Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari
kecelakaan kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan 
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang 
pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Visi Pembangunan
Kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan yaitu Indonesia Sehat 2010 dimana
penduduknya hidup dalam  lingkungan dan perilaku sehat, mampu
memperoleh layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2002).
Kecelakaan ditempat kerja merupakan penyebab utama penderita
perorangan dan penurunan produktivitas. Menurut ILO (2003), setiap hari
rata-rata 6000 orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta
orang pertahun sebanyak 300.000 orang pertahun, diantaranya meninggal
akibat sakit atau kecelakaan kerja.
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja,
mudah sakit, stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya
produktif kerja. Kondisi kerja meliputi variabel fisik seperti distribusi jam
kerja, suhu, penerangan, suara, dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja lingkungan
kerja yang kurang nyaman, misalnya : panas, berisik, sirkulasi udara kurang,
kurang bersih, mengakibatkan pekerja mudah stress.
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang
ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja

1
yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wirausaha sehingga
mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta
kesempatan kerja. Kemudian yang akan dibina dan dikembangkan dalam
pembangunan ketenagakerjaan ini adalah perbaikan syarat-syarat kerja serta
perlindungan tenaga kerja dan menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja.
Pada dasarnya norma keselamatan kerja merupakan upaya
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat
kerja/perusahaan dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber
produksi digunakan secara aman dan efisien.
Tujuan dari norma keselamatan kerja yaitu memungkinkan pekerja itu
mengenyam dan mengembangkan peri-kehidupan sebagai manusia pada
umumnya dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga.
Oleh karena itu norma keselamatan kerja harus dilaksanakan dalam sistem
manajemen, oleh unit khusus dalam struktur oreganisasi perusahaan sehingga
ia akan selalu terkait dalam setiap kebijaksanaan, perencanaan, pengambilan
keputusan dan langkah manajemen.
Dasar hukum yang digunakan dalam memberikan perlindungan
terhadap tenaga kerja ini adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, di mana dasar pertimbangan
dikeluarkannya Undang-Undang tersebut adalah karena setiap tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan dan terhadap orang lain yang berada di tempat kerja perlu juga
terjamin keselamatannya.
PT. Marunda Grahamineral (MGM) sebagai salah satu perusahaan
pemegang kontrak Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B) di Kalimantan Tengah yang juga tidak lepas dari faktor dan potensi
bahaya dari setiap proses produksinya yang menggunakan peralatan
berteknologi tinggi berusaha untuk menerapkan peraturan-peraturan yang
berlaku melalui kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini tercermin

2
dalam kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja MGM Coal Project bahwa
melakukan semua tindakan yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa
standar-standar tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja dijaga bagi semua
karyawan dan kontraktor merupakan cita-cita tertingginya (Manual K3 PT.
MGM, 2006).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja norma K3 yang berlaku di PT. Marunda Grahamineral ?
2. Apakah norma K3 selalu dilaksanakan oleh pekerja di PT. Marunda
Grahamineral ?
3. Apakah sanksi yang diberikan bagi pekerja yang tidak melaksanakan
norma K3 di PT. Marunda Grahamineral ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui norma K3 yang berlaku di PT. Marunda Grahamineral
2. Mengetahui penerapan norma k3 bagi pekerja di PT. Marunda
Grahamineral
3. Mengetahui sanksi yang diberikan bagi pekerja yang tidak melaksanakan
norma k3 di PT. Marunda Grahamineral

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TUJUAN K3
Hakikat dan tujuan dari K3 yaitu bahwa factor K3 berpengaruh
langsung terhadap efektifitas kerja pada tenaga kerja dan juga berpengaruh
terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan industry, sehingga dengan
demikian mempengaruhi tingkat pencapaian produktifitasnya. Karena pada
dasarnya tujuan K3 adalah untuk melindungi para tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif sehingga upaya pencapaian produktifitas yang
semaksimalnya dari suatu perusahaan industri dapat lebih terjamin.
Upaya peningkatan keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan
pencegahan kecelakaan karena pencegahan merupakan program utama
keselamatan kerja di suatu perusahaan. Adapun tujuan dari keselamatan kerja
adalah :
1. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktifitas
nasional
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
3. Sumber produksi terpakai secara aman dan efisien

B. KECELAKAAN KERJA
Kecelakaan kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh setiap tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan dengan kerugian tidak hanya korban jiwa dan
materi bagi pekerja dan pengusaha tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara keseluruhan dan merusak lingkungan yang pada akhirnya
berdampak langsung dengan masyarakat sekitar.

