Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres diakibatkan terdapatnya penekanan berupa lingkungan sekitar

pada akhirnya memiliki rangsangan terhadap reaksi tubuh & psikis serta

memicu terjadinya tekanan darah meningkat pada penderita hipertensi, yang

umumnya reaksi yang timbul dikarenakan stres terdiri dari ngos-ngosan,

berdebar-debar & keringat dingin. Perlu diketahui Stres ini tidak melihat usia,

yang tergolong kedalam tiga bagian yakni , stres ringan, stres sedang dan

stres berat (situmorang, 2020).

Hormon adrenalin yang tinggi mampu memicu terjadinya pemompaan

jantung yanglebih cepat sehingga meningkatkan tekanan darah, berdasar pada

penelitian sebelumbnya mengemukakan jika tingkat stres meluas

memungkinkan resiko mendapatkan hipertensi semakinmeningkat dan stres

yang memicu komplikasi tidak ditangani maka akan memicu komplikasi yang

lain (situmorang, 2020).

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang dapat

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawah oleh darah terhambat

sampai kejaringan tubuh yang membutuhkan. Adapun orang dikatakan

hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan

darah diastolic > 90 mmHg (Hastuti, 2019).

1
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa adanya kecenderungan

peningkatan hipertensi di berbagai penjuru dunia. World Health Organitation

(WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penderita hipertensi yang

semakin lama semakin bertambah setiap tahun.... penyakit ini tinggi di

masyarakat dunia, ± 1,5 M penduduk dunia dengan hipertensi setiap tahunnya

(situmorang, 2020).

Prevalensi hipertensi Di Sul-Sel didasarkan jumlah kematian

dikarnakan Covid-19, 97% angka kematian yang di sebabkan oleh covid

dikarenakan komplikasi dengan hipertensi (Saludung, 2021).

Data yang diperoleh dari kemenkes pada tahun 2018 yaitu hipertensi

digadang sebagai si pembunuh senyap karena gejalanya sering tanpa

keluhan. Biasanya, penderita tidak mengetahui kalau dirinya mengidap

hipertensi dan baru diketahui setelah terjadinya komplikasi.

Di Indonesia sendiri khususnya di Sul-Sel menunjukan bahwa

sebanyak 25,06%, di Kab. Bantaeng yakni 100% & Kab. Pinrang yakni

87,67%. Dengan estimasi penderita hipertensi di atas 15 tahun di Sul-Sel

di perkirakan 1.520.659 penderita dari sebanyak 381.133 orang yang

mendapat pelayanan (Dinkes, 2020).

Data dari PKM bua menunjukkan bulan Januari hingga Desember

2020 Kasus Pederita hipertensi sebanyak 1255 orang, dan terdapat 416 ibu

rumah tangga yang terkena hipertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Fanny Damayanti Situmorong dan

Imanuel Sri Mei Wulandari tahun 2020 menunjukkan terdapat hubungan

2
antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi di wilaya kerja Pkm

Parompong.

Setelah melakukan wawancara dari 20 ibu rumah tangga yang

mengalami hipertensi, diketahui ada 12 ibu rumah tangga yang mengalami

stres di duga karena suaminya di PHK dari tempat kerjanya karena adanya

pandemi covid-19, sehingga kurangnya pemasukan yang tidak dapat

mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kemudian ada 8 ibu rumah tangga yang

mengalami hipertensi karena penyebab lain seperti gaya hidup ibu rumah

tangga yang kurang sehat.

Hal ini menjadi salah satu alasan penulis tertarik untuk meneliti

“Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada ibu rumah tangga

pada masa pandemi di puskesmas bua tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi

pada ibu rumah tangga pada masa pandemi Covid-19 di Puskesmas Bua tahun

2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujun Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres

dengan kejadian hipertensi pada ibu rumah tangga pada masa pandemi

Covid-19 di PKM Bua tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi bagaimana tingkat stres ibu rumah tangga

3
selama pandemi di wilayah puskesmas tahun 2021.

b. Untuk mengetahui bagaimana kejadian hipertensi pada ibu rumah

tangga pada masa pandemi di wilayah Puskesmas Bua tahun 2021.

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian

hipertensi pada ibu rumah tangga pada masa pandemi Covid-19 di

PKM Bua Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi keilmuan

Diharapkan penelitian ini memberikan informasi dan masukan

terkhusus mahasiswa keperawatan dalam mengetahui bagaimana

hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada ibu rumah tangga

pada masa pandemi covid-19 di PKM Bua Tahun 2021.

2. Bagi institusi

Peneliti mampu menjadikan sebagai referensi pendahuluan bagi

penelitian yang lain jika ingin mengadakan penelitian selanjutnya terkait

penelitian tentang hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada

ibu rumah tangga pada masa pandemi covid-19 di PKM Bua Tahun 2021

3. Bagi peneliti

Sebagai bahan ajar dan referensi yang baru dalam bidang kesehatan

terkait hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada ibu rumah

tangga pada masa pandemi covid-19 di PKM Bua Tahun 2021.

