Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kondisi airtanah baik secara kualitas meupun kuantitas dipengaruhi oleh formasi
geologi dari setiap mineral batuan yang akan membentuk unsur atau senyawa
kimia. Interaksi airtanah dengan material penyusun akuifer akan mempengaruhi
proses hidrogeokimia dalam airtanah tersebut. Hal ini diperkuat oleh Santosa,
(2010) menyatakan bahwa karakteristik kimia airtanah sangat bergantung pada
mineral batuan penyusun akuifernya.
Berdasarkan sebarannya di permukaan bumi ketersediaan airtanah di suatu
wilayah tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh kondisi geologinya yaitu lapisan
geologi. Indonesia sebagai negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi,
memicu akan tingginya pemenuhan kebutuhan air bersih, terutama yang berasal
dari airtanah. Airtanah atau air sumur menjadi sumber air yang digunakan oleh
masyarakat Kecamatan Batee, baik itu untuk dikonsumsi maupun untuk keperluan
sehari-hari lainnya seperti mandi, mencuci, dan sebagainya. Beberapa sumur yang
digunakan oleh masyarakat sendiri payau. Dikhawatirkan Airtanah di daerah
permukiman ini tidak bagus atau tidak layak dikonsumsi, sehingga perlu diteliti
dan dikaji lebih lanjut. Maksud dari penelitian ini sendiri adalah untuk mengetahui
kualitas air tanah pada daerah tersebut yang memiliki tingkatan kualitas yang
layak untuk dikonsumsi dan digunakan untuk keperluan sehari-sehari oleh
masyarakat Kecamatan Batee dan sekitarnya.
2
2. Untuk mengetahui aliran airtnah pada daerah penelitian
3. Untuk mengetahui muka airtanah (MAT) pada daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui kulitas airtanah pada daerah penelitian berdasarkan
analisis geokimia airtanah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Kemiringan lereng yang
curam sampai terjal, sering
Merah Perbukitan
30% -70% terjadi erosi dengan 500 - 1500
muda tinggi
kecepatan yang perlahan-
lahan, rawan erosi dan
longsor
Kemiringan lereng yang
Kuning
15% -30% curam, rawan longsor, 200 - 500 Perbukitan
tua
erosi permukaan dan erosi
alur
Kemiringan landai sampai
curam, jika terjadi longsor Kuning Perbukitan
7% -15% bergerak dengan kecepatan muda 100 - 200
rendah
rendah, sangat rawan
terhadap erosi
Kemiringan lereng landai,
jika terjadi longsor bergerak
Dataran
dengan kecepatan rendah, Hijau
2% - 7% 50 - 100 rendah
pengikisan dan erosi akan muda
pedalama
meninggalkan bekas yang
n
sangat dalam
Kemiringan lereng datar
atau hampir datar, tidak ada
Dataran
0% - 2% erosi yang besar, dapat Hijau tua <50
rendah
diolah dengan mudah dalam
kondisi kering
2.1.2 Stratigrafi
Menurut Barber et.al. (2005), secara geologi daerah penelitian berada pada
domain bagian utara, dan juga berada pada cekungan busur belakang (back arc
basin) dari Pulau Sumatera. Dari Geologi lembar Banda Aceh Bennett (1981)
mengklasifikasikan daerah penelitian terbagi atas beberapa litologi, yaitu Formasi
Seulimuem, dan Satuan Alluvium. Dan litologi daerah penelitin didominasi oleh
batuan sedimen.
a. Formasi Seulimuem (QTps)
Satuan batuan daerah penelitian di Kecamatan Batee Kabupaten Pidie
didominasi oleh Formasi Seulimuem yang hampir secara keseluruhan wilayah
5
blok, dimana satuan batuannya tersusun atas batuan batupasir tufaan,
batugamping, konglomerat dan sedikit batulanau berumur Miosen hingga
Pliosen. (Sumber: Bennet et.al, 1981)
b. Formasi Alluvium
Satuan alluvium merupakan lapisan termuda dari lokasi penelitian. Satuan
alluvium brumur dari Holosen sampai sekarang. Penyusun litologi satuan
alluvium sendiri terdiri atas endapan pasir, kerikil dan lumpur yang tidak
tersolidasi dengan baik. (Sumber: Bennet et.al, 1981)
6
sturktur geologi dari Pegunungan Barisan yang memisahkan antara pantai Barat
dengan pantai Timur. Akibatnya banyak terbentuk gunung-gunung disepanjang
pantai barat Pulau Sumatera, sedangkan pantai timur Sumatera sendiri disusun
oleh hamparan lapisan tersier yang cukup luas serta berbukit-bukit hingga tanah
rendah alluvial sampai ke pantai.
