Anda di halaman 1dari 17

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO

MAKALAH TOKSIKOLOGI
“ DISTRIBUSI OBAT DALAM TUBUH “

OLEH :

KELOMPOK : II ( DUA)
NAMA :1. CICI NOVIANTI (F1F1 13 006)
2. CITRAWANA B. LADJAMU (F1F1 13 007)
3. DESI SARTINA (F1F1 13 008)
4. DIAN ASRINI (F1F1 13 009)
KELAS :A
DOSEN : SRI WAHYUNI, S.Si. Apt.

KENDARI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh
bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Pengaruh yang
merugikan ini timbul sebagai akibat terjadinya inter aksi diantara agent-
agent toksis (yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kerusakan
pada organisme hidup) dengan system biologi dari organisme. Pada
beberapa racun, yang bereaksi itu bukan agentnya sendiri, tetapi
hasil metabolismenya.
Proses pengrusakan ini baru terjadi apabila pada target organ telah
menumpuk satu jumlah yang cukup dari agent toksik ataupun metabolitnya,
begitupun hal ini bukan berarti bahwa penumpukan yang tertinggi dari agent
tokis itu berada di target organ, tetapi bisa juga ditempat yang lain. Sebagai
contoh, insekticida hidro karbon yang diklorinasi mencapai konsentrasi
dalam depot lemak dari tubuh, tetapi disana tidak menghasilkan
effek-effek keracunan yang dikenal. Selanjutnya, untuk kebanyakan racun-
racun, konsentrasi yang tinggi dalam badan akan menimbulkan kerusakan
yang lebih banyak.
Konsentrasi racun dalam badan ini merupakan fungsi dari jumlah
racun yang dipaparkan, yang berkaitan dengan kecepatan absorpsinya dan
jumlah yang diserap, juga berhubungan dengan distribusi, metabolisme
maupun ekskresi agent toksis tersebut.

B. TUJUAN
Tulisan ini dimaksudkan untuk membicarakan mengenai distribusi
agent toksis dalam badan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DISTRIBUSI
Sesudah toksikan memasuki air plasma, melalui penyerapan atau
langsung melalui pemberian intra vena, dia dapat disebar keseluruh tubuh.
Distribusi biasanya terjadi secara cepat, dan kecepatan distribusi ke
jaringan-jaringan 2 masing-masing organ ditentukan oleh aliran darah
melalui organ dan kemudahan zat-zat kimia melawati alas kapillair dan
menembus sel-sel dari jaringan-jaringan khusus. Penyebaran akhir sangat
tergantung atas kemampuan zat kimia untuk melewati membran sel dari
berbagai jaringan-jaringan dan affinitas dari beberapa jaringan-jaringan
dalam tubuh kezat-zat kimia tersebut.
Penembusan toksikan-toksikan kedalam sel-sel tergantung
1
pada beberapa mekanisme-mekanisme seperti yang dibicarakan
sebelumnya untuk penyerapan gastro intestinal. Ion-ion dan molekul-
molekul kecil yang larut dalam air berdiffusi melalui saluran-saluran
berair atau pori-pori dalam membran sel. Molekul-molekul yang larut
dalam lipid dengan mudah menembus membran. Molekul-molekul air
dan ion-ion ukuran sedang (berat-berat molekul dari 50 atau lebih) tidak
dapat memasukisel dengan mudah kecuali oleh mekanisme
pengangkutan yang khusus.
Beberapa toksikan-toksikan tidak mudah melewati membran-
membran sel dan karena itu memiliki distibusi-distribusi yang terbatas,
sedangkan toksikan-toksikan lain dengan mudah menembus sel-sel
membran dan menyebar keseluruhan tubuh. Sebagai tambahan, beberapa
toksikan-toksikan menumpuk dalam berbagai bagian-bagian tubuh sebagai
satu akibat pengikatan, pengangkutan aktif atau kelarutan yang tinggi
dalam lemak. Sedangkan tempat penumpukkan dari satu toksikan boleh
meruapakan tempat-tempat kerja daya racunnya yang besar, tetapi lebih
sering dia bukan merupakan tempat daya racunnya.
Apabila satu toksikan telah menumpuk pada satu tempat selain dari
tempat dimana dia menghasilkan kerja toksisnya, penumpukan itu bisa
menyajikan sebagai sebagai satu gudang penyimpanan, yang dapat
menjaga konsentrasi toksikan diorgan sasaran pada konsentrasi yang lebih
rendah. Dalam hal ini, zat kimia digudang penyimpangan secara
toksikologis adalah inaktif : bagaimanapun, karena zat kimia dalam
gundang penimbunan ada dalam kesetimbangan dengan toksikan
bebas, dia secara perlahan-perlahan dilepaskan kedalam sirkulasi ketika
bebas disingkirkan.