4. Bagi masyarakat

Agar dapat memberikan informasi pada masyarakat yang berhubungan

dengan hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada ibu

4
rumah tangga pada masa pandemi covid-19 di PKM Bua Tahun 2021.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Stres

1. Pengertian stres

Stres merupakan respon dari tubuh yang merangsang stresor

psikososial akibat tekanan terhadap mental / beban hidup yang sedang

dialami, stres juga dapat diartikan sebagai respon tubuh yang tidak

khusus terhadap setiap kebutuhan tubuh yang mengalami gangguan,

adapun seseorang yang merasakan kondisi dalam hidupnya karena

perubahan akibat stres dapat berupa perubahan fisiologis dan juga

psikologis. Pengalaman yang merangsang terjadinya stres disebut dengan

stresor.

Stres di klasifikasikan menjadi 3 yaitu:

a. Stres ringan

Kondisi ini dapat membantu individu untuk lebih menyadari dan

untuk menjaga masalah yang mungkin terjadi karna stres ringan ini

biasa terjadi pada kehidupan sehari-hari, situasi seperti stres ringan ini

berlangsung selama beberapa menit dan biasanya stres ringan tidak

ditandai dengan gejala yang spesifik.

b. Stres sedang

Pada kondisi stres sedang seseorang akan mengalami stres yang

berlangsung akan lama berbanding dengan stres ringan dan biasa terjadi

beberapa hari, stres ringan biasanya terasa tegang dan sulit tidur.

6
c. Stres berat

kondisi stres berat individu akan mengalami penurunan persepsi dan

perhatian akan cenderung terfokus pada hal-hal lain (Marliana, 2021).

2. Ciri-ciri stres

a. Stres fisik yang menyerang individu dapat ditandai dikarenakan

menalami perubahan seperti berdebar, keringat dingin, kepala sakit,

mengalami ketegangan otot, nafsu makan menurun ataupun

meningkat, insom / gangguan tidur.

b. Adapun secara psikiss stress yang dialami dapat berupa kecemasan,

rasa panik yang berlebihan, mudah merasa tersinggung, serta

kesulitan dalam berkonsentrasi.

3. Faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap stres

a. Sifat stres

Stres dapat secara tiba-tiba atau bertahap dalam mempengaruhi

respon dari tubuh, dan dapat dipengaruhi oleh bagaimana individu

memahami stres yang dihadapi.

b. Durasi atau lama stresor

Semakin lama stres terjadi makan respons tubuh juga akan

semakin lama, sehingga hal tersebut dapat memicu kelelahan serta

menurunnya kemampuan untuk menghadapi stresor yang menimpa.

c. Jumlah stresor

Jumlah stresor sangat mempengaruhi pada respon yang

diberikan oleh tubuh, apabila stres yang dihadapi berat makan hal

tersebut akan berdampak pada fungsi tubuh mengalami gangguan /

7
perubahan.

d. Pengalaman masa lalu

Kamampuan untuk menghalau stres saat ini dipengaruhi oleh

pengalaman terdahulu dalam menghadapi stres, apabila kemampuan

seseorang untuk menghadapi stres pengalaman terdahulu baik,

makan akan semakin mampu menghadapi stres yang ada saat ini.

e. Tipe kepribadian

Tipe kepribadian seseorang juga sangat berpengaruh dalam

menghadapi stresor, kepribadian yang mudah tersinggung, mudah

marah, agresif dan kurang sabar akan lebih sulit beradaptasi terhadap

stresor.

f. Tingkat perkembangan

Adapun respon seseorang terhadap stresor berbeda-beda sesuai

dengan tahapan perkembangannya, semakin matang perkembangan

individu seseorang maka akan semakin baik pula kamampuannya

dalam beradptasi (Marliana, 2021).

4. Tipe kepribadian stres

Ada beberapa tipe kepribadian stres antara lain:

a. Tipe kepribadian A ciri-cirinya yakni:

1) Menyukai persaingan yakni Memiliki ciri yang ambisius,

b e g i t u agresif serta kompetitif

8
2) Tidak sabaran , sangat mudah m e n g a l a m i tegang, mudah

merasa tersinggung serta emosian

3) Memiliki kewaspadaan terlalu berlebihan, kuat kontrol diri yang

dimiliki serta berlebihannya percaya diri yang dimiliki.

4) Bicara dengan nada yang cepat, serba cepat dalam bertindak.

5) Melakukan pekerjaan dengan tidak mengenal waktu

6) Lebih menyukai bekerja sendiri jika dihadapkan pada hal yang

menantang

7) Nampak kaku pada waktu & tidak bisa tenang atau dalam kata

lain tergesa-gesa

8) Mudah dalam hal bergaul

9) Nampak kaku

10) Berusaha dalam mengendalikan sesuatu

b. Tipe kepribadian B berbanding terbalik dari Tipe A yakni dengan

ciri :

1) Dalam berkompetisi sportif dan memiliki ambisi yang

sewajarnya.

2) Punya sifat sabar, selalu tenang dan tidak mudah marah

apalagi mudah tersinggung.

3) Percaya diri yang wajar, kewaspadaan dalam ambang normal.

4) Berbicara dan bertindak tidak dengan tergesa gesa dan

perilakunya tidak berlebihan.

5) Waktu dalam bekerja terarah

9
6) Lebih mendominankan bekerja secara tim ketimbang sendiri

sendiri pada saat mendapaatkan tantangan.

7) Disiplin waktu

8) Mudah dalam hal bergaul, ramah kepada setiaap orang dan

empati untuk mencapai kebersamaan

9) Tidak egois

10) Mengendalikan diri(Hawari, 2016).

