Anda di halaman 1dari 17

Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan cairan serebrospinal pada sistem

saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di bidang bedah saraf,
yaitu sekitar 40% hingga 50%. Penyebab hidrosefaluspada anak secara umum dapat dibagi menjadi
dua, prenatal dan postnatal. Baiksaat prenatal maupun postnatal, secara teoritis patofisiologi
hidrosefalus terjadi karena tiga hal yaitu produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi liquor
yang berlebihan, dan peningkatan tekanan sinus venosa

Hidrosefalus pada anak dapat didiagnosis dan diterapi sejak dini.Diagnosis dapat ditegakkan dengan
melihat adanya empat tanda hipertensi intrakranial.
Pemeriksaan penunjang seperti USG dapat membantu penegakan diagnosis di masa prenatal
maupun postnatal, sedangkan CT Scan dan MRI pada masa postnatal.

Terapi pada kasus ini sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Pada kebanyakan kasus, pasien
memerlukan tindakan operasi shunting namun terdapat pula pilihan atau terapi alternatif non-shunting
seperti terapi etiologik dan penetrasi membran.

Prognosis ditentukan oleh berbagai macam faktor, di antaranya adalah kondisi yang menyertai, durasi
dan tingkat keparahan, sertarespon pasien terhadap terapi. Tingkat kematian pada pasien
hidrosefalus dengan terapi shuntingmasih tinggi karena berbagai komplikasi yang terjadi, salah
satunya adalah infeksi pasca operasi.

Hidrosefalus bukanlah suatu penyakit tunggal melainkan hasil akhir dari proses patologis yang luas
baik secara kongenital maupun akibat dari kondisi yang didapat. Gejala klinis, perubahan dan
prognosis jangka panjang dari hidrosefalus akan bervariasi tergantung dari usia saat munculnya
onset dan keadaan yang menyertai serta yang menjadi penyebabnya. Sangat penting untuk
mempertimbangkan banyak hal yang mempengaruhi kondisi ini sehingga penatalaksanaan yang
paling tepat dapat direncanakan dan dilakukan.

DEFINISI
Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti air, dan cephalus yang berarti
kepala.
Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun
penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga terjadi kelebihan cairan serebrospinal pada susunan
saraf pusat, kondisi ini juga dapat diartikan sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal.

EPIDEMIOLOGI
Kasus ini merupakan salah satu masalah dalam bedah saraf yang paling sering ditemui. Data
menyebutkan bahwa hidrosefalus kongenital terjadi pada 3 dari 1000 kelahiran di Amerika Serikat
dan ditemukan lebih banyak di negara berkembang seperti Brazil yaitu sebanyak 3,16 dari 1000
kelahiran.
Sedangkan di Indonesia ditemukan sebanyak 40% hingga 50% dari kunjungan berobat atau tindakan
operasi bedah saraf.

PATOFISIOLOGI
Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel. Kebanyakan cairan
tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak 80% dari
total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan serebrospinalis lebih kurang 0,35-0,40
ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut sama pada orang dewasa
maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju ke foramen monro
kemudian ke ventrikel 3 , selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke
foramen luska dan magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis.
Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:
1.Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari kasus
hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor pleksus koroid (papiloma
atau karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari hipervitaminosis vitamin A.
2.Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus hidrosefalus. Kondisi ini
merupakanakibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang dapat terjadi
di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab terjadinya keadaan patologis
ini, yaitu:
a.Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya stenosis akuaduktussylvii dan
malformasi Arnold Chiari.
b.Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran likuor, misalnya tumor
intraventrikel, tumor para ventrikel, kista arakhnoid, dan hematom.
c.Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk reaksi ependimal,
fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3.Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom vena cava dan
trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini termasuk
hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri.
Dari penjelasan di atas maka hidrosefalus dapat diklasifikasikan dalam beberapa sebutan
diagnosis.Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, sedangkan hidrosefalus
eksterna menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus komunikans adalah keadaan di mana ada hubungan antara sistem ventrikel dengan
rongga subarakhnoid otak dan spinal, sedangkan hidrosefalus non-komunikans yaitu suatu keadaan
dimana terdapat blok dalam sistem ventrikel atau salurannya ke rongga subarakhnoid.
Hidrosefalus obstruktif adalah jenis yang paling banyak ditemui dimana aliran likuor mengalami
obstruksi.Terdapat pula beberapa klasifikasi lain yang dilihat berdasarkan waktu onsetnya, yaitu akut
(beberapa hari), subakut (meninggi), dan kronis(berbulan-bulan). Terdapat dua pembagian
hidrosefalus berdasarkan gejalanya yaitu hidrosefalus simtomatik dan hidrosefalus asimtomatik.