B. VOLUME DISTRIBUSI
Air tubuh total dibagi kedalam 3 ruang terpisah yang nyata : (1) air
plasma, (2) interstitial water (= air celah), (3) intra cellular water (= air
dalam sel). Extra cellular water (= air diluar sel) terdiri dari air plasma
ditambah air celah. Konsentrasi yang akan dikembangkan oleh toksikan
dalam darah sesudah satu pemaparan tertentu akan sangat tergantung atas
volume distribusinya (Vd ) yang nyata. Untuk contoh : jika 1 gram zat
kimia diinjeksikan langsung kedalam aliran darah manusia dengan berat
70 kg, perbedaan yang nyata dalam konsentrasi plasmanya akan dilihat
tergantung atas distribusinya.
Satu konsentrasi yang tinggi akan dilihat dalam plasma jika dia
hanya menyebar dalam air plasma, dan satu konsentrasi yang sangat rendah
akan dicapai apabila dia menyebar dalam satu genangan yang sangat
besar seperti air tubuh total. Distribusi toksikan biasanya tidak sesederhana
seperti distribusi kedalam satu dari ruang-ruang terpisah dari air dalam
tubuh tetapi dipersulit oleh pengikatan kepelbagai tempat-tempat
penimbunan dalam tubuh, seperti lemak, liver, atau tulang.
C. PENIMBUNAN TOKSIKAN-TOKSIKAN DALAM JARINGAN
Toksikan-toksikan selalu dihimpun dalam satu jaringan khusus.
Beberapa toksikan-toksikan mengembangkan konsentrasi tertingginya pada
tempat kerja toksis mereka, seperti carbon mono oksida, yng memiliki
satu affinitas yang sangat tinggi ke Haemoglobin, yang menumpuk dalam
paru-paru. Agent-agent lain menghimpun pada tempat-tempat yang berlainan
dari tempat kerja toksis mereka.
Untuk contoh, Pb ditumpuk dalam tulang, sedangkan
gejala-
2
gejala dari keracunan Pb didasarkan kepada Pb dalam jaringan-jaringan
lemak. Ruangan-ruangan terpisah dimana toksikan-toksikan ini dihimpun
dapat difikirkan sebagai satu gudang penimbunan. Ketika toksikan
ditimbun selalu tidak berbahaya keorganisme. Karena itu gudang-
gudang penimbunan dapat dipertimbangkan sebagai satu organ-organ
pelindung, yang mencegah dari dikembangkan konsentrasi-
konsentrasi toksikan-toksikan yang tinggi pada tempat kerja toksik. Toksikan-
toksikan dalam gudang-gudang ini selalu dalam kesetimbangan dengan
toksikan bebas dalam plasma, dan ketika zat kimia itu dimetabolisir atau
dikeluarkan dari tubuh, lebih banyak dilepaskan dari tempat penimbunan.
Sebagai akibatnya, waktu paroh biologis senyawa-senyawa tersebut
yang ditimbun bisa jadi lebih lama. Yang berikut adalah tempat-tempat
penimbunan yang besar untuk toksikan-toksikan.

