal ini menjelaskan
bahwa perusahaan cenderung memiliki nilai
DEBT2_ASET -0,052 0,091
aktiva lancar yang tinggi bila dibandingkan
NPM 0,032 0,040 dengan kewajiban lancarnya sehingga
ROE -0,008 0,057 kinerja perusahaan semakin baik.
PER 0,002 0,003 Perusahaan menggunakan nilai aktiva
lancarnya seoptimal mungkin sehingga
S_SBI 0,000 0,001 perusahaan memperoleh hasil yang
S_INFLASI 0,000 0,002 maksimal pada laba perusahaan.
Model regresi linier berganda yang Pengaruh quick ratio terhadap financial
dihasilkan pada Tabel 8 adalah : distress

16
Pada hasil penelitian ini menunjukkan persedian tidak memberikan kontribusi
bahwa quick ratio berpengaruh terhadap terjadinya peluang kesulitan keuangan pada
terhadap financial distress. Dengan demikian perusahaan.
hasil penelitian ini mendukung penelitian Pengaruh rasio debt to total asset terhadap
Wahyu dan Doddy (2009) yang menyatakan financial distress.
bahwa quick ratio berpengaruh terhadap Pada hasil penelitian ini
financial distress perusahaan dan menunjukkan bahwa rasio debt to total asset
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai quick ratio yang tinggi maka financial distress. Dengan demikian hasil
perusahaan lebih likuid yang berarti penelitian ini sesuai dengan penelitian
perusahaan mampu melunasi kewajiban Wahyu dan Doddy (2009) dan Rini, Ubud,
jangka pendeknya dan mampu membiayai dan Kusuma (2011) bahwa debt to total
kegiatan operasional perusahaan maka asset tidak mempengaruhi kesulitan
perusahaan mampu memproduksi barang keuangan perusahaan. Hasil ini
dan menjalankan aktivitas operasional menunjukkan bahwa perusahaan berusaha
perusahaan. untuk mengurangi kerugian yang disebabkan
Pengaruh rasio rata-rata umur piutang oleh dampak dari hutang dan lebih memilih
terhadap financial distress untuk menggunakan modal sendiri, karena
Pada hasil penelitian ini menunjukkan dengan hutang yang berlebih maka
bahwa rasio rata-rata umur piutang tidak perusahaan juga akan menanggung beban
berpengaruh signifikan terhadap financial bunga serta angsuran yang tinggi. Oleh
distress. Dengan demikian hasil penelitian karena itu debt to total asset ratio tidak
ini sesuai dengan penelitian Rini, ubud dan dapat menjelaskan kesulitan keuangan pada
kusuma (2011). Rasio rata-rata umur piutang perusahaan. Nilai rasio debt to total asset
cenderung relatif lebih stabil setiap tahunnya cenderung stabil setiap tahunnya baik
dan sama baik perusahaan yang memiliki perusahaan dengan nilai financial distress
nilai financial distress cost tinggi ataupun cost tinggi ataupun rendah.
rendah. rata-rata umur piutang tidak Pengaruh return on equity terhadap
memberikan kontribusi terjadinya peluang financial distress
kesulitan keuangan pada perusahaan. Pada hasil penelitian ini
Pengaruh rasio perputaran persediaan menunjukkan bahwa rasio ROE tidak
terhadap financial distress berpengaruh signifikan terhadap
Pada hasil penelitian ini financial distress cost. Dengan
menunjukkan bahwa rasio perputaran demikian hasil penelitian ini sesuai
persediaan tidak berpengaruh signifikan dengan penelitian Dian dan Astuti
terhadap financial distress. Dengan (2005). Hal ini berarti nilai ROE
demikian hasil penelitian ini sesuai dengan perusahaan yang baik akan
penelitian Rini, ubud dan kusuma (2011) mengindikasikan kemampuan
dimana rasio perputaran persedian tidak perusahaan menghasilkan laba
berpengaruh signifikan terjadinya financial berdasarkan modal saham tertentu juga
distress. Hasil ini mengindikasikan bahwa baik. Sementara itu jika dilihat dengan
nilai rasio perputaran persediaan cenderung nilai rasio debt to total asset cenderung
relatif lebih stabil setiap tahunnya dan sama, stabil setiap tahunnya. Sehingga baik
baik perusahaan yang memiliki nilai perusahaan dengan nilai ROE yang
financial distress cost tinggi ataupun rendah, tinggi atau rendah tidak mempengaruhi
sehingga dapat dikatakan rasio perputaran nilai financial distress cost.

