Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

AKAD MUDHARABAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu

Wira Ramashar, SE.,M.Ak

DISUSUN OLEH

Anggun Sri Wahyuni (200301039)


Ollivia Delisha (200301015)
Anjelin Puspita Sari (200301113)

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

Jalan Tuanku Tambusai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau – Indonesia


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I ..................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...............................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................4

BAB II ................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..................................................................................................................5

2.1 Pengertian Akad Mudharabah...........................................................................5

2.2 Prinsip-prinsip Akad Mudharabah.....................................................................5

2.3 Jenis-jenis Akad Mudharabah............................................................................6

2.4 Dasar hukum Akad Mudharabah.......................................................................7

2.5 Berakhirnya Akad Mudharabah.........................................................................9

2.6 Hikmah Akad Mudharabah................................................................................9

2.7 Rukun dan Syariah Akad Mudharabah .............................................................10

2.8 Ilustrasi dan contoh Akad Mudharabah.............................................................10

BAB III ...............................................................................................................................12

PENUTUP...........................................................................................................................12

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mudharabah merupakan suatu transaksi perdanaan atau investasi yang berdasarkan
kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam mudharabah yaitu kepercayaan
dari pemilik dana ( shohibul maal ) kepada pengelolah dana ( mudharib ), disamping itu
karena pemilik dana tidak boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek
yang di biayai dengan dana pemilik tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-saran dan
melakukan pengawasan pada pengelola dana.
Apabila usaha tersebut mengalami kegagalan dan terjadi kerugian yang
mengakibatkan sebagaian atau bahkan seluruh modal yang di tanamkan oleh pemilik dana
habis, maka yang menanggung kerugian keuangan hanya pemilik dana. Sedangan pengelola
dana sama sekali tidak menanggung atau tidak harus manganti kerugian atas modal yang
hilang, kecuali kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesengajaan, kelalaian atau
pelanggaran akad yang di lakukan oleh pengelola dana. Pengelola dana hanya menanggung
kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang telah di curahkannya
selama mengelola proyek atau usaha tersebut, serta kehilangan kesempatan untuk
memperoleh sebagian dari pembagian sesuai dengan yang telah di tetapkan dalam perjanjian
mudharabah.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihakpihak
yang terlibat dalam suatu transaksi harus bersama -sama menanggung risiko (berbagi risiko),
dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan menanggung resiko financial sedangkan
pengelola dana akan menanggung resiko nonfinancial. Dalam mudharabah, pemilik dana
tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk bagiannya karena dapat di persamakan
dengan riba yaitu meminta kelebihan atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang
di perbolehkan syariah sehingga besarnya kentungan yang di terimah tergantung pada laba
yang di hasilkan.
Keuntungan yang di bagaikan pun tidak boleh mengunakan nilai proyeksi (predictive
value) akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang mengacu pada laporan
hasil usaha yang secara periodic di susun oleh pengelola dana dan di serahkan kepada pemilik
dana. Pada prinspnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal, namun
demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini hanya dapat di cairkan
apabila pengelola dana dapat terbukti melakukan keselahan yang di sengaja, ialah atau
melakukan pelengaraan terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
Pembiayaan mudharabah membutuhkan kerangka akuntansi menyeluruh yang dapat
menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat
mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang di
andalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara pemilik dan dan
pengelola.
Munculnya perusahan atau perbankan yang berbasis syariah menuntut adanya
perangkat akuntansi perusahaan berdasarkan syariah. Telah beroperasi bisnis berbasis syariah
tentu akan menuntut adanya praktek akuntansi yang dapat mengkover persoalanpersoalan
ekonomi dan akuntansi yang sesuai dengan syariah. Akuntansi merupakan salah satu sarana
utama untuk mendasari ekonomi islam, yakni keadilan.
Dengan dasar nilah yang ditonjolkan bank syariah adalah dengan bagi hasilnya,
dengan prinsip bagi hasil d harapkan para pemilik atau pengelola dana bisa saling membantu
dan tidak memberatkan salah satu pihak dalam mengelola dananya dan inilah yang
mebedakan dengan system perbangkan konvesional yaitu dengan menerapkan bunga,
tentunya dalam islam bunga itu haram karna ketidakpastian dan harta dari hasil bunga itu
adalah harta yang seharusnya bukan hak kita tidak melakukan apa- apa, beda dengan system
bagi hasil, di sini bagi hasil semuanya di tentukan dan di sepakati oleh kedua pihak baik
pemberi dana maupun pengelola dan.
Dalam kajian hukum syariah, masalah akad (‘aqd) atau perjanjian menempati posisi
sentral, karna merupakan cara paling penting yang di gunakan untuk memperoleh suatu
maksud, terutama yang berkenaan dengan harta atau manfaat sesuatu secara sah. Kesempatan
atau akad adalah salah satu perbuatan hukum atau di sebut dengan tasharruf.