1. protein-protein plasma sebagai satu gudang penimbunan


untuk toksikan-toksikan :
Beberapa protein-protein dalam plasma dapat mengikat
penyusun-penyusun fisiologis yang normal didalam tubuh
sebagaimana beberapa senyawa-senyawa asing. Seperti dilukiskan pada
gambar 3-5, albumin mempunyai kekuatan untuk mengikat berbagai
senyawa-senyawa. Satu Beta1 – globulin, transferrin, penting untuk
pengangkutan besi dalam tubuh. Proteinlain yang merupakan pengikat
logam yang utama adalah cerulo plasmin, yang membawa kebanyakan
Cu dalam serum. Alfa dan beta lipoprotein-protein sangat penting
untuk pengangkutan senyawa-senyawa larut lipid seperti vitamin-
vitamin, kolesterol dan hormon-hormon steroid.
Anti bodi gamma globulin-globulin saling mempengaruhi
secara sangat khusus dengan antigen-antigen. Pengikatan protein
biasanya dilakukan melalui dialisasi plasma menghadapi buffer atau
melalui ultra filtrasi. Bagian yang menembus membran dialisasi atau
ultra filtrat adalah bagian yang bebas atau tak terikat, dan bagian
yang dimiliki adalah konsentrasi total, yang berupa jumlah dari fraksi
yang terikat dan yang bebas. Jadi, fraksi terikat adalah perbedaan dari
fraksi total dan fraksi bebas.
Kebanyakan zat-zat kimia asing yang terikat keprotein-protein
plasma adalah diikat oleh albumin. Ikatan-ikatan itu melibatkan
ikatan-ikatan yang reversible seperti ikatan-ikatan hydrogen, van der
Wall’s dan ikatan-ikatan ion. Protein plasma dengan B.M. yang tinggi
mencegah melaintasnya toksikan-toksikan melewati dinding-dinding sel
dan cenderung membatasi zat kimia ke ruang vascular. Bagian toksikan
dalam plasma mengikat ke protein-protein plasma tidak segera
didapati menyebar kedalam ruang extra vasculera atau filtrasi pada ginjal.
Bagaimanapun, saling pengaruhi dari satu zat kimia dengan protein-
protein plasma adalah satu proses reversible yang cepat. Ketika zat kimai
yang tidak terikat berdiffusi dari kapiler, zat kimia yang terikat
berdiffusi dari kapiller, zat kimia yang terikat memecah dari protein
hingga zat kimia dalam air extra vasculair setimbang dengan zat kimia
yang tak terikat dalam plasma. Proses-proses aktif seperti yang ada
dalam ginjal dan liver tidak dibatasi oleh tingginya derjat pengikatan
protein plasma.
Beberapa agent-agent untuk pengobatan telah diuji dengan dasar
3
ikatannya dengan protein plasma. Perluasan pengikatan toksikan-toksikan
ke plasma protein dapat mengalami banyak perubahan, beberapa seperti
anti pyrine, sama sekali tidak terikat, yang lain-lainnya seperti
sekobarbital, terikat sekitar 50 persen, dan beberapa seperti
Thyroxine, diikat sekitar 99,9 persen. Protein-protein plasma dapat
mengikat senyawa-senyawa asam seperti fenil butazone, senyawa-
senyawa basa seperti imipramine dan senyawa-senyawa netral
seperti digitoksin.
Pengikatan zat-zat kimia ke protein-protein plasma merupakan
kepentingan khusus untuk toksikolog karena reaksi-reaksi yang sangat
toksis dapat terjadi jika agent-agent digantikan dari plasma protein.
Bentuk terikat dari zat kimia tidak pergi keorgan sasaran untuk
menghasilkan kerusakan. Bagaimanapun, telah ditunjukkan bahwa agent
kimia lain boleh memindahkan yang pertama dari protein plasma yang
membuatnya dapat diperoleh dalam bentuk bebas. Dalam cara ini satu zat
kimia kedua dapat merangsang keracunan dari zat pertama. Untuk contoh,
jika satu obat sulfon amida yang terikat kuat diberikan kepasien yang
sedang memakai satu obat anti diabetes, dia bisa menggantikan tempat
obat anti diabetes dan merangsang coma hipoglikemik.