4
Kecelakaan kerja umumnya diakibatkan oleh berbagai faktor
penyebab. Teori tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja antara lain :
1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory)
Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola yang
jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan kerja terjadi
secara kebetulan saja.
2. Teori Kecenderungan Belaka (Accident Prone Theory)
Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat
pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan.
3. Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factors Theory)
Penyebab kecelakaan adalah factor peralatan, lingkungan dan manusia
pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor Utama (Two Main Factors Theory)
Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (Unsafe Conditions) dan
tindakan atau perbuatan berbahaya (Unsafe Actions)
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory)
Menekan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja, baik langsung
maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan manusia. (M. Sukaelan,
2003)

C. NORMA K3
Usaha norma keselamatan kerja pada dasarnya mempunyai sasaran
umum yaitu sebagai berikut :
1. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu
terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan
peningkatan produksi dan produktivitas kerja.
2. Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.

5
3. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat digunakan
secara aman dan efisien.

Sedangkan sasaran khusus usaha norma keselamatan kerja antara lain :

1. Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan


penyakit akibat kerja.
2. Mengamankan mesin, instalasi, alat kerja, bahan baku dan bahan hasil
produksi.
3. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan
penyesuaian antara pekerja dengan manusia atau manusia dengan
pekerjaan.

Norma-norma yang harus dipahami dalam K3, yaitu :

1. Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja


2. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
3. Resiko kecelakaan dan penyakit erja

Mengingat hal-hal tersebut diatas, maka agar norma keselamatan kerja dapat
dilaksanakan dengan baik, diperlukan pembinaan dan pengawasan secara
menyeluruh dan berkesinambungan. Peran, fungsi dan partisipasi aktif semua
pihak yang terkait sangat diharapkan dalam melaksanakan dan meningkatkan
usaha keselamatan kerja.

Dengan meningkatkan usaha keselamatan kerja, dengan sendirinya akan dapat


menciptakan suasana kerja yang aman, nyaman dan sehat sehingga tenaga
kerja dapat bekerja secara efisien dan produktif. Disamping itu dengan
tercapainya sasaran tersebut berarti sejalan dengan tujuan pembangunan untuk
memanusiakan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.

6
Adapun berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
digunakan sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Kerja
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1981 tentang Wajib Lapor
Penyakit Akibat Kerja
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerjs No. PER.03/MEN/1992 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja

D. HAK dan KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM MELAKSANAKAN


NORMA K3
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia pada umumnya
dan tenaga kerja khususnya, serta guna meningkatkan hasil dan usaha
produksi maka akan selalu terkait dengan penurunan dan penerapan berbagai
tingkat teknnik dan teknologi, baik dari yang tradisional sampai dengan yang
mutakhir.
Upaya penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan secara
bersama antara pengusaha dan tenaga kerja, yaitu melalui pelaksanaan fungsi
serta tugas-tugasnya dengan sebagaimana mestinya, yang pada akhirnya akan
sangat membantu dan meningkatkan beban tugas serta mendukung
tercapainya tujuan masing-masing pihak.
Menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja, pengusaha diwajibkan
untuk :
1. Memberikan kesehatan badan, kondisi mental dan tenaga fisiknya dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun terhadap pekerja yang sudah

7
ada secara berkala pada dokter yang telah ditunjuk oleh pengusaha dan
yang ditunjuk oleh petugas pengawas.
2. Menunjuk dan menjelaskan kepada tenaga kerja yang baru tentang :
a) Kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.
b) Semua pengamanan dan alat perlindungan yang harus ada dalam
tempat kerjanya.
c) Alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d) Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Secara tertulis menempatkan ditempat kerja yang dipimpinya semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan.
4. Memasang ditempat kerja yang dipimpinya semua gambar keselamatan
kerja dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat yang mudah
dilihat dan terbaca oleh semua pekerja.
5. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan kepada pekerja.

Hak dan Kewajiban Pekerja antara lain :

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas.


2. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.
3. Memenuhi dan mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan petugas pengawas.
4. Meminta kepada pengusaha agar dilaksanakan smua syarat keselamatan
dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

Semua hak dan kewajiban para pihak harus dilaksanakan secara


konsekuen agar proses produksi dapat berjalan dengan lancer. Pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan tenang dan pengusaha juga dapat
melaksanakan kegiatan usahanya dengan tenang, yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan produktivitas yang menguntungkan semua pihak.

8
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan sumber daya manusia dalam
penguasaan teknologi keselamatan kerja adalah untuk meningkatkan
keterampilan dalam melakukan pekerjaan yang aman dan efisien guna
meningkatkan produktivitas kerja tersebut. Produktivitas adalah ratio terbaik
antara masukan (input) dengan keluaran (output), sedangkan efisien adalah
pemanfaatan sumber-sumber yang ada seperti tenaga, waktu, dana dan
sebagainya yang terbatas untuk dapat dimanfaatkan secara efektif dengan
upaya antara lain melalui penekanan pemborosan sampai sekecil-kecilnya.

E. AKIBAT HUKUM BAGI PEKERJA yang TIDAK MELAKSANAKAN


NORMA K3
Untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang tinggi,
sangat tergantung pada sistem manajemen yang diterapkan dan kualitas
pekerja yang digunakan. Ciri tenag kerja yang dibutuhkan dalam era
perdagangan dewasa ini antara lain adalah tenaga kerja yang mempunyai
kualitas dan daya saing tinggi, penuh inisiatif dan kreativitas, memiliki
mobilitas tinggi dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan yang ada.
Kualitas pekerjamempunyai kolerasi yang erat dengan kecelakaan
kerja, sedangkan kecelakaan kerja erat kaitannya dengan produktivitas.
Program dalam norma keselamatan kerja akan berpengaruh terhadap program
pengembangan sumber daya manusia. Hubungan timbal balik antara
keselamatan kerja dengan pengembangan sumber daya manusia, yaitu :
1. Program keselamatn kerja dan kesehatan kerja akan memperbaiki kualitas
hidup kerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat
menciptakan situasi kerja yang aman, tentram dan sehat sehingga dapat
mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif.

9
2. Melalui program keselamatan kesehatan kerja terjadinya kerugian dapat
dihindarkan sehingga perusahaan dapatmengembangkan usahanya dan
meningkatkan kesejahteraan pekerja.
3. Program kesehatan dan keselamatan kerja menurut pekerja dan pengusaha
untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam hal :
a) Kemampuan keahlian untuk meneliti dan mendesain teknologi yang
bebas dari risiko kecelakaan kerja dan mendesain peralatan pengaman
b) Kemampuan pengusaha untuk memproduksi dan menciptakan
peralatan yang lebih aman dan canggih sesuai dengan tuntutan
konsumen dan persaingan pasar
c) Kemampuan pekerja untuk mengoperasikan alat-alat produksi dan
alat-alat pengaman dengan baik dan tepat
d) Menuntut adanya organisasi dan manajemen yang mantap dan dinamis
dengan unit fungisional yang bertugas mengkoordinasikan program
keselamatan dan kesehatan kerja.3
Semakin canggih peralatan dan teknologi yang dipergunakan, maka
makin penting peranan latihan dilaksanakan. Dalam program latihan ini perlu
ditekankan bukan hanya kemampuan teknis mengoperasikan peralatan saja,
tetapi juga disi[lin kerja dan kemampuan mendeteksi secara awal akan
kemungkinan kecelakaan yang dapat terjadi. Untuk itu perlu ditumbuhkan
kesadaran dan rasa tanggung jawab atas pemeliharaan keselamatan, kesehatan
dan lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang diciptakan sedemikian rupa sehingga
mengikuti standar keselamatan dan kesehatan kerja akan mendukung
peningkatan produktivitas. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang sesuai dengan manajemen perusahaan akan mendukung
perusahaan untuk mampu berkompetisi secara aktif, positif dan sportif.
Untuk setiap pimpinan lingkungan kerja harus memberikan perhatian
yang semakin besar dan merasa terpanggil serta merasa berkewajiban untuk

