Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TERSTRUKTUR

UPAYA PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN DI


PUSKESMAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
1. AL ZHIRA SYAHFANA PUTRI 2013363001

2. ANANTA YOSI MASNITA CAHYANI 2013363002

3. DEBORA DAMANIK 2013363003

4. ETI SARLINA 2013363004

5. EUGINA GOK ASI TRI BR NAIBORHU 2013363005


6. EVITA SARI RUDIANTI 2013363006
7. ATIKA NOFIA SIHOMBING 2013363032

8. WULAN DARI 2013363033

9. NURUL HIJRA SUSWITA 2013363034

10. NAMIRA MAUDHINA HARAHAP 2013363035

11. PUTRA KRISLAND POND S 2013363037

12. IMA P TAMBA 1913363014

MATA KULIAH : ORGANISASI DAN MANAJEMEN


DOSEN PENGAJAR : Khairani, S.ST., M.Kes

PRODI : D-IV MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tulisan tentang Upaya kesehatan kerja di puskesmas ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memenuhi kreteria fungsional dosen di universitas sumatera utara. Tulisan ini

berisi tentang pelaksanaan upaya kesehatan kerja yang ada dipuskesmas dengan tujuan untuk

memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja, mencegah timbulnya

gangguan kesehatan serta melindungi pekerja dari bahaya kesehatan diwilayah kerja

puskesmas.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat serta memberikan sumbangan yang berharga

dalam peningkatan upaya kesehatan kerja di puskesmas.

Medan, September 2021


Penulis
ABSTRAK

Upaya kesehatan kerja dipuskesmas ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerja. Upaya kesehatan kerja yang dimaksud meliputi pekerja disektor formal dan informal
dan berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada dilingkungan tempat kerja.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar
puskesmas menyatakan bahwa puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan
diwilayah kerjanya termasuk upaya kesehatan kerja.
Menurut International Labaour Organisation (ILO) diketahui bahwa 1,2 juta orang
meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja
(PAHK). Dari 250 juta kecelakaan, 3000.000 orang meninggal dan sisanya meninggal karena
PAHK oleh sebab itu diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya. Melihat data
tersebut maka sangat perlu diberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja kepada
masyarakat pekerja di wilayah kerja puskesmas dengan tujuan meningkatkan kemampuan
pekerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan
akhirnya peningkatan produktivitas kerja .
Adapun sasaran dari program ini adalah pekerja di sektor kesehatan antara lain
masyarakat pekerja di puskesmas, balai pengobatan/poliklinik, laboraturium kesehatan, Pos
Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Jaringan dokter perusahaan bidang kesehatan kerja,
masyarakat pekerja diberbagai sektor pembangunan, dunia usaha dan lembaga swadaya
masyarakat. Untuk menerapkan pelayanan kesehatan kerja di puskesmas, secara umum kita
dapat melihat langkah-langkah yang dapat diterapkan sebagaimana yang tertuang dalam
pedoman pelayanan kesehatan kerja yang meliputi perencanaan, pelaksanaaan dan evaluasi
serta memperhatikan aspek indikator yang harus dipenuhi.
Strategi yang dikembangkan adalah dengan cara terpadu dan menyeluruh dalam pola
pelayanan kesehatan puskesmas dan rujukan, dilakukan melalui pelayanan kesehatan
paripurna, yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Serta peningkatan pelayanan kesehatan
kerja dilaksanakan melalui peran serta aktif masyakarat khususnya masyarakat pekerja.

Kata Kunci : Puskesmas, Upaya Kesehatan Kerja.


DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ………………………………………………………………… i

Abstrak ………………………………………………………………………… ii

Daftar Isi ………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1

BAB II PERMASALAHAN …………………………………………………. 3

BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………. 3

A. Perencanaan ......................................................................................... 5
B. Pelaksanaan.......................................................................................... 6
C. Evaluasi ............................................................................................... 10
D. Indikator …………………………………………………………. 12

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………. 12

Daftar Pustaka
UPAYA KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

I. PENDAHULUAN
Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 164
disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerja. Upaya kesehatan kerja yang dimaksud meliputi pekerja
disektor formal dan informal dan berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang
berada dilingkungan tempat kerja.
Program kesehatan kerja merupakan suatu upaya pemberian
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja yang
bertujuan untuk memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
pekerja, mencegah timbulnya gangguan kesehatan, melindungi pekerja dari bahaya
kesehatan serta menempatkan pekerja dilingkungan kerja yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerja. Upaya kesehatan kerja mencakup kegiatan
pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian di bidang kesehatan melalui
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit termasuk pengendalian faktor
resiko, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan termasuk pemulihan
kapasitas kerja (Depkes RI, 2005).
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional
pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota
atau kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan
kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi.
Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas
dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan
tempat kerja yang mempunyai resiko kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan
kerja. Oleh karena itu petugas puskesmas tersebut mempunyai resiko tinggi karena
sering kontak dengan agent penyakit menular, dengan darah dan cairan tubuhmaupun
tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi beberapa
penyakit seperti hepatitis B, HIV AIDS dan juga potensial sebagai media penularan
penyakit yang lain.
Menurut Hudoyo (2004) yang dikutip oleh Depkes RI (2007) resiko
petugas puskesmas terhadap kesehatan dan penyakit akibat kecelakaan kerja dapat
digambarkan bahwa rendahnya perilaku petugas kesehatan dipuskesmas terhadap
kepatuhan melaksanakan setiap prosedur tahapan kewaspadaan universal dengan
benar hanya 18,3%, status vaksinasi hepatitis B petugas kesehatan puskesmas masih
rendah sekitar 12,5%, riwayat pernah tertusuk jarum bekas sekitar 84,2%.
Melihat hal diatas tentunya kita perlu menyadari bahwa dalam lingkup
pekerjaan dibidang kesehatan mempunyai banyak resiko terhadap para pekerjanya,
sehingga muncul pertanyaan dalam benak kita bagaimana pula dengan lingkup
pekerjaan lain yang bukan bidang kesehatan.
Kalau kita lihat dari gambaran masalah kesehatan kerja yang mencakup
angka kesakitan dan kematian akibat kerja dan akibat hubungan kerja dari
International Labaour Organisation (ILO) yaitu 1,2 juta orang meninggal setiap tahun
karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja (PAHK). Dari 250 juta
kecelakaan, 3000.000 orang meninggal dan sisanya meninggal karena
PAHK.Diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya. Sedangkan untuk
besaran masalah kesehatan kerja yang menyangkut angka kesakitan dan kematian
akibat kerja dari beberapa penelitian diperoleh gambaran bahwa lebih dari 50%
pekerja Indonesia peserta jamsostek mengidap penyakit kulit akibat masuknya zat
kimia melalui kulit dan pernafasan.Nelayan penyelam tradisional di pulau bungin,
NTB menderita nyeri persendian 57,5% dan gangguan pendengaran 11,3%. Pandai
besi menderita gangguan/pengurangan tajam pendengaran 30-54%. Dan penyelam
tradisional menderita kelainan pernafasan berupa sesak nafas (Depkes RI, 2005).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dikalangan petani sering terjadi
keracunan pestisida, beberapa peneliti melaporkan angka keracunan pestisida
berkisar antara 20-50% (Achmadi, 1985,1990, 1992, Eman dan Sukarno, 1984 serta
Depkes, 1983).
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang
kebijakan dasar puskesmas menyatakan bahwa puskesmas merupakan unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya. Mengingat
tingginya risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja dan adanya amanat
dalam Undang-undang untuk menerapkan kesehatan kerja di tempat kerja, maka
perlu dilaksanakannya Upaya Kesehatan Kerja di wilayah kerja Puskesmas.

II. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang yang terjadi
adalah bagaimanakah penerapan upaya kesehatan dan keselamatan kerja di
puskesmas.