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, Adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan Akad Mudharabah?


2. Prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam pembiayaan mudharabah?
3. Apa saja jenis-jenis dari akad mudharabah?
4. Dasar hukum akad mudharabah?
5. Kapan berakhirnya akad mudharabah?
6. Hikmah akad mudharabah?
7. Rukun dan Syariah akad mudharabah?
8. Ilustrasi dan contoh dari akad mudharabah?

1.3 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mampu memahami pengertian dari akad mudharabah


2. Mengetahui prinsip-prinsip akad mudharabah
3. Mengetahui jenis-jenis akad mudharabah
4. Mengetahui dasar hukum akad mudharabah
5. Mengetahui kapan berakhirnya akad mudharabah
6. Memahami hikmah dari akad mudharabah
7. Mengetahui rukun dan Syariah akad mudharabah
8. Mengetahui ilustrasi beserta contoh akad mudharabah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu berpergian untuk
urusan dagang. Disebut juga Qiradh yang berasal dari kata alqordhu yang berarti
potongan karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh sebagian keuntungan. Istilah mudharabah berasal dari Irak.

PSAK 105 tentang akuntansi mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja


sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana/shahibul maal)
menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib)
bertindak selaku pengelola dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian
akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh kelalaian atau
kecurangan pengelola dana. Contoh bentuk kelalaian pengelola dana yaitu
persyaratan yang ditentukan didalam akad tidak dipenuhi.

Akad mudarabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang


berdasarkan kepercayaan, kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana maka
mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing. Kepercayaan ini
penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh ikut campur
didalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan dana dari pemilik
dana tersebut, kecuali sebatas memberikn saran-saran dan melakukan pengawasan
pada pengelola dana.

Apabila usaha tersebut mengalami kegagalan dan terjadi kerugian yang


mengakibatkan Sebagian atau bahkan seluruh modal yang ditanamkan oleh pemilik
dana habis, maka yang menanggung kerugian keuangan hanya pemilik dana.
Sedangkan pengelola dana sama sekali tidak menanggung atau tidak harus mengganti
kerugian atas modal yang hilang, kecuali kerugian tersebut terjadi sebagai akibat
kesengajaan, kelalaian atau pelanggaran akad yang dilakukan oleh pengelola dana.
Dalam transaksi mudharabah antara pemilik dana dan pengelola dana terdapat
pembagian risiko, dimana berbagi risiko merupakan salah satu prinsip system
keuangan Syariah. Berbagi risiko yang dimaksud dalam hal terjadi kerugian, dimana
pemilik dana akan menanggung risiko finansial sedangkan pengelola dana akan
memiliki risiko non finansial.

Pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk bagiannya


karena dapat disamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau imbalan tanpa ada
factor penyeimbang yang diperbolehkan Syariah. Pembagian keuntungan harus dalam
bentuk persentase/nisbah misalnya 70:30, 70% untuk pengelola dana dan 30% untuk
pemilik dana.

B. Prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam pembiayaan mudharabah

 Prinsip berbagi keuntungan


Di antara pihak-pihak yang melakukan akad mudharabah. Laba bersih yang
telah diperoleh harus dibagi antara pemilik dana dan pengelola dana secara
adil sesuai dengan porsi yang sebelumnya telah disepakati oleh kedua belah
pihak. Pembagian laba ini harus dilakukan setelah adanya pengurangan biaya-
biaya dan juga modal dari pemilik dana telah dikembalikan secara utuh. 
 Prinsip bagi kerugian
Di antara masing-masing pihak yang berakad. Dalam mudharabah, asas
keseimbangan dan keadilan terletak pada pembagian kerugian apabila usaha
yang dijalankan pengelola dana mengalami kerugian. Kerugian tersebut dapat
ditanggung oleh pemilik dana, akan tetapi apabila terbukti ada kelalaian yang
dilakukan oleh pengelola dana, maka pengelola dana yang akan menanggung
kerugian tersebut.
 Prinsip kejelasan.
Sebelum melakukan kontrak mudharabah ini, antara pemilik dana dan
pengelola dana harus jelas dalam menyatakan modal yang disertakan, syarat-
syarat, porsi bagi hasil yang akan diterima oleh masing-masing pihak dan juga
jangka waktu berlakunya akad tersebut. 
 Prinsip kepercayaan dan amanah.
Unsur terpenting dalam melaksanakan akad mudharabah ini adalah saling
percaya. Pemilik dana mempercayakan dananya untuk dikelola oleh pengelola
dana (mudharib). Pemilik dana bisa saja membatalkan kontrak perjanjian akad
mudharabah tersebut apabila sudah tidak ada rasa saling percaya.
 Prinsip kehati-hatian.
Prinsip kehati-hatian menjadi kunci keberhasilan dari berlangsungnya akad
mudharabah. Apabila prinsip kehati-hatian ini tidak dimiliki oleh masing-
masing pihak, maka yang terjadi akan menimbulkan kerugian finansial, waktu,
dan juga tenaga.

C. Jenis – Jenis Akad Mudharabah

Mudharabah diklasifikasikan dalam 3 jenis :

 Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan


kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini
disebut juga investasi tidak terikat. Kebebasan ini bukan kebebasan yang tak terbatas
sama sekali. Modal yang ditanamkan tetap tidak boleh digunakan untuk membiayai
proyek atau investasi yang dilarang oleh islam contohnya seperti untuk perdagangan
minuman keras, peternakan babi ataupun yang berkaitan dengan riba.

Dalam mudharabah muthlaqah, pengelola dana memiliki kewenangan untuk


melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah
tersebut. Namun, apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian atau kecurangan
maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang ditimbulkannya.
Sedangkan, apabila terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan karena kelalaian dan
kecurangan pengelola dana maka kerugian itu akan ditanggung oleh pemilik dana.

 Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan


batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara atau objek usaha.
Misalnya, tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana
lainnya, dan tidak menginvestasikan dananya pada transaksi lain.

Mudharabah jenis ini disebut juga investasi terikat. Apabila pengelola dana bertindak
bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan oleh pemilik dana, maka pengelola
dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk
konsekuensi keuangan.

 Mudharabah Musytarakah

Mudharabah musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana menyertakan


modal atau dana nya dalam kerja sama investasi. Di awal kerja sama akad yang
disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana. Setelah
berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik
dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut. Jenis
mudharabah seperti ini disebut mudharabah musytarakah yang merupakan perpaduan
antara akad mudharabah dan akad musytarakah.