10
selalu mengupayakan terjaminnya keselamatan kerja bagi pekerja, sehingga
sasaran pekerja untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tercapai
sekaligus mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
terwujud.
Dalam kerangka itulah, maka Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
memberikan sanksi yang tegas apabila kewajiban-kewajiban seperti yang
telah diuraikan tersebut diatas tidak dilaksanakan, yaitu seperti yang tertuang
di dalam pasal 15 yang berupa hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga)
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah). Di
samping jumlah Rp. 100.000,- yang sudah tidak relevan lagi dengan
perkembangan dewasa ini, maka sanksi tersebut juga semata-mata hanya
kepada pihak pengusaha yang tidak melaksanakan kewajibannya dalam norma
keselamatan kerja , sedangkan sanksi untuk pekerja diatur secara tegas.
Jika dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang
ketenagakerjaan, maka pada pasal 108 ayat (1)-nya menyatakan :
Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Moral dan kesusilaan
3. Perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
Kemudian lebih lanjut menurut pasal 185 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1997 dikatakan :
Barang siapa tidak memberikan perlindungan sebagaiman dimaksud dalam
pasal 108 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
Jadi jelaslah bahwa ternyata sanksi yang tertuang di dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1997 juga cenderung diperuntukkan bagi pihak pengusaha.
Permasalahan yang timbul sekarang adalah apa akibat hukum bagi pekerja

11
yang karena tidak melaksanakn kewajibannya menyebabkan timbulnya
kerugian bagi pihak pengusaha.

12
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Norma K3 yang diterapkan di PT. Marunda Grahamineral, yaitu :
a) Norma pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja yang dilaksanakan oleh PT. MGM
adalah pemeriksaan kesehatan berkala dengan mengadakan medical
check up yang dilaksanakan rutin secara bergilir yang bekerjasama
dengan laboratorium klinik Prodia.
b) Norma gizi kerja
Pelayanan gizi kerja di PT. MGM diatur dan dilaksanakan sepenuhnya
oleh catering dari CV. Cendana. Menu makanan pun sepenuhnya
diatur oleh catering CV. Cendana dengan tenaga ahli dari tataboga.
Dengan fasilitas makan tiga kali satu hari; sarapan, makan siang dan
makan malam serta satu kali ekstra food pada sore hari setelah jam
kerja selesai. Penyusunan menu dirancang per satu minggu dengan
persetujuan dari beberapa kepala bagian. Namun secara prinsip,
perhitungan dan analisa kualitatif maupun kuantitatif kalori,
karbohidrat, mineral, protein dan vitamin belum pernah dilakukan baik
dari ahli gizi maupun dari penelitian dari pihak independen tentang
gizi kerja.
c) Norma penanggulangan penyakit akibat kerja
Penanggulangan penyakit akibat kerja yang dilakukan oleh pihak
manajemen PT. MGM yaitu monitoring lingkungan sebagai upaya
pemantauan terhadap hygiene lingkungan kerja, dimana lingkungan
kerja merupakan faktor penyebab penyakit akibat kerja. Selain
monitoring lingkungan yaitu dengan membagi waktu shift kerja dan
pemakaian alat pelindung diri setiap bekerja

13
d) Norma penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
Kinerja program kesehatan kerja dinilai dari tingkat absen karyawan
karena sakit. PT. MGM memberikan pelayanan kesehatan berupa
pemeriksaan di klinik yang berada dalam satu kompleks dengan camp
karyawan. Tiap klinik dikelola oleh satu tenaga paramedis dengan
obat-obatan serta perlengkapan pengobatan untuk penanganan
kecelakaan ringan.
Fasilitas olahraga untuk menunjang kesehatan karyawan juga telah
disediakan oleh pihak manajemen. Perhatian terhadap monitoring
lingkungan dan sanitasi juga merupakan wujud pelayanan kesehatan
yang berupa usaha preventif. Usaha prefentif lain yang ditempuh
manajemen adalah dengan memberikan vaksinasi dan medical check
up untuk semua karyawan. Selain usaha preventif, usaha pemantauan
kesehatan serta konsultasi kesehatan yang ditangani oleh tenaga
paramedis di klinik juga ditempuh pihak manajemen untuk
meningkatkan derajat kesehatan karyawannya.
e) Norma penanggulangan kebakaran
Dalam menanggulangi kebakaran, PT MGM tidak membentuk unit
pemadam kebakaran namun dengan menyusun SOP untuk
penanggulangan keadaan berbahaya kebakaran yang diharapkan
nantinya semua karyawan bisa tanggap akan keadaan berbahaya dan
bisa melakukan pengelolaan terhadap bahaya kebakaran.
f) Norma penanganan bahan kimia berbahaya
Hasil kegiatan yang dilaksanaka PT. MGM akan menghasilkan limbah
B3. Limbah-limbah tersebut dikumpulkan terlebih dahulu di suatu
tempat khusus yang telah diberi notasi kemudian disalurkan kepada
pihak ketiga atau pengumpul yang telah memperoleh izin dari
BAPEDALDA setempat.

