Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGANTAR PANCASILA

DASAR FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN


YURIDIS PENDIDIKAN PANCASILA

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK I
TENRI WAHDANIA
MUHAMMAD HASYIM NUR KHALIQ
TIWI NOVIANI
MASITA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun

i
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW sahabat, keluarga serta
pengikutnya sampai akhir zaman.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


Landasan Pendidikan Pancasila, yang Penyusun sajikan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah dapat
terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Palopo, 25 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................

1.2 Pengertian....................................................................................................................

1.3 Metode Penulisan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Pancasila

2.2.Landasan Pendidikan Pancasila...................................................................................

1. Landasan Yuridis...........................................................................................................

2. Landasan Filosofis.........................................................................................................

3.Landasan Sosiologis.......................................................................................................

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan .................................................................................................................

4.1.Saran............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita bangsa Indonesia


tidak dapat dilepaspisahkan dari sejarah masa lampau. Demikianlah halnya
dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya
Pancasila sebagai dasar negaranya. Sejarah masa lalu dengan masa kini dan masa
mendatang merupakan suatu rangkaian waktu yang berlanjut dan
berkesinambungan. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pnacasila sebagai Dasar
Filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara Pancasila. Bahkan
pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya sebagai Dasar dan
Filsafat Negara Republik Indonesia. Bagi bangsa Indonesia tidak ada keraguan
sedikitpun mengenai kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar negara.

Dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dapat menelusuri


sejarah kita di masa lalu dan coba untuk melihat tugas-tugas yang kita emban ke
masa depan, yang keduanya menyadarkan kita akan perlunya menghayati dan
mengamalkan Pancasila. Sejarah di belakang telah dilalui dengan berbagai cobaan
terhadap Pancasila, namun sejarah menunjukkan dengan jelas bahwa Pancasila
yang berakar dia bumi Indonesia senantiasa mampu mengatasi percobaan nasional
di masa lampau. Dari sejarah itu, kita mendapat pelajaran sangat berharga bahwa
selama ini Pancasila belum kita hayati dan juga belum kita amalkan secara
semestinya.

Penghayatan adalah suatu proses batin yang sebelum dihayati memerlukan


pengenalan dan pengertian tentang apa yang akan dihayati itu. Selanjutnya setelah
meresap di dalam hati, maka pengamalannya akna terasa sebagai sesuatu yang
keluar dari esadaran sendiri, akan terasa sebagai sesuatu yang menjadi bagian dan
sekaligus tujuan hidup. Sementara itu, Pengamatan terhadap tugas-tugas sejarah

iv
yang kita emban ke masa depan yang penuh dengan segala kemungkinan itu, juga
menyadarkan kita akan perlunya penghayatan dan pengamalan Pancasila.

1.2. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian Pancasila?


2. Apa yang di maksud dengan landasan yuridis?
3. Apa yang di maksud dengan landasan filosofis?
4. Apa yang di maksud dengan landasan sosiologis?

1.3. Pengertian

Secara etimologi istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam


bahasa Sansekerta Pancasila memiliki arti yaitu :

Panca artinya lima Syila artinya batu sendi, alas/dasar Syiila artinya
peraturan tingkah laku yang baik. Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik
Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
and tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik
Indonesia Tahun. II No. 7 tanggal 15 Februari 1946 bersama-sama dengan Batang
Tubuh UUD 1945.

Pandangan hidup suatu bangsa adalah masalah pilihan, masalah putusan


suatu bangsa mengenai kehidupan bersama yang dianggap baik. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila itu dijadikan tuntunan dan pegangan adlam mengatur sikap dan tingkah
laku manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan, mayarakat dan alam
semesta.

Pancasila sebagai dasar negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang


terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata
kehidupan bernegara seperti yang diatur oleh UUD 1945.

v
1.4.Metode Penulisan

Metode pengmpulan data yaitu suatu cara pengumpulan suatu bahan untuk
dijadikan suatu makalah/laporan agar data yang terkumpul mampu memberikan
penegasan pada makalah tersebut.

Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode study literatur


yaitu dengan cara mengumpulkan, menganalisis bukti-bukti tertentu untuk
memperoleh fakta dan kesimpulan yang kuat. Dimana pengumpulan data
diperoleh dari berbagai macam sumber sebagai bahan untuk dijadikan suatu
makalah.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Pancasila
Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki
pengertian pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sebagai
pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan Negara, sabagai kepribadian
bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus
didesktipsikan secara objektif. Selain itu, pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga
harus dipahami secara kronologis.
Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut
rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup
pengertian sebagai berikut :
1. Pengertian Pancasila secara etimologis
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam
arti secara leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan
“susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis
kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i
pendek yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar
yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i
bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.
2. Pengertian Pancasila secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang
pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara

vii
lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk
memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas
saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan
namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,
kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang
Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan
lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan
istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah
“Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut
dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam
rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh
peserta sidang secara bulat.

3. Pengertian Pancasila secara Terminologis


Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya
negara-negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah
berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945.
Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal
UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1
Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.

Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
      1. Ketuhanan Yang Maha Esa
      2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
     3. Persatuan Indonesia
      4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
      5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang
secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang
disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

viii
2.2.Landasan Pendidikan Pancasila

1. Landasan Yuridis

Alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan yuridis


konstitusional antara lain di dalamnya terdapat rumusan dan susunan sila-sila
Pancasila sebagai dasar negara yang sah, benar dan otentik sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin olrh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Batang tubuh UUD 1945 pun merupakan landasan yuridis konstitusional


karena dasar negara yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dijabarkan lebih
lanjut dan rinci dalam pasal-pasal dan ayat-ayat yang terdapat di dalam Batang
Tubuh UUD 1945 tersebut.

Pancasila sebagai norma dasar negara dan dasar negara Republik


Indonesia yang berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945) junctis Keputusan Presiden RI Nomor 150 Tahun 1959
mengenai Dekrit Presiden RI/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Tentang
Kembali Kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Naskah Pembukaan UUD NRI 1945 yang berlaku adalah Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 yang disahkan/ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Sila-sila Pancasila yang tertuang
dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 secara filosofis-sosiologis
berkedudukan sebagai Norma Dasar Indonesia dan dalam konteks politis-yuridis
sebagai Dasar Negara Indonesia. Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, secara yuridis konstitusional mempunyai

ix
kekuatan hukum yang sah, kekuatan hukum berlaku, dan kekuatan hukum
mengikat[1].

Nilai-nilai Pancasila dari segi implementasi terdiri atas nilai dasar, nilai
instrumental, dan nilai praksis. Nilai dasar terdiri atas nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa, nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Nilai dasar ini terdapat pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, dan
Penjelasan UUD NRI Tahun 1945 mengamanatkan bahwa nilai dasar tersebut
harus dijabarkan konkret dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945, bahkan
pada semua peraturan perundang-undangan pelaksanaannya.Peraturan perundang-
undangan ke tingkat yang lebih rendah pada esensinya adalah merupakan
pelaksanaan dari nilai dasar Pancasila yang terdapat pada Pembukaan dan Batang
Tubuh UUD NRI Tahun 1945, sehingga perangkat peraturan perundang-undangan
tersebut dikenal sebagai nilai instrumental Pancasila. Jadi nilai instrumental harus
merupakan penjelasan dari nilai dasar; dengan kata lain, semua perangkat
perundang-undangan haruslah merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar
Pancasila yang terdapat pada Pembukaan dan batang tubuh UUD NRI Tahun
1945.

2. Landasan Filosofis

Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila secara filosofis


dan obyektif merupakan filosofi bangsa Indonesia yang telah tumbuh, hidup dan
berkembang jauh sebelum berdirinya negara Republik Indonesia. Oleh karena itu,
sebagai konsekuensi logisnya menjadi kewajiban moral segenap bangsa Indonesia
untuk dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik kehidupan
bermasyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai dasar filsafat negara, maka Pancasila harus menjadi sunber bagi
setiap tindakan para penyelenggara negara dan menjiwai setiap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

x
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa
Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara
konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah


sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan
kenyataan obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk
sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam
realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan
suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan
kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, social
budaya, maupun pertahanan keamanan

3.Landasan Sosiologis

Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku
bangsa yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah
mempraktikan Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung didalamnya
merupakan kenyataan-kenyataan (materil, formal, dan fungsional) yang ada dalam
masyarakat Indonesia. Kenyataan objektif ini menjadikan Pancasila sebagai dasar
yang mengikat setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang
berupa norma atau hukum tertulis (peraturan perundang-undangan, yurisprudensi,
dan traktat) maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan atau
kesepahaman, dan konvensi.

Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi,


dimana agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan
ideology Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah
menunjukan bahwa setiap kali ada upaya perpecahan atau pemberontakan oleh
beberapa kelompok masyarakat, maka nilai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan
sebagai solusi untuk menyatukan kembali. Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan
Pancasila sebagai kekuatan pemersatu, maka kegagalan upaya pemberontakan

xi
yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965 untuk seterusnya hari tersebut
dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Bangsa Indonesia yang plural secara
sosiologis membutuhkan ideologi pemersatu Pancasila. Oleh karena itu nilai-nilai
Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi untuk menjaga keutuhan
masyarakat bangsa. Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat
proses pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai Pancasila
tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara terencana dan terpadu.

xii
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Sadar sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah pandangan hidup Bangsa


dan Dasar Negara Republik Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah
sumber kejiwaaan masyarakat dan Negara Republik Indonesia, maka manusia
Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus
dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara yang
secara meluas akan berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap
lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di
daerah.

Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa dan Dasar


Negara Republik Indonesia akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia
dalam hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Untuk
itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi
terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.

Demikianlah manusia dan Bangsa Indonesia menjamin kelestarian dan


kelangsungan hidup Negar Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan
berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, serta penuh gelora membangun
masyarakat yang maju, sejahtera, adil dan makmur.

4.2.Saran

 Demikianlah makalah berjudul “Dasar Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis


Pendidikan Pancasila” ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami
juga menyadari, masih ada banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Sehingga perlulah bagi kami, dari para pembaca untuk memberikan saran yang

xiii
membantu supaya makalah ini mendekati lebih baik. Atas perhatian Anda
semuanya, kami ucapkan terima kasih.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

1. Srijanto Djarot, Drs., Waspodo Eling, BA, Mulyadi Drs. 1994 Tata Negara
Sekolah Menngah Umum. Surakarta; PT. Pabelan.

2. Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok
Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.

3. NN. Tanpa Tahun. Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila.


Sekretariat Negara Republik Indonesia Tap MPR No. II/MPR/1987.

xv

Anda mungkin juga menyukai