ETIOLOGI
Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab
prenatal dan postnatal. Penyebab prenatal Sebagian besar anak dengan hidrosefalus telah
mengalami hal ini sejak lahir atau segera setelah lahir. Beberapa penyebabnya terutama adalah
stenosis akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy Walker, Holopresencephaly, Myelomeningokel, dan
Malformasi Arnold Chiari.Selain itu, terdapat juga jenis malformasi lain yang jarang terjadi. Penyebab
lain dapat berupa infeksi in-utero, lesi destruktif dan faktor genetik.
Stenosis Akuaduktus Sylvius terjadi pada 10% kasus pada bayi baru lahir. Insidensinya berkisar
antara 0,5-1 kasus/1000 kelahiran. Insidennya 0,5-1% kasus/1000 kelahiran. Malformasi Dandy
Walker terjadi pada 2-4% bayi yang baru lahir dengan hidrosefalus. Malformasi ini mengakibatkan
hubungan antara ruang subarakhnoid dan dilatasi ventrikel 4 menjadi tidak adekuat, sehingga
terjadilah hidrosefalus. Penyebab yang sering terjadi lainnya adalah Malformasi Arnold Chiari (tipe II),
kondisi ini menyebabkan herniasivermis serebelum, batang otak, dan ventrikel 4 disertai dengan
anomali inrtakranial lainnya. Hampir dijumpai di semua kasus myelomeningokel meskipun tidak
semuanya berkembang menjadi hidrosefalus (80% kasus).

Penyebab postnatal
Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista arakhnoid dan kista neuroepitelial
merupakan kedua terbanyak yang mengganggu aliran likuor. Perdarahan, meningitis, dan gangguan
aliran vena juga merupakan penyabab yang cukup sering terjadi.
Dari penjelasan di atas, hidrosefalus dapat diklasifikasikan menjadi hidrosefalus obstruktif dan
hidrosefalus komunikans seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.

Hidrosefalus obstrukti Hidrosefalus komunikans


Kongenital Kongenital
Stenosis akuaduktus Malformasi Arnold Chiari (tipe II, jarang pada
Kista Dandy Walker type I)
Benign intracranial cysts (seperti kista Ensefalokel
arachnoid) Deformitas basis kranii
Malformasi vaskular (seperti aneurisma vena
Galen) Didapat
Didapat Tumor (seperti ventrikel 3, regio pineal, Infeksi (intrauterin misalnya CMV, toxoplasma,
fossa posterior) post-bacterial meningitis)
Lessi massa lainnya (seperti giant aneurysms, Perdarahan (IVH pada infan, sub-arachnoid
abses) haemorrhage)
Ventricular scarring Hipertensi vena (seperti trombosis sinus
venosa, arterio–venous shunts)
Meningeal carcinomatosis
Sekresi berlebihan CSF (papiloma pleksus
koroidalis)

PENATALAKSANAAN
Terapi sementara
Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari pleksus khoroid
(asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari) dan hanya bisa diberikan sementara
saja atau tidak dalam jangka waktu yang lama karena berisiko menyebabkan gangguan metabolik.
Terapi ini direkomendasikan bagi pasien hidrosefalus ringan bayi dan anak dan tidak dianjurkan untuk
dilatasi ventrikular posthemoragik pada anak.
1,14
Pada pasien yang berpotensi mengalami hidrosefalus transisi dapat dilakukan pemasangan kateter
ventrikular atau yang lebih dikenal dengan drainase likuor eksternal. Namun operasi shunt yang
dilakukan pasca drainase ventrikel eksternal memiliki risiko tertinggi untuk terjadinya infeksi.
15
Cara lain yang mirip dengan metode ini adalah dengan pungsi ventrikel yang dapat dilakukan
berulang kali

