ventilator baik dengan ETT (Endo Tracheal Tube) maupun tracheostomi yang
muncul dalam 2 hari kalender setelah penggunaan ventilator, dengan anggapan hari
pertama pemakaian ventilator sebagai hari pertama. (Centers for Disease Control
and Prevention, January 2017) Infeksi ini ditandai dengan adanya infiltrat progresif
pada foto thorax, munculnya tanda dan gejala klinis dari infeksi sistemik (demam,
Early onset VAP adalah pneumonia yang terjadi dalam 4 hari setelah
tindakan intubasi, dan pada umumnya berkaitan dengan kuman patogen yang
sensitif terhadap antibiotik. Late onset VAP adalah jenis VAP yang berkaitan
dengan bakteri MDR (multidrug resisten) dan muncul setelah hari ke-4 setelah
tindakan intubasi. VAP memiliki hubungan yang dekat dengan tindakan intubasi
dan perawatan lanjutan di ICU. (Centers for Disease Control and Prevention,
January 2017)
Infections/HAIs) dan VAP merupakan HAIs yang tersering terjadi. Pada surveilans
VAP, ada sejumlah indikatoryang diamati antara lain: waktu dimulai penggunaan
penerapan oral hygiene, penilaian sedasi dan ekstubasi, penerapan cuci tangan
8
KARYA AKHIR ANALISA FAKTOR RESIKO.... TAUFIQ GEMAWAN, dr.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
sebelum dan sesudah kontak pasien), adanya tanda infeksi (Kementerian Kesehatan
didapatkan hasil insidensi yang bervariasi antara 0,0-4,4 tiap 1000 hari pemakaian
ventilator. Hal ini disebabkan oleh kesulitan menentukan definisi yang tepat untuk
kesehatan dan berbagai laporan program. Selain itu, adanya definisi VAP yang
tergantung pada tanda klinis atau gejala membuat dokumen medis menjadi tidak
konsisten. Perlunya data surveilans yang valid dan sesuai sangat diperlukan untuk
Prevention, 2019).
organisasi profesi untuk mengatasi limitasi definisi NHSN PNEU dan mengajukan
pendekatan baru pada VAE (Ventilator Associated Event) untuk NHSN. Algoritma
definisi surveilans VAE ini mulai diterapkan dalam NHSN pada 2013. Kriteria ini
bersifat objektif, berurutan, dan otomatis yang mampu mengidentifikasi secara luas
kondisi dan komplikasi yang terjadi pada pasien dengan ventilasi mekanik. Banyak
modifikasi definisi VAE telah dibuat sehingga saat ini terdapat 3 tahap algoritme
Sebagai catatan, Algoritme definisi VAE digunakan untuk surveilans dan tidak
status respirasi setelah periode stabil atau perbaikan dalam penggunaan ventilator,
bukti inflamasi atau infeksi, dan bukti laboratoris adanya infeksi respirasi.
Algoritma ini dijelaskan pada gambar 2.1 (Center of Disease Control and
Prevention, 2019).
Pasien memiliki periode stabil atau perbaikan dalam ventilator, didefinisikan oleh ≥ 2 hari kalender stabil atau
penurunan kebutuhan FiO2 atau nilai PEEP. Periode basal adalah 2 hari kalender sebelum hari pertama peningkatan
harian PEEP atau FiO2.
*Minimum harian adalah nilai terendah FiO2 atau PEEP selama hari kalender yang terjaga selama 1 jam.
Setelah periode stabil atau oerbaikan dalam ventilator, pasien mengalami satu dari indicator perburukan oksigenasi
berikut:
1) Peningkatan FiO2 minimum harian ≥ 0.20 (20 poin) dari FiO2 minmum harian hari pertama periode stabil, bertahan
≥2 hari kalender.
2) Peningkatan PEEP minimum harian ≥ 3 cmH2O dari PEEP minimum harian hari pertama periode stabil, bertahan ≥2
hari kalender..
