Anda di halaman 1dari 7

Nama : Irid Alpala

Nim : 11920212146
Kelas : hukum ekonomi syariah B
Matkul : UAS Hukum Dagang
Dosen Pengampu : Desi sommaliagustina, S.H, M.H

SOAL :
1. Jelaskan macam-macam perusahaan beserta contohnya!
2. Jelaskan hubungan antara hukum dagang dengan hukum perusahaan!
3. Coba saudara jelaskan objek hukum pengangkutan!
4. Jelaskan kaitan antara hukum investasi dengan hukum dagang!
5. Jelaskan hubungan konsumen dan produsen dalam hukum perlindungan konsumen!

JAWAB :
1. Jelaskan macam-macam perusahaan beserta contohnya!
Adapun jenis jenis perusahaan berdasarkan beberapa kategori, sebagai berikut:
A. Berdasarkan Lapangan Usahanya
1. Perusahaan Ekstraktif
Jenis-jenis perusahaan ini memiliki jenis lapangan usahanya mengelola benda
benda yang tersedia di alam seperti pertambangan emas, perak batubara,
penebangan dan pengolahan sumber daya alam kayu, pembuatan garam yang
mengolah dari air laut, pertambangan mineral, timah, nikel dan benda benda yang
terdapat dalam isi bumi. Adapun beberapa contoh jenis-jenis perusahaan seperti
PT Freeport yang melakukan penambangan dan pengolahan emas di Papua, PT
Pertamina, PT Bukit Asam.
2. Perusahaan Agraris
Jenis-jenis perusahaan ini sama halnya dengan jenis jenis perusahaan ekstraktif
yang memiliki jenis lapangan usahanya dari hasil alam, akan tetapi yang
membedakan terletak pada perusahaan agraris itu mengolah dan memproduksi
sumber-sumber produksi dari alam. Perusahaan agraris ini berkaitan dengan
bidang perkebunan, pertanian, perikanan dan perternakan. Adapun beberapa
contoh jenis jenis perusahaan agraris seperti PT Royal Coconut, PT Multi Dwi
Tunggal, PT Indo Jaya Agro dan Intinusaflora.
3. Perusahaan Industri
Perusahaan Industri memiliki ruang lingkup lapangan usahanya dengan
mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi atau bahan setengah jadi sehingga
barang tersebut menjadi barang siap pakai. Biasanya perusahaan industry bisa
berupa perusahaan kerajinan dan perusahaan pakaian. Adapun contoh perusahaan
industri seperti Pabrik Kerta Tjwi Kimia Tbk, Indoxide, Nestle, PT Industri Soda
Inc dan PT Miwon Indonesia Tbk.
4. Perusahaan Perdagangan
Jenis perusahaan ini menjalankan usaha dengan menghimpun kemudian
menyalurkan kepada masyarakat sebagai konsumen. Biasanya perusahaan
perdagangan bisa berupa usaha perdagangan ekspor atau impor karena banyak
permintaan dari konsumen sehingga sudah banyak sekali macam macam
perusahaan di Indonesia terutama perusahaan berjenis perusahaan perdagangan. 
Adapun contoh jenis-jenis perusahaan perdagangan di Indonesia antara lain: PT
Matahari Store, PT Ace Hardware Indonesia Tbk, Akbar Indomakmur Stimec,
Sumber Alfaria Trijaya Tbk dan Atria Prima Indonesia dan masih banyak jenis-
jenis perusahaan perdagangan di Indonesia.
5. Perusahaan Jasa
Jenis perusahaan ini menjalankan usahanya dibidang jasa dan akan
mendapatkan profit dan keuntungannya setelah jasa itu diberikan. Adapun contoh
perusahaan jasa ini seperti Alam Sutera Reality, Ciputra Development.
B. Berdasarkan Bentuk Hukum
1. Perusahaan Berbadan Hukum
Perusahaan yang dikatakan secara hukum sudah memenuhi syarat-syarat
hukum sehingga terjadinya pemisahan harta kekayaan terpisah dengan pendiri
atau pemegang saham. Perusahaan harus dibentuk sesuai dengan akta
pendirian/anggaran dasar yang sudah disyahkan secara hukum. Akta pendirian
tersebut disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM (Pasal 7 ayat (4) UU
Perseroan Terbatas. Contoh perusahan berbadan hukum diantaranya: PT
(Perseroan Terbatas), P.T. Tbk. (Perseroan Terbatas, Terbuka), Perusahaan
Perseroan (Persero), Koperasi (Co-operative), dan Perusahaan Umum.
2. Perusahaan Tidak Berbadan Hukum
Perusahaan yang secara subjek hukumnya masih melekat pada pendiri dan
pengurus sehingga perusahaan tersebut tidak berdiri sendiri. Perusahaan ini
dimiliki oleh swasta, bisa berbentuk perseorangan atau persekutuan. Contoh
perusahaan yang bukan berdasarkan badan hukum yaitu: Jenis Usaha
Perseorangan, Firma (FA), Commanditaire Vennootschap (CV), Persekutuan
Perdata dan Yayasan (Foundation).