14
g) Norma pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di
tempat kerja
PT. MGM selalu mengawasi kegiatan yang dilakukan pekerja setiap
harinya, dan aktivitas kerja dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Di
luar ruangan lebih banyak menggunakan alat berat, dan di dalam
ruangan terpantau oleh CCTV sehingga kemungkinan adanya
peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya tidak
ada.
2. Norma K3 di PT. MGM selalu dilaksanakan oleh semua pekerja, baik
karyawan baru, lama, training dan magang. Norma K3 dalam setiap
perusahaan wajib ada dan wajib dilaksanakan oleh semua karyawannya
agar mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja selain itu juga
dapat meningkatkan aspek perlindungan pekerja, menambah produktivitas
serta kesejahteraan pekerja.
3. Berdasarkan data Kemenakertrans, tercatat sebanyak 12.745 perusahaan
melanggar norma K3 pada tahun 2013. Norma K3 di PT. MGM telah
dilaksanakan dan tidak ada pekerja yang melanggarnya. Pekerja yang
melanggar norma K3 untuk pertama diberi peringatan secara lisan, kedua
diberi peringatan secara tertulis dan ketiga diberi sanksi tegas dan tindak
lanjut.

B. PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Marunda Grahamineral adalah perusahaan pemegang kontrak
Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
Generasi II dengan Nomor: 006/PK/PTBA-MGM/1994. Secara
administrasi wilayah PKP2B PT. Marunda Grahamineral terletak pada

15
Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Propinsi Kalimantan
Tengah (RKTTL PT. MGM, 2008).
PT. Marunda Grahamineral (PT MGM) memulai usaha
pertambangannya dengan terlebih dahulu melakukan eksporasi yang
dimulai pada tahun 1997 sampai tahun 2000. Untuk menindaklanjutinya
PT. MGM mengadakan Feasibility Study (FS) atau studi kelayakan yang
dilaksanakan pada tahun 2000 sampai tahun 2001 untuk mempelajari
dampak dari penambangan baik positif maupun negatif dan memprediksi
kemungkinan yang akan terjadi jika penambangan dilakukan dalam lokasi
tersebut. Dari hasil studi kelayakan inilah pihak MGM bisa melakukan
desain konstruksi tambang.
Tindakan selanjutnya setelah studi kelayakan dilakukan adalah
usaha development yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
sebelum penambangan dilakukan, mulai dari membuat desain tambang
sampai menyediakan sarana dan prasarana yang dilaksanakan dari tahun
2002 sampai tahun 2003. Setelah semuanya terencana dan tersedia maka,
kegiatan yang dilakukan adalah produksi yang dilakukan mulai tahun
2004 sampai sekarang.
2. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan PT. MGM sesuai dengan Undang-
Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 8 yang
menyatakan bahwa :
a) Pengurus diwajibkan memberikan pemeriksaan kesehatan badan,
kondisi mental dan dipindah sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang
diberikan kepadanya
b) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada
di bawah pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh direktur
3. Persyaratan umum bangunan seperti lokasi kantin, fasilitas, lantai, langit-
langit, peralatan masak, peralatan makan dan dapur terlihat bersih dan