Pada atau setelah hari ke 3 kalender dalam ventilator dan dalam 2 hari kalender sebelumnya atau setelah onset
perburukan oksigenasi, pasien memnuhi kedua kriteria :
1) Temperatur > 38 oC atau <36oC, atau leukosit ≥12.000 sel/mm3 atau ≤ 4.000 sel/mm3 DAN
2) Agen mikrobiologis baru dimulai dan di lanjutkan untuk 4 hari
Pada atau setelah hari ke 3 ventilator dan dalam 2 hari sebelumnya atau setelah onset perburukan oksigenasi, salah atu
kriteria terpenuhi:
1) Kriteria 1: Kultur positif pada salah satu specimen secara kuantitatif atau semi-kuantitatif tanpa sputum purulent
a. Aspirat endotrakeal,≥10 5 CFU/ml atau semi-kuantitatif
b. BAL, ≥104 CFU/ml atau semi-kuantitatif
c. Jaringan paru, ≥ 104 CFU/g atau semi-kuantitatif
d. Protected specimen brush, ≥103CFU/ml atau semi kuantitatif
2) Kriteria 2: Sekret nafas purulent(didefinisikan sekresi dari paru-paru, bronkus, atau trakea yang mengandung
≥25 neutrofil dan ≤ 10 sel epitel skuamosa per lap. Pandang ) DITAMBAH organisme teridentifikasi dari salah
specimen berikut:
a. Sputum
b. Aspirat endotrakea
c. Bronchoalveolar lavage (BAL)
d. Jaringan paru-paru
e. Protected specimen brush
3) Kriteria 3: Salah satu tes berikut yang positif :
a. Organisme teridentifikasi dari cairan pleura
b. Histopatologi paru
c. Tes diagnostic spesies Legionella
d. Tes diagnostic sekresi repirasi terhadap virus influenza, virus synctical respirasi, adenovirus, virus
parainfluenza, rhinovirus, corona virus, human metapneumovirus.
menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah
efisien. Salah satu dari bagian surveilans kesehatan adalah surveilans infeksi terkait
merupakan HAIs yang tersering terjadi. Surveilans adalah suatu proses yang
interpretasi data kesehatan yang penting di fasilitas pelayanan kesehatan pada suatu
Indonesia, 2017).
Pada surveilans VAP, ada sejumlah yang diamati dan dilakukan proses
penerapan ventilators bundle (posisi pasien elevasi kepala 30o-45o, penerapan oral
hygiene, penilaian sedasi dan ekstubasi, penerapan cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak pasien), adanya tanda infeksi (Suhu > 38oC, dahak purulen, PF
berfokus pada ruangan atau pasien dengan risiko infeksi spesifik seperti ruang
perawatan intensif, ruang perawatan bayi baru lahir, ruang perawatan pasien
transplan, ruang perawatan pasien hemodialisa atau pasien dengan risiko terjadinya
numerator (jumlah kejadian infeksi dalam krun waktu tertentu) dan denominator
(jumlah hari pemasangan alat dalam kurun waktu tertentu atau jumlah pasien yang
dianalisa dengan cepat dan tepat untuk mendapatkan informasi apakah ada masalah
infeksi rumah sakit yang memerlukan penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.
terinfeksi VAP (numerator) /Jumlah hari terpasang ventilator pada pasien tidak
pembentukan biofilm oleh bakteri dan proliferasi serta invasi bakteri pada parenkim
paru. Pada keadaan normal, organisme di dalam rongga mulut dan orofaring
adalah basil gram negatif aerobik dan Staphylococcus aureus (Kalanuria, et al.,
melalui:
dan paparan antibiotik memiliki pengaruh terhadap VAP. Pada pasien kritis yang
gangguan. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan resiko terjadinya VAP
ventilator mekanik. Early onset VAP umumnya disebabkan oleh kuman patogen
yang sensitif terhadap antibiotik, sedangkan Late onset VAP umumnya disebabkan
oleh kuman yang resisten terhadap antibiotik. Bakteri penyebab early onset VAP
Asia dengan 2554 sampel menunjukkan tiga bakteri terbanyak penyebab VAP
aeruginosa, dan Klebsiella pneumonia (Chung, et al., 2011). Begitu pula penelitian
yang dilakukan di ICU RSAB Harapan Kita pada tahun 2012 mendapatkan tiga
bakteri terbanyak penyebab VAP juga berasal dari golongan bakteri gram negatif
Hingga saat ini belum disepakati adanya algoritme dan pemeriksaan gold
banyak digunakan sebagai rujukan untuk menilai adanya VAP dengan angka
2014).
