Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANTROPOLOGI

KASUS TRANSKULTUR NURSING

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1B
1. Fanya shaputri (P05120220058)
2. Aiba Hajja Nuraini (P05120220047)
3. Aziza Inayah (P05120220050)
4. Dewa ayu Sri (P05120220054)
5. Helfi novriani (P05120220060)
6. Septa Wahyudi (P05120220070)
7. Zikri harby salam (P05120220088)

POLITEKNIK KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan  Yang Maha Essa,
karena atas berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menulis makalah ini hingga
selesai. Meskipun dalam makalah ini penulis mendapat banyak yang menghalangi,
namun mendapat pula bantuan dari beberapa pihak baik secara moril, maupun
spiritual.
Oleh karena itu, penulis menghanturkan terimah kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas selesainya penulis
makalah ini. Di dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih ada
kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasannya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh sebab itu, sangat di harapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun untuk melengkapkan makalah ini dan berikutnya.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dengan menjalankan tugas sebagai perawat banyak perubahan-perubahan yang ada baik di
lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi ini
termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat
menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari. Dalam ilmu
keperawatan banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut. Termasuk salah satunya
teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerakan asuhan keperawatan. Salah satu
teori yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang “Transcultural
Nursing”.

Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam keperawatan
yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah
laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang
universal dalam keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-
nilai dan norma spesifik yang dimiliki olh kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur (Leininger, 1979).

Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal berdasarkan


kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan
menentukan jenis perawatan yang diinginkan karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat
yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Cultur Care adalah teori yang holistik
karena meletakkan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya,
termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem
profesi.
BAB II

PEMBAHASAN

Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing


Klien nama Ny. W, 30 tahun, Islam, SMP, petani, suku jawa, diagnosis medis abortus. Klien
hamil 12 minggu, klien sangat mengharapkan memiliki anak. Klien mengeluh mengalami
perdarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari. Klien dianjurkan untuk kuretase. Klien
memeriksakan kehamilannya di dukun dan berencana akan melahirkan di sana. Klien
mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua. Klien masih percaya pada sihir dan hal-
hal gaib. Setelah didiagnosis abortus, klien tidak menerima dan merencanakan akan berobat
ke dukun. Mereka menganggap hal itu akibat ibunnya melanggar pantangan dalam
menyediakan sesaji. Hubungan kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak laki-laki, pola
pengambilan keputusan dipihak laki-laki. Pantangan makanan jatung pisang, gurita dan air
kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi. Aturan
dan kebijakan diatur oleh pemuka agama dan para santri. Ada tabungan yang sudah
dipersiapakan oleh keluarga untuk persalinan ini.

Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing


A. Pengkajian
1. Faktor Teknologi
Klien memeriksakan kehamilannya di dukun dan berencana akan melahirkan di sana,
Klien mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua, Klien mengeluh mengalami
perdarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari. Klien biasa berobat kedukun, Klien
masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib

2. Faktor agama dan filsafah hidup


a. Agama yang diatut yaitu agama islam
b. Kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan menurut aturan yang
dibuat oleh pemuka agama dan para santri bahwa bagi para laki-laki yang istrinnya
hamil dilarang memanjat pohon kelapa atau pohon tinggi.
c. Klien dan keluarga percaya bahwa banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa
abortus perbuataan dosa sehingga klien merencanakan akan berobat kedukun. Klien
masih mempercayai adanya hal-hal mistik, seperti tidak boleh memakan jantung
pisang , gurita dan air kelapa sedangkan suaminya pantang untuk memanjat pohon
kelapa atau pohon yang tinggi.

3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan


a. Nama lengkap : Ny. W
b. Nama panggilan : Ny. W
c. Umur : 30 tahun
d. Jenis kelamin : perempuan
e. Status : sudah menikah
f. Tipe keluarga : intim (tinggal sekeluarga tanpa ada keluarga lain)
g. Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga : ada pada pihak laki-laki

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup


a. Makanan pantangan yaitu jatung pisang, gurita dan air kelapa
b. Persepsi sehat sakit berhubungan dengan aktifitas sehari-hari, yaitu:
1) Pasien memeriksakan kehamilannya didukun dan berencana akan melahirkan
disana.
2) Pasien mmengeluh mengalami perdarahan selama 3 hari dan juga mulas-
mulas, pasien dianjurkan kuretase.

