Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dania Rifdah

NPM : 021119042

Kelas : 5L – Manajemen

Tanggal : 08/11/2021

Mata kuliah : Manajemen Resiko

Dosen : Jalaludin Almahali S.E,.M.M

Jawaban UTS!

1. Manajemen resiko adalah proses untuk mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi,


mengendalikan,serta berusaha untuk menekan sebanyak mungkin atau bahkan
menghilangkan resiko yang dihadapi oleh pemilik usaha./ organisasi.
Fungsi manajemen resiko adalah sebagai pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen
dalam penanggulangan resiko, terutama resiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan.
Tujuan dari Manajemen resiko adalah sebagai berikut :
 Melindungi Perusahaan
 Membantu Pembuatan Kerangka Kerja
 Meningkatkan Kinerja Bisnis
 Sebagai Pengingat

2. 5 sumber resiko berdasarkan wacana diatas yaitu :


Dari kasus tersebut pengelolaan risiko bisa diilustrasikan sebagai kombinasipenekanan
gas (mempercepat kendaraan) danpenekanan rem (memperlambat kendaraan).
Kombinasiyang ideal bisa membuat mobil berjalan kencang tetapitetap terkendali.
Namun 5 sumber resikonya adalah :

- Alami
Sumber alam dalam suatu risiko berawal dari alam seperti kondisi cuaca yang dapat saja
menghambat pelaku usaha dalam melakukan kegiatan bisnisnya.

- Teknis

Sumber risiko teknis berhubungan dengan berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan
teknis pada kenyataannya, seperti kondisi operasional perusahaan sebagai salah satu
contohnya.

- Manusia

Sumber ini berkaitan erat dengan sumber daya manusia. risiko yang muncul dari sumber
ini berupa kompetensi yang berakibat pada kemampuan, kelalaian, kelelahan, dan
sebagainya.

- Keselamatan

Sumber keselamatan berkaitan dengan risiko dalam bidang keselamatan dan kesehatan
kerja, seperti adanya zat berbahaya dalam melakukan kegiatan bisnis, ledakan, bahkan
kebakaran dan risiko lainnya dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja.

- Perencanaan

Sumber perencanaan yang berkaitan dengan munculnya suatu risiko bermula proses
perencanaan yang dilakukan dalam menjalankan usaha. Sumber ini berkaitan erat dengan
tata cara perizinan dan juga persyaratan perizinan suatu kegiatan usaha.

3. Alternatif pengelolaan resiko di bawah ini berdasarkan kasus :


1. Penghindaran Risiko (Risk Avoidance)

 Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa dihilangkan tanpa
ada pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari.
 Dalam kebanyakan situasi, risiko tidak bisa dihindari. Perusahaan secara sengaja
melakukan aktivitas bisnis tertentu untuk memperoleh keuntungan. Dalam
melakukan aktivitas bisnis tersebut, perusahaan menghadapi risiko yang berkaitan
dengan aktivitas tersebut. Karena itu risiko semacam itu tidak bisa dihindari.
2. Pengendalian Risiko (Risk Control)

 Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian
risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity, pengendalian
risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi
tingkat keseriusan (severity), atau keduanya.Agar bisa mengendalikan risiko lebih
baik, pemahaman terhadap karakteristik risiko perlu dilakukan. Dalam upaya
memahami risiko tersebut ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab
munculnya risiko. Dua teori dibicarakan dalam bagian ini yaitu teori domino dan teori
rantai risiko.

3. Penanggungan atau Penahanan Risiko (Risk Retention)

Taksi PT Kelana pada awal bab ini menunjukkan bahwa PT Kelana memilih untuk
menahan risiko operasi kendaraannya. Dalam contoh tersebut PT Kelana secara sadar
merencanakan untuk menahan risiko tersebut.

