Anda di halaman 1dari 3

Nama: Gita Puspa Maharani

NPM: 170510160034
Tugas Folklore dan Pengetahuan Tradisional
Bekel: Permainan Tradisional Anak yang Mulai Terlupakan

Siapa yang tidak mengetahui permainan tradisional anak yang satu ini, bekel. Mungkin ada
yang lebih mengenalnya dengan sebutan beklen, bekel, atau bekles tergantung di daerah mana
permainan ini dimainkan. Permainan bekel berasal dari Jawa Tengah, namun dapat kita temukan juga
di Jawa Timur dan Jawa Barat. Permainan tradisional ini biasanya dimainkan oleh anak-anak atau
remaja putri pada masanya. Sejarahnya, permainan ini berasal dari Belanda dengan nama bikkelen.
Permainan bekel masih setipe dengan permainan gathengan. Namun perbedaannya, gathengan
menggunakan batu kerikil dan bola karet, sedangkan bekel menggunakan seperangkat alat berupa bola
karet berwarna-warni seukuran bola pingpong dan sejumlah biji bekel yang terbuat dari logam atau
kuningan. Biji bekel yang dari logam atau kuningan memiliki empat sisi yang berbeda. Sisi pertama
merupakan sisi bagian atas yang dicirikan dengan adanya titik merah disebut dengan pit. Sisi bagian
bawahnya disebut dengan roh. Disalah satu sisinya yang datar terdapat tanda titik dan di sisi baliknya
memiliki permukaan yang mulus. Sebelum menggunakan logam dan kuningan, biji bekel dibuat dari
engsel tulang bagian tumit kaki belakang domba. Namun di Jawa Barat, biasanya biji bekel ini
diganti dengan kewuk (cangkang kerang). Jumlah dari biji bekel biasanya terdiri dari 4-10 buah biji
bekel. Bekel biasanya dimainkan oleh anak perempuan, baik sendiri, berdua, atau bahkan beramai-
ramai. Aturan dalam bermain bekel bervariasi tergantung pada kesepakatan tiap pemain.

Cara memainkan permainan tradisional ini terlihat mudah, tapi sebenarnya bermain bekel
tidak semudah yang dilihat. Dalam bermain bekel terdapat beberapa aturan umum yang biasa dipakai
oleh anak-anak putri saat bermain bekel. Semua biji bekel harus dipegang oleh satu tangan bersama
dengan bolanya. Kemudian, bola dilambungkan ke atas, saat bola terlepas dari tangan, maka pemain
harus menyebarkan biji bekel yang sedari tadi digenggam erat. Selama bola tidak berada di tangan
pemain, inilah kesempatan pemain untuk mengambil atau mengatur biji bekel. Saat mengambil dan
mengatur biji bekel, tangan tidak boleh menyentuh biji bekel yang lainnya. Selama mengolah biji
bekel, bola karet hanya boleh memantul sebanyak satu kali. Bola dan biji bekel yang berada di
genggaman tangan tidak boleh jatuh atau lepas saat permainan berlangsung. Bila salah satu peraturan
tersebut dilanggar, maka pemain akan kehilangan gilirannya dan berganti ke pemain lain.

