Anda di halaman 1dari 9

Nama : Annisa Isabela

NIM : 1962201314
Kelas : 5 Shift 4
Mata Kuliah : AIKA 5 (UTS)
Dosen Pengampu : Irwan, M. Ag

1. Dalam pendahuluan buku Teknologi dalam Sejarah Islam, Ahmad Y Al-Hassan dan
Donald R Hill mengutarakan faktor penyebab kemajuan umat Islam dalam bidang
IPTEKS, di antaranya :
a. Agama Islam
Menurut Al-Hassan dan Hill, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini
memberikan dorongan yang sangat kuat kepada umatnya untuk melakukan
pencapaian-pencapaian di bidang sains dan teknologi.
Alquran memerintahkan umat Islam agar menggunakan akalnya dalam mengamati
hakikat alam semesta. Perintah semacam itu di antaranya termaktub dalam surah
Arrum [30] ayat 22; Albaqarah [2] ayat 164; Ali Imran [3] ayat 190-191; Yunus [10]
ayat 5; dan al-An'am [6] ayat 97. Firman Allah SWT juga sering disertai pertanyaan
afala ta'qilun dan afala tatafakkarun (tidakkah kamu sekalian berpikir).
Agama Islam juga telah menyatukan seluruh umatnya yang menyebar dari Cina
hingga Samudra Atlantik di bawah pengaruh satu bahasa dan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, semua orang bebas mengembara ke berbagai kota pusat ilmu
pengetahuan, seperti Baghdad, Kairo, Cordoba, dan lain-lain, untuk belajar.

b. Pemerintah yang berpihak pada ilmu pengetahuan


Howard R Turner dalam Sains Islam yang mengagumkan mengatakan bahwa
pencapaian di bidang sains dan teknologi sudah menjadi ciri-ciri umum semua dinasti
Islam, baik itu dinasti kecil maupun besar. Hampir di setiap kota Islam, ketika itu,
terdapat gerakan Arabisasi dan penerjemahan. Di samping itu, juga didirikan
akademi-akademi, observatorium, dan perpustakaan.

c. Bahasa Arab
Sejak awal pemerintahan Dinasti Umayyah, ilmu pengetahuan dari Yunani dan India
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Menurut Al-Hassan dan Hill, para sultan ketika
itu sepenuhnya menyadari bahwa tidak mungkin ilmu pengetahuan berkembang di
dunia Islam jika ilmu-ilmu tersebut tertulis dalam bahasa non-Arab. Melalui aktivitas
terjemahan itu, ilmu pengetahuan menyebar tidak hanya di kalangan penguasa dan
intelektual, tetapi juga di masyarakat awam. Melalui penerjemahan itu pula, muncul
banyak istilah sains dan teknologi yang baru dari bahasa Arab. Bahkan, bahasa ini
dapat dipakai untuk mengekspresikan istilah-istilah ilmu pengetahuan yang paling
rumit sekalipun.

d. Pendidikan
Untuk memacu laju perkembangan ilmu pengetahuan itu, para khalifah mendirikan
sekolah-sekolah, lembaga pendidikan tinggi, observatorium, dan perpustakaan.
e. Penghormatan kepada ilmuwan
Al-Hassan dan Hill mencatat bahwa para ilmuwan pada era keemasan Islam
mendapatkan perhatian yang besar dari kerajaan. Para ilmuwan masa itu dipenuhi
kebutuhan finansialnya, bahkan diberi uang pensiun. Kebijakan ini diambil supaya
mereka bisa mencurahkan waktu sepenuhnya untuk kegiatan mengajar, membimbing
murid, menulis, dan meneliti. Dengan ini bisa memunculkan semangat untuk terus
mengembangkan ilmu pengetahuan.

f. Maraknya penelitian
Kerajaan mendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian di berbagai bidang.
Salah satu contohnya adalah riset ilmu matematika oleh al-Khawarizmi. Karena
maraknya penelitian ini banyak orang yang berlomba-lomba untuk menari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.

g. Perdagangan internasional
Perdagangan internasional menjadi sarana komunikasi yang efektif antarperadaban
dan mempercepat proses kemajuan teknologi. Misalnya, karena maraknya kegiatan
dagang antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain di dunia, ditemukanlah
teknologi navigasi.

