Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan yang memadai merupakan dambaan setiap orang. Menurut
undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat
1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Di dalam pendidikan termuat usaha atau kegiatan yang dilakukan
dengan sadar dan penuh perencanaan yang bertujuan untuk mengembangkan segala
potensi yang ada pada peserta didik. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1995:232) diyatakan bahwa pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi, pendidikan merupakan sebuah proses, yakni
proses perubahan perilaku baik individu ataupun sekelompok orang, dengan tujuan
untuk membuat individu-individu tersebut dewasa. Maksud dewasa di sini adalah
bahwa individu itu mencapai kematangan dalam pikiran dan pandangan. Dalam
pengertian ini juga terkandung upaya atau usaha yang dilakukan dalam kegiatan
pendidikan, yakni melalui pengajaran dan latihan.
Sekolah merupakan satu di antara tempat untuk melaksanakan proses
pendidikan. Siapa yang tidak ingin anaknya sekolah tinggi dan sekolah itu berada
dekat dengan tempat tinggalnya. Ini merupakan keinginan masyarakat Desa Sejahtera
Kecamatan Tebas yang mendambakan agar anak bisa sekolah berada di daerah nya.
Masyarakat menginginkan, anak yang dititipkan di sekolah mampu mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat membentuk pribadi atau karakter
yang baik.
SMP Negeri 5 Sukadana merupakan satu diantara sekolah di Kabupaten
Kayong Utara yang berdiri pada tahun 2009 yang didirikan atas Kerjasama pemerintah
daerah Kayong Utara dengan warga Desa Sejahtera yang mewakafkan tanah mereka
untuk pembangunan Gedung sekolah ini. Seiring perjalanan waktu sekolah ini

1
mengalami perkembangan dari jumlah siswa. Namun tidak diikuti dengan
pembentukan karakter. Masyarakat menganggap bahwa SMP Negeri 5 Sukadana
sebagai sekolah untuk “anak buangan” atau tempat anak yang bermasalah seperti
mengelem, mabuk, suka berkelahi, membuli, dan mencuri. Banyak kasus di sekolah
yang melibatkan pihak kepolisian, sehingga ini memberikan pandangan yang makin
buruk terhadap sekolah.
Masyarakat disekitar Desa Sejahtera akan memilih sekolah yang lain dan
SMP Negeri 5 Sukadana tidak menjadi pilihan pertama. Hal ini disebabkan orangtua
khawatir anak mereka akan terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik.
Jumlah guru yang mengajar di SMP Negeri 5 Sukadana sudah mencukupi dan
sangat produktif artinya memiliki umur rata-rata usia muda. Hanya kondisi ini tidak
diikuti oleh sikap peduli terhadap tugas dan tanggung jawab sebagai seorang guru
dalam mendidik dan mengajar siswa. Seperti datang sekolah sering terlambat, jarang
masuk kelas dan tidak memiliki perangkat pembelajaran. Hal inilah yang makin
membuat suasana sekolah makin tidak kondusif.
Berdasarkan masalah tersebut ada beberapa hal yang menjadi prioritas untuk
sekolah ini. Pertama, sebagai cikal bakal pembentuk karakter sekolah harus mampu
membentuk karakter siswa yang bisa memberikan pengaruh bagi masyarakat sekitar.
Kedua, perlu menciptakan iklim belajar yang sehat, bersih dan menyenangkan. Ketiga,
pembentukan karakter siswa menjadi prioritas utama untuk menjadi manusia yang
berakhlak mulia.
Untuk itulah maka penulis mencoba untuk membuat strategi yang akan
membawa sekolah ini bisa sama dengan sekolah-sekolah yang lain. Startegi ini dibuat
untuk menghasilkan generasi muda yang tidak hanya pandai tetapi juga memiliki
akhlak yang terpuji. Strategi ini disebut budi, yaitu sebuah strategi atau cara yang
dilakukan untuk menghasilkan budaya disiplin untuk mewujudkan visi dan misi yang
akan dicapai oleh sekolah dalam rangka pembentukan karakter siswa untuk
menyiapkan generasi emas 2045.