- Penahanan Yang Direncanakan Dan Yang Tidak Direncanakan

Penahanan risiko bisa terjadi secara terencana dan tidak terencana. Jika suatu
perusahaan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian memutuskan untuk
menahan sebagian atau seluruh risiko, maka perusahaan tersebut menahan risiko
dengan terencana. Pada situasi lain, perusahaan tidak sadar akan adanya risiko yang
dihadapinya. Perusahaan tidak melakukan apa-apa. Dalam situasi tersebut perusahaan
menahan risiko dengan tidak terencana. Sebagai contoh, suatu perusahaan membuat
produk tertentu. Tapi perusahaan tersebut tidak menyadari bahwa produk tersebut
bisa memunculkan risiko gugatan oleh konsumen terhadap perusahaan. Perusahaan
secara tidak terencana menahan risiko gugatan tersebut.

4. Pengalihan Risiko (Risk Transfer)


Alternatif lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak lain
(mentransfer risiko kepihak lain). Pihak lain tersebut biasanya mempunyai
kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, atau mempunyai keahlian
untuk melakukan manajemen risiko lebih baik.
Risk transfer bisa dilakukan melalui beberapa cara:
1) Asuransi
2) Hedging
3) Incorporated (membentuk perseroan terbatas)
4) Teknik lainnya

5. Pendanaan Risiko

- Pendanaan Risiko Yang Ditahan

Risiko yang ditahan bisa didanai dan bisa juga tidak didanai. Jika perusahaan tidak
menetapkan pendanaan yang khusus ditujukan untuk mendanai risiko tertentu, jika
risiko tersebut muncul, maka risiko tersebut tidak didanai. Dalam beberapa situasi,
alternatif tersebut merupakan pilihan yang masuk akal. Dalam situasi tersebut,
perusahaan bisa mendanai risiko tersebut. Pendanaan bisa dilakukan melalui beberapa
cara, seperti menyisihkan dana cadangan, self-insurance, dan captive insurers.

- Dana Cadangan

Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang ditujukan untuk


membiayai kerugian akibat dari risiko tertentu. Dalam contoh dibagian awal, PT
Kelana menyisihkan dana sebesar 1% dari pendapatan untuk membiayai kerugian
kecelakaan mobil taksinya. Yang perlu diperhatikan adalah persoalan akuntansinya,
yaitu memungkinkan atau tidak, jika memungkinkan bagaimana atuaran dan nama
rekening untuk dana cadangan kerugian semacam itu. Perusahaan bisa juga
menyiapkan dana cadangan dalam bentuk memegang aset yang likuid (misal kas)
yang disiapkan untuk membiayai kerugian jika risiko terjadi. Perusahaan juga bisa
membangun akses ke pasar keuangan yang baik sehingga jika terjadi kerugian,
perusahaan bisa memperoleh dana dari pasar keuangan, meskipun biasanya bank
tidak memberikan pinjaman untuk kerugian akibat terjadinya risiko (misal akibat
kebakaran).
- Self-Insurance dan Captive Insurers

Pengelolaan dana bisa ditingkatkan lagi menjadi semacam asuransi untuk internal
perusahaan sendiri (self-insurance). Meskipun ada keberatan karena istilah self-
insurance disini tidak mengindikasikan adanya transfer risiko ke pihak luar. Risiko
masih berada di perusahaan. Dengan self-insurance perhitungan dilakukan lebih teliti
untuk menentukan berapa besarnya premi yang harus disisihkan, berapa besarnya
tanggungan yang bisa diberikan. Kerugian yang terjadi lebih besar dari tanggungan
maksimum, bisa dialihkan ke pihak luar (misal diasuransikan). Self-insurance bisa
dilakukan jika (1) eksposur di perusahaan cukup besar, sehingga skala ekonomisnya
bisa dicapai, (2) Risiko bisa diprediksi dengan baik.