III. PEMBAHASAN
Menurut Suma’mur (1996) Kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerkjaan dan lingkungan kerja, serta
penyakit-penyakit umum.
Upaya kesehatan kerja merupakan salah satu kegiatan pokok puskesmas
dalam rangka memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja kepada
masyarakat pekerja di wilayah kerja puskesmas dengan tujuan memingkatkan
kemampuan pekerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan
status kesehatan dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja . Dengan sasarannya
adalah pekerja di sektor kesehatan antara lain masyarakat pekerja di puskesmas, balai
pengobatan/poliklinik, laboraturium kesehatan, Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos
UKK), Jaringan dokter perusahaan bidang kesehatan kerja, masyarakat pekerja
diberbagai sektor pembangunan, dunia usaha dan lembaga swadaya masyarakat.
Adapun strategi yang dikembangkan adalah dengan cara terpadu dan
menyeluruh dalam pola pelayanan kesehatan puskesmas dan rujukan, dilakukan
melalui pelayanan kesehatan paripurna, yang meliputi upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit akibat kerja, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Serta peningkatan pelayanan kesehatan kerja dilaksanakan melalui peran serta aktif
masyakarat dengan menggunakan pendekatan PKMD. ( Depkes RI, 2005).
Oleh karena itu konsep pelayanan kesehatan kerja dasar adalah upaya
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pekerja secara minimal dan paripurna
meliputi upaya peningkatan kesehatan kerja, pencegahan, penyembuhan serta
pemulihan penyakit akibat kerja (PAK) dan penyakit akibat hubungan kerja (PAHK)
oleh institusi pelayanan kesehatan kerja dasar dalam hal ini puskesmas. Puskesmas
yang wilayah kerjanya terdapat kawasan industri mempunyai tanggung jawab
mengembangkan pelayanan kesehatan yang dilakukan dengan melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat pekerja sebagaimana yang dituangkan
dalam SK Menkes no. 128/Menkes/SK/II/2004.
Adapun tujuan umum dari terselenggaranya pelayanan kesehatan kerja
dasar oleh puskesmas khususnya di kawasan industri adalah dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja. Secara khusus tujuan ini dapat
dijabarkan menjadi :
1. Meningkatnya kemampuan tenaga puskesmas memecahkan masalah
sekehatan kerja diwilayah kerja puskesmas.
2. Teridentifikasinya permaslahan kesehatan kerja di kawasan industry.
3. Teridentifikasi potensi masyarakat diwilayah kerja puskesmas kawasan
industry
4. Terlaksananya pelayanan kesehatan kerja yang berkualitas.
5. Terselenggaranya kemitraan dengan para pengandil dalam pelayanan
kesehatan kerja dasar.
6. Terselenggaranya koordinasi lintas program dan lintas sector dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja.
7. Terbentuknya unit pelayanan kesehatan kerja dasar di kawasan industri.
Sasaran yang dilibatkan adalah pengelola program kesehatan kerja di
kabupaten/kota dan penyelenggaran pelayanan kesehatan kerja dasar puskesmas (
Depkes, 2008).
Puskesmas merupakan ujung tombak mempunyai tugas dan tanggung jawab
dalam menyelenggarakan program keselamatan dan kesehatan kerja diwilayah
kerjanya, serta lebih utama memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja kepada
seluruh staf bawahannya .
Sebagai tindak lanjut komitmen dan kebijakan pimpinan puskesmas dalam
penyelenggaraan kesehatan kerja menurut depkes (2007) perlu dilakukan beberapa
hal antara lain :
1. Mengidentifikasi sumber daya yang ada di puskesmas.
2. Menetapkan tujuan yang jelas sebagai acuan pelaksanaan kesehatan kerja
3. Sosialisasi program kesehatan dan keselamatan kerja kepada seluruh
staf/petugas puskesmas.
4. Membentuk organisasi kesehatan dan keselamatan kerja atau menunjuk tim
penanggung jawab kesehatan kerja.
5. Memberi wewenang dan tanggung jawab kepada tim kesehatan kerja
6. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dibidang kesehatan kerja di
puskesmas.
7. Pimpinan puskesmas melakukan advokasi ke dinas kesehatan kabupaten/kota
untuk mendapatkan dukungan.
8. Puskesmas perlu membuat pedoman kerja dan prosedur pelaksanaan
kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengutamakan upaya peningkatan
(promotif) dan pencegahan (preventif).
9. Melakukan monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal.
Untuk menerapkan pelayanan kesehatan kerja di puskesmas, secara
umum kita dapat melihat langkah-langkah yang dapat diterapkan sebagaimana yang
tertuang dalam pedoman pelayanan kesehatan kerja (depkes, 2008) yang meliputi
perencanaan, pelaksanaaan, evaluasi dan indikator.