Demikian gambaran sekilas perkembangan sains dan teknologi Islam. Al-Hassan dan
Hill menggarisbawahi bahwa kemajuan sains dan teknologi umat Islam pada masa itu
ditentukan oleh stabilitas politik dan ekonomi. Tak mengherankan bila dengan ketujuh
faktor itu, dunia Islam menjadi magnet bagi Barat untuk menggali berbagai ilmu
pengetahuan dalam Islam. Mulai dari pertanian, perkebunan, kedokteran,
perbintangan, kesehatan, kedokteran, matematika, fisika, dan lain sebagainya.

2. Faktor penyebab kemunduran umat Islam dalam bidang IPTEKS, di antaranya :


a. Cara pandang muslim yang sempit
Memang benar, Muslim yang baik adalah Muslim yang taat pada agama. Namun,
ketaatan yang berlebihan (fanatik) dapat mengakibatkan seorang Muslim menutup
sebelah mata akan perkembangan ilmu pengetahuan dari dunia luar. Mereka
seakan-akan cenderung membatasi perkembangan itu jika tidak sesuai dengan
pemikiran mereka. Sedangkan bangsa Eropa bertindak sebaliknya. Bahkan, mereka
bersifat terbuka dengan dunia baru, sehingga mereka semakin bertambah ilmu
pengetahuannya.

b. Apatis dan stagnasi dalam dunia IPTEKS


Awalnya, Muslim banyak mendapatkan penemuan baru terkait dengan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEKS). Mereka sangat giat untuk melakukan hal
tersebut. Namun sangat disayangkan, penemuan yang ada hanya berhenti di sana,
tanpa adanya tindak lanjut. Kemalasan membuat mereka berhenti untuk menciptakan
karya-karya baru. Akibatnya, penemuan yang ada justru menjadi modal utama bangsa
lain sebagai dasar penemuan baru yang dapat memberikan manfaat secara nyata
dalam kehidupan manusia.

c. Menutup mata pada pentingnya IPTEKS


Sifat lalai ini muncul disebabkan karena ketidak sadaran akan tanggung jawab sebagai
seorang muslim yang diturunkan di Bumi untuk menuntut ilmu. Sesuai sabda
َ ‫( طَلَبُ ْال ِع ْل ْم فَ ِر ْث‬Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi
Rasulullah SAW: ‫ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬
setiap individu muslim.)

3. Upaya untuk membangkitkan kembali umat Islam dalam kemajuan IPTEKS, di antaranya :
a. Terus menerus mencari ilmu
Sebagai Muslim yang taat hendaklah mampu mempelajari, memahami, menerarapkan
dan membagikan ilmu itu sendiri. Hal ini bertujuan agar Muslim tidak tertinggal
dengan kemajuan teknologi saat ini. Maka diharapkan, Muslim selalu merasa haus
akan ilmu pengetahuan, bukan justru sebaliknya yang merasa berpuas diri atau bahkan
menutup mata terhadap ilmu yang telah dikuasai. Dengan demikian, Muslim dapat
mengembangkan kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat mengembalikan masa
kejayaan peradaban Islam dalam bidang IPTEKS.

b. Menguasai teknologi yang berkembang saat ini


Pada zaman sekarang teknologi sangat diperlukan oleh manusia modern untuk
menunjang kehidupannya. Sehingga, manusia dapat mengikuti perkembangan
teknologi yang semakin canggih dan mengalami pembaruan setiap saat. Dengan
menguasai teknologi manusia akan lebih menggenggam dunia.

c. Umat Islam optimis akan IPTEKS


Seorang Muslim diharapkan optimis dan mampu untuk membuka mata lebar- lebar
mengenai perkembangan IPTEKS itu sendiri. Sehingga, dengan sikap optimis ini
seorang Muslim diharapkan dapat mengikuti IPTEKS dan selanjutnya dapat
termotivasi untuk lebih mengembangkan bahkan mengungguli kemajuan IPTEKS
bangsa lain.

4. Dalil kewajiban menuntut, mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan, di


antaranya :
a. Al-Quran
Perintah semacam itu di antaranya termaktub dalam surah :
- Al-Alaq [96] ayat 1 :
َ ِّ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ َخل‬
‫ق‬
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
dasar dari ilmu pengetahuan adalah membaca, dan ayat pertama yang
diturunkan ke Nabi Muhammad adalah perintah “Bacalah”, sehingga dari sini
disimpulkan bahwa mencari ilmu diawali dengan membaca.
- Al-Mujadalah ayat 11:

۟ ‫وا فَٱن ُش ُز‬


‫وا‬ ۟ ‫ُوا يَ ْف َسح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ و َذا قِي َل ٱن ُش ُز‬
۟ ‫ُوا فِى ْٱلم ٰ َجلِس فَٱ ْف َسح‬ ۟ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسح‬
‫َِإ‬ ِ ِ َ ‫َ ِإ‬
۟ ُ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذينَ ُأوت‬
ٍ ‫وا ْٱل ِع ْل َم َد َر ٰ َج‬
‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬ ۟ ُ‫يَرْ فَع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ِ

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
Dari Ibnu Abbas RA ketika menafsirkan ayat: (Allah meninggikan
orang-orang yang beriman dari kamu sekalian, dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Al-Mujadalah: 11); dia berkata maksudnya
adalah “Allah meninggikan orang-orang yang diberi ilmu atas
orang-orang yang beriman beberapa derajat”. (HR. Darimi)

- Yunus [10] ayat 5 :


ُ ‫ق هّٰللا‬ َ ۗ ‫َاز َل لِتَ ْعلَ ُموْ ا َع َد َد ال ِّسنِ ْينَ َو ْال ِح َس‬
َ َ‫اب َما َخل‬ ۤ ِ ‫س‬
ِ ‫ضيَا ًء َّو ْالقَ َم َر نُوْ رًا َّوقَ َّد َر ٗه َمن‬ َ ‫هُ َو الَّ ِذيْ َج َع َل ال َّش ْم‬
ِ ‫ق يُفَصِّ ُل ااْل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَّ ْعلَ ُموْ ن‬ ِّ ۗ ‫ك اِاَّل بِ ْال َح‬
َ ِ‫ٰذل‬

Artinya : Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya,


dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu
mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

b. Hadis
Rasulullah SAW bersabda:
- (HR Tabrani)
َ ‫تَ َعلَّ ُموْ ا َو َعلِّ ُموْ ا َوتَ َوا‬
‫ضعُوْ الِ ُم َعلِّ ِم ْي ُك ْم َولَيَلَوْ ا لِ ُم َعلِّ ِم ْي ُك ْم‬
Artinya: “Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan
hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang
mengajarkanmu.”

- (HR. Ibnu Majah no. 224)


َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
‫ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”

- (HR. Muslim, no. 2699)


‫ك طَ ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما َسهَّ َل هَّللا ُ لَهُ بِ ِه طَ ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة‬
َ َ‫َو َم ْن َسل‬
Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju surga.”
5. Integrasi Islam dan ilmu pengetahuan interkoneksitas dalam memahami ayat Qauliyah dan
Kauniyah.
Ayat qauliyah dan ayat kauniyah mempunyai ikatan yang erat sekali karena
memang satu sama lain adalah satu kesatuan. Ayat-ayat kauniyah berupa ayat-ayat
dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada
didalamnya. Secara umum cara memahami ayat qauliyah adalah dengan cara didengar
dan dibaca, sedangkan ayat kauniyah dengan cara dilihat.
Ayat kauniyah sebagai pembuktian kebenaran dari ayat qauliyah, sedangkan
ayat qauliyah merupakan isyarat bagi manusia agar meneliti ayat kauniyah. Ayat
kauniyah dan ayat qauliyah memiliki hubungan yang sangat erat karena kedua-duanya
berasal dari Allah, dijamin kemutlakannya dan kedua-duanya tidak dapat diubah atau
diganti dengan hukum lainya.
Pembuktian kebenaran ayat-ayat qauliyah oleh ayat-ayat kauniyah antara lain dapat dapat
dicontohkan sebagai berikut :

1. Hati sebagai pusat tubuh


Nabi Muhammad Saw bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia
ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi
bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya
segumpal daging itu adalah hati.”(HR. Bukhari-Muslim)
Hati dalam hadis ini memiliki dua buah makna, yaitu :

a. Hati dalam pengertian sebenarnya


Hati atau jantung apabila telah terserang penyakit, maka hati atau jantung tersebut
akan rusak dan akhirnya akan merusak seluruh tubuh yang lain. Hal ini dibuktikan
dalam bidang medis oleh Ibnu An-Nafis dengan menemukan sirkulasi darah kecil
pada abad ke-7 H (abad ke-13 M). Pada penemuannya, Ibnu An-Nafis menunjukkan
bahwa jantung berfungsi untuk memompa darah yang merupakan salah satu
mekanisme sirkulasi darah. Darah berfungsi untuk membawa zat-zat makanan dan O2
ke seluruh sel hidup di dalam tubuh. Maka jika jantung rusak akan mengganggu
kinerja dari sel tubuh yang membutuhkan zat- zat makanan dan O2 dari darah yang
dipompa oleh jantung.