No Skor 0 1 2
1 Temperatur ≥36,5 & ≤ 38.4 ≥ 38,5 & ≤ ≥ 39 & ≤ 36,4
38,9
-
2 TLC (Total Lung ≥ 4 & ≤ 11 < 4 atau > 12
Capacity)
gambaran infiltrat baru dan menetap pada foto thorax disertai salah satu tanda yaitu,
hasil biakan darah atau pleura sama dengan mikroorganisme yang ditemukan di
sputum maupun aspirasi trakea, adanya kavitasi pada foto thorax, gejala pneumonia
atau terdapat dua dari tiga gejala berikut yaitu demam, leukositosis dan sekret
Trials menunjukkan hasil klinis yang sama antara pengambilan sampel secara
menunjukkan angka mortalitas yang tidak berbeda secara signifikan, baik antara
grup invasif ( BAL ) dan non invasif ( tracheal suction ) yaitu 26.6 % vs 24.7 %
VAP terjadi pada pasien yang diberikan ventilasi mekanis baik melalui ETT
bakteri. Fisiologi normal sistem respirasi adalah membersihkan sekresi dari faring
dan laring baik melalui aksi mukosiliaris atau refleks batuk. Pasien dengan ventilasi
sekresi di orofaring. Mekanisme pertahanan juga tidak efektif pada pasien dengan
Faktor yang berkaitan dengan respon pejamu terhadap ventilator disebut faktor
pejamu dan yang terkait dengan intervensi disebut faktor intervensi. (Charles &
Kali, 2014)
Pasien trauma dan pasien paska operasi meningkatkan resiko terjadinya VAP
bahwa mortalitas keseluruhannya sebesar 19,8 persen pada grup ini. Demikian juga,
pada early VAP disebabkan H. Influenza secara bermakna sering didapat pada
pasien trauma, dibandingkan dengan pasien pasca operasi lainnya. Hal ini karena
pasien yang sehat merupakan carrier H. Influenza dan pada pasien sakit kritis
organisme ini digantikan oleh organisme yang resisten. Mikroba yang diisolasi dari
early dan late onset VAP menunjukkan persamaan diantara pasien trauma dan
resiko terjadinya VAP. Hal ini dipicu adanya potensi panjangnya masa penggunaan
sebesar 55% pada pasien dengan ARDS dibandingkan sebesar 28% tanpa adanya
ARDS. Serta dilakukan uji diagnostik yang menunjukkan hasil kultur kualitatif
pada 37-60 % kasus. Diperoleh Staphylococcus dan basil gram- negatif adalah
(MRSA) adalah patogen yang sering didapati pada pasien ARDS (Charles & Kali,
2014).
untuk terjadinya VAP. Ini mungkin karena usia lanjut pada pasien, tingginya
aliran udara, dan efek supresi akibat kortikosteroid terhadap imunitas paru-paru.
Ketika pasien dengan COPD mengalami VAP, terjadi peningkatan risiko infeksi H.
influenzae, begitu juga spesies Pseudomonas, MRSA, dan Aspergillus (Charles &
Kali, 2014).
tertentu dapat terbentuk koloni di saluran pernapasan bagian atas .Penempatan Pipa
sekitar cuff. Cuff dengan volume besar dan tekananan rendah mengurangi kolonisasi
rendah dan tekanan tinggi. Mencegah aspirasi dari sekresi orofaringeal melalui
Pemberian makanan enteral meningkatkan sekresi lambung dan pH, yang memicu
basil gram negatif untuk berkolonisasi di lambung. Hal ini dapat menybabkan
aspirasi isi lambung dan terjadi pneumonia. Untuk menghindari kondisi ini,
intermiten (IEF) dan pemberian makanan enteral kontinu (CEF). Sebuah studi
kontrol acak dilakukan pada 60 pasien dengan CEF dan IEF. Ini menunjukkan
persen pasien terbentuk kolonisasi pada kedua kelompok. Metode lain untuk
memberi nutrisi pada pasien sakit kritis adalah nutrisi parenteral, tetapi sebagian
besar dokter lebih memilih nutrisi enteral daripada nutrisi parenteral. Karena nutrisi
parenteral dikaitkan dengan infeksi jalur pembuluh darah, biaya yang mahal dan
juga tidak seefektif nutrisi melalui formulasi enteral (Charles & Kali, 2014).
Definisi ini membantu membedakan VAP yang didapat di rumah sakit dari infeksi
yang didapat komunitas yang sedang terinkubasi pada saat intubasi tetapi tidak
secara klinis terbukti sampai satu atau dua hari kemudian, sehingga waktu
Serangkaian kasus dengan VAP onset dini yang terjadi dalam 48 jam pertama
intubasi. Sebagian besar kelompok pasien dengan onset dini telah dirawat di rumah
sakit selama beberapa waktu sebelum intubasi, atau diintubasi ulang karena upaya
bahwa infeksi ini terjadi 40 persen pada VAP onset dini dan 60 persen VAP onset
lambat. Lama pemakaian ventilasi yang lebih lama juga dikaitkan dengan
tingkat VAP sebesar 13,6 per 1000 hari ventilator. Insidensi bervariasi berdasarkan
grup pasien dan jenis rumah sakit. Rerata lama pemakaian terjadinya VAP antara
lalu, sirkuit ventilator tidak sekali pakai. Pasien sakit kritis pada ventilator untuk
periode waktu yang lama ditempatkan pada sirkuit ventilator yang sama, sehingga
Dibandingkan perubahan sirkuit tiap 48 jam dengan perubahan sirkuit 30 hari, dan
menunjukkan hasil penggunaan sirkuit yang lebih lama terkait dengan tingkat VAP
Namun lama pemakaian waktu maksimum agar suatu sirkuit dapat digunakan
kondensasi namun perlu perhatian tentang oklusi jalan nafas dan peningkatan dead
terkontrol secara acak terhadap kejadian VAP dan keberhasilan pemberian nutrisi
melalui lambung dibandingkan melalui usus halus. Ditemukan bahwa tidak ada
penelitian. Selain itu, penelitian dilakukan pada tingkat VAP pada pasien stroke
atau cedera kepala yang menerima gastrostomi dini. Ditemukan bahwa pasien
dengan tabung nasogastrik terjadi VAP lebih sering dibandingkan dengan pasien
Reintubasi yang sering merupakan faktor risiko untuk VAP. Penyebab utama
pneumonia yang berhubungan dengan reintubasi yang sering adalah aspirasi isi
lambung terutama pada pasien dengan pipa nasogastrik dan dilakukan penyedotan
isi lambungnya selama reintubasi. Disfungsi subglotis dan tingkat kesadaran yang
rendah pada pasien dengan ventilator merupakan risiko lain yang terkait dengan
aspirasi sekresi. Demikian pula, pasien yang menggunakan obat sedasi berikos
lambung menjadi alkalis dan kolonisasi bakteri lambung dalam beberapa penelitian.