A. Perencanaan
Menurut Williams (2001) perencanaan adalah memilih suatu tujuan
dan mengembangkan suatu metode atau strategi untuk mencapai tujuan.
Morrisey (1997) membagi perencanaan menjadi dua, yaitu perencanaan taktis
dan perencanaan strategis. Perencanaan taktis dengan jelas mendefinisikan apa
yang ingin dicapai oleh organisasi, bagaimana dan kapan akan berlangsung dan
siapa yang akan bertanggung jawab. Perencanaan jangka panjang adalah proses
yang membawa tim manajemen bersama-sama untuk menerjemahkan misi, visi
dan strategi menjadi hasil nyata untuk dikemudian hari.
Untuk itu dibutuhkan perencanaan dalam mengidentifikasi kebutuhan
pelayanan kesehatan kerja di puskesmas yang meliputi :
1. Pengumpulan data dasar yang meliputi data demografis dan geografis serta
data umum puskesmas.
Pengumpulan data ini meliputi :
a. Data demografi dan geografis : jumlah penduduk, usia kerja, jenis
kelamin, tingkat pendidikan masyarakat, angkatan kerja, luas wilayah,
tingkat pendidikan masyarakat, angkatan kerja, luas wilayah, kepadatan
penduduk, jenis pekerjaan, zona kawasan, organisasi masyarakat.
b. Data umum puskesmas : angka kesakitan dan pola penyakit, data
kematian, data tentang upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat.
2. Pemetaan jenis usaha, jumlah pekerja dan perkiraan faktor resiko dan
besarnya masalah/penilaian besaran masalah.
3. Penentuan prioritas sasaran.
Untuk menentukan sasaran program, puskesmas perlu memperhatikan
beberapa hal berikut :
a. Jenis usaha unggulan daerah/PAD : jenis usaha yang banyak
menghasilkan pendapatan daerah.
b. Besaran risiko terhadap kesehatan : pekerjaan yang banyak menimbulkan
gangguan kesehatan dan penyait umum dan penyakit akibat hubunga
c. n kerja.
d. Jumlah pekerja : tempat kerja/inut kerja yang mempekerjakan pekerja
yang lebih banyak dibandingkan dengan unit kerja lainnya yang ada
dikawasan tersebut.