b. Hati dalam pengertian tidak sebenarnya (maknawi)


Hati secara maknawi bukanlah merupakan sebuah organ vital yang berfungsi
memompa darah ke seluruh tubuh. Akan tetapi, lebih sebagai sesuatu yang berkaitan
dengan perasaan, nalar, pemikiran, pemahaman, keyakinan, pilar-pilar akhlak, dan
rambu-rambu perilaku. Apabila pusat emosi, nalar, pemikiran, pemahaman,
keyakinan, dan pilar-pilar moral serta rambu-rambu etika baik, maka akan baik pula
hakikat diri manusia sebagai makhluk yang mengetahui dan memahami. Sebaliknya,
jika ia bobrok, maka semuanya menjadi bobrok.
2. Sperma
Nabi Muhammad Saw bersabda : “(Manusia diciptakan) dari segala yang diciptakan
dari sperma laki-laki dan ovum perempuan.(HR. Imam Ahmad).

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Mu'minun [23] : ayat 12-14


Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Sebelum adanya ilmu pengetahuan yang meneliti tentang embriologi, dari ayat di atas
sudah dijelaskan bahwa asal mula manusia berasal dari sari pati tanah, dan sari pati tanah
inilah dijadikan air mani yang merupakan awal/syarat terbentuknya manusia.

3. Bulan sebagai cahaya dan matahari sebagai pelita


Ketika orang masih menganggap masing-masing matahari dan bulan sebagai sumber
cahaya maka Al-Quran telah memberikan teka-teki bahwa matahari bersinar dan bulan
bercahaya, seperti yang terdapat dalam QS. Yunus [10] : ayat 5
Artinya : Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yang mengetahui.

Serta dalam QS. Nuh [71]: ayat 16


Artinya : Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari
sebagai pelita?

Secara empiris, matahari selalu tampak bundar dan kehadirannya menyebabkan siang
yang terang benderang. Berbeda dengan bulan yang tak selalu bundar, tetapi berevolusi dari
melengkung dan condong yang makin tebal, separuh lingkaran, separuh lingkaran lebih
sampai ketika bundar penuh yang dikenal sebagai “bulan purnama”
Sekitar tahun 500-428 SM Anaksagoras, seorang peneliti asal Yunani mengemukakan
bahwa “bulan tidak bersinar karena cahayanya sendiri, melainkan memantulkan cahaya
matahari”. Penelitian Anaksagoras inilah yang membuat sebuah terobosan atau pelopor
dalam bidang astronomi, yang hingga saat ini benar-benar terbukti bahwa matahari memiliki
energi dan mampu memancarkan cahayanya sendiri sedangkan bulan tidak dapat
memancarkan cahayanya sendiri melainkan hanya memantulkan cahaya yang berasal dari
matahari.
4. Hukum gravitasi
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2] : ayat 74
Artinya : Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan
diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya
sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak
lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Bukankah dari ayat tersebut yang menerangkan bahwa batu yang meluncur jatuh
menyiratkan adanya gaya gravitasi? Jauh setelah turun-nya ayat tersebut Tentang gravitasi
pernah dituliskan oleh Sir Isaac Newton dalam bukunya yang dipublikasikan pada tahun
1687, yaitu Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica. Karya ini menjelaskan tentang
hukum gravitasi dan tiga asas (hukum) pergerakan, yang mengubah pandangan orang
terhadap hukum fisika alam selama tiga abad ke depan dan menjadi dasar dari ilmu
pengetahuan modern.

5. Perhitungan waktu akherat sehari sama dengan 1000 tahun atau sehari sama dengan 50.000
tahun
Allah berfirman dalam QS. Al-Ma'aarij [70] : ayat 4
Artinya : Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang
kadarnya limapuluh ribu tahun.
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa waktu yang ditempuh
malaikat-malaikat untuk menghadap Allah hanya dengan jarak waktu satu hari atau sekitar
lima puluh ribu tahun waktu kita di bumi. Dari penjelasan ini tersirat sebuah pertanyaan,
seberapa cepatkah malaikat untuk menghadap kepada Allah?
Jauh setelah turunnya ayat tersebut, pada tahun 1905 Albert Einstein mencetuskan
tentang teori relativitas dalam tulisannya yang berjudul On The Electrodynamics of Moving
Bodies di Annalen der Physik 17 dan menunjukkan bahwa :
a. massa itu ekivalen energi dan dapat digambarkan dengan rumus E = mc2
b. Adanya kecepatan cahaya
c. kecepatan cahaya itu besarnya tetap (c = konstan).
Dari penemuan Albert Einstein ini bukankah sudah membuktikan tentang ayat-ayat di
atas, bahwa dengan kecepatan cahaya yang perbandingan jarak waktu satu hari sama dengan
lima puluh ribu tahun waktu kita di bumilah, malaikat-malaikat menghadap Allah SWT.
Maha Besar Allah atas segala ciptaan-Nya.