Prognosis
Pada pasien hidrosefalus, kematian dapat terjadi akibat herniasi tonsilar yang dapat menyebabkan
penekanan pada batang otak dan terjadinya henti nafas. Sedangkan ketergantungan pada shunt
sebesar 75% dari kasus hidrosefalus yang diterapi dan 50% pada anak dengan hidrosefalus
komunikans.
3
Pada anak dengan hidrosefalus obstruktif yang memiliki korteks serebral intak, perkembangan yang
adekuat dapat dicapai hanya dengan ETV, meskipun pencapaian tersebut lebih lambat. Pada anak
dengan perkembangan otak tidak adekuat atau serebrum telah rusak oleh hidrosefalus maka
perkembangan yang optimal tidak dapat dicapai hanya dengan terapi ETV meskipun tekanan
intrakranial terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA
1.Satyanegara. Buku Ajar Bedah Saraf Edisi IV. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama; 2010.
P.267-89
2.Ibrahim S, Rosa AB, Harahap AR. Hydrocephalus in children. In: Sastrodiningrat AD, ed.
Neurosurgery lecture notes. Medan: USU Press; 2012. P.671-80.
3.Espay AJ. Hydrocephalus [internet]. [place unknown]: Medscape reference; 1994 [updated 2012
Sept 17; cited 2013 April 28]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1135286-
overview
4.National Institute of Neurosurgical Disorders and Stroke [internet]. Bethesda: National Institutes of
Health; 2013 [cited 2013 April 28]. Available from:
http://www.ninds.nih.gov/disorders/hydrocephalus/hydrocephalus.htm
5.Rizvi R, Anjum Q. Hydrocephalus in children [internet]. Pakistan: Journal of Pakistan Medical
Association; 2005 [cited 2013 April 28]. Available from: http://jpma.org.pk/full_article_text.php?
article_id=956
6.Rashid QT, SalatMS, EnamK, KazimSF, GodilSS, EnamSA, et al. Time trends and age-related
etiologies of pediatric hydrocephalus: results of a groupwise analysis in a clinical cohort. Childs Nerv
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) HIDROSEFALUS
BAB 1
PENDAHULUAN
 
1.1    Latar Belakang
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS yang menyebabkan penekanan jaringan otak. Jumlah cairan
bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal.
Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama.
Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal.
Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan
tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami
hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.
Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan menanggulangi masalah
hidrosefalus dengan student center learning berupa pembuatan makalah dan diskusi antar teman di
kelas.

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus


2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang epidemiologi dari hidrosefalus
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus
4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Hydrocephalus
5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi dan pathogenesis Hydrocephalus
6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi Klinis Hydrocephalus
7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus
8. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Hydrocephalus
9. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi hidrosefalus

2.1 Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah
penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan
atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan
tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal
dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel (Darsono, 2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi
dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit
atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid,
atau ruang subdural (Suriadi,2006)
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan
penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSS lebih
besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular
(nining,2008). 
2.2 Epidemiologi 
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah
0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak
ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh
toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50%
karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior
(Darsono, 2005:211). 
2.3 Etiologi 
Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus
koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis
untuk memberikan perlindungan serta nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary). CSS
yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah
melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP).
Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal.
Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml,
neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml
(Darsono, 2005).
Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini
melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan
Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis
menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32) 
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005).
Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan
menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab
penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :  
1)   Kelainan Bawaan (Kongenital) 
1. Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus bayi dan anak
( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih
sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada
bulan-bulan pertama setelah kelahiran. 
2. Spina bifida dan kranium bifida 
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari akibat
tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. 
1. Sindrom Dandy-Walker 
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif
dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya sehingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior. 
1. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah 
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
1. Anomali Pembuluh Darah  
2)   Infeksi 
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan
subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa
minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran
jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa
tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan
interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar. 
 
3)   Neoplasma 
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya
dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di
lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak,
penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,
penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4)   Perdarahan 
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu
sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan
adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif
menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi
hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana
faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi.
Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak
primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :
 Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
 Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu.
1. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit-
penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh
sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan
di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
 
Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga
terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam
sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi
villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya
villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
1. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas
dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal
sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi
tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital
pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada
klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan
jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis
sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya
tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-
anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.
1. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat
terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya
meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala,
hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70
tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
 
2.5 Patofisiologi dan Patogenesis
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari
tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya
mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup
rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi
sebagai akibat dari :
1. Kompresi sistem serebrovaskuler.
2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3. Perubahan mekanis dari otak.
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5. Hilangnya jaringan otak.
6. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor
merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan
gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena
kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan
intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan
sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians
tengkorak. (Darsono, 2005:212)
 
2.6 Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi
dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya
hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu :
1. 1.     Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi.
Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala
terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi
terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan
tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi
samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).
 
