AKUNTANSI SYARIAH
AKAD MUDHARABAH
Dosen Pengampu
DISUSUN OLEH
BAB I ..................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
BAB II ................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................................5
PENUTUP...........................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mudharabah merupakan suatu transaksi perdanaan atau investasi yang berdasarkan
kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam mudharabah yaitu kepercayaan
dari pemilik dana ( shohibul maal ) kepada pengelolah dana ( mudharib ), disamping itu
karena pemilik dana tidak boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek
yang di biayai dengan dana pemilik tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-saran dan
melakukan pengawasan pada pengelola dana.
Apabila usaha tersebut mengalami kegagalan dan terjadi kerugian yang
mengakibatkan sebagaian atau bahkan seluruh modal yang di tanamkan oleh pemilik dana
habis, maka yang menanggung kerugian keuangan hanya pemilik dana. Sedangan pengelola
dana sama sekali tidak menanggung atau tidak harus manganti kerugian atas modal yang
hilang, kecuali kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesengajaan, kelalaian atau
pelanggaran akad yang di lakukan oleh pengelola dana. Pengelola dana hanya menanggung
kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang telah di curahkannya
selama mengelola proyek atau usaha tersebut, serta kehilangan kesempatan untuk
memperoleh sebagian dari pembagian sesuai dengan yang telah di tetapkan dalam perjanjian
mudharabah.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihakpihak
yang terlibat dalam suatu transaksi harus bersama -sama menanggung risiko (berbagi risiko),
dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan menanggung resiko financial sedangkan
pengelola dana akan menanggung resiko nonfinancial. Dalam mudharabah, pemilik dana
tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk bagiannya karena dapat di persamakan
dengan riba yaitu meminta kelebihan atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang
di perbolehkan syariah sehingga besarnya kentungan yang di terimah tergantung pada laba
yang di hasilkan.
Keuntungan yang di bagaikan pun tidak boleh mengunakan nilai proyeksi (predictive
value) akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang mengacu pada laporan
hasil usaha yang secara periodic di susun oleh pengelola dana dan di serahkan kepada pemilik
dana. Pada prinspnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal, namun
demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini hanya dapat di cairkan
apabila pengelola dana dapat terbukti melakukan keselahan yang di sengaja, ialah atau
melakukan pelengaraan terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
Pembiayaan mudharabah membutuhkan kerangka akuntansi menyeluruh yang dapat
menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat
mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang di
andalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara pemilik dan dan
pengelola.
Munculnya perusahan atau perbankan yang berbasis syariah menuntut adanya
perangkat akuntansi perusahaan berdasarkan syariah. Telah beroperasi bisnis berbasis syariah
tentu akan menuntut adanya praktek akuntansi yang dapat mengkover persoalanpersoalan
ekonomi dan akuntansi yang sesuai dengan syariah. Akuntansi merupakan salah satu sarana
utama untuk mendasari ekonomi islam, yakni keadilan.
Dengan dasar nilah yang ditonjolkan bank syariah adalah dengan bagi hasilnya,
dengan prinsip bagi hasil d harapkan para pemilik atau pengelola dana bisa saling membantu
dan tidak memberatkan salah satu pihak dalam mengelola dananya dan inilah yang
mebedakan dengan system perbangkan konvesional yaitu dengan menerapkan bunga,
tentunya dalam islam bunga itu haram karna ketidakpastian dan harta dari hasil bunga itu
adalah harta yang seharusnya bukan hak kita tidak melakukan apa- apa, beda dengan system
bagi hasil, di sini bagi hasil semuanya di tentukan dan di sepakati oleh kedua pihak baik
pemberi dana maupun pengelola dan.
Dalam kajian hukum syariah, masalah akad (‘aqd) atau perjanjian menempati posisi
sentral, karna merupakan cara paling penting yang di gunakan untuk memperoleh suatu
maksud, terutama yang berkenaan dengan harta atau manfaat sesuatu secara sah. Kesempatan
atau akad adalah salah satu perbuatan hukum atau di sebut dengan tasharruf.
Sesuai dengan latar belakang diatas, Adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut.
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian
akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh kelalaian atau
kecurangan pengelola dana. Contoh bentuk kelalaian pengelola dana yaitu
persyaratan yang ditentukan didalam akad tidak dipenuhi.
Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah jenis ini disebut juga investasi terikat. Apabila pengelola dana bertindak
bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan oleh pemilik dana, maka pengelola
dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk
konsekuensi keuangan.
Mudharabah Musytarakah
D. Dasar Syariah
1. Alquran
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Allah SWT” (QS. Al-Jumuah: 10)
“….Maka, jika Sebagian kamu memercayai Sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
tuhannya…” (QS. Al-Baqarah: 283)
2. As-Sunnah
Dari shalih bin suaib r.a bahwa rasulullah saw bersabda “tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkahan: jual beli secara Tangguh, mudarabah, dan mencampuradukkan
gandum dengan jejawut untuk keperlulan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu
Majah)
“Abbas bin abdul muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(pengelola dana) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan
Abbas didengar Rasulullah saw, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu
Abbas)
Lamanya Kerjasama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua
pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama.
Hikmah dari system mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada manusia.
Terkadang ada Sebagian orang yang memiliki harta, tetapi tidak mampu untuk
membuatnya menjadi produktif. Selain itu, ada juga orang yang tidak memiliki harta
tetapi mempunyai kemampuan untuk memproduktifkannya. Sehingga, dengan adanya
akad mudharabah maka kedua belah pihak dapat mengambil manfaat dari kerja sama
yang terbentuk.
Terdapat beberapa rukun dan syarat bagi keabsahan akad mudharabah sebagai
berikut:
1. Pelaku
a. Modal
Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar
nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti
pemilik dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal pengelola dana
harus bekerja.
Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari
keuntungan.
Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal
mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali
atas seizin pemilik dana.
Pengelola dana tidak dipebolehkan untuk meminjam modal kepada orang lain
dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin
pemilik dana.
Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri.
b. Kerja
3. Ijab Kabul Merupakan pernyataan dan ekspresi saling ridho/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melakukan korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah Keuntungan
c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai
nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian atau
pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara menyelesaikannya :
b. bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.
Agar tidak terjadi perselisihan dikemudian hari, maka akad/kontrak/perjanjian
sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para saksi. Dalam perjanjian harus
mencakup berbagai aspek antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian
keuntungan, periode pembagian keuntungan, biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari
pendapatan, ketentuan pengembalian modal, dan hal-hal yang dianggap sebagai
kelalaian pengelola dana. Sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan maka
kedua belah pihak dapat merujuk pada kontrak yang telah disepakati Bersama.
Apabila terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak maka dapat diselesaikan
secara musyawarah oleh mereka berdua.
Pendapatan............................................................................. Rp 1.000.000
Beban pokok penjualan......................................................... (650.000)
Laba kotor........................................................................ 350.000
Beban-beban.......................................................................... (250.000)
Laba (rugi) bersih.................................................................. Rp 100.000
Jika penurunan nilai terjadi setelah kegiatan operasional pabrik tahu telah
berjalan maka jurnal yang dibuat adalah :
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil, maka akan diakui sebagai
pembayaran piutang oleh pemilik dana, dengan pembuatan ayat jurnal
adalah :
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
31 Jan Kas 400.000
Piutang Pendapatan Bagi Hasil 400.000
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu berpergian untuk urusan
dagang. Disebut juga Qiradh yang berasal dari kata alqordhu yang berarti potongan karena
pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungan. Istilah mudharabah berasal dari Irak.
PSAK 105 tentang akuntansi mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana/shahibul maal) menyediakan
seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak selaku
pengelola dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil
menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung
oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh kelalaian atau kecurangan pengelola dana.
Contoh bentuk kelalaian pengelola dana yaitu persyaratan yang ditentukan didalam akad
tidak dipenuhi.
Dalam transaksi mudharabah antara pemilik dana dan pengelola dana terdapat
pembagian risiko, dimana berbagi risiko merupakan salah satu prinsip system keuangan
Syariah. Berbagi risiko yang dimaksud dalam hal terjadi kerugian, dimana pemilik dana
akan menanggung risiko finansial sedangkan pengelola dana akan memiliki risiko non
finansial.
Daftar Pustaka
https://www.slideshare.net/madureh/akuntansi-mudharabah
http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AKTKEUSYA/AFD/Materi-11-
AKS.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7241/3/BAB%20II.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/14786/5/BAB%20II.pdf
https://www.kajianpustaka.com/2020/10/mudharabah.html