Awal permainan, pemain hanya menyebarkan biji bekel. Biji bekel yang disebar tidak boleh
dalam keadaan posisi yang sama. Jika sama, maka gilirannya berganti pada pemain lain. Terdapat 3
set dalam bermain bola bekel, yaitu mi, pit,dan roh. Mi merupakan sebutan untuk mengambil biji
bekel tanpa ketentuan posisi biji bekel yang menghadap ke arah tertentu. Jadi pemain hanya
mengambil biji bekel dimulai dari bilangan satu, dua, hingga maksimal jumlah biji bekel. Mengambil
biji bilangan satu disebut dengan mi satu. Permainan dimulai dengan menggenggam semua biji bekel
beserta bolanya. Lalu bola dilambungkan, sembari biji bekel disebar di permukaan yang datar seperti
pada lantai atau tanah yang datar. Setelah bola memantul sekali, bola harus langsung ditangkap, tidak
boleh sampe memantul dua kali. Kemudian bola dilambungkan lagi. Pemain harus mengambil satu
biji bekel dalam setiap sekali pantulan bola dan begitu seterusnya. Pada saat pengambilan biji terakhir
sehingga semua biji berada di genggaman tangan, biji bekel harus disebar kembali hanya dengan satu
kali lemparan dan pantulan bola. Setelah mi satu permainan dilanjutkan ke mi dua, dimana pemain
harus mengambil dua biji bekel dalam sekali lemparan dan pantulan bola. Prosesnya begitu seterusnya
hingga jumlah akhir biji bekel. Jika saat bermain menggunakan 5 biji bekel, maka pada mi lima,
pemain harus langsung mengambil 5 biji bekel dalam sekali lemparan dan pantulan bola.

Apabila pemain berhasil melewati tahap mi, maka permainan langsung dilanjut ke set pit.
Setelah pengambilan mi terakhir, penyebaran biji dilakukan pada sekali lambungan bola. Setelah biji
bekel tersebar, pemain harus mengatur biji bekel satu persatu agar bagian pit menghadap ke atas
dalam sekali pantulan bola. Setelah semua bagian pit biji bekel menghadap ke atas, permainan
dilanjut ke pit satu. Prosesnya sama seperti mi, yaitu mengambil biji satu persatu. Jika pit satu selesai,
dilanjut dengan pit dua, dan seterusnya hingga jumlah maksimal biji bekel. Selesai set pit, permainan
dilanjut dengan set roh. Cara bermainnya sama dengan set pit, namun bedanya semua biji bekel harus
diatur sehingga posisi roh yang menghadap ke atas. Kemudian apabila semua biji bekel sudah
diposisikan bagian rohnya menghadap ke atas, dilakukan roh satu, dua, dan begitu seterusnya hingga
jumlah maksimal biji bekel. Apabila saat bermain, pemain kurang konsentrasi dan melakukan
kesalahan, maka giliran bermain akan bergeser pada pemain lainnya. Pemain dengan jumlah set
terbanyak/berhasil lebih dahulu menyelesaikan set roh, maka dialah pemenangnya.

Permainan tradisional ini sangat baik untuk perkembangan anak. Selain melatih konsentrasi,
permainan ini juga melatih kecepatan tangan dan kesigapan dalam bertindak. Selain itu, permainan ini
juga membuat anak belajar bersosialisasi dengan teman-temannya. Lewat permainan ini juga anak-
anak, dalam hal ini anak perempuan, diajarkan untuk bertindak jujur dan sportif terutama saat
melanggar aturan dalam bermain. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, permainan
tradisional yang banyak manfaat untuk anak ini mulai tergerus dengan teknologi. Anak-anak mulai
lebih senang bermain gadget, dibandingkan dengan memainkan permainan tradisional seperti
permainan bekel ini. Kini bisa kita lihat perbedaan anak-anak zaman dulu dengan anak-anak zaman
sekarang. Anak-anak zaman sekarang cenderung lebih individualis, jarang berinteraksi secara
langsung dengan teman-teman sebayanya. Mereka mulai melupakan permainan-permainan tradisional
yang terdapat di daerahnya. Padahal, permainan tradisional terkhusus pada bekel ini sarat akan makna
budaya setempat, nilai-nilai moral dan sosial, dan memacu anak-anak untuk aktif menggerakan
anggota tubuhnya saat bermain bersama dengan teman-temannya.
Google   http://kebudayaanindonesia.net/

Sumber :

 https://www.scribd.com/doc/93397291/Bekel-Adalah-Salah-Satu-Jenis-Permainan-
Tradisional-Dari-Jawa-Tengah
 http://www.indogamers.com/read/19/02/2013/6960/permainan_bola_bekel__game_tradisiona
l_yang_semakin_langka/

Anda mungkin juga menyukai