Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

Judul :
“Landasan objek telaah dan objek pengembangan pkn “

Di susun oleh kelompok II

EKSY B :

1. Muzdalifah Marasabessy
2. febryanti Selan
3. Ria Litilolly
4. Pratiwi Umagab
5. Rahma Umasugi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN


EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON
2021 – 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufik, dan hidayah- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai . Tak lupa pula
shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda kita nabi Muhammad SAW
beserta keluarganya, para keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya yang
setia, amin.
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan pada makalah ini , untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran agar dapat menjadi pelajaran untuk kami
semua dalam penulisan makalah kedepannya .
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................
C. Tujuan .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan objek telaan dan objek pengembangan pkn .....................
B. Objek pengembangan pkn .................................................................
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

PKn merupakan bidang studi yang bersifat multifaset dengan konteks lintas keilmuan.

Namun secara filsafat keilmuan, ia memiliki Ontologi pokok ilmu politik khususnya konsep

“political democracy” untuk aspek “duties and right citizens” (Chreshore:1886). Dari ontologi

pokok inilah berkembang konsep “Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa latin yaitu

“civicus” yang artinya warga negara pada masa yunani kuno, yang kemudian diakui secara

akademis sebagai embrionya “civic education”, yang selanjutnya di indonesia diadaptasi

menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat

menjadi suatu “Body of knowledge” yang dikenal memiliki paradigma sistemik, yang

didalamnya terdapat tiga domain “Citizenship education”, yakni  domain akademis, domain

kurikuler, dan domain sosial kultural

Ketiga domain tersebut satua sama lain saling memiliki keterkaitan stuktural dan

fungsional yang diikat oleh konsepsi “civic virtue and cultere” yang mencakup civic

knowledge, civic disposition, civic skills, civic confidence, civic comitment dan civic

competence. Oleh karena itu ontologi PKn saat ini sudah lebih luas dari pada embrionya

sehingga kajian keilmuan PKn, program kurikuler PKn, dan aktivitas social-kultural PKn saat

ini benar-benar multifaset atau multi dimensional. Sifat multidimensional inilah yang membuat

bidang studi PKn dapat disikapi sebagai : pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik,

pendidikan nilai dan moral, pendidikan kebangsaan pendidikan kemasyarakatan, pendidikan

hukum dan hak azasi manusia, dan pendidikan demokrasi


A. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk memberikan batasan dalam proses penlisan

maka penulis memilih beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1.Apa objek telaan pkn yang anda ketahui ?

2. apa objek pengembangan pkn ?

C. tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini sebagain bahan acuan dalam pelajaran kewarganegaraan
terkhususnya mengenai landasan objek telaah dan objek pengembangan pkn .
BAB II

PEMBAHASAN

A. landasan objek telaah pkn

Objek telaah adalah keseluruhan aspek Idiil, instrumental, dan praksis pendidikan

kewarganegaraan yang secara internal dan eksternal mendukung sistem kurikulum dan

pembelajaran PKn di sekolah dan di luar sekolah serta format gerakan sosial-kultural

kewarganegaraan masyarakat.

PKn merupakan bidang studi yang bersifat multifaset dengan konteks lintas keilmuan.

Namun secara filsafat keilmuan, ia memiliki Ontologi pokok ilmu politik khususnya konsep

“political democracy” untuk aspek “duties and right citizens” (Chreshore:1886). Dari ontologi

pokok inilah berkembang konsep “Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa latin yaitu

“civicus” yang artinya warga negara pada masa yunani kuno, yang kemudian diakui secara

akademis sebagai embrionya “civic education”, yang selanjutnya di indonesia diadaptasi

menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat

menjadi suatu “Body of knowledge” yang dikenal memiliki paradigma sistemik, yang

didalamnya terdapat tiga domain “Citizenship education”, yakni  domain akademis, domain

kurikuler, dan domain sosial kultural

Ketiga domain tersebut satua sama lain saling memiliki keterkaitan stuktural dan

fungsional yang diikat oleh konsepsi “civic virtue and cultere” yang mencakup civic

knowledge, civic disposition, civic skills, civic confidence, civic comitment dan civic