6. Alam semesta ini bermula dan berasal dari asap/gas.


Allah berfirman dalam QS. Fussilat [41] : ayat 11
Artinya : Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan
suka hati".”
Selanjutnya menggumpal bagaikan gulungan kertas Allah berfirman dalam QS.
Al-Anbiya [21] : ayat 104
Artinya : (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran- lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya.
Selanjutnya dipisahkan bumi dengan benda angkasa lainnya Allah berfirman dalam
QS. Al- Anbiya [21] : ayat 30)
Artinya : Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”
Tentu dengan peristiwa ledakan panas yang tiada tara, mengingat masa material yang
demikian besar. Bukankah hal ini merupakan cara Allah untuk menyampaikan teori tentang
Big Bang (Ledakan Besar), yang menyatakan bahwa pada awalnya alam semesta merupakan
satu titik yang mengalami pengembangan hingga pada akhirnya titik tersebut mengalami
dentuman dahsyat sehingga terpisah dan membentuk alam semesta ini.

7. Bentuk alam semesta


Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an Surat Qaaf [50] : ayat 20
Artinya : Dan kami tiup di dalam terompet. Itulah hari yang dijanjikan.”
Dari semua kitab tafsir, tiupan sangkakala (terompet) pada kedua ayat di atas selalu
diartikan sebagai peristiwa di hari kiamat. Jika kita cermati ayat Al-Quran di atas, bahwa
tiupan tersebut terjadi “di dalam” terompet. Mengapa di dalam terompet? Apakah mungkin
ayat-ayat Al-Quran ini mempunyai arti bahwa bentuk alam semesta ini berbentuk
sangkakala/terompet.
Bentuk terompet alam semesta ini dibuktikan secara ilmiah oleh Frank Steiner,
seorang ilmuan University of Ulm Germany. Dia mengamati pola titik-titik panas dan dingin
radiasi microwave kosmik, yang bisa menggambarkan bentuk alam semesta 380.000 tahun
setelah Big Bang. Projek Wilkinson Microwave Anisotropy Probe dari NASA membuat peta
titik-titik tadi secara mendetail pada 2003. Hasilnya ialah pola itu cenderung memudar, yakni
tidak ada titik panas dan dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60º. Ini menyimpulkan
bahwa ketika mengembang, alam semesta terulur panjang. Sempit di awal dan kemudian
semakin lebar seperti corong. Mirip seperti bentuk terompet pada abad pertengahan. Jadi,
itulah makna firman Allah yang artinya “kami tiup di dalam terompet”, yakni kelak di
tiupkan getaran dahsyat yang mematikan “di dalam” alam semeta yang berbentuk terompet
tadi.
Interkoneksitas dalam memahami ayat-ayat ini, yaitu sebagai pembuktian bahwa
pernyataan tentang ilmu pengetahuan dalam Al-Quran dan hadits sudah ada sebelum
terkuaknya ilmu pengetahuan itu sendiri oleh manusia, hal itu menunjukan bahwa keterangan
dalam Al-Quran dan hadits adalah benar, dan menunjukan pula bahwa pasti ada zat yang
maha hebat yang mampu menciptakan suatu karya yang begitu menakjubkan itu yaitu Tuhan
semesta alam, Allah SWT, karena tidak mungkin seorang manusia bahkan kumpulan manusia
yang cendikia yang sangat banyak jumlahnya sekali pun mampu menciptakannya. serta
Al-Quran dan hadits itu merupakan petunjuk bagi manusia untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan karena di dalamnya telah disediakan signal-signal ilmu pengetahuan dan di
dalamnya juga terdapat perintah untuk menggali ilmu pengetahuan dan juga pastilah
Al-Quran dan hadits itu adalah pedoman hidup di dunia.

Anda mungkin juga menyukai