16
sudah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
715/MENKES/SK/V/2003 Tentang Persyaratan Higene Sanitasi Jasa
Boga untuk Persyaratan Umum Lokasi, Bangunan dan Fasilitas Kantin
Perusahaan.
Pengelola kantin dilakukan oleh CV. Cendana namun tidak ada tes
kesehatan untuk pengelola kantin. Petugas kantin juga tidak menggunakan
tutup rambut dan tutup mulut seperti ketentuan yang ada dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 715/MENKES/SK/V/2003.
4. Untuk menanggulangi penyakit akibat kerja, pihak manajemen PT. MGM
memonitoring lingkungan sebagai upaya pemantauan terhadap hygiene
lingkungan kerja. Monitoring ini ada yang dilakukan langsung oleh safety
department dan environment department dan ada juga yang dilakukan oleh
pihak independen yaitu Universitas Palangkaraya dan Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan. beberapa factor fisik yang telah dilakukan
monitoring adalah debu, kebisingan untuk lingkungan sekitar, kebisingan
untuk lingkungan kerja, suhu, kelembaban, kecepatan angina dan arah
angin.
Untuk mengurangi kelelahan kerja dan beban kerja, PT. MGM mengatur
sikap kerja dan shift kerja. Sikap kerja karyawan adalah duduk dan berdiri
namun tidak dalam frekuensi bergantian yang tinggi. Namun sikap kerja
yang dominan dari karyawan di kantor adalah sikap kerja duduk,
sedangkan karyawan yang stasiun kerjanya di lapangan memiliki sikap
kerja dominan berdiri. Jam kerja di PT. MGM adalah 10 jam kerja dengan
1 jam istirahat perhari atau 70 jam kerja dengan 7 jam kerja perminggu.
Jam kerja di perusahaan ini tidak menggunakan sistem libur akhir pekan
tetapi menggunakan sistem cuti yaitu:
a) Karyawan non staf : 10 minggu kerja dan 2 minggu
cuti

17
b) Karyawan staf supervisor ke bawah : 8 minggu kerja dan 2 minggu
cuti
c) Karyawan staf superintendent ke atas: 6 minggu kerja dan 2 minggu
cuti
5. Pelayanan fasilitas kesehatan yang disediakan oleh PT. MGM yaitu
dengan disediakannya klinik dengan satu paramedis dan satu dokter
berstatus kontrak yang didatangkan dari RSUD Muara Teweh. Fasilitas
yang ada di klinik perusahaan berupa ruang pemeriksaan, obat-obatan dan
perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan. Untuk perawatan
lanjutan pihak manajemen juga menyediakan rumah sakit rujukan yang
bekerjasama dengan RSUD Muara Teweh.
6. Dalam pelaksanaannya, penanggulangan kebakaran memiliki dua macam
program kegiatan, yaitu :
a) Program preventif, meliputi ;
1) Fire protection
2) Pemeliharaan dan pemeriksaan sarana pemadam kebakaran
b) Program pengendalian kebakaran, pihak manajemen tidak
menyediakan tim khusus untuk memadamkan kebakaran. Namun
pihak manajemen memberikan training kepada seluruh karyawan
untuk tanggap terhadap keadaan darurat yang salah satunya
disebabkan oleh kebakaran.

18
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Norma K3 yang berlaku di PT. Marunda Grahamineral, yaitu :
a) Norma pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
b) Norma gizi kerja
c) Norma penanggulangan penyakit akibat kerja
d) Norma penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
e) Norma penanggulangan kebakaran
f) Norma penanganan bahan kimia berbahaya
g) Norma pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di
tempat kerja
2. Norma K3 selalu dilaksanakan oleh semua pekerja di PT. Marunda
Grahamineral
3. Bagi pekerja yang melanggar norma K3 untuk pertama diberi peringatan
secara lisan, kedua diberi peringatan secara tertulis dan ketiga diberi
sanksi tegas dan tindak lanjut.

B. SARAN
1. Norma K3 yang telah berjalan, harus dipertahankan agar tidak hilang.
2. Apabila terdapat pekerja yang tidak mematuhi norma K3, maka segera
diberi penjelasan tentang pentingnya norma K3.
3. Perlu diberikannya pemahaman kepada seluruh karyawan untuk aktif
melaporkan keadaan berbahaya, keadaan hampir celaka (nearmiss) dan
kecelakaan kerja sekecil apapun akibatnya, untuk kelengkapan data serta
untuk pelaksanaan tindakan pencegahan kecelakaan kerja sedini mungkin.

19
4. Perlu diadakannya pemberian reward kepada karyawan yang memiliki
kinerja kerja yang baik dan kepatuhan yang tinggi terhadap aturan sebagai
contoh bagi karyawan lain dan memotivasi mereka untuk berlomba-lomba
meningkatkan kinerja kerjanya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2003. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 715/MENKES/SK/V/2003 Tentang Persyaratan Hygiene
Sanitasi Jasa Boga. Jakarta.
PT. Marunda Grahamineral. 2006. Manual Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Murung Raya : PT. Marunda Grahamineral.
Sukaelan, M. 2003. Kecelakaan Kerja. Prosiding Seminar Nasional
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Yogyakarta, 20 September
2003.

21

Anda mungkin juga menyukai