D. Dasar Syariah

Sumber hukum akad mudharabah

Sumber hukum yang menjadi dasar akad mudharabah yaitu:

1. Alquran

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Allah SWT” (QS. Al-Jumuah: 10)

“….Maka, jika Sebagian kamu memercayai Sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
tuhannya…” (QS. Al-Baqarah: 283)

2. As-Sunnah

Dari shalih bin suaib r.a bahwa rasulullah saw bersabda “tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkahan: jual beli secara Tangguh, mudarabah, dan mencampuradukkan
gandum dengan jejawut untuk keperlulan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu
Majah)
“Abbas bin abdul muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(pengelola dana) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan
Abbas didengar Rasulullah saw, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu
Abbas)

E. Berakhirnya akad mudharabah

Lamanya Kerjasama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua
pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama.

Akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut

 Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir


pada waktu yang telah ditentukan
 Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
 Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
 Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk
mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad, sebagai pihak yang
mengemban Amanah ia harus beriktikad baik dan hati-hati
 Modal sudah tidak ada

F. Hikmah Akad Mudharabah

Hikmah dari system mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada manusia.
Terkadang ada Sebagian orang yang memiliki harta, tetapi tidak mampu untuk
membuatnya menjadi produktif. Selain itu, ada juga orang yang tidak memiliki harta
tetapi mempunyai kemampuan untuk memproduktifkannya. Sehingga, dengan adanya
akad mudharabah maka kedua belah pihak dapat mengambil manfaat dari kerja sama
yang terbentuk.

Pemilik dana mendapatkan manfaat dengan pengalaman pengelola dana, sedangkan


pengelola dana dapat memperoleh manfaat dengan harta sebagai modal. Dengan
demikian, dapat terwujudnya Kerjasama antara modal dan kerja sehingga dapat tercipta
kemaslahatan dan kesejahteraan umat.

G. Rukun dan Syariah akad mudharabah

Terdapat beberapa rukun dan syarat bagi keabsahan akad mudharabah sebagai
berikut:

1. Pelaku

 Pelaku harus cakap hukum dan balig.


 Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan non-muslim.
 Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi.

2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)

Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad


mudharabah:

a. Modal

 Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar
nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
 Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti
pemilik dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal pengelola dana
harus bekerja.
 Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari
keuntungan.
 Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal
mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali
atas seizin pemilik dana.
 Pengelola dana tidak dipebolehkan untuk meminjam modal kepada orang lain
dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin
pemilik dana.
 Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri.
b. Kerja

 Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, selling


skill, management skill dan lainnya.
 Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik
dana.
 Pengelola dana harus menjalankan usaha dengan syariah.
 Pengelola dana harus mematuhi semua ketepatan yang ada dalam kontrak.
 Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal dan
sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti
rugi/upah.

3. Ijab Kabul Merupakan pernyataan dan ekspresi saling ridho/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melakukan korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

4. Nisbah Keuntungan

Beberapa penjelasan terkait dengan nisbah keuntungan adalah:

a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan,


mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah
atas keuntungan yang diperoleh.

b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai
nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.

Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian atau
pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara menyelesaikannya :

a. diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung


modal

b. bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.
Agar tidak terjadi perselisihan dikemudian hari, maka akad/kontrak/perjanjian
sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para saksi. Dalam perjanjian harus
mencakup berbagai aspek antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian
keuntungan, periode pembagian keuntungan, biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari
pendapatan, ketentuan pengembalian modal, dan hal-hal yang dianggap sebagai
kelalaian pengelola dana. Sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan maka
kedua belah pihak dapat merujuk pada kontrak yang telah disepakati Bersama.
Apabila terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak maka dapat diselesaikan
secara musyawarah oleh mereka berdua.