competence. Oleh karena itu ontologi PKn saat ini sudah lebih luas dari pada embrionya

sehingga kajian keilmuan PKn, program kurikuler PKn, dan aktivitas social-kultural PKn saat

ini benar-benar multifaset atau multi dimensional. Sifat multidimensional inilah yang membuat
bidang studi PKn dapat disikapi sebagai : pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik,

pendidikan nilai dan moral, pendidikan kebangsaan pendidikan kemasyarakatan, pendidikan

hukum dan hak azasi manusia, dan pendidikan demokrasi

Menurut pendapat di atas, pendidikan kewaganegaraan merupakan bidang studi yang

mencakup lintas bidang keilmuan karena dalam pendidikan kewarganegaraan terdapat pula

pokok ilmu politik kemudian berkembang konsep civics yang berarti warga negara kemudian

berkembang menjadi civics education yang selanjutnya diadaptasi menjadi pendidikan

kewarganegaraan.  Namun PKn di Indonesia selain mendasarkan pada Ontologi pokok yaitu

Ilmu Politik juga brangkat dari Pancasila dan Konsepsi kewarganegaraan lainnya, oleh karena

itu di indonesia PKn sering juga disebut dengan PPKN (Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan). Perkembangan PKn di Indonesia juga tidak boleh keluar dari landasan

ideologis Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan operasional Undang-

Undang Sisdiknas yang berlaku saat ini, yakni UU Nomor 20 tahun 2003.

Pendapat lain mengatakan PKn Secara ontologikal memilki dua dimensi, yakni obyek

telaah dan obyek pengembangan (Winataputra, 2001). Obyek telaah adalah keseluruhan aspek

idiil, instrumental, dan praktis PKn yang secara internal dan eksternal mendukung sistem

kurikulum dan pembelajaran PKn di sekolah dan di luar sekolah, serta format gerakan sosial-

kultural kewarganegaraan masyarakat. Sedangkan obyek pengembangan atau sasaran

pembentukan adalah keseluruhan ranah sosio-psikologis peserta didik yang oleh Bloom dkk,

dikategorikan ke dalam ranah kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik, yang menyangkut

status, hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang perlu dimuliakan dan dikembangkan

secara programtik guna mencapai kualitas warga negara yang “cerdas, dan baik” dalam arti

religius, demokratis dan berkeadaban dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.
Yang dimaksud dengan aspek idiil dalam objek telaah PKn adalah landasan dan kerangka

filosofis yang menjadi titik tolak dan sekaligus sebagai muaranya pendidikan kewarganegaraan

diIndonesia. Yang termasuk dalam aspek idiil PKn adalah landasan dan tujuan pendidikan

nasional, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945, UU No. 20 Thn 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Aspek instrumental dalam objek telaah PKn adalah sarana programatik

pendidikan yang sengaja dibangun dan dikembangkan untuk menjabarkan substansi aspek-

aspek idiil. Yang termasuk ke dalam aspek ini adalah; kurikulum, bahan belajar, guru, media

dan sumber belajar, alat penilaian belajar, ruang belajar dan lingkungan. Sedangkan yang

dimaksud dengan aspek praktis dalam objek telaah PKn adalah perwujudan nyata dari sarana

programatik kependidikan yang kasat mata, yang pada hakekatnya merupakan penerapan

konsep, prinsip, prosedur, nilai, dalam pendidikan kewarganegaraan sebagai dimensi “poietike”

yang berinteraksi dengan keyakinan, semangat, dan kemampuan para praktisi, serta konteks

pendidikan kewarganegaraan, yang diikat oleh substansi idiil sebagai dimensi “pronesis” yakni

truth and justice. Termasuk juga dalam aspek praktis ini adalah interaksi belajar di kelas dan

atau di luar kelas, dan pergaulan sosial-budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara yang memberi dampak edukatif kewarganegaraan.

Pengembangan ketiga aspek tersebut dalam pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan

menghasilkan peserta didik yang memiliki budi pekerti dan selalu berpikir kritis dalam

menanggapi isu kewarganegaraan serta selalu berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab serta

bertindak secara cerdas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga

akan menciptakan karakter masyarakat Indonesia yang baik dan aktif dalam kehidupan antar

bangsa dan negara.