2. Jelaskan hubungan antara hukum dagang dengan hukum perusahaan!


Hukum dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan orang yang
satu dan lainnya dalam bidang perniagaan.Hukum dagang adalah hukum perdata
khusus, KUH Perdata merupakan lex generalis (hukum umum), sedangkan KUHD
merupakan lex specialis (hukum khusus). Dalam hubungannya dengan hal tersebut
berlaku adagium lex specialis derogate lex generalis (hukum khusus
mengesampingkan hukum umum). Khusus untuk bidang perdagangan,Kitab undang-
undang hukum dagang (KUHD) dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat
dengan KUHPerdata, khususnya Buku III.Bisa dikatakan KUHD adalah bagian
khusus dari KUHPerdata.
KUHD lahir bersama KUH Perdata yaitu tahun 1847 di Negara Belanda,
berdasarkan asas konkordansi juga diberlakukan di Hindia Belanda.Setelah Indonesia
merdeka berdasarkan ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 kedua kitab
tersebut berlaku di Indonesia.KUHD terdiri atas 2 buku, buku I berjudul perdagangan
pada umumnya, buku II berjudul Hak dan Kewajiban yang timbul karena
perhubungan kapal. Materi-materi hukum dagang dalam beberapa bagian telah diatur
dalam KUH Perdata yaitu tentang Perikatan, seperti jual-beli,sewa-menyewa, pinjam-
meminjam. Secara khusus materi hukum dagang yang belum atau tidak diatur dalam
KUHD dan KUH Perdata, ternyata dapat ditemukan dalam berbagai peraturan khusus
yang belum dikodifikasi seperti tentang koperasi, perusahaan negara, hak cipta dll.
Hubungan antara KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal ini dapat
dimengerti karena memang semula kedua hukum tersebut terdapat dalam satu
kodifikasi.Pemisahan keduanya hanyalah karena perkembangan hukum dagang itu
sendiri dalam mengatur pergaulan internasional dalam hal perniagaan.

3. Coba saudara jelaskan objek hukum pengangkutan !


Jawab :
Objek hukum (recht objek) merupakan segala sesuatu yang berguna bagi subjek
hukum dan yang menjadi objek hukum dari suatu hubungan hukum adalah hak. Oleh
karena itu, dapat dikuasai oleh subjek hukum.
Menurut Abdulkadir Muhammad yang diartikan dengan objek adalah segala
sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sasaran tersebut pada pokoknya
meliputi barang muatan, alat pengangkut, dan biaya angkutan. Jadi objek hukum
pengangkutan niaga adalah barang muatan, alat pengangkut, dan biaya yang
digunakan untuk mencapai tujuan hukum pengangkutan niaga, yaitu dapat
terpenuhinya kewajiban dan hak para pihak secara benar, adil, dan bermanfaat.
Objek hukum pengangkutan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Barang muatan adalah barang yang sah dilindungi oleh undang-undang.
b) Alat pengangkut adalah alat yang diguanakan untung mengangkut barang atau
penumpang. Alat angkut misalnya seperti kapal, kereta api, bus, mobil barang,
pesawat.
c) Biaya angkutan adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan kepada pengangkut
atas jasanya yang telah mengangkut barang atau penumpang.