B. Permasalahan

2
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalah ini
adalah “Bagaimanakah dengan strategi budi dapat mewujudkan visi dan misi sekolah
untuk membentuk karakter siswa di SMP Negeri 5 Sukadana?”
C. Tujuan
Tujuan penulisan best practice ini yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan cara yang dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi
sekolah dengan strategi budi.
2. Untuk mendeskripsikan prestasi yang telah dicapai setelah strategi budi ini
dilaksanakan.

D. Manfaat
1. Bagi sekolah, dapat membangun komitmen bersama menerapkan budi atau budaya
disiplin dengan menggali nilai-nilai yang muncul untuk diterapkan
2. Bagi kepala sekolah, sebagai rujukan dalam meningkatkan manajemen di
sekolahnya masing-masing.
3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat mendorong kepedulian serta partisipasi aktif
dalam upaya penyelenggaraan pendidikan sekolah.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Disiplin
Budi atau budaya disiplin merupakan satu di antara startegi yang dipilih untuk
mewujudkan visi dan misi sekolah. Cara ini dipilih dengan asumsi bahwa disiplin
memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu manusia. Disiplin merupakan
suatu sikap/perilaku yang pasti diharapkan oleh setiap pendidik agar kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Jika kita berbicara tentang
disiplin maka pastilah kita memandang pada suatu peraturan, organisasi, kerja sama,
mematuhi prosedur dan lain-lain.
Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Inggris, discipline, yang artinya
ketertiban. Menurut MacMillan Dictionary, (dalam Tulus Tu,u, 2004: 30-31) bahwa
disiplin adalah tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali
diri, latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu sebagai
kemampuan mental atau karakter moral. Bohar Soeharto (Tulus Tu,u 2004: 32)
menyebutkan tiga hal mengenai disiplin yakni disiplin sebagai latihan, disiplin sebagai
hukuman dan disiplin sebagai alat pendidikan.
Menurut Suharsimi Arikunto (1980: 114), disiplin adalah kepatuhan
seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya
kesadaran yang ada pada kata hatinya tanpa adanya paksaan dari pihak luar. Selanjutnya
Thomas Gordon (1996: 3), mengatakan bahwa disiplin merupakan perilaku dan tata
tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari
pelatihan yang dilakukan secara terus menerus.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan
bisa mengarahkan anak untuk mampu mengontrol dirinya sendiri, dapat terarah dengan
pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Sehingga jika pada suatu saat tidak ada pengawasan dari guru atau orangtua, maka ia

4
akan dengan sadar akan berbuat sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku baik
tertulis (seperti: Undang-undang, tata tertib sekolah dan lain-lain) maupun yang tidak
tertulis ( seperti norma adat, norma kesusilaan, norma kesopanan dan lain-lain) yang
ada di dalam masyarakat.
Dalam peningkatan mutu manusia, menurut Hari Sudradjad (2005 : 17)
pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang
memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi
kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak
mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill), lebih lanjut
Sudradjat mengemukakan pendidikan bermutu  adalah pendidikan yang mampu
menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi
yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang mampu mengintegralkan iman,
ilmu, dan amal.

B. Budaya Sekolah
Peningkatan mutu manusia yang berkaitan erat dengan pendidikan yaitu
proses belajar mengajar, kepemimpinan, manajemen sekolah, dan budaya sekolah.
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar dan
mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke
siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah
disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati,
membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair
dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah
sehari-hari. Zamroni (2003:149)  mengatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai,
norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah disebut budaya
sekolah. Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf aministrasi,
dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan
yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi budayaal antar
generasi.
Budaya sekolah ini berkaitan dengan visi yang dimiliki oleh kepala sekolah
dalam mengembangkan sekolahnya di masa yang akan datang. Budaya/budaya sekolah
dibangun dari pemikiran-pemikiran manusia yang ada dalam sekolah tersebut.

