Oleh :
SITI ROBI’AH
PO. 71.31.0.17.032
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja Lapangan Asuhan Gizi Klinik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Assessment Gizi.................................................................................9
B. Diagnosis Gizi..................................................................................10
C. Intervensi Gizi....................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................23
B. Saran................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah anemia kegagalan sumsum tulang ditandai
adanya pansitopenia dengan sebagian besar kasus terjadi kelainan
sumsum tulang hypoplasia. Organ penting dalam pembentukan sel darah
merah adalah sumsum tulang. Fungsinya memproduksi semua jenis sel
darah, mulai sel darah merah, darah putih dan trombosit (keping darah).
Seandainya organ tersebut gagal dalam menjalankan fungsinya, maka
mengakibatkan anemia aplastik.
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia
yang merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh adanya anemia,
leukopenia, dan trombositopenia pada darah tepi. Hal ini disebabkan
karena adanya kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia
atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum
tulang.
4
o Anemia aplastik konstitusional tanpa kelainan kulit
atau tulang
o Sindrom aplastik parsial
o Sindrom Pearson
o Sindrom Dubowitz.
Diduga penyakit-penyakit ini memiliki kaitan dengan
kegagalan sumsum tulang yang mengakibatkan terjadinya
pansitopenia (defisit sel darah). Menurut sumber referensi yang
lain, penyakit-penyakit yang baru saja disebutkan merupakan
bentuk lain dari anemia.
b. Zat Kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis
obat berlebihan. Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab
anemia aplastik misalnya benzen, arsen, insektisida, dan lain-lain.
Zat-zat kimia tersebut biasanya terhirup ataupun terkena (secara
kontak kulit) pada seseorang.
c. Obat-obatan
Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia
aplastik. Misalnya pemberian kloramfenikol pada bayi sejak
berumur 2 – 3 bulan akan menyebabkan anemia aplastik setelah
berumur 6 tahun. America Medical Association juga telah membuat
daftar obat-obat yang dapat menimbulkan anemia aplastik. Obat-
obat yang dimaksud antara lain: Azathioprine, Karbamazepine,
Inhibitor carbonic anhydrase, Kloramfenikol, Ethosuksimide,
Indomethasin, Imunoglobulin limfosit, Penisilamine, Probenesid,
Quinacrine, Obat-obat sulfonamide, Sulfonilurea, Obat obat
thiazide, Trimethadione. Pengaruh obat-obat pada sumsum tulang
diduga sebagai berikut :
Penekanan bergantung dosis obat, reversible dan dapat
diduga sebelumnya (obat-obat anti tumor)
5
Penekanan bergantung dosis, reversible, tetapi tidak dapat
diduga sebelumnya.
Penekanan tidak bergantung dosis obat (idiosinkrasi)
d. Radiasi
Radiasi juga dianggap sebagai penyebab anemia aplastik ini
karena dapat mengakibatkan kerusakan pada sel induk ataupun
menyebabkan kerusakan pada lingkungan sel induk. Contoh radiasi
yang dimaksud antara lain pajanan sinar X yang berlebihan
ataupun jatuhan radioaktif (misalnya dari ledakan bom nuklir).
Paparan oleh radiasi berenergi tinggi ataupun sedang yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang
akut dan kronis maupun anemia aplastik.
e. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau
permanen. Infeksi virus temasuk EBV, sitomegalovirus, herpes
varisela zoster dan virus hepatitis.
f. Kelainan imunologik
Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan mikro dapat
menyebabkan anemia aplastik.
g. Anemia aplastik pada keadaan / penyakit lain.
6
neutrofil hipersegmen atau leukosit abnormal lainnya, sel-sel prematur,
atau fragmen megakariosit dapat terjadi karena terjadi gangguan lain
selain anemia aplastik (Kiswari, 2014).
Kerusakan yang terjadi pada anemia aplastik terdapat pada sel
induk dan ketidakmampuan jaringan sumsum tulang untuk memberi
kesempatan sel induk untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini
berkaitan erat dengan mekanisme yang terjadi seperti toksisitas langsung
atau defisiensi selsel stromal. Penyimpangan proses imunologis yang
terjadi pada anemia aplastik berhubungan dengan infeksi virus atau obat-
obatan yang digunakan, atau zat-zat kimia.
7
Merasa lemah.
Pucat.
Pusing atau nyeri kepala.
Sesak napas.
Nyeri dada.
Jantung berdebar-debar.
Pengidap anemia aplastik dapat mengalami gejala berikut (saat dalam
keadaan defisit sel darah putih):
Demam.
Mudah sakit atau mengalami infeksi berulang.