4. Jelaskan kaitan antara hukum investasi dengan hukum dagang!


Jawab :
Hal yang diatur dalam hukum investasi adalah hubungan antar investor dengan
penerima modal. Status investor dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
investor asing dan investor domestik.
Investor asing merupakan penanam modal yang berasal dari luar negeri,
sedangkan investor domestik merupakan penanam modal yang berasal dari dalam
negeri. Bidang usaha merupakan bidang kegiatan yang diperkenankan atau
dibolehkan untuk ber-investasi.
Prosedur dan syarat-syarat merupakan tata cara yang harus dipenuhi oleh investor
dalam menanamkan investasinya. Negara merupakan negara yang menjadi tempat
investasi itu ditanamkan. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, dalam Bab
IX diatur mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal. Pengaturan
mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab di atur secara khusus guna
memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap
penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan
terhadap tradisi budaya masyarakat dan melaksanakan tanggung jawab sosial.
Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim
persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan
pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan
penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan. Mengenai hak penanam
modal di atur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang
menentukan bahwa setiap penanam modal berhak untuk mendapatkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Kepastian hak, hukum, dan perlindungan, Kepastian hak adalah jaminan
pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh hak sepanjang penanam
modal telah melaksanakan kewajiban yang di tentukan.
b) Kepastian hukum adalah jaminan pemerintah untuk menempatkan hukum dan
ketentuan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap tindakan dan
kebijakan bagi penanam modal.
c) Kepastian perlindungan adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanam modal.
d) Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.
e) Hak pelayanan.
f) Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
5. Jelaskan hubungan konsumen dan produsen dalam hukum perlindungan konsumen!
Jawab :
Prinsip – prinsip tentang kedudukan konsumen dalam hubungan hukum dengan pelaku
uahsa berangkat dari doktrin atau teori yang muncul dalam perjalanan sejarah hukum
perlindungan konsumen, antara lain :
a) Let The Buyer Beware (caveat emptor)
Doktrin ini merupakan embrio dari lahirnya sengketa dibidang transaksi
konsumen. Asas ini berasumsi, pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang
sangat seimbang, sehigga tidak perlu proteksi apapun bagi konsumen. Di dalam UUPK
prinsip ini sudah tidak digunakan, namun sebaliknya menggunakan prinsip kehati –
hatian dari pelaku usaha atau yang disebut caveat venditor, hal tersebut dapat dilihat
dengan diatur dalam bab tersendiri mengenai perbuatan yang di larang bagi pelaku
usaha yang bertujuan agar pelaku usaha memiliki rambu –rambu dalam melakukan
usahanya.
b) The Due Care Theory
Doktrin atau prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk
berhati – hati dalam meproduksi dan menyalurkan produk, baik barang dan/atau jasa.
Selama pelaku usaha berhati – hati dengan produknya maka pelaku ushaa tidak dapat
dipersalahkan. Prinsip ini sejalan dengan aturan perbuatan yang dilarang bagi pelaku
usaha yaitu Pasal 8 sampai Pasal 17 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
c) The Privity of Contract
Prinsip in menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi
konsumen, tetapi hal itu dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin kontrak.
Realitanya sering ditemukan kontrak yang melemahkan posisi konsumen dengan
mengalihkan tanggung jawab pelaku usaha dengan kalusula – kalusula standartnya.
d) Kontrak bukan syarat
Melihat fenomena lemahnya posisi konsumen dalam prinsip The Privity of
Contact yang mensyaratkan kontrak sebagi dasar gugatan konsumen kepada pelaku
usaha yang merugikannya, maka lahirlah sebuah prinsip dimana kontrak bukan lagi
merupakan syarat untuk menetapkan eksistensi suatu hubungan hukum. Sekalipun ada
pandangan yang menyatakan prinsip kontrak bukan syarat hanya berlaku untuk objek
transaksi berupa barang. Sebaliknya, kontrak selalu dipersyaratkan untuk transaksi
konsumen dibidang jasa.

Anda mungkin juga menyukai