5
Pemikiran yang paling besar porsinya adalah pemikiran kepala sekolah. Dari pemikiran
tersebut kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan suatu pemikiran organisasi,
yang kemudian diyakini bersama dan akan menjadi bahan utama pembentuk budaya
sekolah. Fungsi utama sekolah adalah transmisi nilai-nilai sosial atau agen perubahan
sosial. Budaya sekolah yang diterapkan oleh pihak sekolah dalam lingkungan sekolah
dapat mempengaruhi kepribadian siswa terutama dalam hal kedisiplinan dan kujujuran
siswa yang akhirnya membentuk budaya dan karakter siswa.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa budaya sekolah berpengaruh
terhadap peningkatan prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, sikap dan motivasi
guru serta produktivitas dan kepuasan kerja guru. Untuk menciptakan budaya sekolah
yang positif dibutuhkan adanya kesadaran dan motivasi  terutama dari diri masing-
masing warga sekolah. Guru sebagai ujung tombak di lapangan harus mampu
memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa khususnya. Kebiasaan guru yang datang
tepat waktu dan melaksanakan tugas mengajar dengan baik, sikap dan cara berbicara
saat berkomunikasi dengan siswa dan unsur sekolah lainnya, disiplin dalam
melaksanakan tugas merupakan kebiasaan, nilai dan teladan yang harus senantiasa
dijaga dalam kehidupan sekolah. Agar kebiasaan-kebiasaan positif tersebut terpelihara
dan mendarah daging dalam diri seluruh warga sekolah yang selanjutnya diwujudkan
dalam perilaku sehari-hari, dibutuhkan adanya “ sense of belonging” atau rasa memiliki
terhadap sekolah.
Zamroni (2011:87) juga mengemukakan pentingnya sekolah memiliki budaya
atau kultur. Sekolah sebagai suatu organisasi harus memiliki: (1) kemampuan untuk
hidup, tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang
ada, dan (2) integrasi internal yang memungkinkan sekolah untuk menghasilkan
individu atau kelompok yang memiliki sifat positif. Oleh karenanya suatu organisasi
termasuk sekolah harus memiliki pola asumsi-asumsi dasar yang dipegang bersama
seluruh warga sekolah. Memperhatikan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
budaya sekolah merupakan pola-pola yang mendalam, kepercayaan nilai, upacara,
simbol-simbol dan tradisi yang terbentuk dari rangkaian, kebiasaan dan sejarah sekolah,
serta cara pandang dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ada di sekolah.
Budaya sekolah diwarisi dari generasi ke generasi secara turun temurun
melalui visi dan misi sekolah, tujuan, tata tertib, adat kebiasaan, simbol, tradisi dan lain-

6
lainya. Budaya sekolah hendaknya mencakup 3 aspek yaitu budaya akademik, budaya
sosial dan budaya demokrasi. Ketiga aspek tersebut dijabarkan dengan nilai-nilai
karakter menurut kemdiknas yaitu : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
berprestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan dan peduli
sosial. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) budaya akademik terdiri dari:
gemar membaca, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, 2) budaya demokratis : Demokratis, toleransi, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, 3) budaya Sosial : religius, bersahabat, cinta damai, peduli sosial, peduli
lingkungan, tanggung jawab, jujur.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Metode Pemecahan Masalah


