Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD

Disusun oleh

YOHANES RANSAN
NIM I4052211001

PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK

2021
A. Definisi
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi
darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan
keseimbangan cairan dalam tubuh , menjaga level elektrolit seperti sodium,
potassium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormone enzim yang
dapat membantu mengendalikan dalam tekanan darah memproduksi sel darah
merah serta menjaga susunan tulang menjadi lebih kuat. Setiap hari kedua
ginjal menyaring sekitar 120-150 liter darah dan menghasilkan sekitar 1-2
liter urin. Ginjal tersusun atas unit penyaring yang dinamakan nefron. Nefron
terdiri dari glomerulus dan tubulus. Glomelurus menyaring cairan dan limbah
untuk dikeluarkan serta mencegah keluarnya sel darah dan molekul besar
yang sebagian besar berupa protein. Selanjutnya melewati tubulus yang
mengambil kembali mineral yang dibutuhkan tubuh dan membuang
limbahnya. Ginjal juga menghasilkan enzim renin yang menjaga tekanan
darah dan kadar garam serta hormon erythropoietin (Angraini, Fani &
Arcellia, 2016).

Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi


darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan
keseimbangan cairan dalam tubuh. Jika pada seseorang yang mengalami
gangguan fungsi ginjal akan terganggu keseimbangan cairan elektrolit. Hal
ini umumnya disebut dengan gangguan fungsi ginjal atau Chronic Kidney
Disease (CKD). Chronic Kidney Disease adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan
metabolisme, keseimbangan cairan dan lelektrolit. Hal ini menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Ckd di tandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang nantinya memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap berupa dialysis atau transpalansi ginjal (Derebail, 2011).
Jadi kesimpulannya gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal
yang progresif dan irreversible yang menyebabkan kegagalan dalam
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialysis atau transpalansi
ginjal.
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu
memelihara metabolisme,keseimbangan cairan, dan elektrolit yang berakibat
pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronik mempunyai
karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan, dan memerlukan
pengobatan berupa transplantasi ginjal, dialisis peritoneal, hemodialisis, dan
rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (B & Hawk, 2014).

B. Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu, atas
dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas
dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan
mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:

∗) pada perempuan dikalikan 0,85

Tabel Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas Dasar


Derajat Penyakit (Guyton dan Hall, 2010).
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1,73m²)
Kerusakan ginjal dengan LFG normal
≥ 90
1 atau ↑
Kerusakan ginjal dengan LFG ↑
60-89
2 ringan
Kerusakan ginjal dengan LFG ↑
30-59
3 sedang
Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ berat 15-29
4
Gagal ginjal <15 atau dialisi
5

C. Etiologi
Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi setelah berbagai macam
penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit
parenkim ginjal difus dan bilateral. Penyebab dari penyakit gagal ginjal
kronik antara lain adalah:

1. Infeksi Pielonefritis kronik


2. Penyakit peradangan Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif
4. Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis
5. Gangguan jaringan penyambung
6. SLE, poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
7. Gangguan kongenital dan herediter
8. Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler ginjal
9. Penyakit metabolik
10. DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
11. Nefropati obstruktif
12. Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
13. Nefropati obstruktif
14. Saluran kemih bagian atas
15. Kalkuli, neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
16. Saluran kemih bagian bawah
17. Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital pada leher
18. kandung kemih dan uretra.

D. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk


glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak
(hipotesanefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang
rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah. Fungsi renal menurun,
produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam
urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

E. Penatalaksanaan

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk


glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% -
90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance
turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah. Fungsi renal menurun, produk
akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
F. Manifestasi Klinik
Pada Penyakit Ginjal Kronis (PGK) yang ringan, terkadang tidak dapat
ditemukan gejala apapun.Gejala seperti pruritus, malaise, kejenuhan,mudah
lupa, nafsu seksual menurun, mual, dan mudah lelah merupakankeluhan yang
sering dijumpai pada penderita PGK.Gagal tumbuh merupakan keluhan utama
pada penderita pra-remaja.Gejala kelainan multi-sistem seperti systemic lupus
erythematosus juga secara kebetulan dapat terlihat. Kebanyakan penderita
PGK memiliki tekanan darah yang tinggi yang disebabkan oleh overload
cairan atau hiperreninemia. Akan tetapi beberapa penderita memiliki tekanan
darah yang normal atau rendah, hal ini dapat terjadi bila penderita memiliki
kecenderungan hilangnya garam pada ginjal seperti pada medullary cystic
disease.Denyut nadi dan laju nafas cepat akibat dari anemia dan asidosis
metabolik.Apabila ginjal dapat diraba, maka diduga polycystic
disease.Pemeriksaan dengan oftalmoskop dapat menunjukkan adanya
retinopati hipertensif atau diabetik retinopati.Perubahan pada kornea biasanya
dihubungkan dengan penyakit metabolik seperti Fabry disease, cystinosis, dan
Alport hereditary nephritis (Vincenti, 2012).