H. Ilustrasi Kegiatan Mudharabah

1. Prinsip pembagian hasil usaha


Dalam mudharabah istilah pembagian keuntungan dan kerugian (profit and
loss sharing) tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya keuntungan saja, tidak
termasuk kerugiannya. Berikut ini adalah laporan laba rugi dari usaha yang
menggunakan akad mudharabah :

Pendapatan............................................................................. Rp 1.000.000
Beban pokok penjualan......................................................... (650.000)
Laba kotor........................................................................ 350.000
Beban-beban.......................................................................... (250.000)
Laba (rugi) bersih.................................................................. Rp 100.000

Adapun pembagian keuntungannya adalah sebagai berikut :


a. Berdasarkan prinsip bagi laba, maka nisbah antara pemilik dana dan
pengelola dana adalah 30:70.

Pemilik dana, 30% x Rp 100.000............................. Rp 30.000


Pengelola dana, 70 % x Rp 100.000......................... 70.000
Laba neto adalah laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan
pengelolaan modal mudharabah.
b. Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah
laba bruto. pendapatan usaha dengan nisbah antara pemilik dana dan
pengelola dana adalah 10:90.
Pemilik dana, 10% x Rp 350.000............................. Rp 35.000
Pengelola dana, 90 % x Rp 350.000......................... 315.000

2. Bagi hasil untuk akad mudharabah


Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan 2 pendekatan
yaitu :
a. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai
nisbah yang disepakati
b. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing.

Contoh perhitungan bagi hasil akad mudharabah musytarakah :


Bapak A mengiventasikan uang sebesar Rp 2.000.000 untuk usaha siomay
yang dimiliki oleh Bapak B dengan akad mudharabah. Nisbah yang disepakati
oleh Bapak A dan Bapak B adalah 1:3. Setelah usaha berjalan, ternyata
dibutuhkan tambahan dana, maka atas persetujuan Bapak A, Bapak B ikut
menginvestasikan uangnya sebesar Rp. 500.000. Dengan demikian bentuk
akadnya adalah akad mudharabah musytarakah. Laba yang diperoleh untuk bulan
Januari 2017 sebesar Rp. 1.000.000.
Jawab :
Pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai
nisbah yang disepakati :
Bapak A, 1/4 x Rp 1.000.000 ..............................................Rp 250.000
Bapak B, 3/4 x Rp 1.000.000............................................... 750.000
Selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi dengan hak pengelola
dana, Bapak B (Rp 1.000.000-Rp 750.000) dibagi antara pengelola dana (sebagai
musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing.
Perhitungannya yaitu :
Bapak A, Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 250.000...........Rp 200.000
Bapak B, Rp 500.000/Rp 2.500.000 x Rp 250.000..............Rp 50.000
Berdasarkan perhitungan tersebut, bapak B sebagai pengelola dana akan
memperoleh bagi hasil sebesar Rp. 800.000 (750.000 + 50.000), sedangkan bapak
A sebagai pemilik dana akan memperoleh sebesar Rp. 200.000

3. Akuntansi Untuk Pemilik Dana


a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset
nonkas kepada pengelola dana
b. Pengukuran investasi mudharabah
c. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas.
Contoh :
Jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas yang diserahkan
mengalami penurunan nilai dari Rp 20.000.000 menjadi Rp. 19.500.000
sebelum usaha pabrik tahu dimulai dan bukan merupakan kelalaian
Bapak Alam , maka ayat jurnal yang harus dibuat adalah :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


2 Jan Kerugian Investasi Mudharabah 500.000
Investasi Mudharabah 500.000

Jika penurunan nilai terjadi setelah kegiatan operasional pabrik tahu telah
berjalan maka jurnal yang dibuat adalah :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


10 Jan Kerugian Investasi Mudharabah 500.000
Penyelisihan Kerugian Investasi 500.000

d. Pencatatan keuntungan, hsail usaha akan dibagikan sesuai kesepakatan


nisbah bagi hasil. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola
dana diakui sebagai piutang.
Contoh :
Jika pada bulan pertama terdapat keuntungan sebesar Rp 1.000.000, maka
yang menjadi hak pemilik dana adalah sebesar Rp 400.000 (40% x Rp
1.000.000). Jika pengelola dana hanya melaporkan keuntungan yang
diperoleh makan, ayat jurnal yang dibuat oleh bank sebagai pemilik dana
adalah :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