5. Tahapan stres

Dimulai dari gejala yang sering kali tanpa disadari oleh

seseorang. Berikut tahapannya:

a. Stress tahap I

Tahapan stress ringan, biasa disertai perasaan seperti:

1) Memiliki semangat berlebih dalam bekerja

2) tatapan mulai tajam tidak layak seperti sebelumnya.

3) rasa memiliki kemampuan dalam hal menyelesaikan

pekerjaan yang lebih dari sebelumnya

4) Memiliki semangat yang baik dalam pekerjaan.

b. Stress tahap II

Adapun diungkapkan yang berada pada stress tahap II

yaitu:

1) T e r u t a m a d i pagi hari tubuh mengalami letih pada waktu

bangun tidur.

2) Lelah saat setelah makan di siang hari

10
3) Sering kali mengeluh dan tidak nyaman pada bagian lambung

4) Merasa berdebar debar

5) Tidak dapat diam / santai.

c. Stres tahap III

Jika stress tahapan 2 tidak teratasi dengan baik maka akan

berlanjut pada tahap ini yaitu:

1) Gangguan lambung seperti sakit maag, dan buang air

besar tidak normal

2) otot mengalami tegang yang semakin terasa

3) Rasa ketidaktenangan dan ras a emosional semakin

meningkat

4) Pola tidur yang mulai mengalami gangguan

5) Merasa ingin pingsan ini dikarenakan fungsi tubuh yang

mulai terganggu.

Dianjurkan untuk berkonsultasi pada dokter untuk terapi,

sehingga beban stres berkurang agar tubuh mendapatkan

kesempatan istirahat untuk menambah suplai energi.

d. Stress tahap IV

Adapun gejala stres tahap ini yang akan muncul seperti:

1) Merasa sulit untuk bertahan setiap hari

2) Aktivitas yang mulanya menyenangkan berubah

membosankan

3) Hilangnya kemampuan untuk menmgatasi situasi yang

11
memadai

4) Mimmpi yang menegangkan ketika tidur dan begitu

mengganggu

5) Lebih dominan menolak jika diajak

6) Konsentarasi dan daya ingat yang mulai menurun.

7) Kecemasan dan ketakutan yang timbul tanpa sebab.

e. Stres tahap V

Pada tahap ini yakni ditandai:

1) Semakin dalam rasa lelah Fisik ataupun mental.

2) pekerjaan sehari-hari tidak mampu terselesaikan.

3) Sistem pencernaan mengalami gangguan berat

4) Mengalami peningkatan rasa takut serta cemas, mudah

bingung disertai panik.

f. Stress tahap VI

tahap yang tinggi di tahap stress. Gambaran stress tahap

VI yakni:

1) Teramat keras Detaran jantung

2) Sulit bernafas

3) Gemetar & keringat dingin

4) Tidak memiliki tenaga untuk beraktifitas.

5) Pingsan (Hawari, 2016).

6. Pencegahan stres

a. Pengaturan pola makan

12
b. Istirahat teratur

c. Olahraga teratur

d. Tidak mengonsumsi minuman yang beralkohol

e. Psikoterapi (Marliana, 2021).

B. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

1. Defenisi hipertensi

Hipertensi ialah tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan

diastolic >90 mmHg yang artinya memiliki peningkatan. Yang tidak hanya

dialami penderita dengan penyakit jantung tetapi bisa terjadi pada

penderiita seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah, dimana

semakin tinggi tekanan darah maka memiliki resiko semakin besar

(Kusuma, 2015).

2. Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi hipertensi diantaranya yaitu:

a. Hipertensi esensial yaitu 95% terjadi karena tekanan yang tinggi,

adapun faktor pencetus belum pasti diketahui dengan jelas, walupun

dikaitkan dengan kombinasi faktor pola hidup seperti kurang bergerak

dan pola makan.

b. Hipertensi sekunder yaitu sekitar 5% dari banyaknya kasus tekanan

darah tinggi, penyebabnya yakni seperti, penyakit gagal ginjal / reaksi

terhadap obat tertentu (Manuntung, 2018).

3. Etiologi

Hipertensi terbagi dalam 2 bagian yaitu:

13
a. Hipertensi primer (esensial)

Yang menjadi pemicu hipertensi primer yaitu hingga saat ini

masih belum dapat diketahui tetapi terdapat faktor pencetus yang

berperan sebagai penyebab hipertensi seperti bertambah umur, stres

psikologis, serta keturunan. Kurang lebih 90% orang yang terkena

hipertensi primer sedangkan 10% terkena penyakit sekunder.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang pemicunya antara lain

kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, karna

golongan terbesar dari hipertensi adalah hipertensi esensial dan

adapun pengobatan lebih banyak ditujukan pada penderita hipertensi

esensial (Manuntung, 2018).

4. Faktor- faktor lain yang menyebabkan hipertensi

a. Usia

Adapun dengan umur 40 tahun rentan mengalami tekanan darah yang

pada saat semakin bertambahnya umur mereka.

b. Ras/suku

orang yang memiliki kulit hitam lebih cepat terkena hipertensi dari

pada orang yang memiliki kulit putih, karena adanya perbedaan status

ataupun derajat ekonomi, orang yang memiliki kulit hitam dianggap

rendah pada jaman dahulu dijadikan budak.Sehingga pada saat itu

menimbulkan tekanan batin yang kuat sehingga menyebabkan iya

stres dan timbullah hipertensi.