Senyawa asing juga dapat berlomba dan menggantikan
senyawa-senyawa fisiologis normal yang terikat keprotein-protein plasma.
Kepentingan dari kenyataan ini ditampilkan dalam satu uji klinik
perbandingan kenujaraban dari tetrasiklin dan satu campuran Penisillin –
Sulfon amida dalam penatalaksanaan bayi-bayi premature. Telah dijumpai
bahwa campuran sulfonamida berakibat kematian yang jauh lebih
tinggi dari tetrasiklin. Ini dikarenakan sulfonamida menggantikan
sejumlah besar bilirubin dalam albumin, dan kemudaian bilirubin jadi
bebas untuk berdiffusi kedalam otak dan menghasilkan satu bentuk
kerusakan tak yang hebat yang diberi istilah kern icterus.
Kebanyakan penelitian atas pengikatan xenobiotik-xenobiotik ke
protein- protein plasma telah diselenggarakan dengan obat-obat. Lain-
lain bahan kimia, seperti insektisida dieldrine juga suka berikatan
dengan protein-protein plasma (99 persent). Serupa, bahwa zat-zat kimia
yang berlainan dengan obat-obat bisa juga berlomba bentuk tempat-
tempat ikatan yang sama ini dan saling mempengaruhi zat kimia-zat
kimia adalah serupa ke yang terjadi oleh mekanisme ini.
2. Konsentrasi tinggi toksikan-toksikan dalam liver dan ginjal
Liver dan Ginjal mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
mengikat zat-zat kimia, dan kedua organ-organ ini mungkin
menghimpun toksikan-toksikan melebihi organ-organ lain. Ini
dihubungkan dengan kenyataan bahwa mereka sangat penting dalam
pembuatan toksikan-toksikan dari tubuh; ginjal dan liver memiliki
satu kemampuan untuk mengekresi beberapa zat-zat kimia, dan
liver memiliki kemampuan tinggi untuk metabolisirnya.
Meskipun mekanisme yang tepat mengenai pembuangan
toksikan-toksikan dari darah oleh liver dan ginjal belum lagi ditetapkan,
pengangkutan aktif dan pengikatan ke komponen-komponen jaringan
sepertinya dilibatkan.
Pengangkutan aktif dan pengikatan protein, telah
diusulkan sebagai mekansime-mekansime yang mungkin digunakan
oleh liver dan ginjal untuk membuang bahan-bahan toksis dari
darah. Laporan-laporan terbaru dalam literature menyarankan bahwa
protein-protein pengikat dalam sel bisa jadi penting dalam
penumpikkan toksikan-toksikan dalam liver dan ginjal.
Satu protein dalam sitoplasma dari liver (protein Y atau
LIGANDIN) telah ditmapilkan memiliki satu affinitas yang tinggi
untuk bebrapa asam-asam organic dan telah diusulkan bahwa protein
ini bisa jadi penting dalam pengiriman anion-anion organic dari plasma
keliver. Protein-protein ini juga mengikat carsinogen zat warna AZO
dan cortico steroid-steroid LITWACK dkk 1971).
Protein pengikat yang lain (METALLO telah THIONEIN)
4
dijumpai dalam ginjal dan liver mengikat Cd (Margoshes dan Vallee,
1957, LUCIS dkk 1970). Sebagai satu contoh mengenai kecepatan liver
mengikat senyawa-senyawa asing, 30menit sesudah satu pemberian
tunggal Pb, konsentrasi liver adalah 50x lebih tinggi dari dalam
plasma (KLASSEN dan SHOMAN, 1972).
3. Lemak sebagai satu gudang penimbunan toksikan-toksikan
Sejumlah senyawa-senyawa organic yang ada dalam
lingkungan adalah sangat lipofil, satu tanda khas yang membolehkan
penembusan membran-membran sel-sel dan pengambilan oleh jaringan
secra cepat. Karena mereka sangat larut dalam lipid, dia tidak
mengejutkan bahwa mereka menyebar dan menumpuk dalam lemak
tubuh. Ini telah ditampilkan untuk sejumlah zat-zat kimia seperti :
CHLORDANE, DDT, POLYCLORINATED BIPHENYLS, POLY
BROMINATED BIPHENYLS.
Toksikan-toksikan tampak ditimbun dalam lemak oleh pelarutan
fisik dalam lemak-lemak netral. Lemak-lemak netral membangun kira-
kira 50% berat tubuh dari seorang yang gemuk dan kira-kira 20%
berat badan seorang atlet yang tak berlemak. Jadi satu toksikan
yang memiliki koeffisien Partisi lemak/air yang tinggi dapat
ditimbun dalam lemak tubuh dalam satu luas yang besar, dan
penimbunan ini akan merendahkan konsentrasi toksikan dalam organ
sasaran dan jadi menyediakan satu mekanisme perlindungan.
Seseorang bisa menduga bahwa daya racun beberapa
senyawa-senyawa yang menghimpun dalam lemak tidak sama seorang
yang gemuk dengan seorang bentuk atletis. Bagaimanapun, dalam
hubungan yang lebih praktis, adalah kemungkinan terjadinya satu
penambahan yang mendadak dalam konsentrasi bahan kimia itu didalam
darah dan organ sasaran, disana akan terjadi satu mobilisasi yang cepat
dari lemak yang ditimbun untuk energi. Sejumlah penelaahan-penelaahan
telah menunjukkan bahwa tanda-tanda keracunan dapat dihasilkan oleh
kelaparan jangka pendek dari binatang-binatang percobaan yang
sebelumnya dipaparkan secara berlebihan keinsektisida-
insektisida organoklorin jangka panjang.
4. Tulang sebagai gudang penimbunan bahan-bahan beracun
Satu jaringan yang relatif lembam seperti tulang dapat juga
melayani sebagai satu gudang senyawa-senyawa seperti Fluorida, timah
dan Strontium. Tulang sebagai tempat yang besar untuk bebrapa
toksikan-toksikan. Untuk contoh 90% dari timah hitam dijumpai dalam
kerangka tubuh. Peristiwa pengambilan bahan-bahan asing oleh
kerangka dapat difikirkan terutama berupa satu peristiwa kimia
permukaan, dimana pertukaran terjadi diantara permukaan tulang dn
cairan yang berhubungan dengannya. Cairan itu adalah cairan ekstra
selluler dan permukaan dimana peristiwa pertukaran itu terjadi adalah
dari Krista 1 2 hydroksi apatite dari mineral tulang. Beberapa dari kristal-
kristal ini kecil dan pada ukuran-ukuran demikian permukaan itu
besar dibandingkan ke massanya. Karena dibawa oleh cairan extra
cellular kesatu krsital tulang, toksikan memasuki kulit pengairan dari
kristal dan menembus ke permukaan kristal.
Berdasarkan kemiripan-kemiripan dalam ukuran dan bentuk
F dengan mudah menggantikan OH dan Pb atau Sr dapat
menggantikan Ca didalam struktur kisi hidroksi apatite melalui satu
pertukaran reaksi adsorpsi. Pengendapan dan penimbunan toksikan-
toksikan dalam tulang bisa toksis dan bisa tidak toksis. Timah hitam
tidak toksis ketulang, tetapi effek-effek krosnis dari pengendapan
fluorida (Fluorosis kerangka) dan Sr radioaktif (osteosarcom dn
5
neoplasma-neoplasma lain) dikenal dengan baik.
Senyawa-senyawa asing yang diendapkan ditulang, tidak
diasingkan secra irreversible oleh jaringan ini. Toksiikan-toksikan
dapat dilepaskan oleh pertukaran ion pada permukaan kristal dan oleh
pelarutan kristal-kristal oleh pertukaran kerja osteoklast. Satu kerja
osteoklast, seperti sesudah parathormon, mengarah ke peningkatan
pengarahan dari toksikan, yang akan digambarkan oleh satu
peningkatan konsentrasi plasma dari toksikan tersebut.
5. Blood Brain Barrier = B B B = Rintangan Otak Darah
BBB bukanlah satu rintangan mutlak bagi perjalanan bahan-
bahan toksis kedalam CNS, tetapi lebih menampilkan satu tempat yang
kurang permeable dari kebanyakan daerah-daerah lain dari tubuh.
Beberapa racun-racun dalam jumlah yang cukup besar tidak memasuki
otak. Disana ada tiga alasan besar secara anatomis dan fisiologis kenapa
bebrapa racun-racun mengalami kesulitan memasuki CNS :
1. Sel-sel endothel kapillair CNS bergabung ketat dan meyisakan
sedikit atau tidak ada pori-pori diantara sel-sel.
2. Kapiller-kapiller CNS banyak dikelilingi oleh tonjolan-tonjolan
jaringan penghubung glia
3. Penghimpun protein dalam cairan intersisial CNS kurang banyak
dari tempat lain dalam tubuh.
Jadi, berlawanan dengan tempat lain, toksikan mempunyai
kesulitan bepergian diantara capillair-capillair dan harus melewati tidak
hanya endotel cappilair sendiri tetapi juga membran-membran dari sel
glia untuk mendapatkan jalan masuk ke cairan intersitial. Karena
cairan sela adalah rendah protein, dia tidak dapat menggunakan
pengikatan protein untuk meningkatkan penyebaran k eCNS. Gambaran-
gambaran ini bersama-sama bekerja sebagai satu mekansime
perlindungan untuk mengurangi penyebaran-penyebaran toksikan ke
CNS dan jadi daya racunnya. Kegunaan BBB ber-ubah-ubah dari satu
daerah otak ke yang lain. Untuk contoh, korteks, lateral nuclei
hypothalamus, area postrema,pineal body dan lobus posterior hypophyse
lebih permeable dari daerah-daerah lain dari otak. Tak jelas apakah ini
dikarenakan bertambahnya aliran darah atau keperitng yang lebih
permeable atau keduanya. Masuknya toksikan-toksikan kedalam otak,
umumnya, mengikuti prinsip yang sama seperti yang dikerjakan
pengiriman melalui sel-sel lain tubuh. Hanya toksikan bebas, yang tak
terikat pada protein-protein plasma, yang bebas memasuki otak.
Kelarutan dalam lemak dari satu persenyawaan memainkan satu
6
peran yang besar dalam penentuan kecepatannya memasuki CNS. Jika
satu agent terionisir, dia tidak akan mudah memasuki CNS sebab dia
tidak larut dalam lemak. Jika dia tidak terionisir, dia akan
memasuki otak pada satu kecepatan yang sebanding ke koeffisien
partisi lemak/air. Karena itu, satu senyawa yang sangat larut lipid,
mudah memasuki CNS dan satu senyawa yang kurang larut lipid sulit
memasuki otak. Jadi methyl mercuri memasuki otak jauh lebih mudah
dari mercuri inorganic juga, karena 2 PAM adalah satu turunan
nitrogen kwaternair, dia tidak mudah menembus otak dan sangat
tidak effektif dalam mengembalikan hambatan dari cholim esterase otak.
BBB tidak sempurna berkembanga pada bayi, dan ini adalah satu
sebab mengapa beberapa zat kimia lebih toksis pada bayi dari pada
dewasa. Untuk contoh, MORFIN adalah 10x lebih toxis pada bayi tikus
dari yang pada dewasa karena permeabilitas otak tikus bayi ke morfin ini
lebih tinggi. Timah hitam menghasilkan Encephalo Myelo pathy pada
tikus-tikus bayi tetapi tidak pada yang dewasa, juga jelas disebabkan dari
perbedaan dalam perkembangan BBB.
D. LINTASAN TOKSIKAN-TOKSIKAN MENEMBUS PLACENTA
Untuk bertahun-tahun istilah rintangan placenta
melambangkan satu pengertian bahwa fungsi utama dari placenta
adalah untuk melindungi foetus terhadap lewatnya bahan-bahan berbahaya
dari induk ke foetus. Bagaimanapun, placenta itu memiliki fungsi-fungsi
lain seperti pertukaran limbah-limbah, makanan-makanan oksigen, dan
carbon dioksida diantara induk dan foetus. Kebanyakan dari bahan-bahan
yang sangat penting yang dibutuhkan untuk perkembangan foetus
dikirmkan melalui rangkaian energi system-sistem pengangkutan
aktif khusus. Untuk contoh : vitamin-vitamin, asam-asam amino, gula-
gula essensiil dan ion-ion seperti Ca dan Fe diangkut dari induk ke
foetus menghadapi satu perbedaan konsentrasi (Young, 1969; Ginsburg,
1971). Bahkan oksigen tidak menembus placenta melalui diffusi
sederhana (Gurtner dan Burn 1972).
Dilain pihak, kebanyakan bahan-bahan toksis melalui
placenta oleh diffusi sederhana, kecuali untuk sedikit anti metabolit-
metabolit yang secara struktur mirip ke purine-purine dan primidin-primidin
yang secara normal diangkut secara aktif dari sirkulasi induk ke sirkulasi
foetus. Beberapa zat-zat asing dapat menembus placenta. Tidak hanya
zat kimia tetapi juga virus-virus (virus Rubella), sel-sel patogen
(Spirochaeta Syphillis), globulin-globulin antibody, dan eritrosit-eritrosit
(Goldstein dkk 1968) menyeberangi placenta. Secara anatomis rintangan
placenta adalah hasil dari sejumlah lapisan-lapisan sel-sel yang diletakkan
diantara sirkulasi-sirkulasi induk dan foetus. Jumlah lapisan-lapisan
berubah-ubah menuruti spesies, keadaan kehamilan, dan ini kemungkinan
mempengaruhi permeabilitas placenta.
Placenta yang menampilkan keseluruhan 6 lapisan disebut :
EPITHELIO CHORIAL , dan yang kehilangan epithelium maternal disebut :
SYDESMO CHORIAL. Jika hanya lapisan endothel dari jaringan maternal
tersisa, disebut : ENDOTHELIAL CHORIAL, bahkan bila endothelini tidak
ada, sehingga villi choriales terendam dalam darah induk mereka disebut
HEMO CHORIAL. Dalam beberapa jenis, beberapa jaringan foetus hilang
dan disebut : HEMO ENDOTHELIAL.Karena itu orang dapat menduga
bahwa satu placenta yang relatif tipis, seperti pada tikus, akan jadi lebih
permeable ke agent-agent toksis dari pada placenta manusia, sementara
placenta yang lebih tebal seperti pada kambing akan kurang permeable.
Dalam satu spesies tunggal, placenta juga bisa merubah tingkat
histologisnya selama kehamilan (AMARSO 1952) .
Untuk contoh : kelinci pada permulaan kehamilan mempunyai
7
placenta dengan lapisan utama (EPITHELO CHORIAL) dan pada
akhir kehamilan memiliki satu placenta satu lapisan (haemo endothelial).
Bagaimanapun, sehubungan dari jumlah lapisan placenta ke
permeabilitasnya belum diselidiki secara menyeluruh. Seperti halnya dalam
pengiriman kebanyakan senyawa-senyawa melalui membran-membran
tubuh diffusi terlihat menjadi mekanisme yang dipakai oleh kebanyakan
toksikan-toksikan melewati placenta. Faktor-faktor yang sama, utamanya
partisi lemak/air, adalah penentu-penentu yang penting dalam pengiriman
melalui placenta. Dia dipertanyakan jika placenta memainkan satu
peran aktif yang penting dalam mencegah melintasnya bahan-bahan
berbahaya dari induk ke foetus. Bagaimanapun telah dicatat bahwa
TRIAMTERENE dikirimkan dari foetus jauh lebih mudah dari ke foetus
(MacNay dan dayto, 1970) dan bahwa placenta mempunyai
mekanisme-mekanisme biotransformasi yang bisa mencegah beberapa
zat-zat toksis mencapai foetus. (JUCHAN, 1972) Dari zat-zat yang
melewati placenta oleh diffusi passif, zat-zat yang lebih larut lipid akan
melewati lebih cepat dan mencapai satu kesimbangan induk foetus lebih
cepat.
Selama kondisi-kondisi tetap, konsentrasi-konsentrasi dari senyawa
toksis dalam air plasma induk dan foetus akan jadi sama. Bagaimanapun,
konsentrasi dalam berbagai jaringan-jaringan foetus akan ditentukan oleh
kemampuan jaringan untuk menghimpun toksikan. Untuk contoh :
konsentrasi dari diphenyl hidantoin dalam plasma dari foetus kambing
dijumpai separoh dari yang dijumpai dalam induk kembing. Ini dikarenakan
perbedaan-perbedaan dalam konsentrasi protein plasma dan affinitas
pengikatan untuk diphenyl hydantoin (SHOEMAN dkk, 1972). Juga beberapa
organ-organ seperti liver dari bayi-bayi yang baru lahir (KLASSEN,
1972) dan foetus (MIRKIN & SINGH, 1972) tidak menghimpun beberapa
bahan kimia eksogen, dan karena itu, tingkat-tingkat yang rendah dapat
dijumpai dalam foetus. Dilain fihak konsentrasi-konsentrasi yang lebih
tinggi dari beberapa zat kimia seperti timah hitam dijumai diotak bayi baru
lahir karena BBB yang tidak sempurna.

E. PENYEBARAN KEMBALI TOKSIKAN-TOKSIKAN


Penyebaran satu bahan toksis dalam tubuh dapat berubah dengan
waktu. Tempat permulaan yang ditempati satu zat kimia tergantung atas
aliran darah kedaerah itu, permeabilitas jaringan ke toksikan, dan
tempat-tempat pengikatan yang segera diperoleh. Satu zat kimia
belakangan dapat disebarkan kembali ke jaringan-jaringan yang kurang
baik melebur ketika lebih banyakk contoh dari penyebaran kembali
dilihat dengan Pb inorganic. Segera sesudah penyebaran, timah hitam
ditempatkan di eritrosit, liver dan ginjal. Kira-kira 50% dari Pb
ditempatkan diliver 2 jam sesudah pemberian (HAMMOND, 1969,
KLASSEN & SHOEMAN, 1972). Belakangan Pb disebar kembali ke
tulang dan mensubstitusi Ca dalam kisi kristal. Satu bulan sesudah
pemberian, 90% Pb yang tersisa dalam tulang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Telah diuraikan mengenai distribusi dari agent toksis diberbagai
jaringan dalam badan.
2. Telah dijelaskan mengenai penimbunan toksikan dalam protein-
protein plasma, dalam liver dan ginjal, dalam lemak, dan juga distribusi
ke otak, penembusan pada plasenta.
B. SARAN
Saran dari makalah yang telah dibuat yaitu kita harus lebih memahai
proses masuk dari suatu obat kedalam tubuh, Sehingga efek toksiksitas tidak
terlalu membahayakan dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

ROBERT K MURRAY, MD,PhD dkk Toronto Univesity : Harper’s


Biochemistry Edisi ke 22. Alih Bahasa : dr. Andry hartono,EGC

JHON DOULL, M.D, PhD : Toxicology : The basic Science of Poisons,


Second Edition, Mc Millan Publising Co, New York 1980.

B.G. KATZUNG : Farmakologi dasar Klinik Alih bahasa : dr.Binawaty dkk :


EGC 1986.

GILBERT W CASTELLAN Univ.of Maryland : PHYSICAL


9
CHEMISTRY, second Edition. Addison Wesley Publishing Company
1971 .

Anda mungkin juga menyukai