Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN OBSERVASI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM

UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN


KECELAKAAN KERJA (HAZARD)
PADA PEKERJA PERTAMBANGAN LOKAL

(CARA MENGGUNAKAN APD/MASKER UNTUK MENGURANGI


RESIKO TERJADINYA KERACUNAN DI WILAYAH
PERTAMBANGAN LOKAL SEKOTONG)

DOSEN PENGAMPU :
Harlina Putri Rusiana, Ners., M.Kep
Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Dea Wulandari (010 STYC20)


2. Dina Ayu Septiani (011 STYC20)
3. Efa Rosdiana (012 STYC20)
4. Eka Avina Pramudita (013 STYC20)
5. Lilis Sopiana (026 STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
2021

i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha
Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan
Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan proposal
penyuluhan kesehatan “Laporan Observasi Dan Pendidikan Kesehatan
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Dan Kecelakaan Kerja
(Hazard) Pada Pekerja Pertambangan Lokal (Cara Menggunakan
Apd/Masker Untuk Mengurangi Resiko Terjadinya Keracunan Di Wilayah
Pertambangan Sekotong)” tepat pada waktunya.
Penyusunan proposal penyuluhan kesehatan sudah kami lakukan
semaksimal mungkin dengan dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa
memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami
dalam rangka menyelesaikan proposal penyuluhan kesehatan ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa
dalam proposal penyuluhan kesehatan ini masih terdapat banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu,
dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan
proposal penyuluhan kesehatan ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari proposal
penyuluhan kesehatan yang sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar
keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada proposal
penyuluhan kesehatan berikutnya.

Mataram, 11 Januari 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 3
2.1 Konsep Teori K3 ....................................................................................... 3
2.2 Konsep Teori Penyakit Akibat Kerja ........................................................ 5
2.3 Konsep Teori HAZARD Kerja ................................................................. 7
2.4 Konsep Teori Pertambangan Lokal ........................................................... 9
2.5 Konsep Teori Alat Pelindung Diri (APD) ................................................. 9
2.6 Konsep Teori Masker .............................................................................. 10
2.7 Konsep Keracunan .................................................................................. 11
BAB III HASIL OBSERVASI.............................................................................. 13
3.1 Deskripsi Pelaksanaan ............................................................................. 13
3.2 Hasil Pengamatan .................................................................................... 13
3.3 Kesimpulan ............................................................................................. 14
BAB IV PENDIDIKAN KESEHATAN ............................................................... 16
4.1 Latar Belakang ........................................................................................ 16
4.2 Kesimpulan ............................................................................................. 17
4.3 Tujuan ..................................................................................................... 18
4.4 Metode Pelaksanaan ............................................................................... 19
4.4.1 Tahap Persiapan............................................................................. 19
4.4.2 Tahap Pelaksanaan ........................................................................ 19
4.4.3 Tahap Evaluasi .............................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan Observasi ....................................................... 24
Lampiran 2 : Gabar Observasi .......................................................................... 24
Lampiran 3 : Jurnal ........................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur, serta
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan (Sucipto, 2014).
Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit
ini artefisial oleh karena timbulnya di sebabkan oleh adanya pekerjaan.
Kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan manusia (Manmade
disease). Bahaya atau hazard adalah keadaan atau situasi yang potensial
dapat menyebabkan kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda,
“kerusakan lingkungan kerja,atau kombinasi seluruhnya” (Ramli, 2010).
Potensi resiko hazard pada pegawai pertambangan lokal seperti,
setelah memindahkan batu di gelondongan dan sisa-sisa kerikil di tumpuk
sehingga dapat mengakibatkan luka pada kaki pekerja Para pekerja
mengeluh merasakan pegal di sekitar area punggung, merasa sedikit pusing
karna beban kerja yang sangat besar, bekerja dari pagi sampai malam karna
harus mengambil batu dari lahan pertambangan, selanjutnya diolah
digelondongan untuk dihaluskan sehingga menjadi lumpur dan di simpan
setelah itu di rendam dan dicampurkan zat kimia di dalam tong, lalu di
bakar dan di lakukan pengecoran sehingga menghasilkan emas.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui sumber penyakit dan sumber hazard di area
pertambangan:
1.2.1 Bahaya Kimia

1
1.2.2 Bahaya Ergonomic
1.2.3 Bahaya Biologi
1.2.4 Bahaya Fisik/Lingkungan

1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa/i dapat mengetahui seberapa tingkat K3 diterapkan di
kelompok pekerja area pertambangan
1.3.2 Menambah pengetahuan Mahasiswa/i STIKES Yarsi Mataram
mengenai K3
1.3.3 Penulis dan kelompok dapat langsung merasakan pengalaman
observasi dan memberikan pendidikan kesehatan langsung mengenai
penerapan K3

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori K3


2.1.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamtan Kerja (K3) Dalam
Keperawatan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (PAK).Organisasi Buruh Internasional atau International
Labour Organization (ILO) merupakan suatu organisasi yang
menaungi permasalahan K3 di tingkat dunia. Menurut ILO
pelaksanaan K3 ditujukan untuk mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit yang ditimbulkan oleh suatu pekerjaan. Permasalahan K3
juga diatur oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO). Penerapan K3 di Indonesia diatur oleh
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, sedangkan K3 rumah sakit (K3RS) diatur oleh
KEPMENKES RI Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010. K3 pada
umumnya bertujuan melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja
ataupun buruh dalam mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
(Helga, 2020).
2.1.2 Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Kondarus (2006)
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input,
proses, maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa
kegiatan produksi di dalam industri maupun di luar industri.
b. Menerapkan program keselamatan untuk meningkatkan
kesejahteraan.
c. Menghilangkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang

3
timbul akibat pekerjaan.
d. Menciptakan efisiensi dan menekan biaya.
e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset
penjualan, dan meningkatkan jaminan perlindungan bagi para
pekerja.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan
komponen- komponen berikut:
a. Karekteristik pekerja/kegiatan yang terdiri dari jenis, ruang
lingkup, lamanyakegiatan yang dilakukan , dan level kegiatan.
b. Pengorganisasian dan menajemen pekerjaan.
c. Bahan dan alat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan.
d. Karakteristik manusia yang melaksanakan kegiatan.
Sedangkan menurut American Medical Association K3 mempunyai
tujuan:
a. Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya keselamatan dan
kesehatan di tempatkerja.
b. Melindungi masyarakat lainnya.
c. Menyediakan tempat yang aman, baik secara fisik, mental
dan emosionalpekerja dalam bekerja.
d. Mendapatkan perawatan medis yang adekuat dan rehabilitasi
bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan dan
kecelakaan akibat kerja.
e. Mengadakan pengukuran dan pemeliharaan perorangan
termasuk memperolehdokter pribadi dimanapun bila mungkin.

Dari uraian diatas lebih jauh dapat dikatakan bahwa sasaran


utama dari K3 adalah pekerja yang meliputi upaya pencegahan,
pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan. Dengan demikian
perlindungan atas keselamatan pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat bekerja secara aman, sehat
dan produktif.

4
2.2 Konsep Teori Penyakit Akibat Kerja
2.2.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan. Ditinjau dari definisinya penyakit pada karyawan dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1) Penyakit umum (general
diseases),2) Penyakit akibat hubungan kerja (Work related disease/
Disease afeecting Working Populations), dan 3) Penyakit akibat
kerja (Occupational Disease).
1. Penyakit Akibat Kerja (Occupational Disease). Penyakit akibat
kerja didefinisikan sebagai semua kelainan atau/ penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja atau pekerjaan. Penyakit ini
mempunyai penyebab secara spesifik atau mempunyai hubungan
yang kuat dengan pkerjaan, yang ada umumnya terdiri dari satu
gen penyebab yang sudah diakui.
2. Penyakit yang Berhubungan Dengan Pekerjaan (Work Related
Disease). Adalah penyakit yang mempunyi bebrapa agen
penyebab. Faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama
dengan faktor risiko lainnya dalam perkembangan penyakit yang
mempunyai etiologi kompleks.
3. Penyakit yang Mengenai Populasi Pekerja (Occupational Disease/
Disease Affecting Working Populations). Penyakit yang terjadi
pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat
kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk
bagi kesehatan.
Di beberapa negara istilah penyakit akibat kerja, bukan
penyakit akibat kerja dana penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan diberlakukan sama sebagai penyakit akibat kerja.
2.2.2 Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan
oleh pajanan lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah kondisi
sekitar pekerja atau karyawan terbuka maupun tertutup, baik di

5
dalam ruangan maupun di lapangan. Pajanan sumber bahaya yang
berasal dari lingkungan kerja bisa bersumber dari faktor fisik, kimia,
biologis dan ergonomi psikologi.
Contoh Faktor Fisik lingkungan kerja terdiri dari kebisingan,
getaran pencahayaan, radiasi, tekanan udara dan iklim kerja.
1. Kebisingan. Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki
Pada tingkat intensitas suara yang tinggi, pemaparan bising yang
berulang dan menahun akan menyebabkan tuli syaraf (sensory
neural deafness) yang sulit/ tidak dapat disembuhkan. Kebisingan
tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka pendek dan jangka
panjang pada pendengaran. Kebisingan dengan intensitas tinggi
dapat menyebabkan : hilangnya pendengaran, sementara atau
permanen, pusing, kantuk, tekanan darah tinggi, tegang dan
stress, yang diikuti oleh sakit maag, kesulitan tidur dan sakit
jantung, hilangnya konsentrasi, alarm atau teriakan peringatan
tidak terdengar.
2. Radiasi. Radiasi adalah energi yang ditransmisikan, dikeluarkan
lalu diabsorbsi dalam bentuk partikel berenergi atau gelombang
elektromagnetik. Radiasi yang berada di lingkungan kerja serta
dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan terdiri dari 1) Radiasi
elektromagnetik dan 2) Radiasi radioaktif.
3. Tekanan udara. Bahaya tekanan udara ada dua, yaitu tekanan
udara tinggi (hiperbarik exposure) dan tekanan udara rendah
(hipobarik exposure). Tekanan udara tinggi (Hiperbarik
Exposure). Tekanan udara yang terlalu tinggi dapat berbahaya
bagi kesehatan tenaga kerja. Tekanan udara yang tinggi ditemui di
bawah laut. Pekerja yang sering terpapar oleh tekanan udara
tinggi ini adalah penyelam mutiara, penggali tambang di bawah
tanah (confined space). Semakin dalam dari permukaan laut maka
tekanan udara semakin tinggi. Akibat tekanan udara yang
meningkat akan menyebabkan terjadinya compresion sickness.

6
2.3 Konsep Teori HAZARD Kerja
Bahaya atau hazard adalah keadaan atau situasi yang potensial
dapat menyebabkan kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda,
“kerusakan lingkungan kerja,atau kombinasi seluruhnya” (Ramli, 2010).
Sedangkan bahaya atau hazard kesehatan adalah hazard yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan. Dari sudut pandang kesehatan kerja,
sistem kerja, mencakup empat komponen kerja, yaitu pekerja, lingkungan
kerja, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.Setiap
komponen kerja dapat menjadi sumber atau situasi yang berpotensi
menimbulkan kerugian bagi kesehatan pekerja.Kerugian kesehatan dapat
berupa cedera atau gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.
Sumber atau situasi yang potensial tersebut dikenal sebagai hazard
atau faktor risiko kesehatan (Kurniawidjaja, 2010).
2.3.1 Tempat Kerja

Sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1


tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja
adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana karyawan, atau yang sering dimasuki karyawan
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

2.3.2 Potensi Bahaya Di Tempat Kerja


1) Bahaya Kimia
Bahaya kimia biasanya dapat menyebabkan kecelakaan pada
manusia melalui pernafasan atau kontak dengan kulit. Bahaya-
bahaya tersebut antara lain debu, asap (smoke), gas, bedak atau
tepung.
2) Bahaya Fisik
Bahaya fisik di tempat kerja meliputi :

7
a) Bising
Bising yaitu suara yang tidak diinginkan atau diatas nilai
ambang batas.

b) Getaran
Getaran yaitu suara getaran bolak balik (oscillating), seluruh
body dan getaran sebagian.

c) Pencahayaan
Pencahayaan yaitu intensitas, terlalu terang atau silau.

d) Radiasi
Radiasi yaitu radiasi ion dan radiasi non ion (electric &
magnetic field).

e) Temperatur
Temperatur yaitu temperatur yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi.
3) Bahaya Biologi
Bahaya biologi yaitu bahaya yang ditimbulkan oleh suatu
makhluk hidup baik tampak maupun tidak tampak oleh mata.
Bahaya tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Mikro Biologi : bakteri, virus, Jamur atau fungi.
b) Makro Biologi : serangga, parasit, tumbuhan dan binatang.
4) Bahaya Kimia
Bahaya kimia biasanya dapat menyebabkan kecelakaan pada
manusia melalui pernafasan atau kontak dengan kulit. Bahaya-
bahaya tersebut antara lain debu, asap (smoke), gas, bedak atau
tepung.
5) Bahaya ergonomi
Bahaya ergonomi yaitu suatu bahaya yang terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang atau karyawan dengan lingkungan
tempat kerjanya yaitu peralatan dan tempat kerja yang tidak
dirancang dengan baik atau tidak disesuaikan dengan manusia.

8
Selanjutnya bahaya ergonomi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Stres fisik (physical stresses) : ruang sempit dan terbatas,
menarik, mendorong, canggung atau aneh (awkward) or static
posture, pekerjaan terlalu keras (overexertion), repetitive
motion, fatigue, excessive force, and direct pressure.
b) Stres kejiwaan atau mental (psychological stresses): bosan
(monotony), terlalu berat (overload) dan perceptual confusion.

2.4 Konsep Teori Pertambangan Lokal


Tambang emas rakyat merupakan kegiatan penambangan emas yang
dilakukan oleh masyarakat baik masyarakat lokal setempat maupun
masyarakat pendatang yang dilakukan secara tradisional dalam skala kecil.
Kegiatan pertambangan yang dapat dilakukan sebelum penambangan,
proses penambangan maupun sesudah proses penambangan. Dalam rangka
mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan. Adanya
kegiatan penambangan dapat menjamin efektifitas pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan usaha. Selain itu dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah dan negara
serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kepentingn
rakyat pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna dan berdaya
saing. Tambang rakyat ini termasuk dalam kategori yang disebut Artisanal
and Small-scale Gold Mining (ASGM). Tambang rakyat ini ditinjau dari
aspek legal, umumnya tidak memiliki ijin usaha pertambangan (IUP)
eksplorasi dan IUP operasi produksi sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2020
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) dan Kepmen
ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik.

2.5 Konsep Teori Alat Pelindung Diri (APD)


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tramsmigrasi Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri yang selanjutnya
disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk

9
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Perlindungan keselamatan
pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan, dan
lingkungan kerja wajib diutamakan.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association,
personal protective equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai
alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang
bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak mengggangu kerja dan
memberikan perlindungan yang efektif. Pakaian kerja harus dianggap suatu
alat perlindungan terhadap bahaya kecelakaan. Pakaian pekerja pria yang
bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar)
pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan atau pun
kerutan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai
celana panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan
perhiasaan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan kimia korosif,
tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan yang dapat
meledak oleh aliran listrik statis (Suma’mur, 2014).

2.6 Konsep Teori Masker


Masker adalah perlindungan pernafasan yang digunakan sebagai
metode untuk melindungi individu dari menghirup zat-zat bahaya atau
kontaminan yang berada di udara, perlindungan pernafasan atau masker
tidak dimaksudkan untuk menggantikan metode pilihan yang dapat
menghilangkan penyakit, tetapi digunakan untuk melindungi secara
memadai pemakainya (Cohen & Birdner, 2012). Masker secara luas
digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap partikel dan aerosol
yang dapat menyebabkan bahaya bagi sistem pernafasan yang dihadapi oleh
orang yang tidak memakai alat pelindung diri, bahaya partikel dan aerosol
dari berbagai ukuran dan sifat kimia yang berbeda dapat membahayakan

10
manusia, maka NIOSH merekomendasikan masker yang menggunakan
filter (Eshbaugh et al, 2009).

2.7 Konsep Keracunan


1. Definisi Keracunan
Keracunan berarti bahwa suatu zat kimia telah mengganggu
proses fisiologis, sehingga keadaan badan organisme itu tidak lagi dalam
keadaan sehat. Dengan perkataan lain organisme itu menjadi sakit
(Koeman, 1987). Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh
racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung
mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru- paru, hati, ginjal dan
lainnya.
2. Klasifikasi Racun
Racun diklasifikasikan menurut aksinya sebagai berikut:
a. Racun Korosif: racun ini adalah agen pengiritasi yang sangat aktif
yang menghasilkan peradangan dan ulserasi jaringan. Kelompok ini
terdiri dari asam kuat dan basa.
b. Racun Iritan : racun ini menghasilkan gejala sakit di perut, muntah
1) Racun Anorganik
2) Racun organik
3) Racun mekanik
c. Racun Saraf
Racun ini beraksi di sistem saraf pusa. Gejala yang
dirimbulkan biasanya sakit kepala, ngantuk, pusing, delirium, stupor,
koma, dan kejang.
1) Racun jantung : Digitalis, rokok.
2) Asphyxiants: Gas batubara, CO, CO2, war gasses.
3) Lain-lain: Analgesik, antip iretik, penenang, antidepresan (Chadha,
2003)
3. Penggolongan keracunan
Menurut cepat lambatnya proses keracunan

11
1) Keracunan akut
Gejala keracunan muncul dengan cepat segera setelah korban
menelan atau kontak dengan zat racun misalnya keracunan makanan,
sianida dan insektisida (Anonim, 2009).
2) Keracunan kronik
Gejala muncul dalam waktu re lative lama sehingga korban
sering tidak sadar mengalami keracunan. Keracunan kronis yang
sering terjadi antara lain keracunan bromid, salisilat, fenitoin dan
digitalis karena tidak diawasi (Anonim, 2009).
3) Menurut organ yang terkena
Keracunan dapat dibedakan menurut organ yang terkenan yaitu
neurotoksik (racun saraf), kardiotoksik (racun pada jantung),
nefrotoksik dan hepatotoksik. Satu zat racun dapat mempengaruhi
beberapa organ sekaligus misalnya CCl 4 mempengaruhi hepar, ginjal
dan jantung (Anonim, 2009).
4. Bahan kimia
Zat kimia dalam golongan sejenis biasanya menimbulkan gejala
keracunan yang sama seperti keracunan alkohol, logam berat, fenol dan
organofosfat (Anonim, 2009).

12
BAB III
HASIL OBSERVASI

3.1 Deskripsi Pelaksanaan


Kegiatan observasi dilakukan pada :
Hari/Tgl : Rabu, 15 Desember 2021
Tempat : Area Pertambangan Lokal di daerah Sekotong
Alamat : Jln. Sekotong Tengah

3.2 Hasil Pengamatan


Kelompok kami melakukan observasi di Area Pertambangan Lokal
Di Daerah Sekotong di Jln. Sekotong Tengah dengan cara meminta izin
kepada pemilik Lahan Pertambangan Lokal untuk melihat-lihat bagaimana
keadaan Pertambangan Lokal dan izin untuk mendokumentasi beberapa
keadaan di pertambangan tersebut. Kami juga mewawancarai sedikit para
pekerja di area pertambangan Lokal itu tentang apa saja yang dirasakan
selama bekerja di sana.
Para pekerja pertambangan lokal tersebut mengungkapkan bahwa
mereka di tanggung kehidupannya selama bekerja seperti; di tanggun
makanan yang bergizi, minuman yang sehat, di jamin kesehatannya seperti
melakukan pemeriksaan kesehatan sekali sebulan di puskesmas dan
mendapatkan tempat tinggal yang layak.
Namun para pekerja mengeluh merasakan pegal di sekitar area
punggung, merasa sedikit pusing karna beban kerja yang sangat besar,
bekerja dari pagi sampai malam karna harus mengambil batu dari lahan
pertambangan Lokal, selanjutnya diolah digelondongan untuk dihaluskan
sehingga menjadi lumpur dan di simpan setelah itu di rendam dan
dicampurkan zat kimia di dalam tong, lalu di bakar dan di lakukan
pengecoran sehingga menghasilkan emas.
Dari hasil observasi juga terlihat bahwa para pekerja tidak ada yang
menggunakan APD yang seharusnya dipakai pekerja pertambangan seperti
sarung tangan, masker, sepatu/boot, dan helm pelindung. Para pekerja

13
bekerja dengan tangan telanjang dan memakai sandal saja bahkan ada yang
tidak menggunakan alas kaki sama sekali. Kejadian ini tentu saja dapat
menjadi sumber kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Seperti dengan
tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja tentu tanpa di duga bisa saja
tangan para pekerja terluka pada saat memalu konci gelondongan yang akan
di buka. Kami juga melihat banyak batu krikil yang berserakan sehingga
dapat mengakibatkan luka pada kaki pekerja karena tidak menggunakan
sepatu boot bahkan tanpa menggunakan alas kaki, tempat bekerja untuk para
pekerja yang bekerja di gelondongan terdapat atap yang bolong sehingga
ketika hujan pekerja akan basah kuyup.
Para pekerja yang bekerja di lahan juga akan merasakan kepanasan
dikarenakan area penggarukkan batu di area terbuka para pekerja terkena
sinar matahari langsung, sehingga secara tidak langsung mereka akan
berkeringat karena terkena sinar matahari ditambah sedang melakukan
aktivitas. Hal tersebut menyebabkan banyak para pekerja mendapatkan
penyakit kulit panu pada kulitnya dikarenakan keringat pada baju didiamkan
dalam waktu lama sehingga meningkatkan kelembapan pada kulit dan
menyebabkan tumbuhnya jamur di tubuh. dan pekerja yang bekerja di area
tong atau perendaman juka beresiko kepeleset dan mudah terjatuh karna
area licin.

3.3 Kesimpulan
Seharusnya saat melakukan pekerjaan di pertambangan lokal lebih
memperhatikan K3 karena resiko saat bekerja di pertambangan lokal
sanggat besar, sehingga perlu dilakukan suatu edukasi kepada para pekerja
tentang K3 ini untuk membantu mencegah terjadi kecelakaan kerja. Karena
disini para pekerja tidak terlalu peduli terhadap kesehatan diri sendiri, jadi
pelu bantuan para tenaga kesehatan untuk mengedukasi apa saja yang bisa
terjadi jika hal ini terus terjadi pada para pekerja supaya dapat mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan. Dimana fungsi K3 itu sendiri adalah
melindungi mereka dari bahaya yang terjadi selama proses bekerja dan juga

14
efek kesehatan jangka panjang. K3 sendiri berperan untuk menjamin setiap
tenaga kerja mendapatkan perlindungan kesehatan dan keselamatan selama
bekerja, menjamin setiap sumber produksi layak dan aman digunakan.
Sehingga dapat mengurangi resiko kerugian yang diakibatkan oleh
kecelakaan kerja.

15
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN

4.1 Latar Belakang


Bahaya atau hazard adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat
menyebabkan kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda,
“kerusakan lingkungan kerja,atau kombinasi seluruhnya” (Ramli, 2010).
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pajanan
lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah kondisi sekitar pekerja atau
karyawan terbuka maupun tertutup, baik di dalam ruangan maupun di
lapangan. Pajanan sumber bahaya yang berasal dari lingkungan kerja bisa
bersumber dari faktor fisik, kimia, biologis dan ergonomi psikologi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan kepanjangan dari
K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (PP 50 Tahun 2012). Dengan diterapkan nya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bengkel akan sangat membantu
para pekerja agar terhindar dari Hazard selama mereka bekerja dan akan
mengurangi risiko terjadi penyakit akibat kerja yang akan menyusahkan
para pekerja ini di masa yang akan datang. Dengan diterapkan K3 juga
dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi para
pekerja.

BENTUK HAZARD DAN PAK DI AREA PERTAMBANGAN LOKAL

NO SUMBER HAZARD KEGIATAN


1. Ergonomic Para pekerja mengeluh merasakan
pegal di sekitar area punggung,
merasa sedikit pusing karna beban
kerja yang sangat besar, bekerja dari
pagi sampai malam karna harus

16
mengambil batu dari lahan
pertambangan, selanjutnya diolah
digelondongan untuk dihaluskan
sehingga menjadi lumpur dan di
simpan setelah itu di rendam dan
dicampurkan zat kimia di dalam tong,
lalu di bakar dan di lakukan
pengecoran sehingga menghasilkan
emas/batu bara.
2. Fisik/Lingkungan Karna setelah memindahkan batu di
gelondongan dan sisa-sisa kerikil di
tumpuk dan juga sehingga dapat
mengakibatkan luka pada kaki pekerja
NO SUMBER PENYAKIT KEGIATAN
1. Biologis Keringat pada para kerja yang
didiamkan terlalu lama tanpa di lap
menyebabkan kelembaban pada kulit
sehingga para pekerja banyak
mendapatkan panu pada kulitnya
2. Kimia Dampak dari para pekerja yang tidak
menggunakan APD Masker maka
tangan para pekerja menghirup
langsung bahan kimia mengakibatkan
para pekerja mengalami gejala
pneumoconiosis kontak seperti terasa
mual, pusing, sesak nafas dll.

4.2 Kesimpulan
Menurut penelitian Idrus, Arifudin. "Edukasi Teknik Penambangan
Emas yang Ramah Lingkungan pada Tambang Rakyat Skala Kecil."
International Journal of Community Service Learning 5.1 (2021): 36-42.

17
Tambang rakyat ini ditinjau dari aspek legal, umumnya tidak memiliki ijin
usaha pertambangan (IUP) eksplorasi dan IUP operasi produksi sesuai
dengan UU No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Minerba) dan Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang baik dan jurnal penelitian
Sumantri, Arif, et al. "Logam merkuri pada pekerja penambangan emas
tanpa izin." Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National
Public Health Journal) 8.8 (2014): 398-403. Logam merkuri yang terdapat
di lingkungan tersebut dapat memasuki tubuh melalui beberapa cara, seperti
melalui kontak langsung dengan kulit, menghirup uap merkuri, dan
memakan ikan yang telah terkontaminasi merkuri. Hal tersebut dapat
menyebabkan kejadian keracunan merkuri yang ditandai dengan gejala
seperti sakit kepala, sukar menelan, penglihatan menjadi kabur, daya dengar
menurun, merasa tebal di bagian kaki dan tangan, mulut terasa tersumbat
oleh logam, gusi mem- bengkak, serta diare.
Pada jurnal terakhir yaitu jurnal penelitian Trisna Jayati dan kawan-
kawan dengan jurnal “Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Di Area Pertambangan mendapatkan
hasil penelitian yang salah satunya yaitu terdapat hubungan anatara
pengetahuan dan penggunaan APD pada pekerja. Dapat disimpulkan bahwa
dengan melakukan pendidikan kesehatan mengenai K3 ini akan membuat
para pekerja lebih sadar akan keselamatan dan kesehatannya selama bekerja
dimulai dari hal yang sederhana yaitu memakai masker pada saat
mencampur bahan kimia.

4.3 Tujuan
1. Untuk menyadarkan para pekerja bahaya kontak langsung dengan bahan
kimia (sianida)
2. Untuk menyadarkan para pekerja posisi yang salah saat bekerja bisa
mengakibatkan pegal

18
3. Untuk menyadarkan para pekerja untuk selalu merapikan lokasi bekerja
nya
4. Untuk menyadarkan para pekerja memakai APD saat bekerja dapat
mengurangi risiko terluka
5. Untuk menyadarkan para pekerja untuk tidak membiarkan keringat lebih
lama agar tidak tumbuh bakteri di badan

4.4 Metode Pelaksanaan

4.4.1 Tahap Persiapan


1. Kelompok kami melakukan penentuan lokasi pekerjaan yang akan
di observasi
2. Kelompok mendatangi lokasi yang sudah di tentukan
3. Kelompok meminta izin kepada pemilik lokasi untuk
mendokumentasi lokasi pekerjaan
4. Kelompok memberikan beberapa pertanyaan kepada para pekerja
5. Kelompok melakukan observasi terlebih dahulu sebelum
melakukan pendidikan kesehatan
6. Kelompok menyusun materi yang akan disampaikan saat
pendidikan kesehatan

4.4.2 Tahap Pelaksanaan


Job deskripsi :

Waktu Kegiatan Pelaksanaan


Mempersiapkan acara penyuluhan oleh Rekan 1
09.30 kelompok mulai dari leatflet dan kelompok
materi yang akan disampaikan
Memperkenalkan diri dan rekan satu kelompok Rekan 1
09.40
kepada para pekerja tambang kelompok

19
Membuka acara penyuluhan di mulai dengan Rekan 1
melakukan pemeriksan TTV kepada para pekerja kelompok
09.50
oleh semua rekan 1 kelompok, dan membagikan
masker
Sebelum memulai menjelaskan apa itu K3, Pekerja tambang
APK, dan Hazard (macam-macamnya, penyebab
nya, dan cara menghindarinya/cara mengurangi
kejadiannya), cara/tips untuk mengangkat benda
yang berat dengan aman supaya punggung para
10.00
pekerja tidak sakit, cara penggunan masker yang
baik dan benar supaya terhindar dari menghirup
zat kimia beracun di pertambagan lokal,
pemateri bertanya terlebih dahulu apakah para
pekerja mengetahui hal tersebut.
Pemateri mulai membuka acara penyuluhan Pemateri :
10.30
dengan menjelaskan leatflet yang sudah dibuat Dea Wulandari
- Pemateri menjelaskan apa itu K3, APK, Pemateri :
dan Hazard (macam-macamnya, penyebab nya, Dea Wulandari
dan cara menghindarinya/cara mengurangi Di bantu oleh
kejadiannya) rekan 1
- Pemateri menjelaskan cara/tips untuk kelompok

10.35 mengangkat benda yang berat dengan aman Dina Ayu


supaya punggung para pekerja tidak sakit Septiani

- Pemateri juga menjelaskan cara penggunan Efa Rosdiana

masker yang baik dan benar supaya terhindar Eka Avina

dari menghirup zat kimia beracun di Pramudita

pertambagan lokal Lilis Sopiana

Meguji pemahaman tentang materi yang Pekerja tambang


10.40 disampaikan dengan mengajukan pertanyaan pada
para pekerja seperti

20
- apa itu K3, APK, dan Hazard (macam-
macamnya, penyebab nya, dan cara
menghindarinya/cara mengurangi
kejadiannya)
- Bagaimanakah tips untuk menggangkat
benda yang berat dengan baik ?
- Bagimanakah cara penggunaan masker
yang supaya terhindar dari menghirup zat
beracun ?
Memberikan kesempatan para pekerja untuk Pekerja tambang
10.45
bertanya
Rekan 1
10.50 Menjawab pertanyaan oleh anggota kelompok
kelompok
Menutup acara penyuluhan oleh pemateri dengan Pemateri :
10.55 membagikan sedikit Cindra mata dari kelompok Dea Wulandari
kepada para pekerja tambang di sekotong.

4.4.3 Tahap Evaluasi


Kelompok melakukan evaluasi pengetahuan para pekerja
mengenai K3, PAK, dan Hazard (macam-macamnya, penyebab nya,
dan cara menghindarinya/cara mengurangi kejadiannya). Melakukan
evaluasi pengetahuan cara/tips untuk mengangkat benda yang berat
dengan aman supaya punggung para pekerja tidak sakit. Melakukan
evaluasi cara penggunan masker yang baik dan benar supaya terhindar
dari menghirup zat kimia beracun di pertambagan lokal dengan
memberikan pre-test dan post-test dan menilai dari hasil jawaban
kedua test tersebut.

21
Tabel Melakukan Evaluasi Pemahaman Para Pekerja
Pertambangan Lokal

No Tingkat Pengetahuan Para Pekerja Sasaran


Meguji pemahaman para pekerja sebelum Pekerja tambang
kelompok menjelaskan materi (Pre-Test)
- apa itu K3, APK, dan Hazard (macam-
macamnya, penyebab nya, dan cara
menghindarinya/cara mengurangi
1. kejadiannya)
- Bagaimanakah tips untuk menggangkat
benda yang berat dengan baik ?
- Bagimanakah cara penggunaan masker
yang supaya terhindar dari menghirup zat
beracun ?
Meguji pemahaman para pekerja sesudah Pekerja tambang
kelompok menjelaskan materi (Pos-Test)
- apa itu K3, APK, dan Hazard (macam-
macamnya, penyebab nya, dan cara
menghindarinya/cara mengurangi
2. kejadiannya)
- Bagaimanakah tips untuk menggangkat
benda yang berat dengan baik ?
- Bagimanakah cara penggunaan masker
yang supaya terhindar dari menghirup zat
beracun ?

22
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Nurul Novita. "Gambaran pelaksanaan inspeksi terencana pada
pengoperasian wheel loader di area tambang PT. Aneka Tambang Tbk.
Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Bogor." (2010).
Dahlawy, Ahmad Dharief. "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Area Pengolahan PT. Antam
Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun
2008." (2008).
Febrianti, D., & Salena, I. Y. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Kesadaran Pekerja Dalam Menggunakan Alat Pelindung Diri
(Studi Kasus: PembangunanTurning Area. Pertambangan Batu Bara PT.
Mifa Bersaudara. Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat). Civilla:
Jurnal Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan, 5(1), 376-383.
Putri, R. R. (2018). Analisis Potensi Bahaya Serta Rekomendasi Perbaikan
Dengan Metode Hazard and Operability Study (HAZOPS)(Studi Kasus
PT. Bukit Asam Tbk). Industrial Engineering Online Journal, 7(2).
Idrus, Arifudin. "Edukasi Teknik Penambangan Emas yang Ramah Lingkungan
pada Tambang Rakyat Skala Kecil." International Journal of Community
Service Learning 5.1 (2021): 36-42.
Sumantri, Arif, et al. "Logam merkuri pada pekerja penambangan emas tanpa
izin." Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public
Health Journal) 8.8 (2014): 398-403.

23
LAMPIRAN
NO. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA YA TIDAK
1. KEPENGURUSAN K3
a. Terdapat standar penerapan K3 di lingkungan kerja ✓
b. Terdapat team pengawasan / monitoring ✓
keselamatan pekerja setiapa waktu
c. Terdapat dasar keamanan pekerja yang di lindungi ✓
UU
d. Terdapat program keadaan darurat di lokasi ✓
bekerja
e. Terdapat SOP

f. Terdapat SMK3 ✓
g. Melakukan monitoring pada setiap pekerja ✓
h. Terdapat kebijakan K3 secara tertulis ✓
i. Terdapat rambu-rambu/ tanda-tanda zat/ bahan
kimia berbahaya di lokasi kerja ✓
j. Terdapat rambu-rambu/ tanda-tanda alat-alat yang
beresiko bahaya bagi pekerja
k. Terdapat tanda dilirang merokok dia area kerja
untuk mengurangi resiko kebakaran di area kerja ✓

l. Terdapat program pelatihan K3 untuk para pekerja


untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja ✓
m. Terdapat penyuluhan terhadap pekerja tentang
resiko dari alat-alat kerja yang terdapat dilokasi ✓
kerja
n. Terdapat penyuluhan terhadap pekerja tentang ✓
resiko bekerja di pertambangan lokal
o. Terdapat petunjuk tekhnis cara pengoperasian
setiap alat-alat kerja di lokasi kerja ✓

p. Dilakukan pemeliharan alat-alat kerja untuk


mengurangi resiko akibat kerja

q. Pengaturan waktu kerja pekerja supaya dapat
beristirahat sejenak suapaya tidak mengurangi ✓
pokus akbiat kecapean
r. Melakukan pengecekan terhadap alat-alat kerja ✓
setiap 1 minggu sekali untuk mengurangi resiko
hazard
s. Dilakukan medical check up secara rutin terhadap ✓
pekerja
2. PENANGGULANGAN KEBAKARAN
a. Terdapat hydrant di area penembangan ✓

24
b. Terdapat APAR untuk memadam api dengan ✓
segera jika terjadi kebakaran
c. Melakukan edukasi pada para pekerja cara ✓
penggunan APAR dengan benar jika terjadi suatu
kebakaran di lokasi penambangan
d. Terdapat petunjuk jalur evakuasi apabila
terjadi kebakaran di area penambangan ✓
4. P3K
a. Tersedia kotak P3K di lokasi tempat kerja ✓
b. Kotak P3K terisi dengan lengkap atau sesuai ✓
dengan manajemen pertolongan pertama
c. Tersedia kotak P3K untuk masing-masing pekerja ✓
d. Mengedukasi cara mengunkan alat-alat di kotak ✓
P3K jika dalam keadaan darurat
5. ALAT PELINDUNG DIRI
1. Menggunakan APD:
a. Baju Khusus ✓
b. Masker ✓
c. Sarung tangan ✓
d. Safety shoes ✓
e. Alat pelindung telinga ✓
f. Alat pelindung kepala ✓
g. Kacamata ✓
2. APD yang digunakan:
a. Sesuai dengan jumlah karyawan ✓
b. Nyaman digunakan ✓
c. Dapat mengurangi risiko bahaya ✓
d. Tidak membatasi ruang gerak ✓
3. Ada peraturan untuk penggunaan APD ✓
4. Ada pengawasan terhadap penggunaan APD ✓
5. Adanya sanksi jika tidak menggunakan APD ✓
MONITORING LINGKUNGAN KERJA PERTAMBANGAN LOKAL
6. BAHAN KIMIA
a. Apakah saat melakukan pencampuran emas pada proses ✓
pemerasan amalgam menggunakan APD seperti masker

25
b. Apakah selama menghirup gas sianida di saat mengolah ✓
emas terjadi efek samping pada tubuh seperti
pusing,mual-mual, sukar menelan, penglihatan menjadi
kabur,daya dengar menurun, merasa tebal di bagian
kaki dan tangan, mulut terasa tersumbat oleh logam,
gusi mem-bengkak, serta diare.
c. Apakah dilokasi pertambangan local disediakan APD ✓
masker bagi para pekerja yang bertugas dalam
pencampuran emas .
d. Apakah pernah kejadian kematian selama bekerja di ✓
petamabagan local yang disebabkan menghirup gas
sianida
e. Apakah limbah hasil penambangan local bekas ✓
pengolahan emas di buang atau di olah dengan baik
supaya mencegah terjadinya pencemaran likungan
f. Makanan dan minuman apakah tidak tekontaminasi ✓
langsung dengan zat kimia yang berbahaya di
pertambangan lokal
g. Apakah setelah mengolah emas menggunakan zat kimia ✓
berbahaya para perkeja menggunakan APD seperti
sarung tangan dan sepatu boot
h. Apakah para pekerja setelah mengolah emas dengan ✓
bahan kimia pada saat makan apakah sudah mencuci
tangan dengan baik dan benar sebelum menyentuh
makanan
i. Apakah para pekerja menggunakan sarung tangan pada ✓
saat membuka konci gelondongan dengan
menggunakan palu

26
GAMBAR OBSERVASI AREA PERTAMBANGAN

Perjalanan Menuju Area Pertambanagan Perjalanan Menuju Area Pertambanagan

Observasi Di Area Gelondongan Pemaluan Gelondongan


Daerah Kerja Gelondongan Kondisi Atap Gelondongan

Observasi Di Area Perendaman Lumpur Yang Akan Di Rendam

Letak Perendaman Yg Di Campur Sianida Kondisi Setelah Tercampur

27
Gambar Setelah Tercampur Sianida Proses Pengangkatan Lumpur

Tangga Jika Menaiki Area Perendaman Tempat Pembakaran & Pengecoran

Hasil Akhir Setelah Di Proses Dokumentasi Akhir

28
LAMPIRAN
JURNAL

29
Jurnal CIVILLa Vol 5 No 1 Maret 2020 ISSN No. 2503 - 2399

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESADARAN


PEKERJA DALAM MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI
(Studi Kasus :PembangunanTurning Area. Pertambangan Batu Bara PT.Mifa
Bersaudara. Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat)

Dian Febrianti1*, Inseun Yuri Salena2


1,2*
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Teuku Umar
*
E-mail: 1 dianfebrianti@utu.ac.id 2 inseunsalena@utu.ac.id

ABSTRACT
Personal protective equipment (PPE) is a device used by workers to protect themselves from
potential hazards and workplace accidents that may occur at work. The use of PPE by workers
is an attempt to avoid exposure to the risk of hazards in the workplace. Occupational Safety and
Health problems in Indonesia are still often ignored. The high number of work accidents
indicates this. This study aims to identify the dominant frequency of workers' level of awareness
using PPE and to find out a significant level of awareness of age, work tenure and education
factors that affect the level of awareness of workers using personal protective equipment. This
research located in coal mining, PT Mifa Bersaudara, Meurebo District, West Aceh Regency.
The data used in this study were observation and questionnaire distribution, processed using
SPSS software with Univariate and bivariate methods which are to determine the dominant
factor and significant relationship to the level of awareness of workers in using personal
protective equipment. Based on the results of the study, workers who dominated based on the
age of workers, aged 20-30 years were 21 people with a percentage of the number of workers
reaching 48.8%, and at least 41-50 years of age were 9 (nine) people with 14%. Whereas based
on years of service, the average working period of the employees is mostly 4-7 Years with
58.1%. Based on education, the level of junior high school education is very dominant, up to 19
people with 44.2%, so based on the results of the study it is necessary to conduct learning in
fulfilling the obligation to use PPE in the form of training and socialization of procedures and
instructions for the use of Personal Protective Equipment for workers to prevent work accidents
and for the occupational health and safety.

Keyword : Personal protective equipment (PPE), Univariate, Bivariate

1. PENDAHULUAN Alat Pelindung Diri (APD) untuk mengurangi


resiko kecelakan kerja. Alat Pelindung Diri
Salah satu penyebab terganggunya
(APD) adalah seperangkat alat yang
pekerjaan proyek kontruksi adalah kecelakaan
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
yang mungkin terjadi pada suatu proyek
seluruh bagian tubuhnya terhadap
konstruksi. Untuk itu, sistem manajemen K3
kemungkinan potensi terjadinya kecelakan
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
kerja.
diwajibkan untuk diterapkan pada saat
Berdasarkan latar belakang diatas,
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. K3
penelitian ini bertujuan untuk
merupakan hal yang penting bagi perusahaan,
mengidentifikasi frekuensi yang dominan dari
karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja
tingkat kesadaran pekerja, yang ditinjau
tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga
berdasarkan faktor umur, masa kerja dan
perusahaan baik secara langsung maupun
pendidikan, pada pekerjaan konstruksi turning
tidak langsung. Oleh karena itu diperlukan

376
Jurnal CIVILLa Vol 5 No 1 Maret 2020 ISSN No. 2503 - 2399

area dilokasi pertambangan batu bara, PT diri(APD) secara tepat. Alat pelindung diri
Mifa Bersaudara, Kecamatan Meurebo, merupakan suatu alat atau pengaman yang
Kabupaten aceh barat. Selain itu tujuan dari berguna untuk pelindungi atau untuk
penelitian ini juga untuk mengetahui tingkat menimalisir terjadinya kecelakaan.
kesadaran yang signifikan terhadap faktor Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
umur, masa kerja dan pendidikan yang Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
mempengaruhi tingkat kesadaran pekerja PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat
menggunakat alat pelindung diri. Pelindung Diri dinyatakan bahwa Alat
Pelindung Diri yang selanjutnya disingkat
Tinjauan Kepustakaan. menjadi APD merupakan suatu alat yang
Suatu kondisi kerja (work condition) dan mempunyai kemampuan untuk melindungi
keselamatan kerja (safetywork) yang baik seseorang yang fungsinya mengisolasi
merupakan syarat untuk mencapai suatu iklim sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
kerja yang mendukung bagi para pekerjanya bahaya di tempat kerja. Sesuai dengan
terutama di dalam proyek konstruksi. Ha ini peraturan ini, maka pengusaha wajib
perlu mendapat perhatian dikarenakan lokasi menyediakan APD bagi pekerja atau buruh di
pekerjaan proyek merupakan salah satu tempat kerja. Alat Pelindung Diri tersebut
lingkungan kerja yang mengandung resiko harus sesuai dengan Standar Nasional
cukup besar (Ervianto, 2005) Indonesia.
Faktor lingkungan kerja dapat meliputi Implementasi yaitu merupakan proses
hal-hal yang berhubungan dengan proyek untuk melaksanakan ide, tindakan, proses atau
konstruksi secara langsung seperti tekanan perangkat aktivitas baru dengan harapan
yang berlebihan terhadap jadwal pekerjaan, orang lain dapat menerima dan melakukan
peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja penyesuaian demi terciptanya suatu tujuan
yang tidak memadai, kurangnya pelatihan yang bisa tercapai dengan pelaksanaan yang
keselamatan kerja yang diberikan pada bisa terpecaya (setiawan, 2004). Implementasi
pekerja, kurangnya pengawasan terhadap adalah bermuara pada aktivitas, aksi,
keselamatan kerja para pekerja. tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem
Faktor lingkungan kerja dapat mendorong untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman,
munculnya kesalahan dan pelanggaran pada 2002).
pihak pekerja, kesalahan dan pelanggaran Adapun penggunaan APD harus
tersebut dapat berupa tindakan tidak aman memberikan perlindungan yang kuat terhadap
dari pekerja, contohnya pelanggaran terhadap bahaya yang spesifikasi yang dihadapi oleh
peraturan dan prosedur keselamatan kerja, dan tenaga kerja. Alat Pelindung Diri
salah satu hasil dari tindakan tidak aman meliputisarung tangan, masker, pelindung
adalah timbulnya kecelakaan kerja pada pihak mata, baju/rompi, kap, apron, dan sepatu,
pekerja (Reason, 1997). (Ridley, 2006).
Keselamatan kerja merupakan bagian Menurut Reason (2007), Banyak faktor
yang penting dalam pelaksanaan proyek yang terjadi penyebab tenaga kerja tidak patuh
konstruksi, dimana keselamatan kerja perlu menggunakan APD meskipun perusahaan
mendapat perhatian yang sama dengan telah menyediakannya dan menerapkan
kualitas, jadwal dan biaya. Keterlibatan secara peraturan yang mewajibkan tenaga kerja
aktif dari manajemen perusahaan sangat menggunakannya. Hal ini masih ada yang
penting artinya bagi terciptanya perbuatan dan perlu diteliti lebih lanjut terkait faktor yang
kondisi lingkungan yang aman. program mungkin menyebabkan tenaga kerja patuh
keselamatan kerja (sefety work program) dalam menggunakan APD, terutama pada
perlu dibuat oleh manajemen perusahaan, karakteristik pekerja,
serta memiliki komitmen untuk menjalankan Mengindetifikasi frekuensi yang dominan
program tersebut demi terciptanya keamanan dari tingkat kesadaran pekerja, ditinjau
pada lokasi proyek (Hinze,1997). berdasarkan dari faktor umur, masa kerja dan
Menurut suma’mur (1996), salah satu pendidikan, pada pekerjaan konstruksi turning
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja area dilokasi pertambangan batu bara, PT
adalah dengan menggunakan alat pelindung Mifa Bersaudara, Kecamatan Meurebo,

377
Jurnal CIVILLa Vol 5 No 1 Maret 2020 ISSN No. 2503 - 2399

faktor dominan dan hubungan yang signifikan


2. METODOLOGI terhadap tingkat kesadaran pekerja dalam
Metode Pengumpulan Data menggunakan alat pelindung diri.
Data yang digunakan untuk menunjang Analisis Univariat
keberhasilan penelitian ini adalah data primer, Analisis Univariat adalah analisi yang
data yang diperoleh langsung dari objek dilakukan untuk satu variabel atau
penelitian seperti data dari responden melalui pervariabel. Tujuannya adalah untuk melihat
penyebaran kuisioner dengan cara observasi beberapa besar proporsi variabel yang diteliti
dan wawancara langsung. dan sajikan dalam bentuk tabel. Analisis
Populasi dalam penelitian ini adalah univariat dilakukan untuk menggambarkan
pekerja tuning area dari CV. Perkasa Cipta atau menjelaskan masing-masing variabel
Utama, pekerjan pada bagian turning area yang diteliti dalm bentuk distribusi frekuensi
berjumlah 48 orang. dari setiap variabel penelitian.
Sampel penelitian adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti Analisis Bivariat
dan dianggap mewakili seluruh populasi Analisis bivariat adalah analisi yang
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010). Cara untuk melibatkan sebuah variabel independen dan
menentukan besar sampel menurut Slovin sebuah variabel dependen. Untuk mengetahui
adalah sebagai berikut: hubungan antara variabel independen dan
n= variabel dependen digunakan analisis statistik
dengan uji chi-square ( ) dengan memakai
dimana : nilai t = 0,05. Dasar pengambilan hipotesis
n = Ukuran sampel penelitian berdasarkan tingkat signifikan (
N = Ukuran populasi nilai p ), yaitu :
e = % taraf kesalahan yaitu 5% (0,05) a. Bila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0
ditolak, artinya terdapat pengaruh yang
Besar sampel dari populasi orang adalah : signifikan antara satu variabel independen
terhadap variabel dependen.
n= b. Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka
H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh
n= ( , ) yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen.
n= 48
Analisis bivariat adalah analisis yang
1 + 48(0,0025) melibatkan sebuah variabel independen dan
sebuah variabel dependen. Karena data
n= , berbentuk katagorik maka untuk mengetahui
hubungan antara variabel-variabel independen
n= , dan dependen digunakan anilisis Uji Chi-
square dengan memakai nilai alpha 0,05.
n = 42,8571  43 Orang Untuk memperoleh hubungan yang
bermakna pada variabel penelitian ini
digunakan perangkat komputer dalam
Teknik Analisi Data mengenalisis Uji Chi-Square.
Data diperoleh melalui Observasi dan
kuesioner, setelah data tersebut terkumpul, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
maka dari hasil tersebut akan disajikan dalam Hasil
bentuk tabel, dimana tabel tersebut akan berisi Berdasarkan hasil kuisioner yang telah di
nilai hasil kuisioner tingkat faktor dominan sebarkan maka dapat dilihat sistematika
umur, masa kerja dan pendidikan dengan sebagai berikut :
tingkat kesadaran menggunakan alat 1. Profil responden
pelindung diri, penggolahan data akan 2. Karekteristik responden
menggunakan software SPSS dengan metode 3. Analisis Univariat
Univariat dan bivariat, untuk mengetahui 4. Analisis Bivariat

378
Jurnal CIVILLa Vol 5 No 1 Maret 2020 ISSN No. 2503 - 2399

pekerjaan turning area yaitu pada tingkat


Profil Responden umur 20-30 tahun yang berjumlah 21
Adapun responden yang diberikan pekeraja yang mencapai 48,8 %, sedangkat
kuisioner kepada 43 orang pekerja yang pada tingkat umur 31-40 berjumlah 16 orang
menjadi sampel penelitian. Rata-rata hampir atau 37,2% dan yang rendah ialah pada
dari semua responden yang ada, banyak umur 41-50 yang jumlah pekerjanya hanya 6
responden yang kurang pengetahuannya orang dengan persentase 14%
mengenai dalam menggunakan alat pelindung
Tabel.2 Jumlah Pekerja Berdasarkan Tingkat
diri (APD).
Pendidikan
Pen Frequen Perce Valid Cumulati
Analisis Univariat didi cy nt Percent ve
Sebelum dilakukan analisis bivariat kan Percent
untuk melihat hubungan antara variabel, maka SD 5 11,6 11,6 11,6
dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel SM 19 44.2 44.2 55,8
distribusi frekuensi dari masing-masing P
variabel yang diteliti : SM 17 39,5 39,5 95,3
A
Sarj 2
Tabel.1 Jumlah Pekerja Berdasarkan Umur ana
4,7 4,7 100
Um Freque Perce Valid Cumulati Total 43 100.0 100.0
ur ncy nt Percen ve
t Percent Berdasarkan Table 2, Jumlah pekerja
20 – 21 berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui
30 48.8 48.8 48.8
pekerja yang mendominasi pada penelitian ini
31- 16 adalah pekerja yang menempuh pendidikan
40 37.2 37.2 86.0
SMP sebanyak 19 orang dengan persentasi
41- 6
14.0 14.0 100.0 mencapai 44,2%, sedangkan untuk tingkat
50
pendidikan S1 adalah 4,7%, karena paling
Total 43 100.0 100.0 sedikit.

Berdasarkan Table 1 Jumlah pekerja


berdasarkan umur, diketahui pekerja yang
mendominasi pada penelitian ini adalah 20-30
tahun sebanyak 21 orang dengan persentasi
mencapai 48,8%, yang paling sedikit usia 41-
50 tahun sebanyak 9 orang dengan
persentasinya 14,0%.

Gambar 2 : Grafik jumlah Pekerja Berdasarkan


Tingkat Pendidikan
Berdasarkan gambar 2 pendidikan SMP,
yang berjumlah pekerjanya mencapai 19
pekerja dengan persentase 44,2%, sedangkan
pada tingkat pendidikan SMA berjumlah 17
orang, SD berjumlah 5 orang dengan
Gambar 1 : Grafik Jumlah Pekerja Berdasarkan
persentase 11,6 dan pada tingkat pendidikan
Umur
sarjana berjumlah 2 dengan persentase 4,7%.
Berdasarkan gambar grafik 4.1 umur Tabel.3 Jumlah Pekerja Berdasarkan Tingkat
masa pekerja yang paling dominan pada Pendidikan

379
Jurnal CIVILLa Vol 5 No 1 Maret 2020 ISSN No. 2503 - 2399

Masa sided)
Frequen Valid Cumulative
kerja
cy Percent Percent Percent Pearson
1.455a 2 .483
Chi-Square
1–3 14 32.6 32.6 32.6
Likelihood
4–7 25 58.1 58.1 90.7 2.247 2 .325
Ratio
8 – 10 4 9.3 9.3 100.0
Linear-by-
Total 43 100.0 100.0 Linear 1.359 1 .244
Association
Berdasarkan Tabel 4.3, Jumlah pekerja
N of Valid
berdasarkan masa kerja, diketahui masa kerja 43
pekerja rata-rata kebanyakan 4-7 Tahun Cases
dengan pensentasi mencapai 58,1%, dan yang
paling sedikit diatas 7 tahun sebanyak 5 orang Dari Table 4 diatas diketahui Uji chi-
dengan pensentasi 9,3%. masa kerja 1-3 square adalah 0,325 nilai ini lebih besar dari
berjumlah 14 orang dengan persentase 32,6% level of significance (t) sebesar 0,05, hal ini
dan jumlah pekerja yang paling rendah pada menunjukkan bahwa dalam penggunaan alat
masa kerja 8-10 dengan persentase 9,3% pelindung diri berpegaruh positif terhadap
pekerja. Hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mengindikasikan tingkat
kesadaran dalam menggunakan alat pelindung
diri (APD) sangat berpengaruh terhadap umur
dari pekerja dan rasio kemungkinan 2,247

Tabel 5 . Distribusi Chi-Square Hubungan


Pendidikan Pekerja Terhadap Tingkat
Kesadaran
Asymp.
Sig. (2-
Value Df sided)
Gambar 3 : Grafik jumlah Pekerja Pearson
2.196a 3 .533
Berdasarkan masa kerja Chi-Square
Masa kerja 1-3 berjumlah 14 orang Likelihood
dengan persentase 32,6% dan jumlah pekerja 2.587 3 .460
Ratio
yang paling rendah pada masa kerja 8-10
dengan persentase 9,3% Linear-by-
Linear 1.686 1 .194
Analisis Bivariat Association
Analisis bivariat untuk mengetahui
N of Valid
hubungan variable independen dan dependen. 43
Pengujian ini menggunakan uji chi-square, Cases
dimana ada hubungan dengan bermakna
secara statistik jika di peroleh level of Dari Table 5 diatas diketahui hasil Uji
significance (t) sebesar 0,05. chi-square adalah 0,533 nilai ini lebih besar
dari level of significance (t) sebesar 0,05.
Tabel.4 Distribusi Chi-Square Hubungan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Umur/Usia Pekerja Terhadap Tingkat tingkat kesadaran dan pendidikan berpengaruh
Kesadaran positif dalam penggunaan alat penlindung diri
(APD) dan rasio kemungkinan 2,587.
Asymp.
Value Df Sig. (2-

380
Jurnal CIVILLa Vol 5 No 1 Maret 2020 ISSN No. 2503 - 2399

Tabel 6 Distribusi Chi-Square Hubungan Perilaku merupakan perpaduan antara


Masa Kerja Pekerja Terhadap Tingkat faktor internal yang terdiri dari kecerdasan,
Kesadaran persepsi, motivasi, minat dan emosi dan faktor
Asymp. eksternal yang terdiri dari obyek kelompok
dan hasil kebudayaan. Perilaku juga
Sig. (2-
bergantung pada karakteristik atau faktor lain
Value Df sided) dari tenaga kerja itu sendiri. Salah satu
Pearson karakteristik dari tenaga kerja adalah faktor
1.796a 2 .407 umur yang mempengaruhi perilaku patuh
Chi-Square
menggunakan APD.
Likelihood
1.769 2 .413
Ratio Faktor pendidikan dari pekerja yang
Linear-by- dominan dan hubungan pendidikan
terhadap tingkat kesadaran
Linear .190 1 .663
Association Berdasarkan observasi, masih terdapat
N of Valid tenaga kerja yang tidak tamat SMA. Hasil
43 analisis statistik univariat dan bivariat pada
Cases
tabel 2 pendidikan tingkat SMP sangat
Dari Table 4.6 diatas diketahui hasil Uji dominan dibandingkan dengan SMA dan
chi-square adalah 0,413 nilai ini lebih besar Sarjan
dari level of significance (t) sebesar 0,05. Dari hasil penelitian ini pada CV. Perkasa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Cipta Utama yang berada pada lokasi turning
tingkat kesadaran terhadap masa kerja area pertambangan batu bara PT. Mifa
berpengaruh positif dalam penggunaan alat Bersaudara, Faktor pendidikan, diketahui pada
penlindung diri (APD) dan rasio kemungkinan pendidikan pekerja yang sangat mendominasi
1,769 pada penelitian ini adalah pekerja yang
menempuh pendidikan SMP sebanyak 19
Pembahasan orang dengan persentasi mencapai 44,2%,
Faktor umur/usia dari pekerja yang sedangkan untuk tingkat pendidikan sarjana
dominan dan hubungan umur/usia (S1) adalah 4,7%, karena paling sedikit,
terhadap tingkat kesadaran Berdasarkan hasil Uji chi-square adalah
0,533 nilai ini lebih besar dari level of
Berdasarkan faktor umur, diketahui significance (t) sebesar 0,05. Hasil penelitian
pekerja yang mendominasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan
diproyek ini adalah 20-30 tahun sebanyak 21 pendidikan berpengaruh positif dalam
orang dengan persentasi mencapai 48,8%, penggunaan alat pelindung diri (APD) dan
yang paling sedikit usia 41-50 tahun sebanyak rasio kemungkinan 2,587.
9 orang dengan pensentasinya 14,0%, dari
hasil yang dominan dan persen tertinggi dapat Faktor masa kerja dari pekerja yang
dilihat pada tabel 1. dominan dan hubungan umur/usia pekerja
Hubungan umur/usia pekerja terhadap terhadap tingkat kesadaran
tingkat kesadaran dapat dilihat pada tabel 1,
berdasarkan hasil penelitian Uji chi-square Berdasarkan masa kerja faktor yang
tabel 4.4 halaman 28 adalah 0,325 lebih besar dominal diketahui rata-rata kebanyakan 4-7
dari level of significance (t) sebesar 0,05 Tahun dengan pensentasi mencapai 58,1%,
menunjukkan bahwa dalam penggunaan alat dan yang paling sedikit diatas 7 tahun
pelindung diri sangat berpegaruh positif sebanyak 5 orang dengan pensentasi 9,3%.
terhadap pekerja. penelitian ini menunjukkan Dalam penelitian ini hasil uji chi-square
bahwa tingkat kesadaran dalam menggunakan adalah 0,413 nilai ini lebih besar dari level of
alat pelindung diri (APD) sangat berpengaruh significance (t) sebesar 0,05, artinya
terhadap umur dari pekerja dan rasio menunjukan bahwa tingkat kesadaran
kemungkinan 2,247. terhadap masa kerja berpengaruh positif

381
Jurnal CIVILLa Vol 5 No 1 Maret 2020 ISSN No. 2503 - 2399

dalam penggunaan alat penlindung diri (APD) alat penlindung diri (APD) dan rasio
dan rasio kemungkinan 1,769. Masa kerja kemungkinan kecelakaan 1,769.
adalah salah satu faktor pada karakteristik 4. Dari hasil penelitian pendidikan yang
tenaga kerja yang membentuk perilaku. sangat dominan adalah tingkat
Semakin lama masa kerja tenaga kerja lebih pendidikan SMP yang berjumlah 19
mengenal kondisi lingkungan tempat kerja, orang dengan persentasi 44,2% dan pada
jika pekerja telah mengenal kondisi masa kerja yang paling domonan adalah
lingkungan kerja dan bahaya pekerjaanya pada masa kerja 4-7 dengan persentasi
maka tingkat kesadaran pekerja semakin 58,1%.
meningkat,
5. UCAPAN TERIMA KASIH
4. KESIMPULAN Terimakasih saya ucapakan kepada :
1. PT. Mifa Bersaudara Kecamatan
Dari data penelitian ini dapat diambil Meurebo, Kabupaten Aceh Barat
kesimpulan, diantaranya sebagai berikut :
1. Jumlah pekerja berdasarkan umur, 2. Pekerja CV. Perkasa Cipta Utama.
diketahui pekerja yang mendominasi
pada penelitian ini adalah 20-30 tahun
sebanyak 21 orang dengan persentasi 6. DAFTAR PUSTAKA
jumlah pekerja mencapai 48,8%, yang Bonny F DKK. 2012. Pengaruh Kesehatan,
paling sedikit usia 41-50 tahun sebanyak
Pelatihan Dan Penggunaan Alat
9 orang dengan pensentasinya 14,0%.
Hasil Uji chi-square adalah 0,325 nilai ini Pelindung diri Terhadap Kecelakaan
lebih besar dari level of significance (t) Kerja Pada Pekerjaan Konstruksi Di
sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Kota Tomohon. JURNAL ILMIAH
dalam penggunaan alat pelindung diri MEDIA ENGINEERING.TEKNIK
berpegaruh positif terhadap pekerja. SIPIL Unsrat
2. Jumlah pekerja berdasarkan tingkat Ervianto, W.I. 2005. Manajemen Proyek
pendidikan, diketahui pekerja yang
Kontruksi. Andi, Yogyakarta.
mendominasi pada penelitian ini adalah
pekerja yang menempuh pendidikan Hants Tofan Agung Eka Praseya. 2016.
SMP sebanyak 19 orang dengan Gambaran Alat Pelindung Diri
persentasi mencapai 44,2%, sedangkan Pekerjaan Bongkar Muat Petikemas
untuk tingkat pendidikan S1 adalah 4,7%, PT. X Surabaya. Universitas Airlangga.
karena paling sedikit. Hasil Uji chi- Hinze, J. W. 1997. Construction Safety.
square adalah 0,533 nilai ini lebih besar
Prentice Hall, inc, New Jersey,jurnal
dari level of significance (t) sebesar 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rekayasa sipil 2012
tingkat kesadaran dan pendidikan Ika Anjary doy Saputri DKK. (2014) Faktor-
berpengaruh positif dalam penggunaan Faktor Yang Berhubungan Dengan
alat penlindung diri (APD) dan rasio Kepatuhan Penggunaan APD Pada
kemungkinan kecelakaan 2,587. Pekerjaan Kerangka Bangunan.
3. Jumlah pekerja berdasarkan masa kerja, Universitas Sam Ratulangi.
diketahui masa kerja pekerja rata-rata
Kartika Dyah Sertiya Putri DKK 2014.
kebanyakan 4-7 Tahun dengan pensentasi
mencapai 58,1%, dan yang paling sedikit Analisa faktor yang berubungan dengan
diatas 7 tahun sebanyak 5 orang dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung
pensentasi 9,3%. Hasil Uji chi-square diri. Skripsi; FKM Universitas
adalah 0,413 nilai ini lebih besar dari Airlangga.
level of significance (t) sebesar 0,05. Notoatmodjo, S.2012. Pendidikan Dan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perilaku Kesehatan. Jakarta:Renaka
tingkat kesadaran terhadap masa kerja
Cipta.
berpengaruh positif dalam penggunaan

382
Jurnal CIVILLa Vol 5 No 1 Maret 2020 ISSN No. 2503 - 2399

Nurainiyah, N., & Agustapraja, H. R. (2019). Tofan Agung Eka Praseya. 2016. Gambaran
Penerapan Standart Keselamatan Dan Alat Pelindung Diri Pekerjaan Bongkar
Kesehatan Kerja (K3) Proyek Jasa Muat Petikemas PT. X Surabaya.
Konstruksi (Studi Kasus: Pembangunan Universitas Airlangga
Gedung Kantor Pemkab
Lamongan). Jurnal CIVILA, 4(1), 214- Vondra Angy Saputro. 2015. Hubunggan
219. Pengetahuan dan Sikap Dengan
Reason, J. T.1997. Managing the risk of penggunaan Alat Pelindung Diri.
organizantional accidents Ashgante Skripsi; FKM Universitas
publising ltd, Aldeshot,. Muhammadiyah Surakarta.
Suma’mur 1996. Keselamatan Kerja Dan
Pencegahan Kerja, Jakata:CV Haji

383
INTERNATIONAL JOURNAL OF COMMUNITY SERVICE LEARNING.
Volume 5 Nomor 1 2021, pp 36-42
E-ISSN: 2549-6417 P-ISSN: 2579 -7166
DOI: http://dx.doi.org/10.23887/ijcsl.v5i1

Edukasi Teknik Penambangan Emas yang Ramah Lingkungan


pada Tambang Rakyat Skala Kecil
Arifudin Idrus1*
1 DepartemenTeknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*Corresponding author: aguskrisno@umm.ac.id

Abstrak
Tambang emas rakyat merupakan kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara
tradisional dalam skala kecil. Permasalahan pada tambang rakyat ini umumnya tidak memiliki ijin dan dalam
prakteknya, penambangan tersebut sering dilakukan dengan tidak mematuhi kaidah penambangan yang baik
(good mining practices) seperti yang terjadi di daerah Soripesa, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan edukasi teknik penambangan emas tradisional terhadap endapan
emas tipe urat epitermal sulfidasi rendah yang ramah lingkungan dan mempraktekan kaidah good mining
practices tersebut. Kegiatan dilakukan dengan metoda ceramah dan diskusi interaksi baik di kelas maupun di
lokasi tambang Soripesa tersebut. Hasilnya, ada 5 aspek yang perlu ditekankan untuk mencapai kaidah good
mining practices, yaitu (a) teknik penambangan terhadap keselamatan kerja para penambang rakyat, (b) teknik
pembuatan jalur terowongan, (c) teknik penggalian batuan yang mengandung emas, (d) teknik pengangkutan
dari dalam ke luar area tambang, dan (e) pengolahan emas yang aman.
Kata Kunci: Edukasi, Penambangan Emas Ramah Lingkungan

Abstract
Artisanal and small-scale gold mine is defined as a gold mining system which is traditionally and manually
operated by local people. The problem is that the artisanal and small-scale gold mining mostly don’t have
mining permit, and in practical way, the mining is commonly not implementing principles of good mining
practices as like happen in Soripesa in Bima regency. This paper is aimed to describe the education on
environmental-friendly gold mining techniques in the artisanal and small scale mine of vein-type epithermal
deposits by implementing good mining practices. This activity was performed by tutorial method in class and
direct practical work in the Soripesa mine site. As a result, five mining aspects should be emphasized to achieve
good mining practices including (a) mining techniques by considering work safety of local miner, (b) tunneling
techniques, (c) gold-bearing mining techniques, (d) ore transportation techniques from tunnel front to stockpile,
and (e) environmental-friendly gold processing techniques.
Keywords: Education, Eco-Friendly Gold Mining

Introduction
Tambang emas rakyat merupakan kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh
masyarakat baik masyarakat lokal setempat maupun masyarakat pendatang yang dilakukan
secara tradisional dalam skala kecil. Kegiatan pertambangan yang dapat dilakukan sebelum
penambangan, proses penambangan maupun sesudah proses penambangan. Dalam rangka
mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan. Adanya kegiatan penambangan
dapat menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha. Selain itu dapat

History: Publisher: Undiksha Press


Received : 12 Desember 2020 Licensed: This work is licensed under
Revised : 29 Desember 2020 a Creative Commons Attribution 3.0 License
Accepted : 06 Januari 2021
Published : 25 Februari 2021

36
Idrus et al.

meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah dan negara serta menciptakan lapangan
kerja untuk sebesar-besarnya kepentingn rakyat pertambangan secara berdaya guna, berhasil
guna dan berdaya saing. Tambang rakyat ini termasuk dalam kategori yang disebut Artisanal
and Small-scale Gold Mining (ASGM). Tambang rakyat ini ditinjau dari aspek legal,
umumnya tidak memiliki ijin usaha pertambangan (IUP) eksplorasi dan IUP operasi produksi
sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba)
dan Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik.
Kenyataannya, penambangan emas rakyat saat ini sering tidak mematuhi kaidah-
kaidah atau praktek-praktek penambangan yang baik (good mining practices), seperti desain
lubang tambang yang tidak memperhitungkan aspek keamanan dan kenyamanan, pembuatan
lubang terowongan yang tidak memperhitungkan kekuatan dan geomekanika batuan
samping, sistem penyanggaan, pencahayaan dan ventilasi terowongan yang tidak memadai,
penambang yang tidak mengindahkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), serta
pemakaian merkuri (amalgamasi) pada proses pengolahan emas yang membahayakan
lingkungan hidup. Permasalahan ini juga terjadi di daerah Soripesa, Kecamatan Wawo,
Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terdapat sekitar 200-an penambang emas
rakyat skala kecil yang beroperasi sejak beberapa tahun lalu. Para penambang rakyat tersebut
merupakan penambang illegal. seperti penambangan yang dilakukan sering tidak sesuai
dengan konsep good mining practices sehingga sangat membahayakan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) penambang dan masyarakat sekitarnya, dan juga membahayakan
kelangsungan lingkungan hidup.
Endapan emas Soripesa merupakan bagian kecil dari potensi sumberdaya emas
hidrotermal yang berada di sepanjang sabuk magmatik tembaga-emas (copper-gold magmatic
belt) di Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, berumur Neogen
yang tersebar dari barat ke timur di sisi selatan dari kepulauan tersebut. Prospek tembaga-
emas-perak yang belum dikelola antara lain Selodong (Lombok Barat), Dodo-Elang
(Sumbawa), Lepadi dan Hu’u (Dompu), Keli, Soripesa dan Lambu (Bima). Endapan
tembaga-emas yang sudah dan sedang ditambang adalah endapan tembaga-emas Batu Hijau
yang berada di Kabupaten Sumabawa Barat (Idrus et al., 2009). Dodo-Elang dan Hu’u
merupakan prospek tembaga-emas tipe porfiri kelas dunia (world-class porphyry copper-gold
deposits) dengan sumberdaya/cadangan bijih ≥ 1 milliar ton (Burrows et al., 2020; Maryono
et al., 2018). Prospek Lepadi, Keli, Lambu dan Soripesa merupakan jenis endapan emas
epitermal sulfidasi rendah, merupakan endapan emas yang banyak diincar oleh penambang
rakyat dalam skala kecil. Alasan pemilihan daerah kajian (Soripesa) ini karena merupakan
salah satu lokasi penambangan emas rakyat skala kecil yang paling aktif di Kabupaten Bima,
lokasi penambangannya berada di dekat perumahan warga dan air sungai Na’e (Sori Na’e)
yang berdekatan dengan areal penambangan bermuara di Kota Bima yang memiliki intensitas
penduduk yang cukup padat. Jika masalah tersebut dibiarkan maka perlu kegiatan edukasi
teknik penambangan sebagai suatu alternatif solusi yang dianggap efektif dalam mengatasi
keterbatasan tersebut dalam kegiatan penambangan emas agar tidak membahayakan
kesehatan, keselamatan dan kelangsungan lingkungan hidup setempat.
Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang menyatakan kurangnya informasi
dan pembinaan dari pemerintah tentang Undang-Undang serta implementasinya dalam
penambangan hal tersebut menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat (Sakti & Akmal,
2020). Penggunaan merkuri pada proses pengolahan emas berpotensi menyebabkan
terjadinya masalah kesehatan seperti keracunan merkuri (Sumantri et al., 2014). Penggalian
emas di sekitar area perumahan telah membawa dampak yang sangat mengkhawatirkan
terhadap keselamatan para penambang dan lingkungan sekitarnya (Widagdo & Setijadi,
2015). Pentingnya edukasi teknik penambangan emas yang Ramah Lingkungan pada

37
Edukasi Teknik Penambangan Emas yang Ramah Lingkungan pada Tambang Rakyat Skala Kecil

Tambang Rakyat Skala Kecil. Tujuan penelitian ini menguraikan edukasi teknik
penambangan emas tradisional terhadap endapan emas tipe urat epitermal sulfidasi rendah
yang ramah lingkungan dan mempraktekan kaidah good mining practices. Sehingga adanya
penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
penambangan.

Materials and Methods


Metoda pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diterapkan
meliputi edukasi dan sosialisasi penambangan yang baik dan benar, dan advokasi, salah
satunya memberikan bimbingan teknis terhadap penambang dan para pemangku kepentingan
dalam kegiatan penambangan rakyat tersebut. Kegiatan ini merupakan upaya pengenalan
mengenai metode penambangan emas yang berwawasan lingkungan. Dalam kegiatan ini
dijelaskan juga kepada pemerintah desa dan Muspika Kecamatan Wawo tentang teknik
penambangan yang baik dan benar. Kegiatan edukasi tersebut dilakukan di kelas dengan
metoda ceramah dan tutorial, serta metoda sosialisasi dan advokasi langsung di lokasi
pertambangan yang diikuti oleh para penyandang dana (investor) dan para penambang. Fokus
edukasi penambangan tersebut meliputi aspek-aspek teknik penanmbangan yang terdiri dari
kesehatan dan keselamatan kerja (K3), teknik pembuatan jalur terowongan, teknik penggalian
batuan yang mengandung emas, teknik pengangkutan dari dalam ke luar area tambang,
metoda pengolahan dan pemisahan emas dan kegiatan yang perlu dilakukan paska-tambang.
Foto kegiatan edukasi teknik pembangan emas yang ramah lingkungan pada tambang rakyat
skala kecil di Daerah Soripesa, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat

Results and Discussion


Bagi para penambang tradisional di Daerah Soripesa telah diberikan pemahaman
yang benar mengenai metode penambangan sesuai dengan kaidah good mining practices baik
melalui sosialisasi terpadu maupun praktek langsung di lokasi penambangan. teknik
penambangan emas yang baik dan benar meliputi teknik penambangan yang menjamin K3,
teknik pembuatan jalur terowongan, teknik penggalian batuan yang mengandung emas, dan
teknik pengangkutan dari dalam ke luar area tambang. Dalam melakukan aktivitas apapun
termasuk penambangan emas yang terpenting dan harus menjadi perhatian utama adalah
mengenai kesehatan dan keselamatan kita dalam melakukan suatu pekerjaan. Dan jelas selalu
berkaitan dengan: (1) masalah psikologi, (2) keahlian, dan (3) fasilitas guna menunjang suatu
pekerjaan. Masalah psikologis bisa berupa tidak konsentrasi dan fokus dalam bekerja, terlalu
memaksakan porsi kerja di luar batas kemampuan fisik atau bisa juga karena masalah
keluarga sehingga menjadi beban pikiran saat bekerja. Hal ini dapat diatasi dengan cara
selalu memperhatikan dua hal penting yaitu porsi kerja dan batas kemampuan fisik. Keahlian
merupakan faktor penting lainnya yang sangat berperan saat melakukan suatu pekerjaan
(Widiansyah, 2018). Keahlian ini misalnya seseorang yang menguasai metode bagaimana
teknik membuat jalur terowongan galian yang benar dan aman walaupun hanya dengan
menggunakan peralatan yang sederhana sekalipun. Fasilitas atau alat penunjang suatu
pekerjaan ini dapat berupa alat gali, alat pukul batu atau alat pikul dan sebagainya yang
fungsi dapat membantu aktivitas suatu pekerjaan penambangan. Selain itu, pekerja tambang
wajib memakai APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja, minimal misalnya safety shoes,
helm, rompi, safety glasses dan sarung tangan (Bose-O’Reilly et al., 2016).
Teknik pembuatan jalur terowongan untuk skala tambang rakyat dilakukan secara
manual dengan mengandalkan 100% tenaga manusia mulai dari perencanaan sampai
pelaksanaan penggalian. Dalam melakukan penggalian jalur terowongan ada beberapa teknik
yang harus dikuasai Pembuatan jalur terowongan harus memperhatikan faktor-faktor sebagai

38
Idrus et al.

aliran air permukaan dan bawah permukaan, ketahanan batuan, jalur struktur dan patahan,
kekuatan penopang terowongan, jalur aliran listrik/ penerang, ventilasi/ sirkulasi udara dan
air dalam terowongan dan yang terpenting adalah juga memperhatikan jalur evakuasi apabila
suatu saat terjadi bencana dalam terowongan (Nakazawa et al., 2016).
Teknik penggalian batuan yang mengandung emas umumnya dilakukan pada 2 tahap
kegiatan yaitu tahap penggalian jalur terowongan untuk pengembangan (development stage)
dan tahap penggalian terowongan untuk produksi (production stage. Urat kuarsa sebagai
media yang membawa logam emas memiliki tipe yang berbeda-beda, ada yang kompak-
masif, berlapis seperti kue lapis, dan ada yang breksiasi. Teknik memecahkan batuan urat
kuarsa berdasarkan tipenya yaitu urat kuarsa yang kompak dan masif memang sedikit sulit
untuk mencari bidang lemah berupa zona retak atau rekahan(Tomiyasu et al., 2017). Namun
perlu ada tambahan alat berupa pahat batu guna membantu mempermudah membuat jalur
rekahan sehingga batuan dapat dipecahkan sesuai dengan ukuran pecahan batuan yang
diinginkan. Urat kuarsa tipe berlapis mendekati yang ada di Daerah Soripesa. Pada tipe ini
apabila urat tersebut tebal dengan ketebalan >0,5m maka teknik memecahkannya yaitu
dengan mengikuti bidang perlapisan urat kuarsa tersebut atau bisa juga dengan teknik
memotong miring atau tegak lurus terhadap bidah perlapisan urat kuarsa tersebut. Urat kuarsa
tipe breksiasi juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa. komposisi fragmen dan matrik
dari urat kuarsa tersebut. Secara umum, penggalian tipe urat ini lebih mudah dengan
menggunakan alat-alat sederhana.
Teknik pengangkutan umumnya masih bersifat manual maka ukuran berat muatan
batuan dalam karung diusahan tidak terlalu melebihi kemampuan pikul. Namun demikian
disamping yang disebutkan diatas ada bebepa cara yang dianggap lebih efesien dan tidak
terlalu menguras tenaga besar maka dibuatkan troli dorong dengan rel kereta sederaha, bisa
juga menggunakan katrol. Pada tahapan ini, seorang penambang harus lebih ekstra hati-hati
karena pada tahapan ini sudah mulai berinteraksi dengan bahan kimia yaitu larutan air raksa
(merkuri). Larutan air raksa adalah salah satu logam berat yang biasa digunakan untuk
memisahkan bijih emas dengan mineral lain atau pengotornya (Clarkson et al., 2017; Veiga
& Gunson, 2020). Umumnya para penambang emas tradisional termasuk yang ada di daerah
Soripesa, Kabupaten Bima, Provinsi NTB, tidak mempunyai pengetahuan mengenai cara
penggunaan yang benar dan formulasi yang tepat dalam penggunaan larutan tersebut.
Tanpa disadari larutan air raksa tersebut menyimpan dampak negatif yang sangat fatal
bagi manusia terutama dalam jangka waktu yang lama kedepan (Widagdo & Setijadi, 2015).
Misalnya apabila larutan tersebut digunakan tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang benar maka dapat menimbulkan keracunan bagi tubuh. Untuk mencegah agar tidak
terjadi penyakit akibat keracunan larutan air raksa dalam pengolahan bijih emas tersebut
maka perlu dilakukan beberapa langkah-langkah minimal untuk mengurangi resiko tersebut.
Untuk para penambang tradisional untuk dapat menghindari atau tidak menggunakan larutan
air raksa (mercury) dalam kegiatan apapun. Bila tidak dapat diganti atau ditinggalkan maka
kita dapat mengurangi atau dapat menggunakannya dengan cara yang bijaksana dan hati-hati.
Berdasarkan pengalaman beberapa penambang tradisional, limbah lumpur sisa
pengolahan bijih emas tersebut biasanya dimasukan kembali ke dalam karung-karung plastik
dan dijual kembali kepada beberapa pengepul atau penadah. Lumpur sisa tersebut dapat
dioleh kembali dengan menggunakan tangki atau tabung yang berukuran besar, biasanya
dengan menggunakan metode pengolahan bijih emas yang berbeda. Beberapa cara yang
dapat dilakukan guna dapat memaksimalkan hasil galian batu tersebut agar mendapatkan
kandungan bijih emas dengan konsentrat melebihi 95% namun tetap memperhatikan
keselamatan dalam bekerja dan dampaknya terhadap lingkungan. Sebagai masyarakat yang
awam akan masalah batuan, sebaiknya para penambang diusahakan dapat mendiskusikan
segala permasalahan mulai dari cara tambang, jenis batuan yang mengandung logam bijih

39
Edukasi Teknik Penambangan Emas yang Ramah Lingkungan pada Tambang Rakyat Skala Kecil

emas dan tanda-tandanya beserta keterdapatannya dan bila perlu harus sedikit banyak mampu
memahami bagaimana proses kejadian dan keterdapatan bijih emas tersebut dengan para ahli
geologi terutama yang paham masalah mineralisasi.
Adapun beberapa kegiatan yang perlu dilakukan pada paska tambang tradisional,
sebagai berikut. Pertama, melakukan re-vegetasi atau penanam ulang kembali pepohonan
terutama pada area yang mengalami penggundulan waktu dilakukannya kegiatan
penambangan tersebut. Kedua, memangkas bagian-bagian topografi yang memiliki
kemiringan diatas 600 agar lebih landai guna menghindari terjadinya potensi tanah longsor
terutama pada saat musim hujan. Ketiga, karena lokasi aktivitas penambangan di Daerah
Soripesa sangat dekat sekali dengan pemukiman penduduk dan aliran sungai menuju
perkampungan, maka perlu adanya penanganan yang berkesinambungan mengenai dampak
terhadap kesehatan dari bahan-bahan kimia yang digunakan saat mengolah bahan tambang
tersebut. Karena pada umumnya para penambang menggungkan bahan berupa larutan air
raksa (merkuri) untuk mengekstrak emas dari batuan pembawanya.
Terkait dengan aspek metoda pengolahan dan pemisahan emas yang ramah
lingkungan, Indonesia telah meratifikasi konvensi Minamata, dengan disyahkannya Undang-
undang (UU) No. 11 Tahun 2017 tentang Pengesahan Minamata Convention on Mercury
(Konvensi Minamata Mengenai Merkuri) (Sakti & Akmal, 2020). Aspek lain yang menjadi
perhatian pada penambangan emas skala rakyat (skala kecil) adalah terkait dengan
pengelolaan lingkungan paska-tambang. Kebanyakan tambang rakyat bersifat illegal karena
tidak memiliki ijin penambangan atau yang disebut dengan Ijin Pertambangan Rakyat (IPR).
Pemerintah dihadapkan permasalahan banyaknya kerusakan lingkungan akibat pertambangan
rakyat tersebut. Apabila penambangan tersebut memiliki IPR maka pemerintah diwajibkan
membina dan mengawasi pengelolaan lingkungan paska-tambang. Ada beberapa aktivitas
yang perlu dilakukan setelah suatu daerah telah selesai ditambang. Biasanya untuk kegiatan
penambangan skala kecil yang dilakukan oleh masyarakat secara tradisional tidak terlalu
menyebabkan kerusakan berarti, terutama pada metode penambangan underground. Adapun
kegiatan yang perlu dilakukan paska tambang yaitu Melakukan re-vegetasi atau penanam
ulang kembali pepohonan terutama pada area yang mengalami penggundulan waktu
dilakukannya kegiatan penambangan tersebut. Memangkas bagian-bagian topografi yang
memiliki kemiringan diatas 60° agar lebih landai guna menghindari terjadinya potensi tanah
longsor terutama pada saat musim hujan.
Karena lokasi aktivitas penambangan di Daerah Soripesa sangat dekat sekali dengan
pemukiman penduduk maka perlu adanya penanganan yang berkesinambungan mengenai
dampak terhadap kesehatan dari bahan-bahan kimia yang digunakan saat mengolah bahan
tambang tersebut. Penutupan tambang dan rehabilitasi paska-tambang harus
mempertimbangkan rencana tata ruang daerah tersebut (Manero et al., 2020). Penambangan
emas skala kecil harusnya memberikan dampak positif dalam memicu pertumbuhan ekonomi
rakyat setempat secara berkesinambungan (Owusu et al., 2019). Perencanaan pemanfaatan
lahan bekas tambang seyogyanya terintegrasi dengan RTRW daerah setempat, sehingga dapat
berkesinambungan, seperti yang diterapkan di daerah Sumatera Selatan (Kodir et al., 2017).

Conclusion
Konsep Penambangan yang baik dan benar adalah penambangan yang berwawasan
lingkungan yang memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaanya. Selain
itu juga harus memperhatikan beberapa aspek penting yaitu keselamatan kerja, teknik
pembuatan jalur terowongan, teknik penggalian batuan yang mengandung emas, teknik
pengangkutan dari dalam ke luar area tambang, metode pengolahan dan pemisahan emas dan
kegiatan yang perlu dilakukan pasca-tambang. Mencegah lebih baik daripada mengobati,

40
Idrus et al.

pepatah ini sudah sering kita dengar. Sebelum kita terjangkit penyakit seperti ini, mari kita
jaga lingkungan kita agar tetap bersih dan terjaga dari racun air raksa. Upaya ini perlu kita
lakukan karena tentu kita tidak inginkan anak cucu kita akan tumbuh dalam keadaan seperti
ini. Dan yang harus selalu diingat larutan air raksa adalah logam berat yang sangat berbahaya
dan penyakit akibat keracunan merkuri sampai saat ini tidak ada obatnya. Ada baiknya kita
tidak terkesima oleh kilauan emas sementara dibalik itu semua ada bahaya yang bisa
mengancam masa depan dan harapan kita

References
Bose-O’Reilly, S., Schierl, R., Nowak, D., Siebert, U., William, J. F., Owi, F. T., & Ir, Y. I.
(2016). A preliminary study on health effects in villagers exposed to mercury in a small-
scale artisanal gold mining area in Indonesia. Environmental Research, 149, 274–281.
Burrows, D. R., Rennison, M., Burt, D., & Davies, R. (2020). The Onto Cu-Au Discovery,
Eastern Sumbawa, Indonesia: A Large, Middle Pleistocene Lithocap-Hosted High-
Sulfidation Covellite-Pyrite Porphyry Deposit. Economic Geology, 115(7), 1385–1412.
Clarkson, G., Clarkson, R., & Hitch, M. (2017). Reducing mercury usage in artisanal gold
mines using grinding and sieving. Mineral Processing and Extractive Metallurgy,
126(3), 167–171.
Idrus, A., Kolb, J., & Meyer, F. M. (2009). Mineralogy, lithogeochemistry and elemental
mass balance of the hydrothermal alteration associated with the Gold-rich Batu Hijau
Porphyry copper deposit, sumbawa Island, Indonesia. Resource Geology, 59(3).
https://doi.org/10.1111/j.1751-3928.2009.00092.x.
Kodir, A., Hartono, D. M., Haeruman, H., & Mansur, I. (2017). Integrated post mining
landscape for sustainable land use: A case study in South Sumatera, Indonesia.
Sustainable Environment Research, 27(4), 203–213.
https://doi.org/10.1016/j.serj.2017.03.003.
Manero, A., Kragt, M., Standish, R., Miller, B., Jasper, D., Boggs, G., & Young, R. (2020). A
framework for developing completion criteria for mine closure and rehabilitation.
Journal of Environmental Management, 273, 111078.
https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2020.111078.
Maryono, A., Harrison, R. L., Cooke, D. R., Rompo, I., & Hoschke, T. G. (2018). Tectonics
and geology of porphyry Cu-Au deposits along the eastern Sunda magmatic arc,
Indonesia. Economic Geology, 113(1), 7–38.
https://doi.org/10.5382/econgeo.2018.4542.
Nakazawa, K., Nagafuchi, O., Kawakami, T., Inoue, T., Yokota, K., Serikawa, Y., Basir-
Cyio, M., & Elvince, R. (2016). Human health risk assessment of mercury vapor around
artisanal small-scale gold mining area, Palu city, Central Sulawesi, Indonesia.
Ecotoxicology and Environmental Safety, 124, 155–162.
https://doi.org/10.1016/j.ecoenv.2015.09.042.
Owusu, O., Bansah, K. J., & Mensah, A. K. (2019). Small in size, but big in impact”: Socio-
environmental reforms for sustainable artisanal and small-scale mining. Journal of
Sustainable Mining, 18(1), 38–44. https://doi.org/10.1016/j.jsm.2019.02.001.
Sakti, E., & Akmal, A. (2020). Kesadaran Hukum Masyarakat Pertambangan Emas di Desa
Teluk Pandak Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo. Journal of Moral and Civic
Education, 4(1), 1–10. https://doi.org/10.24036/8851412412020229.
Sumantri, A., Laelasari, E., Junita, N. R., & Nasrudin. (2014). Logam Merkuri pada Pekerja
Penambangan Emas Tanpa Izin Mercury in the Illegal Gold Mining Workers. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 8(8), 398–403. https://doi.org/10.21109/kesmas.v8i8.411.g408.
Tomiyasu, T., Kodamatani, H., Hamada, Y. K., Matsuyama, A., Imura, R., Taniguchi, Y.,
Hidayati, N., & Rahajoe, J. S. (2017). Distribution of total mercury and methylmercury

41
Edukasi Teknik Penambangan Emas yang Ramah Lingkungan pada Tambang Rakyat Skala Kecil

around the small-scale gold mining area along the Cikaniki River, Bogor, Indonesia.
Environmental Science and Pollution Research, 24(3), 2643–2652.
https://doi.org/10.1007/s11356-016-7998-x.
Veiga, M. M., & Gunson, A. J. (2020). Gravity concentration in artisanal gold mining. In
Minerals (Vol. 10, Issue 11, pp. 1–50). Multidisciplinary Digital Publishing Institute.
https://doi.org/10.3390/min10111026.
Widagdo, A., & Setijadi, R. (2015). Potensi Bencana Geologi Pada Penambangan Emas dan
Lempung di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Dinamika
Rekayasa, 11(1), 11–15. https://doi.org/10.20884/1.dr.2015.11.1.90.
Widiansyah, A. (2018). Peranan Sumber Daya Pendidikan sebagai Faktor Penentu dalam
Manajemen Sistem Pendidikan. Manajemen Sistem Pendidikan. Cakrawala, 18(2), 229–
234. https://doi.org/10.31294/jc.v18i2.4347.

42
Artikel Penelitian

Logam Merkuri pada Pekerja Penambangan Emas Tanpa


Izin

Mercury in the Illegal Gold Mining Workers

Arif Sumantri, Ela Laelasari, Nita Ratna Junita, Nasrudin

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

Abstrak The population in this research were all illegal mining workers in Cisarua.
Potensi produksi pertambangan emas di Indonesia termasuk dalam kate- The samples were taken using accidental sampling technique with a num-
gori cukup besar dengan produksi rata-rata 113.720,4423 kg/tahun. Peng- ber of 40 workers and collected by interviews and observation. The mea-
gunaan merkuri pada proses pengolahan emas berpotensi menyebabkan surement of mercury levels in workers hair counted with AAS FIMS by
terjadinya masalah kesehatan seperti keracunan merkuri. Tujuan peneliti- Reverence Recovery Material 100%. The independent variables in this
an ini adalah menganalisis faktor risiko akumulasi merkuri pada rambut study were age, working period, hours of work and consumption of fish.
pekerja penambangan emas tanpa izin (PETI) di Desa Cisarua, Nanggung, Meanwhile, the dependent variable was the accumulation of mercury in
Bogor tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pen- workers hair samples. The results showed that the average accumulation
dekatan potong lintang. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja PETI of mercury in hair samples counted between 2,03 to 9,04 ppm. There are
Desa Cisarua. Sampel diambil menggunakan teknik accidental sampling 24 people (60%) suffered mercury poisoning more than 2 ppm. The work-
sebanyak 40 pekerja. Data dikumpulkan melalui wawancara dan penga- ing period factor (p value = 0.000) correlated with the accumulation of mer-
matan. Pengukuran konsentrasi merkuri dalam rambut pekerja menggu- cury in hair samples of IGM workers. It had a positive correlation with mode-
nakan AAS FIMS dengan Reverence Recovery Material 100%. Variabel rate strength (r = 0.552). Multivariate analysis described the model
bebas pada penelitian ini adalah umur, masa kerja, jam kerja dan konsum- (Accumulation of Mercury = -0.315 + 0.896*working period) with Adjusted
si ikan dengan variabel terikatnya adalah akumulasi logam merkuri pada R Square 52.6%.
rambut pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata akumulasi Keywords: Mercury, hair, illegal gold mining
logam merkuri dalam rambut pekerja antara 2,03 sampai 9,04 ppm atau ter-
dapat 24 orang (60%) mengalami keracunan merkuri lebih dari 2 ppm.
Faktor masa kerja (nilai p = 0,000) memiliki korelasi dengan akumulasi Pendahuluan
logam merkuri pada sampel rambut pekerja yang menunjukan korelasi posi- Dengan rata-rata produksi tambang emas 13.720,4423
tif dengan kekuatan sedang (r = 0,552). Hasil analisis multivariat dijelaskan kg per tahun serta total produksi sebesar 2.501.849,73
dalam model (akumulasi logam merkuri = -0,315 + 0,896*masa kerja) de- kg dari tahun 1990 sampai 2011, potensi produksi per-
ngan variabel Adjusted R Square masa kerja sebesar 52,6%. tambangan emas di Indonesia tergolong dalam kategori
Kata kunci: Logam merkuri, rambut, penambangan emas tanpa izin cukup besar. Menurut data Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia tahun 2013, ekspor kelompok hasil
Abstract industri penghasil emas (khususnya emas dalam batang,
Indonesia has a quite large potential production of gold mining with average tuangan dan keranjang dari data tahun 2007 sampai
production 113.720,4423 kg/year. Gold mining production by mercury could tahun 2011) memiliki nilai tertinggi di antara industri
cause health problems, such as mercury poisoning. The purpose of this perhiasaan dan kerajinan dari logam lainnya, yaitu pun-
study was to analyze the risk factor of mercury accumulation in hair sam-
ples from illegal gold mining (IGM) workers in Cisarua, Nanggung, Bogor in Alamat Korespondensi: Arif Sumantri, Prodi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN
2013. This research was a quantitative study by cross sectional approach. Syarif Hidayatullah, Jl. Kertamukti Pisangan Ciputat, Hp. 08121053594, e-
mail: arif_sumantri2005@yahoo.com

398
Sumantri, Laelasari, Junita, & Nasrudin, Logam Merkuri pada Pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin

caknya pada tahun 2011 sebesar dalam US$ 2.224 juta keracunan merkuri yang ditandai dengan gejala seperti
dan nilainya selalu meningkat setiap tahunnya. Selain itu, sakit kepala, sukar menelan, penglihatan menjadi kabur,
diketahui juga bahwa persentasi peran ekspor dari daya dengar menurun, merasa tebal di bagian kaki dan
kelompok industri penghasil emas terhadap total ekspor tangan, mulut terasa tersumbat oleh logam, gusi mem-
hasil industri pada tahun 2011 berada di posisi tertinggi bengkak, serta diare.5-7
sebesar 1,82%.1 Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor
Sejalan dengan hal tersebut, diketahui bahwa masya- risiko akumulasi merkuri pada pekerja PETI di Desa
rakat mulai tertarik untuk ikut serta dalam kegitan pe- Cisarua, Nanggung, Bogor tahun 2013. Penelitian ini in-
nambangan baik legal secara korporasi maupun nonlegal gin mengetahui gambaran keracunan merkuri atau aku-
seperti kegiatan pertambangan emas tanpa izin (PETI). mulasi logam merkuri dalam sampel rambut dan kore-
Meningkatnya jumlah penambang emas tradisional ini lasinya dengan aktivitas kegiatan pertambangan seperti
salah satunya terjadi di kawasan Gunung Pongkor, Ka- umur, masa kerja, jam kerja, dan konsumsi ikan pekerja
bupaten Bogor. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten PETI di Desa Cisarua tahun 2013.
Bogor tahun 1999 jumlah PETI yang melakukan penam-
bangan di ruas Sungai Cikaniki diperkirakan berjumlah Metode
6.000 orang.2,3 Penduduk lokal pada puncaknya diperki- Penelitian ini menggunakan metode observasional
rakan mencapai 26.000 orang.2 Sebanyak 30% atau yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan potong lin-
mayoritas penambang ilegal berasal dari Desa Bantar tang, dengan metode uji beda proporsi dihasilkan bahwa
Karet, Cisarua, dan Malasari.2 besar sampel dalam penelitian ini adalah 40 pekerja PETI
Kegiatan pengolahan emas yang dilakukan di Desa dengan kriteria berjenis kelamin laki-laki, tinggal di Desa
Cisarua masih dilakukan secara tradisional dengan meng- Cisarua dan masih aktif bekerja dengan masa kerja mi-
gunakan teknik amalgamasi atau penggunaan merkuri nimal satu tahun. Teknik pengambilan data pada peneli-
dalam proses pengolahannya.4 Teknik amalgamasi ber- tian ini adalah accidental sampling. Sedangkan, sampel
potensi menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan biomarker rambut dianalisis konsentrasi logam merkuri
karena akumulasi dari logam merkuri pada rantai makan- dengan menggunakan AAS Flow Injection Mercury
an atau ekosistem. System (FIMS) sesuai dengan Standar Reference Method
Pada tahap proses amalgamasi pencucian dan pe- (SRM) US EPA 3050 B dan APHA 3112 B hingga dida-
merasan, limbah cair yang mengandung merkuri dari patkan nilai Reverence Recovery Material 100% pada
hasil kegiatan tersebut berpotensi tercecer di sekitar area SRM.
pengolahan emas sehingga dapat mencemari tanah. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat un-
Selanjutnya, pada tahap pembakaran, uap merkuri yang tuk menggambarkan variabel-variabel yang diteliti, baik
dihasilkan dari kegiatan ini dapat mencemari udara, ke- variabel kategorik maupun variabel numerik. Analisis bi-
mudian mengendap di permukaan tanah dan akhirnya variat yang dilakukan bertujuan untuk melihat hubungan
akan terakumulasi di ekosistem perairan.4,5 dari masing-masing variabel independen seperti umur,
Hasil analisis lingkungan juga mengindikasikan masa kerja, jam kerja, dan konsumsi ikan dengan varia-
adanya pencemaran oleh merkuri yang ditimbulkan aki- bel dependen akumulasi logam merkuri dalam sampel
bat adanya kegiatan PETI. Hal ini ditunjukkan dengan rambut pekerja PETI. Uji yang digunakan adalah uji ko-
adanya hasil analisis terhadap sedimen aktif di lokasi relasi dan regresi linier.
PETI di daerah Pongkor, yaitu di Pasir Jawa, Ciguha,
Cikoret dan beberapa lokasi pengolahan emas, yaitu di Hasil
Sungai Cipanas, Cikawung dan Cimarinten, telah meng- Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 karakteristik peker-
alami pencemaran merkuri sebesar 10,50 _ 241,6 ppm. ja PETI di Desa Cisarua Tahun 2013, ditemukan seba-
Sedangkan pada Sungai Cikaniki yang merupakan hilir, nyak 47% pekerja hanya lulus sekolah dasar dan 5% res-
di mana semua sungai bermuara, konsentrasi merkuri
berkisar antara 6 _ 18,5 ppm.4,5 Bila dibandingkan de- Tabel 1. Karakteristik Pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin

ngan baku mutu air sungai golongan B dalam Keputusan Karakteristik Kategori n %
Menteri Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 1998 konsen-
Pendidikan Tidak tamat SD 2 5,0
trasi tersebut sudah melewati baku mutu untuk parame- Tamat SD 19 47,5
ter merkuri sebesar 0,001 mg/L (ppm). Tamat SMP 13 32,5
Logam merkuri yang terdapat di lingkungan tersebut Tamat SMA 3 7,5
Jenis aktivitas Kontak langsung 14 35
dapat memasuki tubuh melalui beberapa cara, seperti Kontak tidak langsung 26 65
melalui kontak langsung dengan kulit, menghirup uap IMT Di bawah normal 6 15
merkuri, dan memakan ikan yang telah terkontaminasi Normal 24 60
Di atas normal 10 25
merkuri.5,6 Hal tersebut dapat menyebabkan kejadian

399
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014

Tabel 2. Deskripsi Pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin

Variabel Mean Median SD Minimum Maksimum 95% CI Range

Umur 34,05 30,5 11,42 18 68 30,4 _ 37,7 50


Masa kerja 8,7 6,5 6,94 2 40 6,48 _ 10,92 38
Jam kerja 8,30 6 3,58 3 18 7,15 _ 9,45 15
Konsumsi ikan 446 320 393,96 0 1.680 320 _ 572 1.680

Tabel. 3 Gambaran Akumulasi Logam Merkuri Pekerja Penimbunan Emas Tanpa Izin

Variabel Mean Median SD Minimum Maksimum 95% CI Range

Akumulasi logam merkuri 5,54 2,34 10,9 0,28 68,0 2,03 _ 9,04 67,72
dalam sampel rambut

Tabel 4. Hubungan Variabel Bebas dengan Akumulasi Logam Merkuri 0,183 yang menunjukan bahwa korelasi antara jam kerja
Variabel n r Nilai p
pekerja dan akumulasi logam merkuri pada pekerja tidak
bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,215 menu-
Umur 40 0,172 0,370 jukan korelasi positif dengan kekuatan lemah. Hasil anal-
Masa kerja 40 0,552 < 0,001
Jam kerja 40 0,215 0,183
isis bivariat memperoleh nilai p sebesar 0,703 yang me-
Konsumsi ikan 38 -0,065 0,703 nunjukan bahwa korelasi antara konsumsi ikan dan aku-
mulasi logam merkuri pada pekerja tidak bermakna. Nilai
ponden tidak lulus SD. Rata-rata umur responden 34 korelasi Pearson sebesar -0,065 menujukan korelasi
tahun dengan standar deviasi 11,42 tahun. Sebesar 60% negatif dengan kekuatan sangat lemah (Tabel 4).
total responden memiliki status gizi (IMT) yang normal. Dari hasil analisis multivariat, variabel masa kerja
Rata-rata masa kerja pekerja 8,7 tahun dengan minimum berhubungan dengan akumulasi logam merkuri dalam
kerja 2 tahun dan maksimum lama kerja 40 tahun. Setiap sampel rambut dapat dilihat dari nilai p = 0,001 dan ni-
harinya rata-rata pekerja PETI bekerja 8,30 jam atau 8 lai koefisien B = 0,896. Hal ini menjelaskan bahwa aku-
jam 24 menit dengan maksimal jam kerja 18 jam per mulasi logam merkuri (Hg) = -0,315 + 0,896*masa ker-
hari. Sebesar 35% responden bekerja dengan kontak ja. Artinya, akumulasi logam merkuri pada sampel ram-
langsung menggunakan logam merkuri di tempat pe- but pekerja akan meningkat 0,896 kali lipat tiap tahun-
nambangan. Rata-rata konsumsi ikan responden sebesar nya. Adjusted R Square variabel masa kerja sebesar 52,6%,
446 gram per hari dengan standar deviasi 393,96 gram persamaan yang diperoleh hanya mampu menjelaskan
per hari. peningkatan akumulasi logam merkuri sebesar 52,6%,
Dari 40 pekerja yang diteliti mengenai akumulasi sedangkan 47,4% sisanya dijelaskan oleh variabel lain
logam merkuri dalam sampel rambut, didapatkan rata- (Tabel 5).
rata akumulasi logam merkuri 5,54 ppm, median 2,34
ppm dengan standar deviasi 10,9 ppm. Konsentrasi Pembahasan
terendah 0,28 ppm dan konsentrasi tertinggi 68 ppm. Jika mengacu kepada ketetapan World Health Orga-
Dari estimasi interval, disimpulkan bahwa 95% diyakini nization (WHO), batas normal kadar merkuri total de-
bahwa rata-rata akumulasi logam merkuri dalam sampel ngan menggunakan pengukuran terhadap biomarker
rambut pekerja di Desa Cisarua tahun 2013 adalah di an- yang terakumulasi di rambut adalah sebesar 1 – 2 ppm.
tara 2,03 ppm sampai dengan 9,04 ppm (Tabel 3). Artinya, rata-rata akumulasi logam merkuri pada res-
Hasil analisis bivariat memperoleh nilai p 0,370 ponden melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh
yang menunjukan bahwa korelasi antara umur peker- WHO. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3, esti-
ja PETI dan akumulasi logam merkuri pada Pekerja masi interval 95% dapat disimpulkan bahwa pekerja su-
PETI tidak bermakna. Nilai korelasi Pearson sebesar dah mengalami keracunan merkuri (2,03 – 9,04 ppm).
0,172 menujukan korelasi positif dengan kekuatan Sebanyak 60% responden diketahui mengalami keracun-
sangat lemah. Hasil analisis bivariat memperoleh nilai an merkuri yang terakumulasi dalam rambut lebih dari 2
p serbesar 0,000 yang menunjukan bahwa korelasi an- ppm.
tara masa kerja pekerja dan akumulasi logam merkuri Kejadian keracunan merkuri pada pekerja dapat di-
pada pekerja bermakna. Nilai korelasi Pearson sebesar akibatkan dari penggunaan merkuri dalam proses pengo-
0,552 menujukan korelasi positif dengan kekuatan lahan emas. Para pekerja mempunyai risiko untuk ter-
sedang (Tabel 4). papar merkuri secara langsung. Paparan tersebut dapat
Hasil analisis bivariat memperoleh nilai p sebesar terjadi pada tahap pencampuran merkuri yang digunakan

400
Sumantri, Laelasari, Junita, & Nasrudin, Logam Merkuri pada Pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin

Tabel 5. Hubungan Masa Kerja dengan Akumulasi Logam Merkuri pada Pekerja Penambangan Emas
Tanpa Izin

Variabel r R2 Persamaan Garis Nilai p

Masa kerja 0,552 0,526 Akumulasi logam merkuri= -0,315 + 0,896*masa kerja < 0,001

untuk amalgamator (gelundungan) pada proses pemera- rambut melebihi 2 ppm, paparan konsentrasi yang terus
san amalgam. Dari hasil observasi dan wawancara, dike- menerus berpotensi mengakibatkan keracunan pada
tahui bahwa pekerja tidak menggunakan sarung tangan pekerja yang bekerja lebih dari 3 tahun.
pada tahap tersebut. Selanjutnya, paparan juga dapat ter- Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilaku-
jadi pada proses pembakaran ketika uap merkuri hasil kan oleh Hartono,8 pada 45 pekerja laboratorium di
pembakaran dapat terhirup langsung oleh para pekerja, Bandar lampung. Diperoleh hasil bahwa terdapat
mengingat pekerja tersebut tidak menggunakan masker hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan aku-
pada saat melakukan proses pembakaran. Selain adanya mulasi logam merkuri pada rambut dengan nilai p sebe-
paparan langsung, kontaminasi merkuri pada tubuh sar 0,005. Diketahui pula pekerja dengan masa kerja >15
pekerja dapat berasal dari konsumsi ikan. tahun mempunyai kemungkinan terpapar merkuri sebe-
Dari hasil uji bivariat, tidak ditemukan korelasi yang sar 7,5 kali kadar merkuri pada rambutnya > 2 ppm
bermakna antara umur pekerja dan akumulasi logam dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai masa ker-
merkuri. Kemungkinan tersebut dipengaruhi oleh umur. ja < 1 – 15 tahun (95% CI OR = 1,830 – 30,728).
Baik pekerja yang mengalami keracunan merkuri mau- Jam kerja merupakan salah satu faktor yang dapat
pun tidak, memiliki rata-rata umur yang masih tergolong memengaruhi kejadian keracunan merkuri pada pekerja.
usia produktif. Efek keracunan merkuri tergantung dari Jam kerja terkait dengan lama keterpaparan pekerja di
kepekaan individu, yakni anak dalam kandungan (prena- lingkungan kerjanya dalam sehari. Menurut penelitian
tal), bayi, anak-anak, dan orang tua sehingga memung- yang dilakukan oleh Lestarisa,6 pada pekerja PETI di
kinkan bahwa usia pekerja PETI di Desa Cisarua yang Kecamatan Kurun tahun 2010, terdapat hubungan ber-
tergolong usia produktif, tidak memiliki pengaruh atau makna antara jam kerja terhadap keracunan merkuri
hubungan yang signifikan terhadap kejadian keracunan dengan nilai p sebesar 0,002. Dinyatakan pula bahwa
merkuri pada pekerja tersebut.9,10 pekerja dengan jam kerja > 8 jam dalam sehari berisiko
Menurut penelitian yang dilakukan Hartono,8 pada tinggi mengalami keracunan merkuri dibandingkan de-
45 pekerja laboratorium di Bandar lampung, terdapat ngan pekerja dengan jam kerja ≤ 8 jam/hari.
hubungan yang bermakna antara variabel umur pekerja Namun, dalam hasil analisis yang dilakukan tidak di-
dengan kadar merkuri pada rambut (nilai p = 0,02). temukan hubungan yang bermakna antara jam kerja de-
Diketahui pula pekerja dengan umur > 35 tahun mem- ngan akumulasi logam merkuri pada pekerja PETI. Ke-
punyai kemungkinan 5,678 kali memiliki kadar merkuri mungkinan hal ini disebabkan karena 60% pekerja me-
pada rambutnya melebihi 2 ppm, dibandingkan dengan miliki jam kerja < 8 jam per hari dan beberapa di antara
pekerja dengan umur ≤ 35 tahun (95% CI OR = 1,318 – yang memiliki kerja > 8 jam per hari tidak kontak lang-
24,536). sung dengan paparan logam merkuri dalam proses pro-
Masa kerja merupakan salah satu faktor yang dapat duksi pertambangan emas ilegal tersebut. Hanya 10%
memengaruhi kejadian keracunan merkuri pada pekerja. pekerja yang mempunyai jam kerja > 8 jam dan kontak
Hal ini berkaitan dengan seringnya pekerja terpapar oleh langsung dengan logam merkuri dalam proses produksi.
merkuri di lingkungan kerja yang menyebabkan mening- Salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi ke-
katnya akumulasi merkuri dalam tubuh. Dari hasil anali- jadian keracunan merkuri pada pekerja adalah jumlah
sis bivariat, risiko keracunan merkuri lebih besar terjadi konsumsi ikan. Berdasarkan analisis bivariat, tidak ter-
pada pekerja yang memiliki masa kerja lebih lama diban- dapat perbedaan yang bermakna antara konsumsi ikan
dingkan dengan yang tidak lama. Semakin lama seseo- dengan keracunan merkuri. Hal ini berbeda dengan hasil
rang bekerja, maka semakin banyak paparan bahaya yang penelitian dari Andri et.al,12 pada masyarakat sekitar
ditimbulkan dari tempat kerjanya.6,8,10 PETI di Kecamatan Mandor. Variabel konsumsi ikan > 3
Kemudian, berdasarkan konsep teori yang dike- kali/minggu memiliki hubungan yang signifikan terhadap
mukakan oleh Magos et al. dalam Suma’mur,10 tidak kadar merkuri pada rambut masyarakat dengan nilai p
hanya konsentrasi maksimum paparan logam merkuri sebesar 0,007.
yang memengaruhi efek intoksikasi merkuri, tetapi juga Selanjutnya, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
tergantung lamanya paparan merkuri yang terjadi. Kowalski dan Wierciski,13 bahwa konsentrasi merkuri
Dengan indikator bioakumulasi logam merkuri pada adanya pengaruh frekuensi konsumsi ikan dengan aku-

401
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014

mulasi merkuri pada rambut. Tingginya konsentrasi mer- ngaruhi efek intoksikasi merkuri, tetapi juga tergantung
kuri ditemukan pada rambut individu yang banyak me- lamanya paparan merkuri yang terjadi.8 Diketahui bahwa
ngonsumsi ikan.13 pekerja dengan masa kerja > 15 tahun mempunyai ke-
Hal tersebut dilandasi dengan teori yang menyatakan mungkinan terpapar merkuri sebesar 7,5 kali kadar mer-
bahwa merkuri merupakan logam berat yang tidak dapat kuri pada rambutnya > 2 ppm dibandingkan dengan
didegradasi sehingga dapat menimbulkan bioakumulasi pekerja yang mempunyai masa kerja < 1 _ 15 tahun
pada mahluk hidup yang salah satunya adalah ikan. (95% CI OR = 1,830 _ 30,728).8 Semakin lama seseo-
Dalam perairan dan sedimen, merkuri dapat berubah rang bekerja, maka semakin banyak paparan bahaya yang
menjadi bentuk organik, yaitu metilmerkuri (CH3Hg) ditimbulkan dari area tempat kerjanya.8,10 Hal ini diper-
karena adanya aktivitas bakteri. Bentuk senyawa metil- kuat oleh konsep teori yang dikemukakan oleh Magos et,
merkuri (CH3Hg) dapat dengan mudah berdifusi dan al. dalam Suma’mur,10 bahwa tidak hanya konsentrasi
berikatan dengan protein biota akuatik. Hal tersebut ter- maksimum yang memengaruhi efek intoksikasi merkuri,
masuk pada protein jaringan otot ikan.14 tetapi juga tergantung lamanya paparan merkuri yang ter-
Ion metil merkuri yang telah termakan akan larut jadi.
dalam lipida dan ditimbun dalam jaringan lemak pada Besarnya risiko keracunan merkuri akibat masa kerja
ikan. Metil merkuri dapat ditimbun dalam jaringan tersebut dapat semakin besar apabila diikuti dengan
lemak pada ikan sampai kadar 3.000 kali dari kadar yang tidak menggunakannya alat pelindung diri. Berdasarkan
ada di air, namun ikan tersebut tidak menunjukkan gang- hasil observasi, diketahui bahwa rata-rata pekerja tidak
guan merkuri atau menderita sakit.15 Apabila manusia menggunakan alat pelindung diri pada saat proses peng-
mengonsumsi ikan yang terkontaminasi oleh merkuri, olahan emas. Sedangkan, diketahui bahwa salah satu
dapat terjadi peningkatan risiko untuk terjadinya kera- cara untuk mengurangi terjadinya paparan merkuri di
cunan merkuri. lingkungan kerja tersebut adalah dengan menggunakan
Tidak sejalannya hasil penelitian ini dengan peneliti- alat pelindung diri secara benar dan kontinu. Adapun
an-penelitian sebelumnya dan teori yang ada dipengaruhi alat pelindung diri yang direkomendasikan untuk peker-
oleh hasil observasi dan wawancara bahwa masyarakat ja penambang dan pengolahan emas adalah masker,
yang tinggal di Desa Cisarua tidak secara intensif me- sarung tangan karet, dan baju lengan panjang.11
ngonsumsi ikan lokal. Masyarakat Cisarua lebih memilih Selain faktor tersebut, para penambang terpapar mer-
mengonsumsi ikan yang didatangkan dari luar daerah kuri berpotensi melalui kontak langsung dengan kulit
atau ikan laut dan beberapa jenis ikan asin yang lebih ter- dan inhalasi, yaitu dengan menghirup uap merkuri pada
jangkau harganya. Terlebih 5% responden pekerja dike- saat proses pengolahan emas. Paparan melalui inhalasi
tahui tidak mengonsumsi ikan sama sekali dalam kese- dengan saluran pernapasan sebagai jalur utamanya meru-
harianya. Ikan yang didapat dari sungai di Desa Cisarua pakan cara penyerapan merkuri dalam bentuk unsur di
biasanya dijual ke luar daerah. Bias pada saat wawancara tubuh dengan persentasi akumulasi yang tinggi, yaitu sek-
terkait konsumsi ikan kepada responden juga mempe- itar 80%. Hal ini karena sifat merkuri yang dapat larut
ngaruhi karena keterbatasan responden dalam mengingat dalam lipida.11
konsumsi ikan rata-rata per minggu. Kemudian, berat Diperkuat hasil penelitian dari Lestarisa,6 bahwa se-
ikan tidak diukur secara rinci, melainkan hanya ber- bagian besar penambang yang mempunyai aktivitas beru-
dasarkan asumsi dengan membandingkan menggunakan pa pencampuran merkuri dan membakar amalgram
food model test. mempunyai presentase tertinggi terkena keracunan
merkuri. Hal ini disebabkan karena pencampuran
Masa Kerja dengan Akumulasi Logam Merkuri pada Pekerja merkuri terjadi kontak langsung dengan penambang
Hasil analisis univariat dalam penelitian ini menun- melalui kulit. Hal tersebut dapat diperparah apabila pe-
jukkan bahwa rata-rata masa kerja pekerja adalah 8,7 nambang tidak menggunakan sarung tangan. Selain itu,
tahun. Hasil analisis bivariat variabel umur pekerja ber- uap hasil dari pembakaran amalgram dapat langsung ter-
makna karena nilai p = < 0,001 dan nilai r sebesar 0,552. hirup oleh penambang melalui saluran pernapasan akan
Dari hasil analisis bivariat dan multivariat, masa kerja masuk ke dalam paru-paru. Setelah itu, merkuri tersebut
pekerja merupakan faktor risiko yang berhubungan de- dapat berikatan dengan darah dan didistribusikan ke
ngan akumulasi logam merkuri dalam sampel rambut. seluruh tubuh.6
Sedangakan variabel umur, jam kerja, dan konsumsi ikan
tidak bermakna menunjukan berhubungan dengan aku- Kesimpulan
mulasi logam merkuri dalam sampel rambut. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa dengan CI
Semakin lama seseorang bekerja, semakin banyak pa- 95% diintreprestasikan bahwa rata-rata akumulasi logam
paran bahaya yang ditimbulkan dari area tempat kerja- merkuri dalam sampel rambut pekerja PETI di Desa
nya.10 Tidak hanya konsentrasi maksimum yang meme- Cisarua Tahun 2013 adalah 2.03 ppm sampai dengan

402
Sumantri, Laelasari, Junita, & Nasrudin, Logam Merkuri pada Pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin

9.04 ppm atau terdapat 24 orang (60%) yang mengala- Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non- Lapangan, Pusat
mi keracunan merkuri lebih dari 2 ppm. Disimpulkan Sumberdaya Geologi tahun 2006. Jakarta: Pusat Sumberdaya Geologi;
bahwa faktor masa kerja (nilai p = 0,000) memiliki ko- 2006.
relasi dengan akumulasi logam merkuri pada sampel 5. Widowati W, Sastrono R, Jusuf R. Efek Toksik Logam: Pencegahan dan
rambut pekerja PETI yang menujukan korelasi positif Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2008.
dengan kekuatan sedang (r = 0,552). Hasil analisis mul- 6. Lestarisa T. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan Merkuri
tivariat dijelaskan dalam model (akumulasi logam mer- (Hg) pada penambang emas tanpa ijin (PETI) di Kecamatan Kurun,
kuri (Hg) = -0,315 + 0,896*masa kerja) dengan Adjusted Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah [tesis]. Semarang:
R Square variabel masa kerja sebesar 52,6%. Universitas Diponegoro; 2010.
7. Subanri. Kajian beban pencemaran merkuri (Hg) terhadap air sungai
Saran Menyuke dan gangguan kesehatan pada penambang sebagai akibat pe-
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya pekerja nambangan emas tanpa izin (PETI) di Kecamatan Menyuke Kabupaten
menggunakan alat pelindung diri yaitu berupa masker, Landak Kalimantan Barat [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro;
sarung tangan karet, dan baju lengan panjang selama 2008.
proses pengolahan emas yang bertujuan untuk mengu- 8. Hartono W. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri
rangi paparan merkuri terhadap tubuh. Disarankan un- dalam Rambut pada Pekerja Laboratorium di Balai Laboratorium
tuk tidak menggunakan logam merkuri dalam proses per- Kesehatan Bandar Lampung Tahun 2003 [tesis]. Depok: Univeristas
tambangan karena ditemukan akumulasi logam merkuri Indonesia; 2003.
yang berlebih yang mendominasi pada sampel rambut 9. Sudarmaji, Mukono J, Corie IP. Toksikologi logam berat B3 dan
dapat berpotensi memengaruhi kualitas kesehatan peker- dampaknya terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2006; 2
ja dan masyarakat di Desa Cisarua tempat penambangan (2): 129-42.
emas tanpa izin atau ilegal. 10. Suma’mur. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung; 1997.
Daftar Pustaka 11. Setiyono A, Maywati S. Hubungan jenis pekerjaan terhadap kadar
1. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Peran ekspor kelompok merkuri darah pada masyarakat di sekitar penambangan emas tanpa ijin
industri penghasil emas, perak, logam mulia, perhiasan dan lain-lain di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Jurnal
terhadap total ekspor hasil industri [online]. Jakarta: Kementerian Kesehatan Komunitas Indonesia. 2010; 6 (2): 378-86.
Perindustrian Republik Indonesia; 2012 [diakses tanggal 28 April 12. Andri DH, Anies, Suharyo H. Kadar merkuri pada rambut masyarakat
2013]. Diunduh dalam: http://www.kemenperin.go.id/statistik/peran_- di sekitar penambangan emas tanpa ijin. Jurnal Media Medika Indonesia.
kelompok.php?kel=6&ekspor=1. 2011; 45 (3): 181-7.
2. Kartodihardjo H, Suntana AS. Penataan dan pengelolaan sumber daya 13. Kowalski R, Wiercinski J. Determination of Total Mercury
alam: gagasan Prof. Emil Salim dan implementasinya. Pembangunan Concentration in Hair of Lubartów-Area Citizens (Lublin Region,
Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi Emil Salim [online]. 2010 [diak- Poland). Polish Journal of Environmental Study. 2007; 16 (1): 75-9.
ses tanggal 14 April 2013]. Diunduh dalam: http://www.books. 14. Athena, Inswiasri. Analisis Risiko Kesehatan Masyarakat Akibat
google.com. Konsumsi Hasil Laut yang Mengandung Merkuri (Hg) di Kabupaten
3. Sudarso Y, Yoga GP, Suryono T, Syawal MS, Yustiawati. Pengaruh ak- Kepulauan Seribu, Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2009; 8 (1): 849-
tivitas antropogenik di Sungai Cikaniki (Jawa Barat) terhadap komuni- 59.
tas fauna makrobentik. Jurnal LIMNOTEK, 2009; XVI (2): 153-66. 15. Polii BJ, Desmi NS. Pendugaan kandungan merkuri dan sianida di
4. Juliawan N. Pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Buyat Minahasa. Ekoton. 2002; 2 (1): 31-
di Daerah Pongkor, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Proceeding 7.

403

Anda mungkin juga menyukai