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang digunakan untuk memberi keyakinan akan
diagnosis banding yang sudah ditetapkan. Pemeriksaan penunjang harus
selektif dan sesuai dengan tujuannya, yaitu:
a) Diagnosis etiologi GGK
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis, yaitu foto polos perut,
ultrasonografi (USG), nefrotomogram, pielografi retrograde,
pielografi antegrade dan Micturating Cysto Urography (MCU)
b) Diagnosis pemburuk faal ginjal Pemeriksaan radiologi dan
radionuklida (renogram) dan pemeriksaan USG.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal
secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin
azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006)
2. Peranan diet
Terapi diet rendah protein menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan
terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen
3. Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif
nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.
4. Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
5. Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung
dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).
6. Terapi simtomatik
1) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum
kalium (hiperkalemia).Untuk mencegah dan mengobati asidosis
metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium
bikarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH ≤7,35 atau serum
bikarbonat ≤ 20 mEq/L.
2) Anemia
Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC) merupakan salah
satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif.Terapi pemberian
transfusi darah harus hati hati karena dapat menyebabkan kematian
mendadak (hipervolemik).
3) Keluhan gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada GGK.Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan
utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain
adalah ulserasi mukosa mulai darimulut sampai anus. Tindakan yang
harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan
simtomatik.
4) Kelainan kulit
Tindakan Tindakan yang diberikan tergantung dengan jenis keluhan
kulit.
5) Kelainan neuromuskular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis
reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal
paratiroidektomi.
6) Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi sesuai dengan keadaan
7) Kelainan sistem kardiovaskular
Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang
diderita.

H. Pemeriksaan diagnostik
a) Laboratorium
Urinalisis didapatkan warna kotor, sedimen kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, dan myoglobin. Berat jenis<1.020
menunjukkan penyakit ginjal, pH urine >7.00 menunjukkan ISK,
NTA, dan GGK. Osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg
menunjukkan kerusakan ginjal dan rasio urine : seru sering 1 : 1.

b) Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin


Terdapat peningkatan yang tetap dalakm BUN dan laju
peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan
protein), perfusi renal dan masukan protein. Serum kratinin
meningkat pada kerusakan glomerulus. Kadar kreatinin serum
bermanfaat dalam pemantauan fungsi ginjal dan perkembangan
penyakit.
c) Pemeriksaan elektrolit
Pasien yang mengalami penurunan lajut filtrasi glomerulus tidak
mampu mengeksresikan kalium. Katabolisme protein
mengahasilkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh,
menyebabkan hiperkalemia berat. Hiperkalemia menyebabkan
disritmia dan henti jantung.
d) Pemeriksaan pH
Pasien oliguri akut tidak dapat emngeliminasi muatan metabolik
seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik
normal. Selain itu, mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya penurunan kandungan karbon dioksida
darah dan pH darah sehingga asidosis metabolik progresif
menyertai gagal ginjal.

I. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik

1. Pengkajian
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni
identitas klien dan identitas penanggung jawab, identitas klien yang
meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, serta diagnosa medis.
Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat menyerang pria maupun wanita dari
rentang usia manapun, khususnya bagi orang yang sedang menderita
penyakit serius, terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut
usia. Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang
didapatkan yakni meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan
si penderita.

2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama yang sering adalah miksi terasa sesak dan
sedikitsedikit.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit
terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan
berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output dan apakah
penurunan jumlah urine output tersebut ada hubungannya dengan
predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahan setelah melahirkan,
diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera luka bakar, setelah
mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat
NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan
tranfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada ginjal
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab
pasca renal.Penting untuk dikaji tentang riwayat pemakaian obatobatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.

I. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon


individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat
secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2006; Gordon & Nanda 19976).
Diagnosa keperawatan pada pasien CKD menurut Moorhead,
dkk., 2013 & Bulechek, dkk., 2013:
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari keburtuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
f. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasive
g. Nyeri akut berhubungan dengan agent cedera fisik
h. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi
i. Fatigue ( kelelahan) berhubungan dengan anemia

Daftar fustaka

Angraini, Fany, and Arcellia Farosyah Putri. "Pemantauan Intake Output


Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dapat Mencegah Overload
Cairan." Jurnal Keperawatan Indonesia 19.3 (2016): 152-160.
Jiang, Jiyang, et al. "The interdomain linker region of HIV-1 capsid protein is a
critical determinant of proper core assembly and
stability." Virology 421.2 (2011): 253-265.
Hawk, Brandi N., and Robert B. McCall. "Perceived relationship quality in
adolescents following early social-emotional deprivation." Clinical
child psychology and psychiatry 19.3 (2014): 439-459.
Vincenti, F., et al. "Three‐year outcomes from BENEFIT, a randomized,
active‐controlled, parallel‐group study in adult kidney transplant
recipients." American journal of transplantation 12.1 (2012): 210-
217.
Sukandar, Sukandar, et al. "Metals leachability from medical waste incinerator
fly ash: a case study on particle size comparison." Environmental
pollution 144.3 (2006): 726-735.
Setiawan, Riki, and Ramdhany Ismahmudi. "Analisis Praktik Klinik
Keperawatan Pada Pasien Ckd (Chronic Kidney Disease) dengan
Intervensi Inovasi Aromaterapi Lavender Terhadap Level Fatigue
(Kelelahan) di Ruang Hemodialisa Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun 2018." (2018).
Sulistyowati, Bekti. "Upaya Penurunan Nyeri Melalui Relaksasi Genggam Jari
pada asuhan Keperawatan Pasien Post operasi Hernia." DIII
Keperawatan (2019).

Anda mungkin juga menyukai