17
Pengaruh rasio net profit margin terhadap terhadap kesulitan keuangan perusahaan dan
financial distress tidak sesuai dengan penelitian Rini, Ubud,
Hasil perhitungan nilai net profit dan Kusuma (2011) yang menyatakan suku
margin (NPM) cukup banyak perusahaan bunga dan inflasi berpengaruh terhadap
yang menghasilkan nilai cenderung negatif kesulitan keuangan perusahaan. Dapat
mengindikasikan terjadinya penurunan terlihat bahwa pada lampiran 1, perusahaan
penjualan sehingga laba bersih perusahaan dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang
menjadi menurun bahkan cenderung defisit negatif maupun positif tidak mempengaruhi
atau nilai negatif. Dengan demikian dapat nilai financial distress cost. Hal ini
disimpulkan bahwa perolehan laba tidak mencerminkan bahwa perusahaan cenderung
mempengaruhi nilai financial distress cost memilih untuk menggunakan modal sendiri
perusahaan manufaktur. Perusahaan dengan dari pada modal yang dibiayai dari kreditor.
tingkat laba yang besar belum tentu Jika perusahaan banyak menggunakan
menunjukkan nilai financial distress cost modal dari luar perusahaan, maka tingkat
yang rendah, begitu pula sebaliknya, sensitivitas perusahaan terhadap suku bunga
perolehan laba perusahaan yang rendah dan inflasi tinggi sehingga akan mengarah
bahkan rugi tidak mengindikasikan bahwa pada financial distress dan nilai financial
nilai financial distress cost perusahaan distress cost semakin besar.
tinggi. Pengaruh sensitivitas inflasi terhadap
Pengaruh price earning ratio (PER) financial distress
terhadap financial distress. Pada hasil penelitian ini
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sensitivitas inflasi tidak
menunjukkan bahwa price earning ratio berpengaruh signifikan terhadap financial
tidak berpengaruh signifikan terhadap distress. Dengan demikian hasil penelitian
financial distress. Dengan demikian tidak sesuai dengan penelitian Djumahir (2007)
sesuai dengan penelitian Rr. Iramani (2007) dimana sensitivitas variabel ekonomi makro
yang menyatakan bahwa rasio keuangan yang diukur dengan suku bunga dan inflasi
berpengaruh terhadap financial distress. tidak berpengaruh terhadap kesulitan
Nilai PER yang semakin kecil maka keuangan perusahaan dan tidak sesuai
semakin baik tingkat pengembalian investasi dengan penelitian Rini, Ubud, dan Kusuma
saham tersebut akan semakin cepat. Jika (2011) yang menyatakan suku bunga dan
dilihat dari nilai PER perusahaan pada inflasi berpengaruh terhadap kesulitan
lampiran 18, nilai PER yang rendah atau keuangan perusahaan. Dapat terlihat bahwa
tinggi tidak mempengaruhi perusahaan pada lampiran 1, perusahaan dengan tingkat
dengan nilai financial distress cost tinggi inflasi dan suku bunga yang negatif maupun
maupun rendah. positif tidak mempengaruhi nilai financial
Pengaruh sensitivitas suku bunga distress cost. Hal ini mencerminkan bahwa
terhadap financial distress perusahaan cenderung memilih untuk
Pada hasil penelitian ini menggunakan modal sendiri dari pada modal
menunjukkan bahwa sensitivitas suku bunga yang dibiayai dari kreditor dan
dan tidak berpengaruh signifikan terhadap mengindikasikan nilai suku bunga pada
financial distress. Dengan demikian hasil periode penelitian mampu mengendalikan
penelitian sesuai dengan penelitian atau menekan laju pertumbuhan tingkat
Djumahir (2007) dimana sensitivitas inflasi sehingga tidak mempengaruhi nilai
variabel ekonomi makro yang diukur dengan penjualan perusahaan. Jika perusahaan
suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh banyak menggunakan modal dari luar