1. 2.     Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial.
Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti
penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di
bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania
mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi
standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial
lainnya yaitu:
1. Fontanel anterior yang sangat tegang.
2. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
3. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
4. Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi.
Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada
kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia
respirasi). (Darsono, 2005:213)
 
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar
dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan
anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah
dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis :
terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran
vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan
Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik,
spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi
mental dan fisik.
A.  Bayi :
1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras,
sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
4. Muntah
5. Gelisah
6. Menangis dengan suara ringgi
7. Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak
teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
1. Peningkatan tonus otot ekstrimitas
2. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas.
3. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris
4. Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
5. Strabismus, nystagmus, atropi optic
6. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
B.  Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1. Nyeri kepala
2. Muntah
3. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
4. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
5. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6. Strabismus
7. Perubahan pupil
 
2.7    Pemeriksaan diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk
keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1)   Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus
klionidalis posterior.
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen
kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2)   Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan
yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang
dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih
lebar 1-2 cm.
3)   Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu
atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu.
Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak
akan terjadi secara menyeluruh.
4)   Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu
menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk
langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang
besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang
tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5)   Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada
penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel
hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara
jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6)   CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis
dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi
transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem
ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7)   MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning
dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
 
2.8    Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit
ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan
akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus
dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat
pembentukan cairan serebrospinal. 
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi,
yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid 
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: 
1. Drainase ventrikule-peritoneal 
2. Drainase Lombo-Peritoneal 
3. Drainase ventrikulo-Pleural 
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi 
5. Drainase ke dalam anterium mastoid 
6. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter
yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke
satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis. 
7. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan
pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian
dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung
selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak
terlihat dari luar. 
8. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “: 
1. Eksternal 
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal
yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
1. Internal 
1)   CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
 Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen) 
 Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior 
 Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus. 
 Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum 
 Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum. 
2)   “Lumbo Peritoneal Shunt” 
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau
dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya
ditempatkan setinggi foramen Monroe. 
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis. 
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal dengan
tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup
berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm,
H2O. 
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung
melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7). 
5. Ventriculo-Peritneal Shunt 
1. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan 
2. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya
revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS
yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis. 
 
 
 
2.9    Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi
disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus
( jaringan /eksudat  ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP
shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering
diikuti dengan status neurologis buruk. 
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt,
meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma
yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau
trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
 
2.10     Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya anomali
yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan malformasi
lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun
tidak dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena
hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki kecerdasan
hampir normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap
dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat
intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta
kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri
atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti
(arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper,
2005).
Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus
mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali
anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisipliner. (Darsono,
2005)
 
 
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN 

3.1       Pengkajian 
1. Anamnesa  
1. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat  
2. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer. 
3. Riwayat Penyakit dahulu  
1)      Antrenatal : Perdarahan ketika hamil  
2)      Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir 
3)      Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma 
1. Riwayat penyakit keluarga 
2. Pengkajian persistem
1)      B1 ( Breath )   : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
2)      B2 ( Blood )    : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
3)      B3 ( Brain )     : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan  mengkilat, pembesaran
kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak
dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
4)      B4 ( Bladder ) : Oliguria
5)      B5 ( Bowel )   : Mual, muntah, malas makan
6)      B6 ( Bone )     : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
1. Observasi tanda – tanda vital  
1)      Peningkatan systole tekanan darah
2)      Penurunan nadi / bradikardia
3)      Peningkatan frekuensi pernapasan
 