14
c. Urbanisasi

perkotaan padat penduduk pemicu terjadinya hipertensi. Mengapa

karna banyak kesibukan sehingga pada saat itu banyak makanan yang

siap saji yang menimbulkan gaya hidup kurangsehat sehingga memicu

terjadinya hipertensi.

d. Geografis

Daerah geografis lebih besar presentasinya terjangkit hipertensi. Hal

tersebut menyebabkan karna daerah pantai memiliki kadar garam

tinggi berbanding dengan daerah gunung.

e. Jenis kelamin

Wanita lebih besar terjadi hipertensi dari pada pria karena di usia> 50

tahun wanita sudah mengalami menopause dengan tingkat stres yang

lebih tinggi (Manuntung, 2018).

5. Manifestasi klinis

Tanda gejala hipertensi yaitu Gejala yang lazim menderita hipertensi

yakni:

a. Muntah

b. keluhan sakit kepala / pusing

c. Gelisa

d. Sesak nafas

e. Lemas, kelelahan

f. Mual

g. Menurunnya kesadaran (Kusuma, 2015).

15
6. Patofisiologi

Jika tubuh terjadi kelebihan garam dan air, tekanan darah bisa

meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran

balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung,

jika ginjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri dapat

mengakibatkan dieresis dan penurunan pada tekanan darah. Renin dan

angiotensin memiliki peran dalam mengatur tekanan darah, ginjal

memproduksi renin, yaitu suatu enzim yang bekerja pada substrat protein

plasma untuk memisahkan angiostensin I, kemudian diubah oleh enzim

pengubah dalam paru menjadi angiostensin II, dan kemudian menjadi

angiostensin III.

Adapun sebagai sekresi renin tidak tepat diduga

meningkatkantahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada

tekanan darah tinggi, kadar renin harus diturunkan dengan alasan dapat

menghambat sekresi renin karena adanya peningkatan tekanan arteriolar

renal. Namun sebagian mempunyai renin normal bagi orang dengan

hipertensi esensial, dengan meningkatnya tekanan darah secara terus

menerus pada penderita hipertensi esensial akan menyebabkan terjadinya

kerusakan pembuluh darah pada organ- organ vital (Ardiansyah, 2012).

7. Komplikasi

Tingginya tekanan darah memicu besarnya resiko komplikasi (Yanti

et al., 2020). Komplikasi yang mungkin terjadi pada hipertensi adalah

(Saputra, 2014) :

16
a. Penyakit arteri koronaria

b. Serangan iskemik sementara

c. Infark miokardium

d. Stroke

e. Perubahan penglihatan

f. Gagal ginjal

g. Gagal jantung

h. Krisis hipertensi

8. Pencegahan

Hipertensi dapat dicegah dengan memperhatikan beberapa hal di

antaranya:

a. Menghindari mengonsumsi makan ikan asin, telur asin, cemilan

atau yang asin dan gurih

b. Berhenti mengkonsumsi rokok

c. Pertahankan gaya hidup sehat

d. Belajar untuk rileks dan mampu mengendalikan stres

e. Batasi mengkonsumsi alcohol

f. Jika sudah mengonsumsi obat hipertensi teruskan penggunaannya

secara teratur

g. Diet garam serta pengendalian berat badan

h. Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur (Kusuma, 2015).

C. Tinjauan Umum Tentang Ibu Rumah Tangga

1. Defenisi ibu rumah tangga

17
Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang mengatur segala

urusan rumah tangga (tidak bekerja di kantor), ibu rumah tangga adalah

wanita yang banyak menghabiskan waktunya dirumah mengurus rumah

tangga seperti memasak, mencuci, dan menyapu. Dan mengasuh,

mendidik anak-anaknya, dan mengurus segala keperluan keluarganya

(Marlina et al., 2018).

Ibu rumah tangga cenderung kurang dalam melakukan aktivitas

fisik atau melakukan olahraga dan hanya terbatas dalam melakukan

segala aktivitas fisik rumahan saja apalagi pada masa pandemik saat ini

yang mewajibkan orang untuk melakukan kegiatan di rumah. Ibu rumah

tangga juga dikaitkan dengan stres yang dapat memicu peningkatan

hormon adrenalin, dan berbagai hal tersebut termasuk dalam faktor risiko

terjadinya hipertensi, oleh karena itu sangat penting untuk mencegah

kejadian hipertensi ini dengan cara mengontrol tekanan darah seara rutin

(Agung & Ahmad handayani, 2020).

2. Peran tenaga kerja ibu rumah tangga

a. Peran di keluarga adalah membantu mengurus keperluan rumah

tangganya, membantu ekonomi ibu rumah tangga, sehingga sumber

pemasukan keluarga tidak hanya satu melainkan dua. Peran pekerja

wanita ini penting untuk menumbuhkan generasi yang berkualitas.

b. Peran di masyarakat adalah ia bekerja hanya untuk orang lain, baik

melalui pendapatan yang dia hasilkan, maupun melalui keterampilan

ataupun pengetahuan yang dia berikan kepada orang lain misalnya

18
mengajari ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya melalui pelatihan

keterampilan masak, menjahit dan keterampilan lainnya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu rumah tangga

a. Faktor internal yaitu faktor yang muncul dari dalam diri sendiri tidak

dipengaruhi oleh rangsangan dari luar ataupun di pengaruhi oleh

aspek-aspek lain.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar dan dipengaruhi

dari lingkungan di sekitarnya dan berkembang melalui interaksi

dengan individu dengan lingkungannya (Marlina et al., 2018).