18
perusahaan, maka tingkat sensitivitas Untuk itu, penulis memberikan saran untuk
perusahaan terhadap inflasi tinggi sehingga penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan
akan mengarah pada financial distress dan penelitian financial distress cost dapat
nilai financial distress cost semakin besar. dilakukan lebih fokus terhadap beberapa
KESIMPULAN, KETERBATASAN jenis perusahaan.
DAN SARAN DAFTAR RUJUKAN
Berdasarkan uraian-uraian yang telah Asmoro, Argo. 2010. Analisis Pengaruh
dijabarkan oleh peneliti terhadap data Rasio Keuangan Terhadap Prediksi
penelitian, maka peneliti dapat menarik Kondisi BermasalahPada Bank
beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) (Studi Kasus pada Bank Persero dan
Rasio lancar tidak berpengaruh signifikan Bank Umum Swasta Nasional
terhadap financial distress perusahaan. (2) periode 2004-2007). Direktori
Quick ratio berpengaruh signifikan terhadap Semarang: Universitas Diponegoro.
financial distress perusahaan. (3) Rasio rata- Dian dan Astuti. 2005. Analisis Rasio
rata umur piutang tidak berpengaruh Keuangan Terhadap Perubahan
signifikan terhadap financial distress Kinerja Pada Perusahaan Di
perusahaan. (4) Rasio perputaran persediaan Industri Food And Beverages Yang
tidak berpengaruh signifikan terhadap Terdaftar Di BEJ. Jurnal Simposium
financial distress perusahaan. (5) Rasio debt Nasional Akuntansi VIII Solo 15-16
to total asset tidak berpengaruh signifikan September 2005: 277 - 287.
terhadap financial distress cost perusahaan. Djumahir. 2007. Pengaruh Variabel-
(6) Rasio net profit margin tidak Variabel Mikro Variabel-Variabel
berpengaruh signifikan terhadap financial Makro Terhadap Financial Distress
distress cost perusahaan. (7) Rasio return on Pada Perusahaan Industri Food And
equity tidak berpengaruh signifikan terhadap Beverage Yang Terdaftar Di Bursa
financial distress cost perusahaan. (8) Price Efek Jakarta. Direktori Universitas
earning ratio tidak berpengaruh signifikan Brawijaya Malang: 484 - 492.
terhadap financial distress cost perusahaan. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis
(9) Sensitivitas suku bunga tidak Multivariate dengan Program SPSS.
berpengaruh signifikan terhadap financial Semarang. Badan Penerbit
distress perusahaan. (10) Sensitivitas inflasi Universitas Diponegoro.
tidak berpengaruh signifikan terhadap Ghozali, Imam dan Anis Chairi . 2007. Teori
financial distress perusahaan. Akuntansi Ediisi 3. Semarang. Badan
Keterbatasan dalam penelitian ini dapat Penerbit Universitas Diponegoro.
dijelaskan oleh peneliti yaitu ada beberapa Hanafi, M. Mamduh dan Abdul Halim.
data sekunder yang tidak lengkap isi laporan 2009. Analisis Laporan Keuangan.
keuangannya dan tidak menerbitkannya Yogyakarta : Unit Penerbit Dan
selama 5 tahun berturut-turut baik yang Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
diperoleh dari website perusahaan maupun Manajemen YKPN.
dari situs idx sehingga beberapa perusahaan Hartono. 2005. Hubungan Teori Signalling
harus dikeluarkan dari sampel penelitian. Dengan Underpricing Saham
Saran yang diberikan dalam penelitian Perdana di Bursa Efek Jakarta.
ini adalah sebagai berikut: (1) Mengunakan Jurnal Bisnis dan Manajemen: 35-48
alat uji yang berbeda akan memberikan hasil Hanafi, M. Mamduh dan Abdul Halim.
yang berbeda. (2) Penulis menyadari bahwa 2009. Analisis Laporan Keuangan.
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Yogyakarta : Unit Penerbit Dan

19
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Perusahaan Tekstil Dan Produk
Manajemen YKPN. Tekstil Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Harahap, S.S. 2012. Analisis Kritis Atas Indonesia. Direktori Universitas
Laporan Keuangan. Jakarta : Raja Brawijaya Malang: 1-18.
Grafindo Santoso, Singgih (2001). Buku Latihan
Hui dan Zhao Jing-jing. 2008. Realtionship SPSS Statistik Parametrik. Edisi
Between Corporate Governance and Kedua. Penerbit PT Elex Media
Financial Distress:An Empirical Komputindo, Jakarta.
Study Of Distressed Companies In Tika Nurmalasari. 2011. Analisis Pengaruh
China. International Journal of Rasio Keuangan Terhadap
Management, Vol. 25, No. 3, Perubahan Laba Pada Perusahaan
September 2008: 654-664. Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Irianto, Agus. 2004. Statistik: Konsep Dasar Efek Indonesia. Direktori Universitas
dan Aplikasinya. Jakarta : Prenada Gunadarma: 1-10.
Media. Wolk, Harry I and Michael G Tearney.
Iramani Subagyo. 2007. Model Prediksi 1997. Accounting Theory A
Financial Distress Di Indonesia Era Conceptual And Institutional
Globalisasi. the 1st PPM national Approach. Cincinnati, Ohio. South-
conference on management research Western College Publishing.
sekolah tinggi manajemen PPM 7 Wahyu dan Doddy Setiawan. 2009.
November 2007: 1-15. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Luciana Spica Almilia. 2004. Analisis Kondisi Financial Distress
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis
Kondisi Financial Distress Suatu dan Akuntansi, Vol. 11, No. 2,
Perusahaan Yang Terdaftar Di Agustus 2009: 107-119.
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No.1,
Januari 2004:1-22
Linda Dwi Oktavia. 2011. Pengaruh Suku
Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan
Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Sebelum dan Sesudah
Privatisasi. Direktori Universitas
Gunadarma: 1-12.
Neni Supriyanti. 2009.Analisis Pengaruh
Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap
Kinerja Keuangan PT. Bank
Mandiri, Tbk Berdasarkan Rasio
Keuangan.
Nur Indriantoro dan Bambang Soepomo.
1999. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi Dan Manajemen
Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFE.
Rini, Ubud dan Kusuma. 2011. Analisis
Variabel Mikro Dan Makro
Terhadap Kesulitan Keuangan Pada

20

Anda mungkin juga menyukai