Sukralfat hanya memiliki efek perlindungan yang kecil terhadap VAP karena
peran lingkungan sebagai faktor resiko terjadinya VAP. Antara lain: jenis negara
patogen, musim yang dihadapi. Adapun jenis perkembangan sebuah negara maupun
jenis rumah sakit yang merawat berkaitan dengan kemampuan dalam diagnosa,
2019).
bundle merupakan terdiri dari 4 praktek yang berdasarkan bukti untuk memperbaiki
keluaran pasien dengan ventilasi mekanis. Komponennya antara lain (Wip, 2009):
melakukan elevasi bagian kepala dari tempat tidur merupakan bagian integral dari
VAP bundle. Cara ini diyakin dapat menurunkan insidensi VAP dengan mengurangi
refluks gastresofagus dan aspirasi baik dari sekresi saluran cerna, orofaring maupun
nasofaring. Aspirasi sekrest orofaring atau saluran cerna yang terkolonisasi atau
SAT atau libur sedasi merupakan komponen integral dari VAP bundle dan
VAP. Selain itu penerapan SBT juga memiliki peran yang penting. Beberapa bukti
memberikan hasil yang efektif dalam ekstubasi pasien sakit kritis. (Wip, 2009)
Gagal nafas dan ventilasi mekanis sering menyebabkan pasien cemas dan
mengatasinya. Namun hal ini berkaitan beberapa efek samping, antara lain sedasi
protokol lepas sedasi dan ventilasi mekanik yang terdiri dari SAT dan SBT setiap
al., 2018).
namun hal ini berperan dalam pencegahan gangguan mukosa akibat stress antara
lain pasien dengan ventilasi mekanik. Pasien dengan ventilasi mekanik yang
2. Posisikan tempat tidur antara 30o-45o bila tidak ada kontra indikasi
3. Menjaga kebersihan mulut atau oral hygiene setiap 2-4 jam dengan
gosok gigi setiap 12 jam untuk mencegah timbulnya flaque pada gigi
risiko tinggi.
COPD
Ventilasi Mekanik Durasi ventilasi
mekanik
Batuk
Inadekuat
Reintubasi
ARDS
Sedasi dan
Gangguan Mukosilier
Agen Relaksasi
Prolonged
ventilator
Profilaksis
Enteral Ulkus peptikum
Feeding
Sirkuit
Peningkatan
Akumulasi Kolonisasi humidifier
sekresi lambung Bakteri Orofaring
dan pH
Kondensasi air
Pembentukan biofilm
: yang mempengaruhi
hingga jalan nafas distal : yang menghambat
: yang diteliti
Kepatuhan
Ventilator Bundle
Ventilator Associated
Pneumonia
27
ventilator baik dengan ETT (Endo Tracheal Tube) maupun tracheostomi yang
muncul dalam 2 hari kalender setelah penggunaan ventilator, dengan anggapan hari
pertama pemakaian ventilator sebagai hari pertama. (Centers for Disease Control
and Prevention, January 2017). Infeksi ini ditandai dengan adanya infiltrat progresif
pada foto thorax, munculnya tanda dan gejala klinis dari infeksi sistemik (demam,
pembentukan biofilm oleh bakteri dan proliferasi serta invasi bakteri pada parenkim
dengan respon pejamu terhadap ventilator disebut faktor pejamu dan yang terkait
bundle merupakan terdiri dari 4 praktek yang berdasarkan bukti untuk memperbaiki
keluaran pasien dengan ventilasi mekanis. Komponennya antara lain (Wip, 2009):