D. Tinjauan Umum Tentang Covid19

1. Defenisi covid-19

Covid-19 adalah coronavirus baru ditemukan manusia sejak

muncul di Wuhan China menyebabkan penyakit coronavirus Disease-

2019. Menyebabkan penyakit pada manusia mulai merasakan gejala

ringan sampai berat dan dapat menyebabkan gangguan pada sistem

pernapasan seperti demam, batuk, sesak napas, pneumonia akut dan bisa

saja dapat menyebabkan kematian

2. Gejala virus Covid-19

Kriteria infeksi covid-19 yaitu:

a. Demam bagian bawah disertai riwayat pernah kontak dengan pasien

Covid-19 dalam 14 hari terakhir

b. Demam atau tanda infeksisaluran napas bagian bawah hingga perlu

rawat inap dirumah sakit disertai riwayat baru dating dari cina dalam

19
14 hari terakhir.

3. Pencegahan virus Covid-19

Adapun prosedur pencegahan virus covid-19 yaitu:

a. Anjurkan mencuci tangan dengan sabun dan air

b. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut menggunakan tangan

c. Jauhikontak langsung dengan orang yang sakit

d. dianjurkan harus istirahat dirumah

e. Batuk dan bersin harus ditutup dengan menggunakan tisu

f. Benda dan permukaan yang sering disentuh harus dibersihkan dan

di desinfeksi secara teratur (Abidin et al., 2020).

E. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Hipertensi
Tingkat Stres

Gambar 2.1 kerangka konsep

: Variabel independent

: Variabel dependent

20
F. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 2.1 defenisi operasional dan kriteria objektif

Variabel Definisi Alat Cara ukur Hasil ukur Skala/kat


Operasiona Ukur egori
l
Variabel independen
Tingkat Pada tingkat Koesioner Memberikan 1. Ringan Ordinal
jika
stres stres, stres DASS 42 koesioner
respond
terbagi yang en
menjadi 3 terdiri memper
leh skor
yaitu stres atas 14
15-18
ringan, pertanyaa 2. Sedang
sedang dan n Jika
respond
berat.
en
memper
oleh
skor 19-
25
3. Berat
jika
responden
memperoleh/

21
memiliki
skor 26-
42
Variabel dependen
Hipertens Hipertensi lembar Menggunaka 1. Ibu rumah Ordinal
i dalam observasi n lembar tangga
yang
penelitian observasi
memiliki
ini adalah riwayat
adanya hipertensi
2. Ibu rumah
peningkatan
tangga
tekanan yang
darah tidak
memiliki
sistolik >
riwayat
140 mmHg hipertensi.
dan tekanan
diastolic >
90 mmHg

G. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (H0)

a. Tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi

pada masa pandemi di wilayah kerja puskesmas bua tahun 2021.

22
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Jenis peneIitian yang digunakan pada peneIitian ini adalah desain studi

koreIasionaI dengan menggunakan metode cross sectional dimana

pengumpuIan atau pengukuran terhadap variabeI diIakukan sekaIi daIam

waktu yang bersamaan. Tujuannya untuk mengetahui hubungan tingkat stres

dengan kejadian hipertensi pada masa pandemi di wiIayah puskesmas bua.

B. Lokasi dan Waktu PeneIitian

1. Lokasi peneIitian

Penelitian ini diIakukan di wiIayah kerja Puskesmas Bua tahun

2021.

2. Waktu peneIitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan juli s/d september di wilayah

kerja Puskesmas Bua tahun 2021.

C. PopuIasi dan SampeI

1. PopuIasi

PopuIasi peneIitian ini yakni ibu rumah tangga yang mengalami

hipertensi sebanyak 416 orang.

2. Sampel

Peneliti mengambil sampel dengan “purposive sampling” yakni

pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu.

23
Pada peneIitian ini mengambiI responden sebagai sampeI dengan

beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inkIusi dalam peneIitian ini:

1) lbu rumah tangga bersedia menjadi responden.

b. Kriteria ekskIusi dalam peneIitian ini:

1) lbu rumah tangga yang tidak bersedia menjadi responden

Penentuan pengambiIan sampel tersebut menggunakan rumus slovin

dengan cara sebagai berikut:

n = N
1+N(d2
)

Keterangan :

n: JumIah SampeI

N : JumIah PopuIasi

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan diinginkan

dengan nilai 0,1

Jadi jumIah sampeI yang diambiI daIam peneIitian ini


adalah :

n=N
1+N(d2)

n = 416
1+416(0.1)2

n = 416

1+416(0,01)

n = 416

24
1+4,16

n = 416
5,16
n = 80
Berdasarkan rumus di atas maka jumIah sampeI yang akan diambiI

dari populasi adaIah sebanyak 80 Responden.

D. Instrument Penelitian

Instrument peneIitian yang akan digunakan pada peneIitian ini

adaIah dengan lembar kuesioner, isi dari kuesioner digunakan:

1. Data demografi meliputi: nama responden, umur, jenis kelamin

2. Kuesioner Tingkat Stres

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat stres yaitu

dengan menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres scales)

yang merupakan perangkat alat subyektif yang dibentuk untuk mengukur

status emosional negative akibat depresi, kecemasan dan stres, pada

koesioner menurut DASS berisi 14 pernyataan dengan teknik penilaian

dengan memberikan scoring yaitu:

0 =tidak pernah

1 = kadang-kadang

2 = sering

3 = hampir setiap saat

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan

secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang memuat nama,

25
gejala dan identitas lain yang menjadi sasaran peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari

data penderita penyakit hipertensi yang terdaftar di wilayah kerja

puskesmas bua tahun 2021.