3.2       Diagnosa , Intervensi dan Rasional Keperawatan
 
  Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
1. Potensial komplikasi Tidak terjadi  Kesadaran -          Observasi ketat tanda-tanda peningka
peningkatan tekanan peningkatan TIK Komposmetis (Nyeri kepala, muntah, lethargi, lelah, apatis, pe
intrakranial  Tidak terjadi personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapa
berhubungan dengan nyeri kepala pada anak berumur 10 tahun, penglihatan
akumulasi cairan  TTV norma kontruksi penglihatan perifer strabismus, Pe
serebrospinal.  tampak pupil)
rileks, tidak meringis -          Pantau terus tingkat kesadaran anak
kesakitan -          Pantau terus adanya perubahan TTV
-          Berkolaborasi dengan dokter untuk m
pembedahan, untuk mengurangi peningkatan
-          Kaji pengalaman nyeri pada anak, min
menunjukkan area yang sakit dan menentukan p
nyeri dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri, 5
sekali)
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi rasa n
-          Bantu anak mengatasi nyeri seperti
memberikan pujian kepada anak untuk ketaha
memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani deng

2. Gangguan persepsi Tidak terjadi  Penurunan -          Mempertahankan visus agar tidak
sensori berhubungan disorientasi pada visus tidak penurunan visus yang lebih
dengan penekanan anak bertambah lebih a. Membantu ADL
lobus oksipitalis parah b. Membantu orientasi
karena  Anak bisa c. Berikan tempat yang nyaman dan
meningkatnya TIK mengenali ( pencahayaan terang, bed plang dll dipasang a
lingkungan cedera )
sekitarnya -          Membantu pasien untuk mengenali
  dengan kondisi penglihatan yang terganggu
3. Kurang pengetahuan Meningkatkan  Kecemasan -          Beri kesempatan orang tua
orang tua pengetahuan orang tua pada mengekspresikan kesedihannya
berhubungan dengan orang tua kondisi kesehatan -          Beri kesempatan orang tua untuk
penyakit yang di mengenai penyakit anaknya dapat mengenai kondisi anaknya
derita oleh anaknya yang diderita berkurang -          Jelaskan tentang kondisi penderita, p
anaknya ü Orang tua terapi dan prognosanya.
mengungkapkan -          Ulangi penjelasan tersebut bila perlu
pemahaman tentang contoh bila keluarga belum mengerti
penyakit,
pengobatan dan
perubahan pola
hidup yang
dibutuhkan

4. Resiko Jalan nafas tetap  Anak tidak -          Posisikan klien posisi semifowler
ketidakefektifan pola efektif sesak napas -          Pemberian oksigen
nafas yang  Tidak -          Observasi pola dan frekuensi napas
berhubungan dengan terdapat ronchi -          Auskultasi suara napas
penurunan refleks  Tidak
batuk retraksi otot bantu
pernapasan
 Pernapasan
teratur, RR dalam
batas normal

5. Gangguan Klien tidak  Pertumbuha -          Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuha
pertumbuhan dan mengalami n dan perkembangan )
perkembangan gangguan klien tidak -          Memberikan stimulasi atau rangsanga
berhubungan pertumbuhan dan mengalami perkembangan kepada anak ( asah )
pembesaran kepala perkembangan keterlambatan dan -          Memberikan kasih sayang ( asih )
sesuai dengan
tahapan usia
6. Resiko tinggi infeksi Tidak terdapat  TD dalam -          Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafs
berhubungan dengan tanda-tanda infeksi batas normal menurun, ketidakstabilan, perubahan warna kulit
pemasangan ( 3 x 24 jam )  Tidak -          Lakukan rawat luka
drain/shunt terdapat perdarahan -          Pantau asupan nutrisi
 Tidak -          Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
terdapat kemerahan

7. Ketidakseimbangan Setelah dilaksakan tidak terjadi -          Pertahankan kebersihan mulut deng
nutrisi kurang dari asuhan penurunan berat sebelum dan sesudah mengunyah makanan.
kebutuhan tubuh keperawatan badan sebesar 10% -          Tawarkan makanan porsi kecil tetapi seri
yang berhubungan diharapkan dari berat awal, tidak mengurangi perasaan tegang pada lambung
dengan muntah ketidakseimbanga adanya mual- -          Atur agar mendapatkan nutrien yang be
sekunder akibat n nutrisi kurang muntah. kalori yang disajikan pada saat individu ingin mak
kompresi serebral dari kebutuhan -          Timbang berat badan pasien saat ia ban
dan iritabilitas. tubuh teratasi tidur dan setelah berkemih pertama.
dengan -          Konsultasikan dengan ahli gizi m
kebutuhan kalori harian y

Anda mungkin juga menyukai