Anda di halaman 1dari 27

Askep Hipertensi

( Asuhan Keperawatan pada Klien Hipertensi )

Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom,
1995 ) Menurut WHO, penyakit  hipertensimerupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).

Askep Hipertensi

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,


hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (
Smith Tom, 1995 ).

Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan
10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih
tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan
berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol,
minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan

Pengkajian Keperawatan pada Askep Hipertensi


1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit,
suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor
stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan
pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optic
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

Penatalaksanaan Askep Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol

b. Menghentikan merokok
c. Diet tinggi kalium
d. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu

e. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
 Step 1 : Obat pilihan pertama :
 diuretika,
 beta blocker,
 Ca antagonis,
 ACE inhibitor
 Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

 Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh


1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

 Step 4 : alternatif pemberian obatnya


1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi\
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan
petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortilitas
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g) Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
i) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1x
sehari atau 2x sehari
j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
l) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.

Diagnosa Keperawatan pada Askep Hipertensi


1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular
 Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak
terjadi iskemia miokard
 Intervensi Keperawatan :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang
tepat
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
o Catat edema umum
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
o Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

 Hasil yang diharapkan :


a) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
b) Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
c) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral
 Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
 Intervensi keperawatan :
a) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c) Batasi aktivitas
d) Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e) Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es,
posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari
konstipasi
 Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
 Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
 Intervensi :
a) Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk
dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
c) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d) Amati adanya hipotensi mendadak
e) Ukur masukan dan pengeluaran
f) Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g) Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
 Hasil yang diharapkan :
a) Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada
keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas
normal.
b) Haluaran urin 30 ml/ menit
c) Tanda-tanda vital stabil

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang proses penyakit dan perawatan diri
 Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
 Intervensi :
a) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan
stress
c) Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian,
tujuan dan efek samping atau efek toksik
d) Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter
e) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan
dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f) Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai
pesanan
 Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat,
jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung
kafein, teh serta alcohol
 Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

 Hasil Yang Diharapkan :


a) Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan
penatalaksanaan perawatan dini
b) Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,
diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius,
2001
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com,
2003
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta,
Penerbit Arcan, 1996
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?,
Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta,
Penerbit Hipokrates, 1999
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan
evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998
ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU DALAM KELUARGA
PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI

BIODATA
a. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. L

Umur : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : RT 06/RW 12 Beton Bongkotan Kasihan Bantul YK

Hub dengan Klien : Anak

b. Identitas Klien
Nama : Tn “DP”

Umur : 85Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Suku Bangsa : Jawa / Indonesia

Bahasa : Jawa

Pendidikan Terakhir : SD

Pekerjaan : Swasta
Alamat :RT 06/RW 12 Beton Bongkotan Kasihan Bantul

GENOGRAM

Ket :
: Klien
: Laki Laki

48
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Meninggal

DENAH RUMAH
DIAGNOSA MEDIS

Hipertensi

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluhan Utama : Klien mengatakan tidak terlalu peduli terhadap penyakitnya
seperti pusing dan rasa berat pada kepala

Tanggal Mulai Sakit : 5 Maret 2009

Proses terjadinya sakit : Tiba-tiba

Faktor pencetus : Makanan, pikiran

Upaya yang telah dilakukan : Pergi ke Puskesmas/ Panti ( di paksa Anak)

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi

Penyakit masa anak-anak : tidak ada

Prosedur pembedahan terakhir : Tidak pernah

Obat-obatan yang biasa dikonsumsi : Nifedipin


(Jenis, rute, reaksi)

Alergi : Tidak alergi obatobatan

Alat bantu yang digunakan : Tidak ada

RIWAYAT KESEHATAN
KELUARGA
Penyakit yang pernah diderita oleh keluarga : Hipertensi
Penyakit yang sedang diderita oleh anggota keluarga : Hipertensi
Kecenderungan penyakit keluarga : Hipertensi
(Hipertensi, Kanker, Alergi, gout, penyakit jantung)
Gangguan keturunan (DM, Anemia sel sabit) : Tidak ada
Kecenderungan lingkungan (TBC, Kusta) : Tidak ada
Penyakit keluarga yang perah diderita : Orang tua klien memliki
penyakit hipertensi

KESEHATAN LINGKUNGAN
Rumah terlihat bersih, lantai disapu 2x sehari

POLA KEGIATAN SEHARI –


HARI / PEMENUHAN
KEBUTUHAN DIRI
Makan Dan Minum
 Kebiasaan makan sebelum sakit
 frekuensi : 3x / hari
 jenis : nasi, sayur, lauk-pauk
 Pantangan / diit : tidak ada
 Makanan yang disukai : Pete, jengkol
 Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
 Alergi makanan : Tidak alergi makanan
 Kebiasaan minum sebelum sakit
 frekuensi : 4-5 x / hari (1500cc) / hari
 jenis : Air putih
 Pantangan : tidak ada
 Minuman yang diskai : Air putih
 Minuman yang tidak disukai : Tidak ada
 Alergi minuman : Tidak alergi minuman
 Kebiasaan makan dan minum saat sakit
Klien tidak ada perubahan dalam hal makan dan minum

 frekuensi makan : 3x / hari


 Frekuensi minum : 4-5x / hari
 jenis : nasi, sayur, lauk-pauk / air putih
 Klien makan-makanan yang dapat meningkatkan tensinya naik seperti,
pete, Jengkol, makanan bersantan, asin, dll.
 Keluarga klien (anak) mengatakan ibunya sulit diperingatkan untuk diit
hipertensi
 Klien mengatakan tidak pernah minum kopi

Eliminasi
BAB : Pemenuhan mampu sendiri

BAK : Pemenuhan mampu sendiri


Frekuensi : 1-2x/hari (bab) / 4-5x /hari (bak)

Penggunaan obat pencahar : Tida ada

Penggunaan alat kateter : Tidak ada

Kebersihan diri
 Sebelum sakit
Mandi : 2x /hari

Keramas : 3x /minggu

Sikat gigi : 1x /hari

Memotong kuku : Jika kuku panjang

Ganti pakaian : 2x /hari

 Saat sakit
Mandi : 2x /hari

Keramas : 3x /minggu

Sikat gigi : 1x /hari

Memotong kuku : Jika kuku panjang

Ganti pakaian : 2x /hari

Pola Istirahat Dan Aktivitas


 Sebelum sakit
Tidur malam : 8 jam /hari. Jam 21.00 s/d 05.00 WIB

Tidur siang : ± 1-2 jam /hari Jam 14.30 s/d 16.00

Aktifitas : Ternak ayam


 Saat sakit
Tidur malam : 8 jam /hari. Jam 21.00 s/d 05.00 WIB

Tidur siang : ± 1 ½ jam /hari Jam 14.00 s/d 16.00

Aktifitas : Ternak Ayam

Penyebab gangguan tidur atau aktifitas : Tidak ada

Kebiasan merokok / alkohol / jamu


Tidak ada

PENGKAJIAN PER SYSTEM


Bentuk dada : Simetris
Sekresi dan batuk : Tidak ada, nyeri waktu bernapas (-)
Pola napas : Regular 24 x/mnt
Bunyi napas : Vesikular disemua lapang paru
Bronchial : Diatas Manubrium sterni

Broncho vesicular : Pada ICS 2 percabangan bronchus

Tidak ada ronchi, tidak ada kelainan dalam pernapasan

Pergerakan dada : Intercostal


Tactil fremitus : Tidak meningkat dan tidak menurun
Alat bantu napas : Tidak menggunakan alat bantu napas

KARDIOVASKULAR

Nadi : Frekuensi 100 x/mnt Regular


Tekanan darah : 200/150 mmHg tgl 10 Maret 2009
Bunyi jantung : Normal Bj 1 dan Bj 2 tunggal
Letak jantung : Ictus cordis teraba pada ICS 5
Pembesaran jantung : Tidak mengalami pembesaran
Nyeri dada : Tidak nyeri dada
Clubbing finger : Tidak ada

PERSYARAFAN

1. Tingkat kesadaran : compos mentis


2. GCS :4–5-6
3. Refleks : Normal, tidak terjadi kelainan refleks
(parese /paraplegi)
4. Koordinasi gerak : Klien dapat bergerak bebas
5. Kejang : Klien tidak mengalami kejang

PENGINDERAAN

1. Mata
Bentuk : Normal
Visus VOD : 1 VOC : 1
Pupil : Isokor
Reflek cahaya : Positif
Gerak bola mata : Normal tidak menyempi
Medan penglihatan : Normal
Buta warna : Klien tidak mengalami buta warna
2. Hidung
Bentuk : Normal tidak terjadi deformitas
Gangguan penciuman : Tidak ada
3. Telinga
Bentuk : Normal dan simetris
Membran timpani: Agak keruh
Otorhea : Tidak ada
Gangguan pendengaran : Tidak ada
Tinitus : Tidak
4. Perasa (lidah) : Normal tidak tremor
5. Peraba : Normal tidak ada kelainan
Perkemihan (Blader)
Masalah kandung kemih : Klien tidak mengalami masalah dalam kandung kemih
BAK lancar warna kuning jernih bau khas urine
Produksi urine : ± 1000 cc/hari

PERCERNAAN ( Bowl )

Mulut dan tenggorokan


a. mulut dan selapu lendir : Lembab tidak ada stomatitis
b. Lidah agak kotor
c. Kebersihan rongga mulut : tidak berbau, gigi tidak terdapat karies gigi, gigi
tengah depan tidak ada
d. Tenggorokan tidak nyeri telan
e. Abdomen, kenyal tidak nyeri tekan, tidak ada benjolan yang abnormal
f. Pembesaran hepar : tidak terjadi pembesaran hepar
g. Pembesaran lien : tidak terjadi pembesaran lien
h. Asites : tidak terjadi asites

Masalah usus besar dan rectum / anus


BAB tidak ada masalah, tidak terjadi konstipasi / diare, klien tidak menggunakan
obat pencahar

Otot, Tulang Dan Integumen (Bone)


1. Otot dan tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai bebas

Tidak ada fraktur, dislokasi, haematum, Kekuatan otot 5 5

5 5

Integumen
Warna kulit : Normal tidak terjadi sianosi, hiperpigmentasi (-)
Akral : Hangat
Turgor : Elastik, kembali dalam < 2detik

REPRODUKSI

Jenis kelamin perempuan, paytudara simetris tidak ada benjolan. Alat kelamin tidak
terjadi

ENDOKRIN

Faktor alergi : Klien tidak mempunyai alergi makanan atau minuman


Kelainan endokrin : Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM

PENGKAJIAN PSIKOSOSAL
Interaksi Social
Klien dapat berinteraksi baik denga siapa saja

Konsep Diri
Klien menerima bahwa dirinya mempunyai keturuna hipertensi

Spiritual
Klien berusha menjalankan ibadahnya dengan sebaik-baiknya

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada

TERAPI MEDIK
Nifedipine 3 x 1 tablet/hari
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn “DP”

Umur : 85tahun

No.
Data Penunjang Masalah Etiologi
Dx
I DS : Kurang Kurang terpaparnya
> Klien mengatakan tidak terlalu pengetahuan informasi
mempedulikan penyakitnya
 Klien mengatakan keluarga
memiliki keturunan penyakit hipertensi
 Klien mengatakan sering
makan-makanan yang meningkatkan
tensinya naik
 Anak Tn.DP mengatakan
bapaknya sulit diperingatkan untuk diit
PRIORITAS MASALAH

Nama Pasien : Tn “DP”

Umur : 85 tahun

Tanggal / Jam Diagnosa Keperawatan Paraf


10 Maret 2009 Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi

Jam 9.30
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn “DP”

Umur : 85tahun

Tanggal NO. Dx Tujuan / Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional


10 Maret 2009 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan 1. Menciptakan kerjasama ytang kooperatif
keperawatan selama 3 kali saling percaya, kontrak dengan klien dengan klien dan keluarga
kunjungan diharapkan klien 2. kaji 2. Mengtahui sejauh mana pengetahuan klien
mentaati dan melaksanakan diit pengetahiuan kliententang hipertensi dan menentukan intervensi
hipertensi dengan kriteria hasil : 3. Berti 3. Menambah pengetahuan klien tentang
 Klien melaksanakan diit penjelasan klien tentang : hipertensi
 Klien tidak lagi makan  Penge
makanan yang dapat rtian hipertensi
meningkatkan tekanan darah  Penye
naik. bab hipertensi
 Pengetahuan meningkat  Tanda 4. Ketaatan diit mencegah terjadinya serangan
dan gejala berulang
 Akibat 5. Mengetahui perkembangan kesehatan lebih
hipertensi lanjut
 Cara
pencegahan hipertensi termasuk diit
hipertensi
4. Anjurkan klien
untuk tidak makan makanan peningkat
tekanan darah
5. Anjurkan
periksa ke puskesmas / panti bila penyakit
berlanjut
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Tn “DP”

Umur : 85tahun

No.
Tanggal Jam Implementasi Ttd.
Dx
10 Maret 0.9.30 I 1. Membina hubungan saling
2009
percaya dengan klien (perkenalan identitas)
2. Kontrak dengan klien untuk
pertemuan akan datang

1. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya


11 Maret 10.00
2009 2. Menyakan penyebab tekanan darah tingginya naik lagi
3. Kontrak waktu pertemuan berikutnya untuk memberikan
penyuluhan tentang diit hipertensi

1. Memberikn penjelasan tentang :


 Pengertian hipertensi
 Penyebab hipertensi
 Tanda dan gejala
12 Maret 10.00  Akibat hipertensi
2009
 Cara pencegahan hipertensi
termasuk diit hipertensi
2. Menganjurkan klien untuk tidak makan makanan yang
dapat meningkatkan tekanan darahnya naik (seperti,
pete, jengkol, mengurangi makanan bersantan,
makanan asin dll).
3. Menganjurkan klien untuk periksa ke Puskesmas bila
penyakit berlanjut
EVALUASI

Nama Pasien : Tn “DP”

Umur : 85 Tahun

Tanggal/jam No. Dx Evaluasi Ttd


12 Maret 2009 I S:
 Klien mengatakan sudah mengerti
Jam 13.30 WIB tentang penyakitnya
O:
 Klien dapat menjelaskan pengertian
hipertensi
 Klien akan berusaha menjalankan diit
 Klien akan berusaha mengontrol
penyakitnya

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi (1 s/d 6)
dilanjutkan keluarga pasien

Anda mungkin juga menyukai