F. Pengelolahan Data

1. Pengolahan Data

Apabila data kuesioner telah terkumpul, maka perlu melakukan

pengelolaan data dengan berbagai tahap diantaranya:

a. Editing

Responden mengembalikan lagi lembar kuesioner yang sudah diisi

kepada peneliti untuk diperiksa dan didapatkan responden mengisi

seluruh pernyataan yang ada pada lembar kuesioner dengan

menandatngani lembar

b. Coding

Yaitu memberikan kode berupa angka untuk setiap jawaban pada

kuisioner.

c. Tabulating

Peneliti memasukkan data yang ada sudah diedit dan di coding

kedaIam bentuk tabeI agar lebih mudah diinterpretasikan dan dapat

lebih mudah dibaca.

d. Processing

Selanjutnya proses pengolahan data instrument penelitian di infut

26
menggunakan aplikasi spss

e. Cleaning

Tujuan dilakukan tahap ini adalah untuk mengecek kembali data yang

sudah di entri dan jika mengalami kesalahan akan dilakukanperbaikan.

2. Penyajian Data

Data yang diperoleh akan dikemukakan menjadi bentuk tabel

distribusi dengan penjelasan atau interpretasi data tentang variabel yang

diteliti.

G. Analisa Data

Data.yang.diperoleh akan.di uji statistik, yang meliputi:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian

guna memperoleh gambaran atau karakteristik sebelum dilakukan analisis

bivariat.(Sulistyaningsih, 2011).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Untuk membuktikan hipotesis tersebut digunakan

untuk mengetahui hubungan variabel-variabel yang diteliti, sehingga

diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Jika.nilai.P value.≤ nilai α : 0.05 Maka.Ha di terima, artinya.ada

hubungan.yang.signifikan.

b. Jika.nilai.P. value ≥ nilai α : 0.05 Maka.H0 di

terima.artinya.tidak.ada hubungan.yang.signifikan.

27
H. Etika penelitian

Etika dalam penelitian ini lebih menunjukkan kepada norma yang harus

di patuhi oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya.

Adapun prinsip dalam etika penelitian, diantaranya (Doody & Noonan,

2016):

1. Atonomy (otonomi)

Otonomi mengharuskan peserta untuk memahami sepenuhnya apa

yang diminta dan mereka yang berpartisipasi memiliki kesempatan

untuk mengajukan selama penelitian dan memahami bahwa itu pilihan

mereka untuk berpartisipasi, otonomi dikelompokkan menjadi 3

bagian, diantaranya:

a. Otonomi pemikiran

b. Otonomi kebebasan, untuk melakukan sesuatu berdasarkan

musyawarah

c. Otonomi kedaulatan, untuk bertindak sesuai keinginan.

2. Beneficience (kemurahan hati)

Pada prinsip ini peneliti berusaha untuk membantu dan berbuat

baik kepada peserta atau pasrtisipan secara keseluruhan.

3. Non malefecience

Non malefecience berarti berusaha untuk tidak menyakiti,

dimana peneliti mempunyai tanggung jawab untuk menyeimbangkan

potensi dalam mengurangi kemungkinan resiko yang terjadi pada

peserta atau partisipan.

28
4. Veracity (kejujuran)

Kejujuran melibatkan tanggung jawab untuk memberitahu

kebenaran tentang penelitian dan tidak ada unsur kebohongan.

Partisipan memiliki hak untuk mengetahui kebenaran dalam tiap aspek

penelitian. Semua aspek penelitian memerlukan penjelasan oleh

peneliti yang harus melakukan segala upaya untuk memastikan

partisipan memahami semua aspek yang ingin dilakukan.

5. Fidelity (kesetiaan)

Kesetiaan merupakan kepercayaan diberikan antara peneliti dan

partisipan. Partisipan menaruh kepercayaan kepada peneliti, ini

menciptakan kewajiban untuk melindungi mereka. Peneliti juga harus

memastikan bahwa partisipan memiliki pemahaman tentang resiko

menumbuhkan rasa saling percaya.

6. Confedentiality (kerahasiaan)

Peneliti bertanggung jawab untuk menjamin kerahsiaan peserta

dan datanya, informasi yang didapatkan tidak boleh mengarah pada

identitas partisipan dan tidak boleh disampaikan kepada siapa pun

tanpa persetujuan partisipan.

7. Conclusion (kesimpulan)

Sebuah komponen adalah persetujuan dimana tanggung jawab

peneliti telah menyampaikan bahwa mereka sudah mengambil

langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menjamin partisipan yang

sudah diberikan informasi yang diminta dengan cara yang cepat di

29
mengerti

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PKM Bua Kab. Luwu dengan jumlah

sampel 80 responden, sedangkan gambaran umum lokasi penelitian dan hasil

pengolahan data dengan menggunakan analisis uji chi square yang akan

dijelaskan sebagai berikut.