8
BAB II
KEGIATAN ASUHAN GIZI
A. ASSESMENT
a. CLIENT HISTORY (CH)
CH 1. Data Personal
Nama : Ny. Ani
Umur : 45 Tahun
No. Medrek : 505633
Cara Bayar : BPJS
Diagnosa : Anemia Aplastik
Tanggal dijadikan kasus : 9 April 2020
CH 2. Riwayat Medis
Keluhan utama : mual, nyeri ulu hati, anoreksia
riwayat penyakit sekarang : Anemia Aplastik
Riwayat penyakit terdahulu : -
riwayat penyakit keluarga :-
CH 3. RIWAYAT SOSIAL
-
b. RIWAYAT GIZI (FH)
Asupan makan saat di Rumah Sakit 25% dari kebutuhan.
9
d. DATA BIOKIMIA (BD)
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
10
2. Protein 20% yaitu 78 g
3. Lemak 15% yaitu 26 g
4. Karbohidrat cukup, sisa TEE yaitu 254 g
5. Tidak mengandung bahan makanan/bumbu tajam, baik secara
mekanis maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima)
6. Vitamin C diberikan tinggi untuk membantu proses
penyerapan Fe
7. Mineral Fe diberikan tinggi untuk meningkatkan kadar
Hemoglobin darah
8. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
9. Jenis Diet : Diet TKTP
10. Bentuk makanan : Lunak bertahap
11. Rute : oral.
12. Frekuensi : 3x makan utama dan 2x snack.
c) Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan menggunakan rumus Mifflin
1. Sebelum masuk rumah sakit
BEE : ( 10 x BB ) + (6,25 x TB ) – (5 x usia) – 161
=(10 x 45) + (6,25 x 155 ) – (5 x 45) – 161
= 450 + 968,75 – 255 – 161
= 1002,75
TEE : BEE x FA x FS
=1002,75 x 1,3 x 1,3
=1694 kkal
Protein =20% x 1694
= 338 kkal : 4
=84,7 g
Lemak = 15% x 1694
= 254 kkal : 9
= 28 g
11
Karbohidrat = E – (P+L)
= 1694 – (338 + 254)
= 1.102 kkal : 4
=275 g
12
d) Pemberian diet
Tabel 2. Rancangan Diet Sesuai Kebutuhan
e) Rencana Edukasi
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Materi : 1. Menjelaskan kebutuhan gizi pasien
2. Menjelaskan jadwal makan
3. Menjelaskan makanan yang dianjurkan
4. Menjelaskan makanan yang tidak
dianjurkan
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
13
2. Implementasi
Implementasi pada kasus ini yaitu pemberian makanan pada
pasien dan edukasi pada pasien dan keluarga pasien. Pemberian
makanan sesuai dengan diet yang direncanakan yaitu Diet TKTP
dalam bentuk makanan lunak bertahap melalui oral. Pelaksanaan
asuhan gizi kepada pasien dilakukan secara kolaborasi antara
dokter, ahli gizi, petugas dapur diet dan dapur susu, petugas
penyaji makanan, dan keluarga pasien.
1) Dokter dan Perawat
Dokter melakukan prekripsi diit awal untuk pasien sedangkan
perawat melakukan pemeriksaan tanda vital maupun kondisi
fisik pasien.
2) Ahli Gizi
Mengkoordinasikan pemberian terapi makanan sesuai dengan
jenis diit serta memonitoring dan mengevaluasi terhadap jenis
diet yang diberikan.
3) Petugas dapur
Setelah rancangan diit dibuat kemudian makanan di pesan di
dapur, kemudian petugas dapur akan memberikan makanan
sesuai dengan rancangan diit yang direncanakan.
4) Petugas penyaji makanan
Petugas penyaji makanan di koordinasikan dalam proses
pemesanan makanan yang telah dirancang sesuai diit pasien,
tetapi petugas penyaji tidak ikut dalam melakukan pemorsian
makanan bagi pasien tersebut.
5) Keluarga
Memberitahukan keluarga pasien mengenai tujuan terapi diit
dan memberikan edukasi, mulai dari bentuk makanan dan
jumlah asupan sesuai kebutuhan. Selain itu meminta bantuan
14
keluarga untuk terus memberikan makanan tersebut kepada
pasien untuk selalu dihabiskan setiap kali pemberian.
15
Snack 2p 1p 1p
Rencana Edukasi
Metode : ceramah dan tanya jawab
Materi : 1. Menjelaskan kebutuhan gizi pasien
2. Menjelaskan jadwal makan pasien
3. Menjelaskan mengenai makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan untuk di konsumsi.
4. cara pemberian makanan saat kondisi nyeri ulu hati dan
mual.