Untuk mengatasi masalah yang akan dihadapi, pihak sekolah berupaya
melakukan komunikasi dengan guru, orangtua siswa dan masyarakat sekitar. Upaya ini
dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap masalah yang akan muncul. Komunikasi
dengan guru dilakukan melalui pertemuan atau rapat kecil yang dilakukan sebulan
sekali. Pada tahap ini akan dilakukan evaluasi terhadap kondisi mengajar guru dalam
kelas. Guru diberikan bimbingan secara individual maupun klasikal terhadap perilaku
yang kurang baik. Diadakan pelatihan internal dalam bentuk in house tranning untuk
membuat perangkat pembelajaran. Peraturan tata tertib untuk guru dan siswa dibuat
dan dibicarakan serta disepakati dalam rapat dewan guru.
Selanjutnya organisasai sekolah seperti OSIS dan Pramuka mulai
diberdayakan. Siswa diberikan bimbingan dan arahan secara berkala oleh pembina
OSIS. Adapun bentuk bimbingan yang diberikan dalam bentuk kegiatan pelatihan
kepemimpinan. Kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh pengurus OSIS mapun
Pramuka. Materi yang disampaikan berupa materi kepemimpinan baik teori maupun
praktik. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini untuk membentuk watak dan prilaku
siswa yang diharapkan bisa menjadi contoh bagi siswa yang lain.
Kemudian komunikasi dengan orangtua siswa dilakukan berkala setiap
semester atau beberapa kali dengan waktu yang tidak mengikat. Sosialisasi terhadap
peraturan sekolah tentang tata tertib dilakukan secara terus menerus. Memang banyak
masalah yang muncul pada waktu itu. Tata tertib yang telah dibuat sering dilanggar
karena siswa merasa terkekang dengan kondisi yang baru untuk mereka. Penanganan
siswa yang bermasalah dilakukan baik secara individual maupun kelompok.

8
Pemanggilan terhadap orangtua siswa dilakukan apabila siswa melanggar aturan tata
tertib yang telah dibuat.
Keberhasilan atau prestasi sekolah dan masalah yang muncul pada setiap
semester kita sampaikan kepada orang tua siswa. Orang tua siswa menanggapi positif
apa yang disampaikan oleh pihak sekolah. Saran dan tanggapan disampaikan beragam
pada setiap pertemuan.
Selanjutnya komunikasi juga dilakukan terhadap masyarakat berupa
pertemuan komite sekolah dengan masyarakat yang berada di lingkungan sekolah.
Pertemuan ini dilakukan untuk mensosialisasikan program-program sekolah yang akan
dicapai ke depan.
Secara umum pelaksanaan kegiatan yang dilakukan ini meliputi: pendekatan
personal, identifikasi masalah, dan evaluasi pelaksanaan program. a. Pendekatan
personal dilakukan dengan melakukan serangkai pertemuan, diskusi, dan pertukaran
informasi dengan pihak guru/tenaga kependidikan, siswa maupun komite sekolah. b.
Identifikasi masalah dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi yang akurat
mengenai masalah yang muncul terhadap pelaksanaan program. c. Pelaksanaan
program dan evaluasi, setiap pelaksanaan program dilakukan monitoring untuk
mengoreksi dan membenahi serta menindak lanjuti program yang dilaksanakan.

B. Hasil atau Dampak yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih


Mewujudkan visi dan misi sekolah dengan didukung oleh budi atau budaya
disiplin memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap proses belajar siswa di sekolah.
Siswa sudah terbiasa untuk datang lebih awal di sekolah. Memberikan salam apabila
bertemu dengan guru maupun tamu yang datang. Setelah bel dibunyikan siswa dengan
penuh kesadaran akan memungut sampah selama 10 menit yang ada di lingkungan
sekolah sehingga sekolah tampat asri dan indah. Guru dan siswa merasa nyaman serta
betah untuk melaksanakan kegiatan proses pembelajaran. Pada awal penerapan budaya
disiplin muncul beberapa masalah antara lain: Pertama, sulit bagi siswa untuk datang
lebih awal di sekolah. Kedua, sebagian besar guru yang mengajar di SMP Negeri 5
Sukadana memiliki tempat tinggal yang cukup jauh dari sekolah. Akan tetapi dengan
pendekatan secara personal masalah-masalah itu dapat diatasi. Siswa dan guru benar-
benar sudah memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini juga