Gambaran umum lokasi penelitian

a. Keadaan geografis

1) Luas wilayah

Puskesmas Bua terletak di kelurahan sakti, Kecamatan Bua

Kabupaten Luwu yang memiliki luas Wilayah Kerja sekitar

50,62km2 yang secara administratif berada di Jl.Tandipau

2) Kondisi geografis

Pada letak geografis wilayah kerja Puskesmas Bua dapat

dilihat batas-batas wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah Utara Desa Padangkalua

b) Sebelah Timur Kelurahan Sakti

c) Sebelah Selatan Desa Tanarigella

d) Sebelah Barat Desa Tiromanda

30
b. Keadaan demogratis

Jumlah penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Bua Kecamatan

Bua tahun 2021 adalah 20,124 jiwa.

1. Analisis Univariat

Penelitian ini dilakukan analisis univariat pada karakteristik umum

responden, analisis ini untuk memberikan tentang karakteristik

responden.

TabeI 4.1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur
responden di Puskesmas Bua tahun 2021 (N=80)
Jenis kelamin Prekuensi (f) Persentasi (%)
Perempuan 80 100
Umur
24-34 4 5,0
35-45 48 60,0
46 > 28 35,0
Total 80 100
Sumber: Data Primer, 2021

TabeI 4.1 terlihat bahwa dari 80 responden, dengan persentase usia

tertinggi pada responden berusia 35-45 tahun sebanyak 48 (60,0%)

responden dan persentase usia terendah pada responden berusia 24-34

tahun sebanyak 4 (5,0 % ).

a. Tingkat stres

Berikut ini distribusi frekuensi tingkat stres responden di Puskesmas

Bua Tahun 2021.

31
TabeI 4.2
Distribusi berdasarkan tingkat stres responden di puskesmas bua
tahun 2021.
Tingkat stress Frekuensi (f) Persentasi (%)
Ringan 21 26,3
Sedang 45 56,3
Berat 14 17,5
Total 80 100,0
Sumber: data primer,2021

TabeI 4.2 terlihat bahwa dari 80 responden yang diteliti, jumlah

responden yang mengalami tingkat stres ringan sebanyak 21

responden (26,3%). Tingkat stres sedang sebanyak 45 responden

(56,3%) dan tingkat stres berat, sebanyak 14 responden (17,5).

b. Hipertensi

Berikut ini distribusi frekuensi hipertensi responden di puskesmas bua

tahun 2021.

TabeI 4.3
Distribusi berdasarkan hipertensi responden di puskesmas bua tahun
2021
Hipertensi Frekuensi (f) Persentasi (%)
Hipertensi 53 66,3
Tidak hipertensi 27 33,8
Total 80 100,0
Sumber: data primer,2021

tabeI 4.3 menunjukkan bahwa dari 80 responden yang diteliti, yang

dimana jumlah responden yang mengalami hipertensi sebanyak 53

dengan persentase (66,3%) dan yang tidak hipertensi sebanyak 27

dengan persentase (33,8%).

2. Analisis Bivariat

32
Pada tahap ini akan dilakukan analisis hubungan antara variabel

bebas (tingkat stres) dengan variabel terikat (hipertensi). Dalam

analisis ini digunakan uji untuk mengetahui kontribusi variabel bebas

terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji chi-square dengan

nilai signifikansi 5%.

a. Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi

Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel tingkat stres

merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi pada masa

pandemi pada penelitian ini, ditampilkan pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu


Rumah Tangga pada Masa Pandemi Covid-19 di PKM Bua tahun
2021 (N=80).
Hipertensi
Nilai
Tingka tidak Total
Hipertensi P
t stres hipertensi
N % N % N %

Ringan 0 0,00 21 100,0 21 100

Sedang 40 88,9 5 11,1 45 100 0,000

Berat 13 92,9 1 7,1 14 100


Sumber: data primer,2021

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa dari 80 responden yang

memiliki tingkat stres ringan yang mengalami hipertensi terdapat 0 (0%) dan

21 (100%) non hipertensi, sedangkan responden yang memiliki tingkat stres

sedang yang mengalami hipertensi sebanyak 40 responden. (88). ,9%)

responden, sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 5 (11,1). Dan yang

memiliki tingkat stres berat yang mengalami hipertensi sebanyak 13 (92,9%),

33
dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 1 (7,1%) responden.

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji chi square yang

menunjukkan bahwa, nilai p = ,000, hal ini berarti nilai p < α = 0,05 maka H a

diterima berarti ada hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada

ibu rumah tangga pada masa pandemi covid-19 di Puskesmas Bua tahun

2021.

B. Pembahasan

Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres

dengan kejadian hipertensi pada ibu rumah tangga selama masa pandemi

COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Bua Kabupaten Bua. Responden

dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki riwayat

hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi dengan prosentase

menunjukkan bahwa dari 80 responden, responden terbanyak berusia 35-45

tahun sebanyak 48 responden (60,0%), dan responden paling sedikit. berusia

24.-34 tahun sebanyak 4 responden (5,0%).

a. Tingkat stress tentang hipertensi di wilayah PKM Bua

Tabel4.2 mengemukakan 80 responden yang diteliti, dimana jumlah

responden yang mengalami tingkat stres ringan sebanyak 21 responden

(26,3%), yang mengalami tingkat stres sedang sebanyak 45 responden

(56,3%) dan yang mengalami tingkat stres berat. sebanyak 14 responden

(17,5).

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 80 responden yang

diteliti, jumlah responden yang mengalami hipertensi adalah 53 dengan

34
persentase (66,3%) dan 27 dengan persentase tidak hipertensi (33,8%).