31 Jan Piutang Pendapatan Bagi Hasil 400.000
Pendapatan Bagi Hasil 400.000

Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil, maka akan diakui sebagai
pembayaran piutang oleh pemilik dana, dengan pembuatan ayat jurnal
adalah :
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
31 Jan Kas 400.000
Piutang Pendapatan Bagi Hasil 400.000

e. Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad


mudharabah berakhir diakui sebagai keugian dan dibentuk penyisihan
kerugian investasi.
Contoh :
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
31 Jan Kerugian Investasi Mudharabah 200.000
Penyisihan Kerugian 200.000

Tujuan pencatatan sebagai penyelisihan adalah, agar nilai investaso awal


mudharabah menjadi jelas, dan penyisihan kerugian disajikan sebagai
kontra dari investasi mudharabah.
Jika keuntungan pada bulan berikutnya sebesar Rp 1.000.000 setelah
kerugian yang disebabkan oleh risiko bisnis, maka jurnal yang dibuat
adalah :
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
28 Feb Penyisihan Kerugian Investasi 200.000
Mudharabah
Kerugian Investasi Mudharabah 200.000
Kas/Piutang Bagi Hasil 320.000
Pendapatan Bagi Hasil 320.000

f. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara saldo investasi


Mudharabah setelah dikurngin Penyisihan Kerugian Investasi dengan
pengembalian Investasi Mudharabah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian.
Contoh berakhirnya akad mudhrabah :
Jika pada akhir akad, dimana pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai
dan terdapat penyisihan kerugian sebesar Rp 200.000, maka ayat jurnal
yang dibuat adalah :
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
31 Des Kerugian Investasi 19.800.000
Mudharabah
Penyisihan Kerugian 200.000
Investasi Mudharabah 20.000.000

Jika pembayaran diberikan dalam bentuk nontunai dan dikembalikan


secara tunai dengan nilai wajar sebesar Rp. 19.100.000, dan terdapat
penyisihan kerugian sebesar Rp 200.000 maka ayat jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


31 Des Kas 19.100.000
Penyisihan Kerugian Investasi 200.000
Mudharabah
Kerugian Investasi 700.000
Mudharabah
Investasi Mudharabah 20.000.000

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu berpergian untuk urusan
dagang. Disebut juga Qiradh yang berasal dari kata alqordhu yang berarti potongan karena
pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungan. Istilah mudharabah berasal dari Irak.
PSAK 105 tentang akuntansi mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana/shahibul maal) menyediakan
seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak selaku
pengelola dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil
menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung
oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh kelalaian atau kecurangan pengelola dana.
Contoh bentuk kelalaian pengelola dana yaitu persyaratan yang ditentukan didalam akad
tidak dipenuhi.

Akad mudarabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang


berdasarkan kepercayaan, kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana maka
mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing. Kepercayaan ini penting
dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh ikut campur didalam manajemen
perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan dana dari pemilik dana tersebut, kecuali
sebatas memberikn saran-saran dan melakukan pengawasan pada pengelola dana.

Dalam transaksi mudharabah antara pemilik dana dan pengelola dana terdapat
pembagian risiko, dimana berbagi risiko merupakan salah satu prinsip system keuangan
Syariah. Berbagi risiko yang dimaksud dalam hal terjadi kerugian, dimana pemilik dana
akan menanggung risiko finansial sedangkan pengelola dana akan memiliki risiko non
finansial.

Daftar Pustaka

https://www.slideshare.net/madureh/akuntansi-mudharabah

http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AKTKEUSYA/AFD/Materi-11-
AKS.pdf

https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7241/3/BAB%20II.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/14786/5/BAB%20II.pdf

https://www.kajianpustaka.com/2020/10/mudharabah.html

Anda mungkin juga menyukai