9
berdampak dengan semakin tingginya rasa kebersamaan dan solidaritas sesama teman
guru dan ini merupakan modal yang kuat untuk membangun SMP Negeri 5 Sukadana
yang lebih maju.
Penerapan budi atau budaya disiplin mewujudkan visi dan misi sekolah juga
memiliki dampak yang baik secara keseluruhan. Banyak kegiatan siswa yang diikuti
dan memperoleh hasil yang memuaskan. Pada bidang seni tari tahun 2015, 2016 dan
2009 berhasil meraih juara 1 tingkat kecamatan dan kabupaten, diikuti sebagai juara 3
lomba Tundang atau Pantun Berdendang tingkat propinsi yang dilaksanakan oleh Balai
Bahasa Provinsi Kalimantan Barat. Bidang matematika tahun 2016 masuk dalam 10
besar siswa dan mengikuti kegiatan lomba matematika tingkat propinsi yang
dilaksanakan oleh Himat FKIP Untan. Dalam bidang IPA berhasil masuk 5 besar dan
mengikuti kegiatan Super Fisik yang dilaksanakan oleh FKIP Untan. Tidak ketinggalan
dalam kegiatan pramuka, berhasil mengikuti kegiatan Lomba Tingkat III di kabupaten.
Gugus Depan H. Nazumi A. Yani yang berpangkalan di SMP Negeri 5 Sukadana juga
dipercayakan oleh Kwartir Cabang Sambas untuk mengikuti kegiatan pramuka di Kuala
Lumpur. Pada tahun 2009 SMP Negeri 5 Sukadana oleh LPMP Pontianak ditetapkan
sebagai sekolah model di Kabupaten Kayong Utara. Melalui jalur prestasi akademik
SMP Negeri 5 Sukadana mampu mengirimkan 2 siswa untuk mengikuti program Adem
yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Kalimantan Barat.
Program ini diperuntukan bagi siswa yang berprestasi untuk masuk SMA atau SMK
favorit yang ada di Pontianak.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka banyak hal-hal yang positif dari
penerapan budi atau budaya disiplin untuk mewujudkan visi dan misi sekolah, antara
lain:
1. Adanya kemauan dari siswa untuk lebih banyak belajar.
2. Siswa terlatih berinteraksi dengan dunia luar.
3. Guru dan siswa terlatih untuk mencintai dan perduli terhadap lingkungan sekitar.
4. Guru mulai memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai tempat proses belajar
mengajar.
5. Siswa menjadi lebih percaya diri.
6. Siswa termotivasi untuk mencapai cita-cita yang tinggi