5. Faktor politik
Kebijakan dan peraturan RS, yaitu:
a. Alasan mereka datang ke RS
Karena pasien mengeluh nyeri dibagian perut dan mules-mules serta mengalami
perdarahan.
b. Kebijakan yang didapat di RS
Klien disuruh melakukan kuretase karena pasien didiagnosa abortus

6. Faktor ekonomi
a. Pekerjaan
Klien bekerja sebagai petani
b. Sumber biaya pengobatan
Klien dan keluarga telah menyiapkan tabungan untuk persalinan klien
c. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Klien menggunakan tabungannya untuk biaya bersalin
7. Faktor pendidikan
a. Pasien hanya pendidikan akhirnya hanya SMP
b. Setelah didiagnosis abortus, klien tidak menerima dan merencanakan akan
berobat ke dukun.
Kemampuan klien masih minim karena masih percaya hal-hal gaib daripada
medis

ANALISA DATA
No Data masalah
1 DS :
Klien mengatakan bahwa klien lebih memilih
untuk berobat kembali ke dukun setelah Ketidakpatuhan dalam pengobatan
disarankan untuk kuretase dan menganggap itu
adalah perbuatan dosa.
DO : -

2 DS : Gangguan interaksi sosial


 Klien mendapat informasi tentang kehamilan
dari mertuanya.
 Klien percaya ibunya melanggar pantangan
dalam sesaji.
 Hubungan kekerabatan yang lebih dominan
adalah laki-laki.
 Aturan dan kebijakan lebih diatur oleh
pemuka agama dan para santri.
Makanan pantangan untuk perempuan adalah jantung
pisang, gurita dan air kelapa.
3. DS : Kurang pengetahuan
 Klien percaya dengan sihir dan hal-hal gaib.
 Pasien tidak percaya dan tidak menerima
diagnosa dari dokter.
 Klien mempunyai pantangan makan jantung
pisang, gurita dan air kelapa.
DO :
Pendidikan klien SMP.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa
1. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultur
3. Kurang penngetahuan berhubungan dengan kepercayaan dan sistem nilai yang dianut klien
tentang aborsi.

PERENCANAAN

No. Dx Tujuan Perencanaan Kegiatan


1. 1. Setelah diberikan askep selama Sebaiknya kita melakukan pendekatan
(...x....) diharapkan klien mau patuh dengan cara restrukturisasi. Memberikan
dalam mengikuti pengobatan, dengan penjelasan dan pengertian, bahwa abortus
KH : ini harus segera dilakukan jika tidak
 Klien bersedia untuk dilakukan dilakukan akan membahayakan dan
kuretase. merugikan kesehatan dari klien sendiri.
 Klien menerima didiagnosa
abortus oleh dokter.
2. 2. Setelah diberikan askep selama Sebaiknya kita sebagai perawat
(...x....) diharapkan Klien tidak melakukan pendekatan kepada klien
mengalami gangguan interaksi sosial. secara restrukturisasi, karena klien dan
Dengan KH : keluarganya mempunyai sebuah
 Klien dan keluarga tidak pantangan makanan seperti tidak boleh
mengalami kesalahpahaman mengkonsumsi jantung pisang, gurita dan
dalam hal kepercayaan. air kelapa dimana pantangan tersebut
 Klien dan keluarganya dapat sebenarnya bagus untuk kesehatan klien
memahami perbedaan persepsi yang baru mengalami abortus. Seperti
yang mendukung kesehhatan misalnya :
klien.  Air kelapa bagus untuk klien yang
mengalami kekurangan cairan setelah
mengalami perdarahan.
 Gurita mengandung protein dan
sangat baik dikonsumsi untuk
menambah energi klien pasca abortus.
 Jantung pisang
3. 3. Setelah diberikan askep selama Kita sebagai perawat hendaknya
(...x....) diharapkan klien memahami melakukan pendekatan secara negosiasi,
tentang penyakit yang dialaminya dan dengan membantu klien mmemilih serta
cara penanganannya. Dengan KH : menyarankan hal-hal yang dapat
 Klien bersedia dilakukan mendukung meningkatkan derajat
tinndakan kuretase. kesehatan klien. Sebagai contoh klien
 Klien mengetahui dan mengerti mempunyai pantangan untuk
jenis makanan yang dapat mengkonsumsi air kelapa dimana air
meningkatkan kondisi kelapa itu sangat baik bagi klien yang
kesehatannya. baru mengalami abortus dan kehilangan
cairan kita bisa menyarankan klien untuk
lebih banyak minum air putih dan cairan
isotonik lainnya, gurita kita bisa ganti
dengan makanan berprotein lainnya
seperti telur, ikan, tahu dll. Sedangkan
jantung ppisang kita bisa ganti dengan
buah apel, jeruk dll.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang


difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat
sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari mulai dari kehidupan biologis
sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan sosial dan spiritualnya. Perencanaan dan
pelaksaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien
sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan
dapat sesuai dengan budaya klien. Penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi
keperawatan transkultural.

B. Saran

Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di atas merupakan
kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuan kami untuk memperoleh data dan
informasi karena terbatasnya pengetahuan kami.

Jadi yang kami harapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami menyampaikan rasa
terima kasih dengan setulus-tulusnya.Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat
membawa manfaat kepada pembaca.

Anda mungkin juga menyukai