Mencermati penjelasan diatas, maka consep civics tidak pernah lepas dari civic education

dan citizenship education, begitu pula perkembangannya di Indonesia, civics dan civics

education telah muncul pada tahun 1957, dengan istilah Kewarganegaraan, lalu pada tahun
1962 pelajran civics masuk dalam kurikulum sekolah, dengan bukunya “manusia baru

indonesia” yang dikarang oleh Mr. Doepardo, dengan tujuan untuk membentuk warga negara

yang baik. pada tahun 1968 keluarlah kurikulum pendidikan tahun 1968 yang baru, maka

istilah mata pelajaran civic-kewarganegaraan diganti lagi menjadi pendidikan kewarganegaraan

(PKN), pada masa ini metodenya sudah tidak indoktrinasi lagi. Namun pada tahun 1975

melalui GBHN yang mengatakan bahwa “pendidikan pancasila masuk kedalam pendidikan

moral pancasila dimasukan dalam kurikulum tingkat sekolah sampai perguruan tinggi” maka

nama pendidikan kewarganegaraan berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Pada

tahun 1994, PMP berubah kembali menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(PPKn) misi yang diembannya adalah pendidikan nilai moral pancasila, pendidikan

kewarganegaraan, pendidikan hukum, dan kemasyarakatan sebagai pendidikan politik. Hingga

pada tahun 2003, semua tingkat pendidikan menggunakan nama dan kurikulum yang baru

dengan sebutan Pendidikan Kewarganegaraan hingga sampai saat ini.

Sampai saat ini secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi

yaitu:

1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang

politik, hukum dan moral.

2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan

partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya

diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur.

B. Objek pengembangan PKN

Objek dari pendidikan kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara
baik empirik maupun nonempirik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga negara
dalam kesatuan bangsa dan negara.
Tujuan utama (PKN) adalah mendewasakan masyarakat / warga Negara Indonesia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dari sebuah negara yang mengklaim sebagai
suati negara demokrasi. PKn di Indonesia terkait erat dengan empat pilar demokrasi
Indonesia, yaitu : Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebhinekatunggalikaan. Warga
negara yang memiliki partisipasi baik aktif maupuin pasif dalam upaya ikut seta
mewujudkan cita-cita bangsa dan negar
a Indonesia, suatu negara yang adil dan makmur, aman dan sentausa.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakekatnya pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Dengan adanya penyempurnaan kurikulum, mata
kuliah pengembangan kepribadian tersebut maka pendidikan kewarganegaraan memiliki
paradigma baru yaitu pendidikan kewarganegaraan berbasis pancasila. Dengan demikian
pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi saat ini dapat dijadikan sebagai sintesis antara
“civic education”, “democracy education”, serta “citizenship education” yang berlandaskan filsafat
pancasila serta mengandung muatan identitas nasional Indonesia, serta muatan makna dari
pendidikan pendahuluan bela Negara (Mansoer 2005). Hal ini berdasarkan kenyataan diseluruh
Negara di dunia, bahwa kesadaran demokrasi serta implementasinya harus senantiasa
dikembangkan hingga sejak dini dengan basis filsafat bangsa, identitas nasional kenyataan dan
pengalaman sejarah bangsa tersebut, serta dasar-dasar kemanusiaan dan keberadaban. Oleh
karena itu, dengan pendidikan kewarganegaraan diharapkan para intelektual Indonesia memiliki
dasar kepribadian sebagai warga negara yang demokratis, religius, berkemanusiaan dan beradab.
DAFTAR PUSTAKA

http://wahyu-setyawan.blogspot.com/2013/05/hakikat-pendidikan-kewarganegaraan.html
(Budimansyah & Suryadi, 2008, hal. 19). https://www.google.com/search?
q=objek+telaah+pkn&oq=objek+telaah+pkn&aqs=heirloom-srp..
https://www.google.com/search?
q=objek+pengenmbangan+pkn&oq=objek+pengenmbangan+pkn&aqs=heirloom-srp..
https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/fkip/article/view/94

Anda mungkin juga menyukai