10
7. Tanpa disadari siswa dan guru merasa bertanggung jawab atas kemajuan
sekolahnya.
8. Siswa mulai mengembangkan diri dengan menyampaikan ide atau buah pikiran
dalam bentuk kegiatan hari-hari besar nasional dalam wadah OSIS dan Pramuka
SMP Negeri 5 Sukadana.
9. Siswa termotivasi untuk mengembangkan ekskul yang ada di sekolah.
C. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih
Disiplin biasa kita sebut dengan sikap mental, tekun dan konsisten. Aktivitas-
aktivitas yang memerlukan kedisiplinan mulai ditinggalkan dengan alasan tidak
sempat. Sehingga penundaan sudah menjadi sikap yang biasa. Padahal sikap disiplin
inilah yang dapat mempertahankan suatu sekolah saat menghadapi masalah.
Budaya disiplin seharusnya dilakukan oleh masing-masing individu. Dari
individu yang memiliki disiplin yang tinggi maka akan memiliki efek yang baik untuk
sekolah. Disiplin akan terbentuk bukan dari keterpaksaan, namun karena tindakan
konsisten dari perilaku dan tanggung jawab. Merasa bertanggung jawab atas apapun,
akan membentuk rasa disiplin. Intinya adalah disiplin dibentuk dari ketekunan masing-
masing individu.
Disiplin selalu mudah diucapkan, namun sangat sulit untuk dipraktikkan.
Tidak semua orang mampu mendisiplinkan dirinya, karena ketika berbicara tentang
disiplin pasti berbicara tentang aturan yang dibuat sendiri. Ini akan sedikit sulit, karena
aturan itu dibuat untuk diri sendiri, tidak banyak yang mampu menjalankannya dengan
baik. Orang yang mampu menjalankannya dengan baik adalah orang-orang sukses.
Maka tidak heran dalam sejarah hidup orang-orang sukses, mereka adalah orang-orang
yang sangat disiplin, membagi waktu sedetail mungkin, sehingga tidak sedetik pun
terlewatkan tanpa manfaat. Itulah kunci kesuksesan, yaitu kedisiplinan.
Penerapan strategi budi atau budaya displin untuk mewujudkan visi dan misi
sekolah memiliki kendala dalam menghasilkan siswa yang berkarakter baik, antara lain:
1. Siswa sulit datang awal ke sekolah akibat kebiasaan.
2. Beberapa guru yang mengajar di SMP Negeri 5 Sukadana memiliki tempat tinggal
yang cukup jauh dari sekolah.
3. Orangtua siswa merasa keberatan apabila ada pertemuan di sekolah. Hal ini
dikarenakan bersamaan dengan kerja yang dilakukan. Mata pencaharian sebagian

11
besar orang tua siswa adalah petani dan pedagang sehingga apabila tidak bekerja
sehari maka membawa kerugian bagi mereka.
4. Orangtua masih menganggap kegiatan ekstra merupakan kegiatan yang tidak perlu
dan sia-sia. Anggapan mereka lebih baik anak membantu orangtuanya untuk bekerja
agar terpenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.
5. Kegiatan yang diikuti siswa untuk membawa nama sekolah semakin banyak
sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit.

D. Faktor-Faktor Pendukung
Penerapan strategi budi atau budaya disiplin mewujudkan visi dan misi
sekolah memerlukan perhatian dan dukungan dari semua pihak. Tanpa dukungan maka
penerapan disiplin ini tidak akan berhasil dengan baik. Tentunya perlu adanya evaluasi
berkala dan pemantauan terhadap strategi budi atau budaya disiplin. Memang penerapan
disipin pasti tidak mengenakan beberapa pihak karena faktor kebiasaan orang yang
tidak disiplin. Walaupun tidak mengenakan penerapan disiplin tetap dijalankan sampai
sekarang karena hal ini memberikan dampak yang positif terhadap proses pembentukan
karakter siswa di SMP Negeri 5 Sukadana.
Adapun faktor-faktor yang mendukung penerapan strategi budi atau budaya
disiplin mewujudkan visi dan misi sekolah, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Dukungan moril dan materiil dari Kepala Sekolah melalui kebijakan
penerapan budaya disiplin yang cara mengadakan komunikasi dengan siswa.
b. Penganggaran dana prestasi bagi siswa yang mampu meraih kejuaraan dalam
perlombaan akademik maupun non akademik. Serta motivasi yang dilakukan
secara terus menerus oleh kepala sekolah guna meningkatkan semangat siswa
dan guru untuk senantiasa menerapkan disiplin dan berprestasi guna
meningkatkan kualitas mutu pendidikan di SMP Negeri 5 Sukadana.
c. Dukungan dari segenap stake holders sekolah khususnya bidang kurikulum,
kesiswaan dan pembina OSIS yang terlibat secara langsung baik secara teknis
maupun sebagai steering committee.