B. Pelaksanaan
Menurut Azwar (1996) dalam proses pelaksanaan didalamnya termasuk
pengarahan, pengorganisasian, bimbingan, penggerakan dan pengawasan.
Dalam pelaksanaan kegiatan yang dapat dilaksanakan di puskesmas antara
lain :
1. Pertemuan koordinasi tingkat kecamatan yang bertujuan membangun
komitmen bersama.
Materi yang disampaikan dalam pertemuan ini adalah masalah kesehatan
kerja hasil pengumpulan data dasar. Peserta yang diundang pada
pertemuan ini adalah lintas sector terkait tingkat kecamatan.
2. Pertemuan dengan pengusaha dan serikat pekerja yang bertujuan untuk
membangun komitmen dalam pelaksanaan kesehatan kerja di tempat
kerja.
Beberapa hal yang perlu disampaikan pada pertemuan ini adalah :
a. Kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja
dasar ditempat kerja.
b. Peraturan perundangan yang mengatur tentang pelaksanaan pelayanan
kesehatan kerja disetiap tempat kerja
c. Hak dan keajiban pengusaha dibidang kesehatan kerja.
d. Risiko kerugian yang mungkin terjadi.
3. Pelatihan kepada pekerja dan pengusaha oleh puskesmas tentang bahaya
potensial di tempat kerja.
Pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keteramplian pekerja dan pengusaha tentang identifikasi potensi hazard,
bahaya risiko dan pengendaliannya.
4. Kunjungan lapangan untuk mengidentifikasi bahaya kesehatan dan
lingkungan yang timbul dari lingkungan industri, tempat kerja dan proses
industri.
5. Membuat kajian risiko kesehatan dan keselamatan kerja.
Langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam kegiatan ini adalah :
a. Identifikasi bahaya kesehatan kerja (sebagai hasil dari surveilan).
b. Identifikasi pekerja atau kelompok kerja yang terkena pajanan bahaya
tertentu.
c. Analisis mengenai bagaimana bahaya tersebut mempengaruhi pekerja
( cara masuk dan jenis pajanan, nilai ambang batas, hubungan
dosis/respon, akibat buruk terhadap kesehatan, dll).
d. Pengaruh intensitas (tingkat) dan banyaknya (volume) risiko.
e. Identifikasi terhadap individu dan kelompok dengan tingkat
kerentanan khusus.
f. Evaluasi terhadap pencegahan bahaya yang tersedia dan ukuran
kendali.
g. Membuat kesimpulan dan rekomendasi bagi manajemen dan kontrol
risiko.
h. Dokumentasi temuan asesmen.
i. Kaji ulang periodic dan apabila diperlukan, dilakukan asesmen risiko
ulang
j. Hasil penelitian risiko harus didokumentasi.
6. Menentukan tindakan perbaikan dan pengendalian pemeliharaan dan
pemantauan yang mampu dilaksanakan oleh pengusaha, pekerja dengan
pendampingan puskesmas.
7. Memotivasi pengusaha untuk membentuk unit pelaksanaan upaya
kesehatan kerja.
8. Memfasilitasi pembentukan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
9. Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kerja dasar bagi pekerja
yang tidak mempunyai akses pelayanan kesehatan kerja di tempat
kerjanya.
Jenis kegiatan meliputi :
a. Penilaian dan pengendalian risiko
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas
pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan akibat kerja atau
penyakit akibat kerja.
Proses dalam penilaian risiko meliputi :
I. Identifikasi potensi bahaya.
Identifikasi potensi bahaya adalah suatu proses kajian kualitatif untuk
mengetahui adanya potensi bahaya dari suatu peralatan, proses, lingkungan
kerja, material atau kegiatan kerja disuatu industry/perusahaan. Pada tahap ini
dilakukan identifikasi terhadap risiko yang ada di perusahaan.
Tujuannya adalah :
1. Mengetahui adanya potensi bahaya dari suatu peralatan, proses,
lingkungan kerja, material atau kegiatan kerja yang ada dapat
menimbulkan penyakit atau kecelakaan pada pekerja.
2. Mengetahui perbedaan tingkatan risiko yang diterima pekerja dan
untuk menyediakan data serta membantu evaluasi penanganan risiko.
3. Mengetahui cara penentuan prioitas pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja pada pekerja.
II. Analisis/penilaian risiko.
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.
III. Evaluasi risiko.
Evaluasi risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang ada dengan criteria
standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibua
tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka
risiko tersebut masuk kedalam kategori yang dapat diterima atau mungkin
hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.
IV. Pengendalian risiko.
Pengendalian resiko agar dilakukan seuai dengan urutan/hirarki pengenalian
berikut :
1. Eliminasi (menghilangkan bahaya).
Merupakan langkah pertama dan ideal dengan menghentikan
peralatan/prasarana yang menimbulkan bahaya.
2. Substitusi (mengganti).
Yaitu menggantikan sumber risiko dengan sarana lain dengan tingkat
risiko lebih rendah.
3. Rekayasa (engineering).
Yaitu dilakukan penggantian peralatan kerja atau mempdifikasi alat
agar tingkat risiko lebih rendah.
4. Pengendalian administrasi.
Tahapan ini menggunakan peraturan, prosedur, SOP atau pandan atau
pemberian pelatihan sebagai langkah mengurangi risiko.
5. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
APD merupakan pilihan terakhir dalam pencegahan bahaya terhadap
pekerja dan disarankan digunakan bersamaan penggunaan langkah
pengendalian lainnya.
V. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan khusus (sebelum mutasi,
setelah cuti sakit/cuti panjang, kejadian luar biasa) dan perna bakti (menjelang
pension/PHK).
VI. Diagnosa dini dan pengobatan segera PAK atau KAK dapat dideteksi melalui
keluhan, anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya.
VII. Pelayanan instalasi gawat darurat.
Petugas dapat menyediakan pertolongan pertama dan melatih personil dalam
memberikan pertolongan pertama ditempat kerja.
VIII. Pelayanan kesehatan umum, kuratif dan rehabilitasi.
Personil pelayanan kesehatan kerja dasar dapat menyediakan pelayanan
pencegahan umum dengan menyediakan imunisasi dan dengan membimbing
aktivitas promosi kesehatan dan pencegahan untuk memperkenalkan gaya
hidup sehat.
IX. Promosi kesehatan ditempat kerja (PKDTK) termasuk psikososial dan gizi
kerja.
X. Pencegahan kecelakaan.
XI. Surveilans lingkungan kerja.
XII. Surveilans kesehatan kerja.
XIII. Pencatatan, pelaporan dan dokumentasi.

C. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan untuk keberhasilan program setiap tahun. Hasil
evaluasi diumpan balik pada semua mitra kerja diwilayah kerja serta
diinformasikan kepada jajaran administrasi yang lebih tinggi. Dalam
pelaksanaan evaluasi, puskesmas melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Memfasilitasi pengembangan unit pelayanan kesehatan kerja di BP/klinik
perusahaan dikawasan industri bersama-sama dengan kabupaten/kota.
2. Pembinaan dan evaluasi.
a. Frekuensi kunjungan dan bimbingan minimal 4 kali setahun.
b. Pertemuan koordinasi puskesmas dengan pengusaha, serikat pekerja,
melibatkan lintas sektor untuk mengetahui permasalahan kesehatan
kerja.
Evaluasi bertujuan mengembangkan program kesehatan kerja yang telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditentukan, maupun untuk
pengembangan serta berkelanjutan. Untuk mendukung keberhasilan program
evaluasi maka Inspeksi dan pengujian serta audit kesehatan kerja perlu
dilaksanakan di puskesmas.
Menurut depkes (2007) dalam pelaksanaan evaluai penerapan
kesehatan kerja dipuskesmas ada beberap hal yang dilakukan, antara lain :
1. Inspeksi dan pengujian
Puskesmas harus menetapkan dan memeliharan prosedur inspeksi,
pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran
kesehatan kerja dan keselamatan kerja.
2. Audit kesehatan kerja puskesmas
Dalam pelaksanaan audit dapat dibagi dalam 2 tahapan, antara lain :
a. Audit internal puskesmas.
Pelaksanaan audit internal dilakukan oleh puskesmas sendiri dengan
penilaian di tiap unit petugas dari ruangan yang satu dengan yang
lainnya dengan menggunakan form laporan atau evaluasi.
b. Audit Eksternal puskesmas
Merupakan penilaian pelaksanaan kesehatan kerja yang dilakukan
oleh pihak luar (badan independen) yang telah ditunjuk sesuai
peraturan yang berlaku.
3. Tindakan perbaikan dan pencegahan
a. Tindakan perbaikan.
Yaitu tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan akar penyebab
ketidak sesuaian, tertularnya/timbulnya penyakit ditempat kerja,
terjadinya kecelakaan/insiden yang ditemukan agar tak terulang lagi.
b. Tindakan pencegahan.
Pencegahan dan pengendalian risiko penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja harus dimulai sejak tahap perancangan dan
perencanaan.