Captive insurers dilakukan dengan mendirikan anak perusahaan asuransi yang


menjadi bagian dari perusahaan. Risiko dalam perusahaan bisa diasuransikan
ke captive insurers tersebut. Captive insurers tersebut juga bisa menjual asuransi
ke pihak eksternal (perusahaan lain). Timbul pertanyaan apakah manfaat captive
insurers semacam itu, karena risiko tidak ditransfer ke pihak luar? Risiko masih
ditanggung sendiri oleh perusahaannya. Ada beberapa alasan
kenapa captive insures menjadi menarik, diantaranya: (1) dibeberapa negara,
perlakuan pajak sedemikian rupa sehingga menguntungkan untuk membuat captive
insurers (pajak bisa dibayarkan lebih kecil), (2) kontrak asuransi menjadi lebih
fleksibel karena praktis berurusan dengan pihak internal. Kadang-kadang
manajer captive insurers sekaligus menjadi manajer perusahaan. Dalam hal ini,
asimetri informasi dan problem keagenan yang terjadi antara pihak
internal dengan eksternal bisa dihilangkan. Sebagai contoh, karena manajer risiko
sekaligus menjadi manajer captive insurers, maka premi yang dibayarkan tidak akan
lebih mahal dibandingkan kalau membeli asuransi dari pihak luar.

4. Langkah – langkah dalam mengidentifikasi dan mengukur resiko :

a) Pertama kali yang dilakukan adalah risiko perlu diidentifikasi

b) Kemudian kita perlu mempelajari karakteristik risiko serta melakukan evaluasi


c) Pemahaman terhadap karakteristik yang baik akan bermanfaat untuk merumuskan
metode yang tepat untuk mengelola risiko

d) Langkah berikutnya adalah melakukan prioritisasi risiko, dimana kualifikasi risiko


merupakan salah satu komponen penting karena kita bisa mengukur tinggi rendahnya
risiko dan bagaimana dampah risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan.

e) Selanjutnya memfokuskan pada nsiko yang paling relevan ( mempunyai dampak yang
paling besar dan probabilitas yang besar) bagi perusahaan.

f) Langkah selanjutnya dalam mengelola risiko

g) Langkah selanjutnya adalah revisit yaitu mengevasluasi ulang langkah langkah yang
sudah dilakukan untuk meningkatkan efektivitas manajemen risiko.

5. Strategi yang dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan mitigasi resiko


dan memetakan resiko adalah sebagai berikut :

4 strategi mitigasi resiko :

- Hindari (Avoid) , adalah suatu solusi dengan menghentikan aktivitas


- Kurangi ( Reduce) , adalah suatu solusi untuk melakukan pencegahan, misalnya
dengan membuat SOP
- Berbagi dengan pihak ke tiga ( share) , alihkan adalah suatu solusi dengan
memindahkan resiko tersebut kepihak lain
- Terima ( accept) , adalah suatu solusi dengan cara membuat cadangan kerugian
atau membuat Diaster Recovery Plan.

Langkah – langkah dalam pemetaan resiko :

- Studi literatur dan pengumpulan data sekunder.


- Analisa risiko bencana berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar untuk melangkah
dalam melakukan analisa risiko berbasi peta/SIG
- Penentuan parameter berdasarkan data primer dan sekunder yang meliputi parameter
ancaman, kerentanan dan kapasitas, yang dilakukan secara partisipatif dalam sebuah
forum diskusi.
- Pengumpulan data primer di lapangan.
- Penyusunan database dan data spasial dalam SIG.
- Scoring dan pembobotan tiap parameter.
- Pembuatan peta tematik dengan metode tumpang susun, yang meliputi peta
ancaman, peta kerentanan, dan peta kapasitas.
- Pembuatan peta risiko bencana dengan metode tumpang susun dari
total ancaman, kerentanan, dan kapasitas.
- Diskusi mengenai proses pengumpulan dan penyusunan.
- Publikasi dan evaluasi hasil penyusunan dalam sebuah seminar.

Anda mungkin juga menyukai