12
d. Motivasi dari segenap dewan guru dalam bentuk bimbingan baik kelompok
maupun individu.
2. Faktor Eksternal
a. Dukungan moril dari masyarakat khususnya orang tua peserta didik dalam
memahami betapa pentingnya disiplin di sekolah, sehingga tumbuh kesadaran
untuk selalu hadir mendengarkan hasil prestasi yang diraih oleh anaknya.
b. Dukungan dari tokoh masyarakat sekitar yang selalu peduli terhadap
pelaksanaan kegiatan sekolah.

13
BAB IV
KESIMPULAN, REFLEKSI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Pembinaan siswa yang dilakukan di sekolah baik dalam proses belajar
merupakan tanggung jawab bersama baik sekolah, orang tua, masyarakat maupun
pemerintah. Kerja sama yang dilakukan harus bersinergi sehingga dapat menghasilkan
program yang berkualitas. Kekurangan bukan berarti alasan untuk tidak bisa maju
mengejar ketinggalan. Hanya kemauan dan usaha yang kuatlah menjadi cambuk
mencapai keberhasilan. Buah keberhasilan akan bisa diraih apabila ada kebersamaan.
Perhatian dan bimbingan merupakan alat yang ampuh untuk proses pembelajaran.
Kedisiplinan merupakan satu diantara tekad keberhasilan. Belajar dari tokoh-tokoh yang
berhasil menerapkan kedisiplinan merupakan modal awal untuk kemajuan. Mudah-
mudahan apa yang kita cita-citakan membawa harapan untuk generasi emas tahun 2014
yang akan datang.

B. Refleksi
Kondisi sekolah yang telah kondusif perlu dijaga sehingga pelaksanaan
kegiatan proses pembelajaran siswa berjalan dengan baik. Ini perlu adanya perhatian
dari semua pihak yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan ini. Selain
mempertahankan kondisi yang telah baik untuk ke depan perlu adanya pengembangan

14
sekolah sehingga SMP Negeri 5 Sukadana dapat menjadi panutan atau contoh bagi
sekolah lain.
Tentunya apa yang telah diraih sekarang ini sebagai motivasi untuk
pengembangan kegiatan siswa ke depan. Apalagi saat ini merupakan jaman teknologi,
sehingga siswa harus mampu menguasai teknologi agar informasi yang berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dapat dicapai.
Pengembangan program IT di SMP Negeri 5 Sukadana terus dilakukan
dengan melengkapi sarana komputer atau laptop. Kami menyadari bahwa jumlah sarana
laptop yang dipergunakan oleh siswa masih jauh dari harapan ditambah lagi sekolah
masih belum memiliki laboratorium komputer. Tetapi itu bukan merupakan halangan
siswa untuk maju. Hal ini menjadi prioritas karena memasukui era globalisasi
kemampuan IT semakin diperlukan dan berdampak pada SDM siswa.

C. Rekomendasi
1. Kedisiplinan merupakan cara yang paling baik untuk menumbuhkan rasa tanggung
jawab maka perlu didukung oleh semua pihak.
2. Guru sebagai pemegang amanat harus menjalankan tugas dan kewajibannya untuk
mendidik dan mengajar siswa dengan hati yang tulus dan ikhlas.
3. Kerja sama semua pihak baik sekolah, orang tua, masyarakat maupun pemerintah
perlu terus dijaga untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini. (1986). Psikologi Anak. Bandung : Alumni.

Pai, Y. (1990). Cultural Foundation of Education. New York: Macmillan Publishing


Company.

Ronald. 2006. Peran Orang tua dalam Meningkatkan Kualitas Hidup, Mendidik dan
Mengembangkan Moral Anak. Bandung : Yrama Widya.

Slameto. 2003.  Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

Suderadjat, Hari, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu


Pendidikan Melalui Implementasi KBK, Bandung : Cipta Lekas Garafika, 2005

Tulus Tu,u. 2004. Peranan Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta :
Grafindo.

Yusuf, L N, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :


Remaja Rosdakarya.

16

Anda mungkin juga menyukai