Stres diakibatkan terdapatnya penekanan berupa lingkungan sekitar pada

akhirnya memiliki rangsangan terhadap reaksi tubuh & psikis serta memicu

terjadinya tekanan darah meningkat pada penderita hipertensi, yang

umumnya reaksi yang timbul dikarenakan stres terdiri dari ngos-ngosan,

berdebar-debar & keringat dingin. Perlu diketahui Stres ini tidak melihat usia,

(situmorang, 2020).

Penelitian ini serupa penelitian Fany Damayanti Situmorong

mengemukakan terdapatnya hubungan signifikan tekanan darah sistolik

dengan tingkat stress yang dirasa responden (Situmorang, 2020).

b. Hubungan tingkat stress dengan kejadian hipertensi pada ibu rumah tangga

di masa pandemi covid-19 di Puskesmas Bua Tahun 2021.

Tabel 4.4 mengemukakan 80 responden memiliki tingkat stres ringan

mengalami kejadian hipertensi diperoleh sebanyak 0 (0%) dan tidak

hipertensi sebanyak 21 (100%) adapun responden yang memiliki tingkat

stres sedang yang mengalami kejadian hipertensi diperoleh sebanyak 40

(88,9%) responden. adapun yang tidak hipertensi sebanyak 5 (11,1).

Sedang memiliki tingkat stress berat dengan kejadian hipertensi sebanyak

13 (92,9%), serta tidak hipertensi yakni 1 (7,1%) responden.

Setelah di uji statistik dengan menggunakan.uji chi square

menunjukkan.bahwa, nilai.P = 0,000, hal ini berarti.nilai p < α = 0,05

maka Ha diterima.yang artinya ada hubungan tingkat stres dengan kejadian

hipertensi pada ibu rumah tangga pada masa pandemi covid-19 di

35
puskesmas bua tahun 2021. Hal tersebut dapat dimaknai dengan jika

tingkat stress menjelajah / merajalela memicu resiko untuk memp eroleh

hipertensi tinggi.

Penelitian ini senada dengan penelitian Hasbih Taobah Ramdani tahun

2017 dengan nilai p- value = 0,001 disimpulkan bahwa ada hubungan

antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi (Ramdani et al., 2017)

Peneliti berasumsi bahwa tingginya kejadian hipertensi dipengaruhi oleh

makanan dimana masyarakat masih sering mengonsumsi garam secara

berlebihan, makanan yang bersantan dan jarang melakukan olahraga

adapun untuk tingkat stres responden di masa pandemi covid-19 sebagian

responden mengatakan bahwa dia cemas memikirkan banyak hal terutama

adanya penularan covid-19 karena itulah sebagian responden banyak yang

merasa cemas dan gelisah karena covid-19 ini, dan akibat dari kecemasan

ataupun stres ini yang dapat memicu kejadian hipertensi pada responden.

Ditunjang darihasil 80 responden yang memiliki tingkat stres ringan yang

mengalami kejadian hipertensi diperoleh sebanyak 0 (0%) dan tidak

hipertensi sebanyak 21 (100%) yang dimana masyarakat mengalami stres

tetapi tidak memiliki riwayat hipertensi diakibatkan karena masyarakat di

wilayah bua sangat cemas karena adanya pandemi covid-19 ini, adapun

responden yang memiliki tingkat stres sedang yang mengalami kejadian

hipertensi diperoleh sebanyak 40 (88,9%) responden, adapun yang tidak

hipertensi sebanyak 5 (11,1), dari 5 responden ini tidak memiliki riwayat

hipertensi tetapi dia mengalami stres yang diakibatkan stres karena

36
memikirkan banyak hal terutama adanya penularan covid-29 ini. Dan

adapun yang memiliki tingkat stres berat yang mengalami kejadian

hipertensi sebanyak 13 (92,9%), dari 13 responden dia memiliki riwayat

hipertensi dan dia juga stres karena dia memikirkan dampak buruk yang

menimpa akibat adanya covid-19, dan tidak mengalami hipertensi

sebanyak 1 (7,1%) dari 1 responden ini dia mengalami stres berat tetapi

tidak memiliki riwayat hipertensi yang disebabkan karena dia memikirkan

hal buruk yang akan terjadi pada keluarganya akibat adanya virus corona,

dan dia juga mudah emosi akibat memikirkan banyak hal terutama bahaya

ketika terpapar covid-19.

37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan telah dijelaskan di

atas terkait hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada IRT

pada masa pandemi Covid-19 di PKM Bua Tahun 2021, maka dapat

disimpulkan bahwa:

a. Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada ibu

rumah tangga pada masa pandemi Covid-19 di PKM Bua Tahun 2021.

B. Saran

1. Bagi puskesmas

Diharapkan kepada perawat Puskesmas Bua untuk lebih

meningkatkan pendampingan kepada pasien, mengenai pemberian

pendidikan kesehatan, dan sosialisasi kesehatan masyarakat pada saat

kegiatan pertemuan seperti masyarakat mengontrol kegiatan

puskesmas dan posbindu agar kesehatan masyarakat baik.

dikendalikan.

2. Bagi keluarga

Diharapkan dapat memberikan informasi tentang penyakit

hipertensi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharap dapat menjadi referensi khususnya tentang penyakit

38
hipertensi.

39

Anda mungkin juga menyukai