D. Indikator.
Adapun yang menjadi indikator dalam keberhasilan program ini adalah :
1. Rasio dokter/tenaga kesehatan yang terlatih kesehatan kerja.
2. Jumlah Pos UKK yang telah dibentuk dan dibina ditempat kerja.
3. Pemenuhan pelaksanaan elemen pelayanan kesehatan kerja dasar
dipuskesmas yang meliputi : penilaian dan pengendalian resiko,
pemeriksaan kesehatan sebelum, berkala dan khusus, diagnosa dini dan
pengobatan segera penyakit dan kecelakaan akibat kerja, promosi
ditempat kerja, tindakan preventif bagi manajemen serta kendali bahaya
dan risiko kesehatan dan keselamatan kerja, pencegahan kecelakaan,
surveilan kesehatan kerja, pencataatan dan pelaporan serta dokumentasi.
4. Tersedianya data lingkungan (hazard) dan kesehatan kerja dikawasan
industri.
5. Persentasi pekerja yang telah mendapat pelayanan kesehatan kerja.
6. Persentasi tenmpat kerja dikawasan industri yang telah dibina kesehatan
kerja.
7. Tersedianya data penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja
dan kecelakaan akibat kerja.
Secara umum dapat kita lihat system pelayanan kesehatan kerja dasar di
puskesmas khususnya kawasan/sentra industri.

IV. PENUTUP
Dengan adanya penerapan upaya kesehatan kerja di puskesmas diharapkan
dapat meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat khususnya masyarakat pekerja.
Disamping itu diharapkan dapat menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Oleh sebab itu perlu dukungan dari berbagai instansi yang terkait terutama
kerjasama lintas sektor dan lintas program, organisasi profesi, dunia usaha dan
serikat pekerja. Membangun komitmen bersama merupakan langkah yang cerdas
sehingga pelaksanaan upaya kesehatan kerja dapat berjalan dengan lancar.
Disamping itu dalam pengembangan penerapan kesehatan dan keselamatan
kerja secara berkesinambungan, perlu dilakukan penyusunan perencanaan jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang dengan melakukan perbaikan-
perbaikan dari masalah dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kesehatan
kerja di puskesmas.
Tenaga kerja yang merupakan asset harus terus dikembangkan peran
sertanya hingga akhirnya menuju kepada kemampuan mandiri agar tingkat
ketergantungan kepada petugas kesehatan semakin kecil. Pihak perusahaan harus
memberikan dukungan yang kuat terutama dari aspek manajerial sehingga
diharapkan bisa tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga
pekerja bisa bekerja dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
Merujuk dari pembahasan sebelumnya maka puskesmas sebagai ujung
tombak dalam memberikan upaya kesehatan dan keselamatan kerja diwilayah
kerjanya harus dapat menunjukkan eksistensinya. Keberhasilan penerapan kesehatan
dan keselamatan kerja disuatu puskesmas sangat ditentukan oleh kualitas sumber
daya manusia didalamnya, mulai dari tingkat pimpinan, staf sampai ke pelaksana
baik sebagai pemikir dan pengambil komitmen, perencana, pelaksana dan seluruh
pihak yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar,Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta.

Depkes RI, 2005, Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerja di Puskesmas,


Jakarta.

……………… , 2007, Pedoman Manajemen Kesehatan Kerja di Puskesmas, Jakarta.

................., 2008, Pedoman Pelayanan Kesehatan Kerja Pada Puskesmas


Kawasan/sentra Industri, Jakarta.

................., 2009, Undang-Undang Kesehatan No.36/2009. Jakarta.

Morrisey,George L, 1997, Pedoman Perencanaan Taktis, Prenhallindo, Jakarta.

………………….., 1997, Pedoman Perencanaan Jangka Panjang, Prenhallindo,


Jakarta

Suma’mur. 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT. Toko Gunung
Agung, Jakarta.

Williams,Chuck, 2001, Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai