Anda di halaman 1dari 22

BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Bandar Udara

Definisi dari Bandar Udara sudah diatur oleh beberapa peraturan


yang ada dalam tingkat nasinoal maupun internasional. Definisi aerodrome
menurut Annex 14 Volume 1 Aerodrome Design and Operation, Chapter
1, Bandar Udara adalah“A defined area on land or water (including any
buildings, installations and equipment) intended to be used either wholly
or in part for the arrival, departure and surface movement of
aircraft.”atau jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia sesuai dengan
KP 326 Tahun 2019 tentang Standar Teknis dan Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil - Bagian 139 (Manual of Standard CASR-
Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodrome) memiliki arti kawasan
tertentu di darat atau peraiaran (termasuk bangunan, instalasi, dan
peralatan) yang dimaksudkan untuk digunakan seluruhnya atau sebagian
untuk kedatangan, keberangkatan, dan pergerakan pesawat udara.

Definisi lain dari Bandar Udara yang berada dalam Undang-


Undang nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yaitu kawasan di
daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan
sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang dan tempat perpindahan intra dan antar
moda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya.

Dalam pengoperasiannya Bandar Udara memiliki fasilitas untuk


menunjang berjalannya operasi penerbangan denganme nerapkan nilai-nilai 3S +
1C atau jika dijabarkan yaitu (Safety, Security, and Service Through
Compliance).

3.2 Pengertian Analisa Struktur


Dilansir dari Wikipedia, Analisa Struktur Merupakan Ilmu untuk
menentukan efek dari beban pada struktur fisik dan komponennya.
Adapun cabang pemakaiannya meliputi analisis struktur menggabungkan
bidang mekanika Teknik, Teknik material, dan matematika Teknik untuk
menghitung deformasi struktur, kekuatan internal, tegangan, tekanan,
reaksi tumpuan, percepatan, dan stabilitas. Hasil analisis tersebut
digunakan untuk memverifikasi kekuatan struktur yang akan maupun telah
dibangun. Dengan demikian analisis struktur merupakan bagian penting
dari desain rekayasa sturktur.
Analisa Struktur juga merupakan proses menghitung dan
menentukan efek akibat beban yang bekerja pada struktur (bangunan,
jembatan, dermaga atau objek lainnya) yang menimbulkan reaksi berupa
gaya dalam (Internal Forces) pada struktur.
Analisis struktur sangat penting untuk memastikan bagaimana alur,
distribusi dan dampak beban terhadap struktur yang ditinjau. Selain beban
yang mempengaruhi perilaku struktur adalah bahan yang digunakan dan
geometri (Sistem) struktur. Dengan melakukan analisis struktur maka
dapat diketahui bagaimana perilaku struktur dan tingkat keamaannnya saat
dikenai beban yang diperkirakan akan berkerja. (Sumber : Hesa.co.id)

3.3 Material Konstruksi – Besi Hollow


Dalam dunia konstruksi banyak sekali material yang dapat
digunakan untuk membentuk bangunan yang geometris, salah satunya
adalah besi hollow.
Besi hollow merupakan material konstruksi berbentuk kotak atau
persegi panjang dengan rongga di bagian tengah sehingga menyerupai
pipa. Dengan bentuk yang berongga membuat material ini memiliki berat
yang lebih ringan daripada jenis material lain yang lebih petal. Istilah lain
dari material ini adalah besi kotak, pipa besi kotak, holo, dan pipa besi.
Material ini memiliki beberapa sifat yaitu kokoh, tahan api, dan
tidak mudah dimakan rayap. Adapun proses pembuatan material dengan
cara ditekuk dari plat besi yang kemudian di las untuk merekatkan
sambungannya. Jadi, bisa disimpulkan bahwa spesifikasi besi hollow
selalu sama dengan plat besi.

3.2.1 Fungsi Besi Hollow


Dengan memiliki sifat yang beragam tentunya sangat
menguntungkan dalam pekerjaan konstruksi bangunan. Berikut beberapa
contoh fungsi dari hollow :
 Dengan semakin majunya tren desain konstruksi yang banyak mengacu
pada gaya minimalis yang simple, material ini dapat digunakan untuk
kebutuhan interior dan eksterior rumah. Kebanyakan material ini
digunakan untuk pagar rumah, pintu lipat, railing tangga, kanopi, rangka
plafond hingga balkon.
 Banyak sekali furnitur yang dibuat dengan menggunakan hollow untuk
memunculkan kesan bergaya industrial seperti lemari baju, rangka tempat
tidur, rak dapur, meja makan, hingga meja TV.
 Material ini juga dapat digunakan sebagai struktur atap. Biasanya jenis
material yang sering digunakan adalah hollow galvalum. Penggunaan
hollow galvalum membuat struktur atap lebih kuat, tidak mudah terbakar
dan lebih ringan.
3.2.2 Jenis – Jenis Besi Hollow
a) Besi Hollow Hitam

(Sumber : smsperkasa.com)
Sesuai dengan Namanya, besi hollow hitam atau biasa disebut
hollow hitam memiliki permukaan hitam keabu-abuan. Hal ini terjadi
karena material ini terbuat dari plat hitam berbahan dasar hot – rolled steel.
Selain itu, hollow hitam juga memiliki sifat yang mudah berkarat sehingga
perlu dilapisi cat anti karat untuk finishingnya.
Material ini biasa digunakan untuk pembuatan pagar, pintu lipat,
kanopi, hingga balkon. Ukuran besi hollow hitam yang digunakan untuk
masing – masing kebutuhan juga berbeda – beda. Untuk penggunaan
paagar dan balkon biasanya menggunakan ukuran hollow hitam 40 x 40
dengan ketebalan 1,6 mm. sedangkan untuk pintu lipat bisa menggunakan
ukuran ukuran hollow hitam 20 x 20 dengan ketebalan 1,8 mm. Adapun
untuk kanopi bisa menggunakan ukuran hollow hitam 100 x 50 dan
ketebalan 3 – 4 mm.
b) Besi hollow Galvanis

(Sumber : smsperkasa.com)
Jika dibandingkan dengan material yang lain, besi hollow galvanis
adalah turunan produk material dari plat galvanis yang tahan terhadap
korosi. Material berbahan galvanis biasanya dibuat dari material hot
-rolled atau cold - rolled yang dilapisi dengan lapisan galvanis. Lapisan
galvanis mengandung zinc coating sebanyak 97% dan memiliki kadar
aluminium dan zat lainnya sebanyak 3%.
Dengan adanya lapisan galvanis menyebabkan jenis besi ini
memiliki sifat anti korosi. Sifat anti korosi inilah yang membuat hollow
galvanis lebih disukai orang untuk pembuatan interior dan eksterior
bangunan. Untuk kebutuhan railing tangga biasanya menggunakan dengan
ukuran besi hollow galvanis 30 x 60 dan ketebalan 1.2 mm.
c) Besi Hollow Galvalum

(Sumber : smsperkasa.com)
Hampir sama seperti material galvanis, hollow galvalume juga
memiliki lapisan luar. Lapisan luar dari hollow galvalum terdiri dari
campuran aluminium 55%, zinc 43,4%, dan silikon 1,6%. Sekilas, lapisan
galvalum dan galvanil memiliki tampilan yang mirip. Namun, corak kristal
pada lapisan galvalum terlihat lebih kecil dan lebih rapat jika
dibandingkan dengan lapisan galvanis.
Hollow galvalume lebih tahan korosi jika dibandingkan dengan
hollow galvaanis, namun lebih rentan terhadap goresan. Selain itu produk
ini juga tidak tahan terhadap semen sehingga sering keropos. Namun
apabila tidak terkena semen, tentunya hollow galvalum akan jauh lebih
awet. Biasanya hollow galvalum digunakan untuk pemasangan rangka
plafon dengan ukuran 40×40.

3.2.3 Ukuran Besi Hollow


Ukuran besi hollow dirincikan dengan ukuran sisi A (A) x ukuran
sisi B (B) x tebal (t) x Panjang badan (L) dalam satuan milimeter. Standar
Panjang badannya adalah 6 meter. Sedangkan beratnya diukur dalam
satuan kilogram. Berikut ukuran besi hollow dapat ditampilkan dalam
tabel :
Ukuran besi Hollow (A x B x Tebal x L) Berat (Kg)
20 x 20 x 1.8mm x 6m 6,78
20 x 40 x 1.2mm x 6m 5,44
20 x 40 x 1.4mm x 6m 6,30
20 x 40 x 1.8mm x 6m 10,17
20 x 40 x 2.0mm x 6m 11,30
20 x 40 x 2.3mm x 6m 13,00
25 x 25 x 1.8mm x 6m 8,48
25 x 50 x 1.8mm x 6m 12,72
30 x 30 x 1.8mm x 6m 10,17
30 x 30 x 2.3mm x 6m 13.00
30 x 30 x 2.8mm x 6m 15,83
30 x 60 x 1.2mm x 6m 10,00
40 x 40 x 1.2mm x 6m 7,70
40 x 40 x 1.4mm x 6m 8,94
40 x 40 x 1.6mm x 6m 11,68
40 x 40 x 1.8mm x 6m 13,56
40 x 40 x 2.0mm x 6m 14,48
40 x 40 x 2.3mm x 6m 17,33
40 x 40 x 2.8mm x 6m 21,10
40 x 80 x 2.0mm x 6m 22,61
50 x 50 x 1.8mm x 6m 16,96
50 x 50 x 2.3mm x 6m 20,01
50 x 50 x 2.8mm x 6m 21,67
50 x 50 x 3.6mm x 6m 26,38
50 x 50 x 3.8mm x 6m 33,91
50 x 50 x 4.5mm x 6m 35,80
60 x 40 x 1.8mm x 6m 42,39
60 x 40 x 2.3mm x 6m 16,96
60 x 40 x 2.8mm x 6m 21,67
60 x 60 x 2.0mm x 6m 26,38
60 x 60 x 2.8mm x 6m 22,61
75 x 75 x 2.0mm x 6m 31,65
75 x 75 x 2.7mm x 6m 28,26
75 x 75 x 3.0mm x 6m 38,15
75 x 75 x 3.6mm x 6m 42,39
75 x 75 x 4.5mm x 6m 50,87
100 x 50 x 2.0mm x 6m 63,59
100 x 50 x 2.8mm x 6m 28,26
100 x 50 x 3.0mm x 6m 39,56
100 x 50 x 4.5mm x 6m 42,39
100 x 100 x 2.0mm x 6m 37,68
100 x 100 x 2.7mm x 6m 49,34
100 x 100 x 3.0mm x 6m 56,62
100 x 100 x 4.5mm x 6m 84,78
100 x 150 x 4.5mm x 6m 105,98
100 x 200 x 4.5mm x 6m 127,17
125 x 75 x 4.5mm x 6m 169,56
125 x 125 x 4.5mm x 6m 226,08
150 x 150 x 4.5mm x 6m 127,17
200 x 200 x 4.5mm x 6m 169,56
200 x 200 x 6.0mm x 6m 226,08

Dalam pasar di Indonesia, memang tidak mudah membedakan antara


material hollow berkualitas dengan yang tidak. Hal ini terjadi karena material
ini tidak memiliki aturan SNI yang jelas lacaknya seperti besi beton SNI.
Sehingga untuk mendapatkan material hollow yang berkualitas, pengguna
memang harus memastikan ukuran dan toleransi produk hollow yang akan
dibeli. Biasanya besi hollow bisa dianggap kualitas baik apabila memiliki
ukuran toleransi sebesar 0,1 – 0,2 mm.

3.2.4 Berat Besi Hollow


Karena terbuat dari logam, hollow tertentu saja diperjualbelikan
menurut beratnya. Berat besi hollow dipengaruhi oleh sisi Panjang, sisi
lebar, dan ketebalannya. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung
berat besi hollow :

Berat hollow = (sisi A + sisi B) x 2 x Panjang x Tebal x Berat jenis Besi

Contohnya, menghitung berat besi hollow 20x40x1.2mm


Sisi A = 20 mm
Sisi B = 40 mm
Ketebalan = 1.2 mm
Panjang = 6000 mm
Berat Jenis Besi = 7,85 Kg x 10-6 mm3
Maka berat hollow = (20 + 40) x 2 x 6000 x 1.2 x 7.85 kg x 10-6 mm3 =
6.78 Kg

Dengan begitu, 1 lonjor hollow ukuran 20x40x1.2mm dengan Panjang


6 m memiliki berat ±6.78 kg.

3.2.5 Keuntungan Jenis Besi Hollow


Adapun beberapa keuntungan dari besi hollow, diantaranya :
 Hollow adalah material lebih ekonomis jika dibandingkan dengan material
lain seperti kayu, plastic, atau material lainnya. Hal ini dikarenakan besi
baja memiliki sifat – sifat material yang tahan lama terhadap berbagai
kondisi dan memiliki rasio kekuatan terhadap berat yang lebih baik.
 Bentuk dari material hollow yang simpel dan ringan memudadkan orang
untuk melakukan modifikasi sesuai kebutuhan mereka. Selain itu, jenis
material ini tidak membutuhkan pemasangan yang lama sehingga proses
konstruksi bisa dipercepat..
 Hollow merupakan produk material yang anti karat, terlebih pada jenis
galvanis dan galvalume. Hal ini dikarenakan adanya zat pelapis yang
mampu menahan korosi dengan baik sehingga cocok digunakan untuk
bahan utama desain rumah anda.

3.2.6 Kekurangan Jenis Besi Hollow


Meskipun hollow memiliki banyak keuntungan, namun material ini
juga tentunya memiliki beberapa kekurangan. Berikut ini beberapa
kekurangan besi hollow :
 Material ini kurang mampu menahan beban yang berat karena spesifikasi
besi yang kurang solid jika dibandingkan dengan material besi lain yang
lebih pejal. Tetapi apabila Perkasa Partner ingin tetap menggunakan
hollow untuk kebutuhan Anda, pastikan Anda memilih hollow dengan
bahan yang tebal serta luas penampang yang sesuai dengan kebutuhan
Anda.
 Tidak seperti besi beton yang memiliki panjang sampai 12 meter, material
ini hanya memiliki panjang standar hanya 6 meter. Keterbatasan ukuran
ini tentunya sangat merepotkan bagi orang yang membutuhkan pembuatan
struktur yang lebih panjang. Apabila Anda memerlukan material yang
lebih panjang, maka mau tidak mau Anda harus melakukan pengelasan.
 Meskipun hollow hitam lebih kuat daripada hollow galvanis maupun
hollow galvalum, tetapi jenis material ini tidak tahan terhadap korosi.
Apabila Anda ingin menggunakan hollow hitam, maka Anda memerlukan
cat pelapis agar tidak mudah terkena korosi. Bagi sebagian orang, hal ini
akan menambah menambah pengeluaran biaya.
3.3 Jenis Konstruksi
Secara umum, terdapat 3 (tiga) kategori tipe struktur bangunan baja
undustrial. Di antaranya adalah portal frame, portal truss, dan spacr truss.
Pemilihan tipe dan jenis struktur biasanya ditentukan dengan
menyesuaikan fungsi bangunan yang diharapkan. Ketika fungsi bangynan
telah ditetapkan, maka data mengenai volume, ruang bebas, dan lainnya
dapat mengarah pada Panjang batang yang diperlukan untuk
mengakomodasi tujuan bangunan.
Umumnya, untuk Panjang bentang 20 – 40 m, biasanya akan
menggunakan tipe portal frame. Sementara untuk ppanjang bentang 40-70
m, akan menggunakan tipe portal truss. Dan untuk Panjang bentang lebih
dari 70 m, akan menggunakan tipe space truss yang merupakan kombinasi
portal frame dan truss.
Panjang Bentang (m) Tipe Struktur Bangunan
20 – 40 Portal Frame
40 – 70 Portal Truss
>70 Space Truss
(Sumber : Eticon.co.id)

A. Portal Frame
Portal frame adalah sisitem struktur portal kaku yang berbentuk
segitiga pelana pada satu bidang tunggal. Adapun elemen – elemen
struktur yang mendukung beban kerja di antaranya rafter, kolom, base –
plate, stiffener, dan haunch.
Dengan mempertimbangkan gaya yang terlibat pada struktur,
biasanya akan digunakan beberapa profil. Diantaranya adalah profil Wide
Flange (WF), Profil H untuk bagian kolom, dan profil honeycomb untuk
bagian rafter.
Sementara itu, salter et al (2004) dalam publikasinya menyebutkan
bahwa tipe portal frame memiliki kekhasannya masing – masing. Adapun
tipe portal frame yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a) Pitched Roof Portal
Rangka Portal Atap bernada simetris bentang tunggal atau
pitched roof portal biasanya memiliki ciri sebagai berikut.
 Bentang antara 15m dan 50m
 Ketinggian atap antara 5 dan 10m
 Sudut atap antara 5 dan 10m (umumnya menggunakan
ukuran 6 m)
 Jarak portal antarbidang pada pertemuan kolom-rafter dan
rafter-rafter (Puncak)
Sebagian besar karakteristiknini ditentukan oleh nilai –
nilai ekonomis terhadap konstruksi bentuk lain. Penggunaan
haunch pada atap dan puncak keduanya dapat mengurangi
kedalaman rafter yang diperlukan dan mencapai sambungan
momen yang efisien pada titik-titik ini.

(Sumber : salter et al, 2004, pada eticon.co.id)

b) Portal Frame dengan lantai mezzanine


Mezzanine merupakan suatu tempat atau ruang tambahan
yang letaknya berada di antara lantai dan plafond atau lantai satu
dengan lantai du ajika bangunan tersebut bertingkat. Kata
mezzanine berasal dari Bahasa italia, yaitu mezzo yang berarti
bagian tengah atau ditengah.
Pada tipe rangka portal (portal frame) ini, bingkai portal
harus dirancang untuk menstabilkan mezzanine seperti yang
ditunjukan dalam gambar dibawah ini.

(Sumber : Salter et al, 2004, pada Eticon.co.id)

c) Portal Frame dengan ‘lean – to’


Menempatkan kantor secara eksternal ke dalam bingkai
portal dapat membuat struktur portal asimetris seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Keuntungan utama dari konfigurasi ini adalah kolom
dan haunch tidak menghalangi ruang kantor di mana struktur
kantor benar-benar ‘lean-to’. Oleh karena itu, portal harus
dirancang untuk menstabilkan struktur kantor dengan cara yang
sama seperti bingkai portal menstabilkan mezzanine.

(Sumber : Salter et al, 2004, pada Eticon.co.id)

d) Portal frame derek dengan kolom braket


Jika dibutuhkan adanya pemasangan alat derek pengangkut
pada portal frame dengan tipe yang relatif rendah (sekitar 20 ton),
maka braket dapat dipasang pada kolom untuk mendukung rel
derek seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Penggunaan ikatan atau dasar kolom yang kaku mungkin
diperlukan untuk mengurangi defleksi (perubahan bentuk) pada
atap. Sementara penyebaran bingkai di tingkat rel derek mungkin
sangat penting untuk fungsi derek. Untuk itu, dianjurkan dapat
memeriksa persyaratan elemen struktur ini bersama klien dan
produsen crane.

(Sumber : Salter et al, 2004, pada Eticon.co.id)

e) Mono – Picth portal Frame


Portal frame mono-pitch biasanya dipilih untuk bentang
kecil atau karena kedekatannya dengan bangunan lain. Tipe portal
frame ini adalah variasi sederhana dari rangka portal dan
cenderung digunakan untuk bangunan yang lebih kecil (hingga
rentang 15 m).

(Sumber : Salter et al, 2004, pada Eticon.co.id)


f) Propped Portal Frame (Rangka portal dengan penopang)
Jenis portal frame ini kadang-kadang disebut sebagai
“portal satu bentang dengan penopang”. Bentang portal frame ini
memiliki ukuran yang besar (lebih dari 30 m) dan tidak
memerlukan area bebas antar bentang. Portal yang disangga juga
dapat mengurangi ukuran rafter dan desakan horizontal sehingga
dapat lebih ekonomis dari segi biaya baja dan pondasi.

(Sumber : Salter et al, 2004, pada Eticon.co.id)


B. Portal Truss
Portal Truss adalah sistem struktur portal yang bagian struktur
horizontalnya merupakan susunan rangka batang pada satu bidang tunggal.
Susunan rangka batang harus mengakomodasi kekakuan dan
kekuatan dalam sistem gaya tarik-tekan saja. Rangka batang akan
menggunakan susunan konfigurasi segitiga yang secara mekanik dapat
memberikan efek kekakuan dan kekangan (penahanan) yang tinggi.
Dengan fenomena mekanik tersebut, dibandingkan dengan
sistem portal frame, maka Portal Truss dapat mengurangi efek lendutan
pada bentang panjang.
(Sumber : Eticon.co.id)

Idealisasi dan asumsi pada struktur portal truss menggambarkan


bahwa setiap elemen hanya mampu menerima gaya tarik dan tekan saja.
Konsekuensinya adalah tipe sambungan pada sistem ini bersifat sendi.
Dengan kondisi tersebut, maka beban-beban akan terkonsentrasi pada
titik-titik buhulnya (simpul).
Karena hanya mempertimbangkan gaya tarik-tekan saja, maka
profil yang biasa digunakan pada struktur portal truss ini adalah profil
yang “tipis” seperti profil kanal, siku, hollow tubular, dan rectangular.

C. Space Truss
Space Truss adalah struktur kombinasi rangka yang membentuk
segitiga yang secara global membentuk volume tiga dimensi. Dalam space
truss, setiap elemen terdiri dari 6 (enam) rangka batang untuk membentuk
satu kesatuan struktur yang kaku dan stabil.
Selain pada bangunan warehouse, struktur space truss banyak
digunakan pada atap stadion bahkan hanggar pesawat terbang. Konsep
mekanika dari space truss secara umum sama dengan portal truss,
namun space truss bekerja pada berbagai bidang dan tidak hanya pada satu
bidang tunggal saja.
Oleh karena itu, bentang yang ditawarkan oleh sistem space
truss jauh lebih besar dibandingkan portal truss, apalagi jika dibandingkan
dengan portal frame.

3.4 Konsep Pembebanan

Beban merupakan gaya luar yang bekerja pada suatu komponen


struktur. Pembebanan ini merupakan salah satu faktor penentu
perencanaan struktur, apabila beban yang ada melebihi beban yang
direncanakan akan berakibat fatal pada bangunan.
Berdasarkan SNI 1727:2013 tentang beban minimum untuk
perancangan bangunan Gedung dan struktur lain, bangunan harus
dirancang berdasarkan spesifikasi tertentu sesuai dengan kombinasi beban
yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Beban Mati
Beban Mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan
Gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafond, tangga
dinding partisi, finishing, Cladding gedung, dan komponen arstitektural
lainnya serta peralatan yang terpasang lain termasuk berat keran, plumbing
atau perpipaan, mekanikan dan elektrikal, ventilasi dan sistem
pengondisian udara.
Beban mati diperoleh dengan memperhitungkan berat sendiri dari
material yang dipakai, diantaranya adalah berat isi beton, berat isi baja,
berat atap, dan sebagainya. Beban sendiri bangunan dan komponen
gedung terdapat pada tabel berikut.
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung
(PPIUG), Direktoreat Penyelidikan Masalah Bangunan)
2. Beban Hidup
Beban Hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi
dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa,
beban banjir, atau beban mati. Beban hidup merupakan beban maksimum
yang terjadi akibat penggunaan bangunan gedung. Beberapa contoh beban
hidup menurut kegunaan suatu bangunan.
(Sumber : SNI 1727:2013)
3. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat
tekanan -tekanan dari gerakan angin. Beban angin sangat tergantung dari
lokasi dan ketinggian dari struktur. Besarnya tekanan tiup harus diambil
minimum sebesar 25 kg/m2 , kecuali untuk bangunan - bangunan berikut :
a) Tekanan Tiup di tepi laut hingga 5 Km dari pantai harus diambil
minimum 40 Kg/m2
b) Untuk Bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya
lebih dari 40 Kg/m2, harus diambil sebesar p = V2/16 (Kg/m2), dengan
V adalah kecepatan angin dalam m/s
Berdasarkan SNI 1727:2013 Pasal 26, Persyaratan Umum Beban
Angin, untuk perhitungan kecepatan beban angin diperlukan
pertimbangan dan parameter sebagai berikut :
a) Kategori resiko bangun gedung
b) Kecepatan Angin Dasar, V = 39,9 m/s
c) Faktor Arah Angin, KD
d) Kategori Eksposur
e) Faktor Topografi, KZT
f) Faktor Efek Tiupan Angin, G = 0,85
g) Klasifikasi ketertutupan
h) Koefisien tekanan internal, GCPI
i) Koefisien Eksposur Tekanan Velositas, Kz Atau KH
j) Faktor Elevasi, Ke
k) Tekanan Velositas, q atau qh
l) Koefisien Tekanan Eksternal, CP Atau CN
m) Tekanan Angin, P

4. Beban Gempa
Beban gempa merupakan semua beban static ekuivalen yang
bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari
Gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur
gedung ditentukan berdasarkan suatu Analisa dinamik, maka yang
diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya – gaya dalam struktur
tersebut yang terjadi oleh Gerakan tanah akibat gempa itu.

5. Beban Khusus
Ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan
fondasi, susut, gaya – gaya, tambahan yang berasal dari beban hidup
seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal dan gaya
dinamis yang berasal dari mesin – mesin, serta pengaruh – pengaruh
khusus lainnya.
3.1. Kombinasi Pembebanan
Komponen Elemen struktur harus dirancang hingga kuat. Tahanan
rencana harus melebihi jumlah dari beban kerja dikalikan dengan suatu
factor beban. Penjumlahan beban – beban kerja ini dinamakan sebagai
kombinasi pembebanan.
Kombinasi pembebanan yang harus ditinjau adalah sebagai
berikut :
- Pembebanan tetap :M+H
- Pembebanan Sementara :M+H+A
M+H+G
- Pembebanan Khusus :M+H+K
M+H+A+K
M+H+G+K
Dengan keterangan :
Beban Mati , dinyatakan dengan lambang M
Beban Hidup, dinyatakan dengan lambang H
Beban Angin , dinyatakan dengan lambang A
Beban Gempa, dinyatakan dengan lambang G
Beban Khusus, dinyatakan dengan lambang K
Harus diperhatikan Pula jenis – jenis kombinasi pembebanan berikut ini :
a. 1,4D
b. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau H)
c. 1.2D + 1,6 (Lr atau S atau H) + (L atau 0,5W)
d. 1.2D + 1.0W + L + 0.5 (Lr atau S atau H)
e. 1,2D + 1,0E + L + 0,2S
f. 0,9D + 1,0W
Dengan :
D = Beban Mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen,
termasuk dinding, lantai atap, plafond, partisi tetap, tangga dan
peralatan layan tetap
L = Beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,
termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti
angin, hujan, dan lain – lain.
Lr = Beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh
pekerja, peralatan, dan material atau selama penggunaan biasa oleh
orang
S = Beban Salju
H = Beban Hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W = Beban Angin
E = Beban gempa yang ditentukan dari peraturan gempa.

Anda mungkin juga menyukai