Sasaran : pasien dan keluarga pasien
b) Rancangan Diet Hari Kedua
Pada implementasi hari kedua pasien diberi makanan
secara bertahap dengan meningkatkan kebutuhan menjadi
80% dari total kebutuhan
16
Buah 2p 80 2 - 20
Snack 2p 200 2 3 3
TOTAL 1255 60 21 174
*80 % dari kebutuhan
17
Hewani (LS) 2p 150 14 10 -
Nabati 3p 225 21 9 21
Sayuran 2p 50 2 - 10
Buah 2p 80 2 - 20
Snack 2p 200 2 3 3
TOTAL 1680 75 26 254
*100 % dari kebutuhan
Tabel 9. Distribusi Makanan
18
D. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Rencana monitoring dan evaluasi yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 10. Rencana Monitoring dan Evaluasi
BAB III
PEMBAHASAN
19
Awal pengkajian kasus dilakukan assesment terhadap pasien baru
yaitu Ny. Ani berusia 45 tahun. Keluhan awal pasien mual, nyeri ulu hati ,
dan anoreksia. Diagnosa meedis yaitu Anemia Aplastik.
Berdasarkan assesment yang telah dilakukan didapatkan diagnosa
gizi (NI.2.1) asupan oral inadekuat berkaitan dengan keadaan mual dan
anoreksia dibuktikan dengan asupan di RS 25% dari kebutuhan. (NC.2.2)
perubahan nilai lab yang berkaitan dengan anemia dibuktikan dengan
kadar kadar Hb 5,0 g/dl.
Sebelum implementasi dilakukan, terlebih dahulu membuat
rancangan diet dan distribusi diet sehari, implementasi dilakukan selama 3
hari, dalam proses implementasi ini dilakukan tahap monitoring setiap
waktu makan pasien. Makanan yang diberikan dalam bentuk makanan
lunak (bubur). Kolaborasi dengan dokter, perawat, petugas penyaji
makanan, dan keluarga pasien. Kolaborasi yang dilakukan yaitu
berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien secara langsung.
Pasien dan keluarga pasien diberikan edukasi tentang pemberian
makanan yang sesuai dengan prinsip dan syarat diit untuk pasien.
Implementasi gizi yang dilakukan yaitu memberikan asupan secara
bertahap dimulai dari 50% kebutuhan total yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien. Jenis diet yang diberikan yakni diet TKTP,
diberikan secara oral dalam bentuk makanan lunak bertahap, dengan
frekuensi 3 kali makan utama dan 2 kali selingan dengan kebutuhan
energi 1564 kkal, protein 78 g, lemak 26 g dan karbohidrat 254 g.
Implementasi hari pertama, jenis diet yang diberikan adalah diet
TKTP dalam bentuk lunak, pasien pada implementasi hari pertama
diberikan bubur beras dengan pemberian melalui oral. Frekuensi makanan
yang diberikan yaitu 3x makanan pokok dan 2x snack.
Pada hari kedua asupan ditingkatkan menjadi 80% dari total
kebutuhan. Untuk makan pagi, siang dan sore masing masing diberikan 1
20
porsi bubur beras yaitu pagi 400 g siang 400 g dan sore 400 g dengan
rute oral, dan frekuensi pemberian 3x makanan pokok dan 2x snack.
Selanjutnya implementasi hari ketiga jenis diet yang diberikan sama
seperti hari kedua yaitu diet TKTP dimana asupan ditingkatkan lagi
menjadi 100% dengan pemberian melalui oral. Frekuensi makanan yang
diberikan yaitu 3x makanan pokok dan 2x selingan buah ditambah 1 porsi
snack.
21
22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Masalah gizi pada pasien Ny. Ani dengan diagnosa Anemi
Aplastik yaitu asupan oral inadekuat berkaitan dengan keadaan mual
dan anoreksia dibuktikan dengan asupan di RS 25% dari kebutuhan.
Berdasarkan intervensi kebutuhan pasien diberikan secara bertahap
mulai dari 50%, 80% hingga 100%.
Selama implementasi Hb meningkat menjadi 7,0 g/dl,
diharapkan asupan makan pasien juga mengalami peningkatan
dibandingkan asupan sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena pasien
akan diberikan edukasi dan adanya motivasi dari keluarga untuk
mencoba mengikuti anjuran diet yang telah diberikan. Edukasi yang
diberikan juga diharapkan dapat dipahami dan diterapkan. Sehingga
implementasi ini dapat berhasil dari segi asupan yang akan
berdampak bagi kesehatan pasien.
Tindakan yang dapat dilakukan yaitu terapi yang bertujuan
untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi, serta meningkatkan
kualitas hidup. Salah satunya yaitu transfusi darah, transfusi darah
tidak daapat menyembuhkan penyakit anemia namun dapat
meringankan gejala anemia dan menyediakan sel sel darah yang tidak
bias di produksi oleh sumsum tulang.
B. SARAN
Dalam melakukan penatalaksanaan diet untuk pasien
dengan diagnosa Anemia Aplastik, perlu di perhatikan kondisi pasien
dan daya terima pasien terhadap makanan seperti diberikan makanan
secara bertahap. Pasien sebaiknya diberikan motivasi secara terus
menerus agar dapat menerapkan pola makan yang baik dan benar.
Pemberian asupan oral suplemen juga menjadi alternatif untuk
membantu meningkatkan asupan makan.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Suharyati, dkk 2019. Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
25