2.2 Hidrogeologi
Berdasarkan UU RI No. 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Di bab 1
pasal 1 mengatakan bahwa cekungan airtanah adalah pembatasan airtanah yang
dibatas oleh batas hidrogeologi, terdapat sebuah sistem, dapat menyimpan dan
melepaskan air dari sebuah cekungan airtanah itu. Menurut Badan Geologi
(2013), cekungan airtanah (CAT) Sigli berada di Kabupaten Pidie dapat mengalir
dari sungai menjadi Selat Malaka. Air aliran sungai ini yang bersumber dari
perbukitan di Kecamatan Batee. Sungai itu menjadi sumber utama air yang
mengalirkan secara permanen, debit airnya sendiri sangat dipengaruhi oleh air
hujan. Menurut Singh (1992), hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik
tentang kuantitas dan kualitas air di bumi menurut waktu dan ruang seperti proses
pergerakannya, penyebarannya, pengendapannya, eksplorasi, pengembangan serta
manajemen.
2.2.1 Akuifer
Menurut Jacob (2010), akuifer adalah formasi geologi yang mempunyai
porositas atau dapat diisi oleh air dan permeabilitas atau ruang kosong yang dapat
terhubung dan air dapat mengalir. Akuifer yang baik ditentukan oleh kemampuan
menyimpan dan mengalirkan air yang mudah dan lancar pada formasi geologi.
Menurut Jacob (2010), akuifer terdiri atas 3 jenis tingkatan berdasarkan tingkat
porositas dan permeabelitas, yaitu:
a) Aquiclude adalah lapisan tanah yang dapat menyimpan air, namun tidak
dapat mengalirkan airnya, contoh lempung.
b) Aquitar adalah lapisan tanah yang dapat menyimpan dan mengalirkan air
namun tidak sempurna contoh lempung pasiran.
c) Aquifug adalah lapisan tanah yang tidak dapat menyimpan (impermeable)
dan tidak dapat mengalirkan air contoh batuan beku.
7
2.2.2 Porositas
Menurut Nurwidyanto (2006) Porositas adalah perbandingan volume pori
yang ada pada batuan terhadap volume total keseluruhan batuan. Perbandingan
porositas ini dinyatakan dalam persen.
2.2.3 Permeablitas
Menurut Djauhari (2009), permeabilitas merupakan kemampuan suatu
untuk melewati pori-pori dan rekahan terhadap batuan dan tanah. Nilai
permeabilitas sendiri tergantung dari pori-pori dalam batuan yang saling
terkoneksi. Sedangkan menurut Nurwidyanto (2006), permeabilitas adalah
kemampuan batuan yang berpori untuk mengalirkan fluida. Permeabilitas sendiri
menentukan besarnya cadangan fluida yang terdapat dalam batuan.
Tabel 2.2 Tingkatan Curah Hujan Berdasarkan Intensitas (Sumber : Mories et. Al (1997)
Deras 0.25 – 1
Sangat Deras 1>
8
Menurut Kumar (2005), salah satu pengujian kualitas air berdasarkan sifat
fisik dan kimiawi merupakan pengujian yang sangat penting, karena yang air
digunakan untuk keperluan manusia. Komposisi kualitas air yang digunakan
manusia berdasarkan parameter fisik dan parameter kimiawi akan memberikan
informasi yang cukup membantu untuk mengetahui mengenai kualitas
airtanahnya, kontak dengan komposisi batuan, dan lain-lainnya. Beberapa
parameter fisik dan parameter kimiawi pada kualitas airtanah untuk digunakan
manusia yang diteliti meliputi data pH, daya hantar listrik (DHL), Total Dissolve
Solids (TDS), kandungan kation umumnya adalah natrium (Na2+), kalium (K2+),
kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+) dan kandungan anion yaitu klorida (Cl),
sulfat (SO24), karbonat (CO23 ), dan bikarbonat (HCO -
3) yang selanjutnya
dianalisis mengunakan metode Diagram Piper dan Diagram Stiff.
2.4.1 Parameter Fisik
a. Potensial Hidrogen (pH)
Menurut Schwartz (2003), pH (potensial Hidrogen) air merupakan alat
ukur tingkat sifat asam dan basa sebuah larutan. Nilai pH air netral adalah apabila
jika molekul asam dan basa memiliki nilai yang sama. Nilai pH air di
pergunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi dibandingkan air di
kawasan hilir. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan rasa, bau, warna hingga
sifat korosi. Kajian WHO (2007), kandungan air yang baik untuk dikosumsi
berkisar nilai pH 6-8.5 atau pH netral air.
b. Daya Hantar Listrik (DHL)
Menurut Suharyadi (1984), daya hantar listrik (DHL) merupakan
parameter yang digunakan untuk menentukan sifat fisik daya hantar listrik atau
konduktivitas air. Air yang banyak mengandung asosiasi antara kation dan anion,
maka sifat konduktivitas air akan tinggi juga dan begitu juga sebaliknya. Untuk
DHL dalam kondisi yang normal, nilai DHL air berkisar antara 20 - 1500 µS/cm
(Boyd, 1982). Nilai DHL yang layak dikonsumsi menurut Kemenkes yaitu
berkisar antara 1000 µS/cm.
Menurut Effendi (2003), pengukuran daya hantar listrik menggunakan alat
konduktivitimeter. Satuan konduktivitimeter menggunakan satuan µmhos/cm.
Cara kerjanya, alat ini memperhitungkan banyaknya ion yang terlarut dalam
9
larutan sampel berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Pengukuran DHL bisa
digunakan untuk:
1. Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.
2. Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.
3. Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.
4. Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air.
5. Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak.
Klasifikasi nilai konduktivitas terhadap kualitas air dapat dilihat pada Tabel 2.3
Nilai DHL
Kelas air Tingkat salinitas
(µS/cm)
10
Tabel 2.4 Klasifikasi nilai TDS untuk berbagai jenis air
(Sumber: Mc Neelyet al. dalam Efendi, 2003)
d. Warna
Menurut Trisnawulan (2007), parameter warna dapat dianalisis secara
visual, berbeda dengan parameter bau yang dianalisis dengan penglihatan. Baku
mutu standarmaksimum untuk warna sekitar 15 TCU (True Color Unit). Jika
airtanah bernilai lebih dari 15 TCU maka tergolong dalam kualitas yang tidak
baik.
11
Gambar 2.2 Diagram Stiff (Sumber: Fetter, 2000)
a. Diagram Piper
Menurut Schwartz dan Zang (2003), Diagram Piper merupakan diagram
yang bisa digunakan untuk mengklasifikasikan jenis airtanah dari unsur kation dan
anion berdasarkan nilai komposisi kimia dari jumlah ion yang terkandung dalam
airtanah. Unsur kation adalah natrium (Na2+), kalium (K2+), kalsium (Ca2+), dan
magnesium (Mg2+), sedangkan kandungan anion yaitu klorida (Cl-), sulfat (SO4 2-),
dan bikarbonat (HCO3- ). Pada Diagram Piper terdapat 2 diagram berbentuk
segitiga, yaitu segitiga kation dengan mineral dan Na+K dan segitiga anion
dengan unsur mineral Cl-, SO4 2- dan HCO3-. Satuan yang digunakan ion kation
dan anion di atas berdasarkan satuan (meq/l). Menurut Suharyadi (1984), Diagram
Piper bisa digunakan untuk menentukan tingkat campuran jenis air yang terlarut
berdasarkan sumber air. Kemudian pencampuran air tadi diplotkan berdasarkan
titik air tawar dan air laut untuk mendeteksi intusi air laut. Adapun parameter
untuk diagram Piper dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.
12
Tabel Tinjauan Pustaka
Berikut merupakan tabel tinjauan pustaka, tabel tinjauan tersebut berisi
informasi data-data referensi yang terkait dengan topik penelitian ini. tinjauan
pustaka tersebut dapat digunakan sebagai pedoman pengetahuan peneliti ataupun
pendekatan solusi masalah dalam penelitian ini.
Tabel 2.5 Tinjauan Pustaka
13
Thomas Triadi Perlu adanya Metodologi yang Hasil pemetaan
Putranto, Wahju evaluasi kondisi digunakan hidrogeologi
Krisna Hidajat, hidrogeologi mencakup diperoleh 100 titik
Sinatrya Diko untuk mengetahui pendekatan minatan
Prayudi, Jurnal aspek kualitas lapangan melalui hidrogeologi yang
Ilmu maupun kuantitas pemetaan terbagi atas 73 titik
Lingkungan, dari air yang hidrogeologi serta sumur gali dan 2
Pemetaan berada dalam analisis hidrokimia titik mata air untuk
Hidrogeologi CAT Kendal air tanah . Terdapat serta 25 titik sumur
dan Analisis tersebut. dua system akufier bor untuk
Geokimia Air Penelitian ini yaitu akuifer bebas merepresentasikan
Tanah Cekungan bertujuan untuk dan akuifer tertekan. 15ea ra akuifer.
Air Tanah inventarisasi titik Range nilai daya
(CAT) Kendal, minatan air tanah hantar listrik dari
Vol 18 (2), 305- di dalam wilayah akuifer bebas dan
318 CAT Kendl, pola akuifer tertekan
dan arah aliran air yaitu 260-
tanah, kualitas air 13.050262 Μs/cm
tanah dan dan 1.788 Μs/cm.
menentukan asal Nilai Ph berkisar
usul air tanah. antara 6,3-8,3 dan
6.5-8.8. Pola aliran
air tanah bergerak
dari selatan ke
utara mengikuti
morfologi yang
melandai 15ea rah
utara.
Nadya Triana Penelitian ini Metode yang Berdasarkan hasil
Maizar, Mega dimaksudkan digunakan adalah dapat di ketahui
Silvia Hastuti, untuk mengetahui dengan melakukan bahwa lokasi
2017, Jurnal kondisi geokimia analisis geokimia penelitian memiliki
Prosiding airtanah pada saat airtanah yang 3 tipe airtanah,
Seminar ini serta untuk kemudian yaitu (1) kalsium
Nasional mengetahui dikorelasikan bikarbonat, (2)
Penelitian & system akuifer dengan analisis kalsium-
Pengabdian pada yang berkembang petrografi batuan magnesium
Masyarakat, pada daerah dan XRD sedimen bikarbonat, dan (3)
Geokimia Air penelitian. sungai, sehingga kalsium-
Tanah di dapat diketahui magnesium alkali
Kawasan Karst jenis litologi yang di bikarbonat,
Gunung Kidul, lewati oleh airtanah. sedangkan jensi
DIY, ISBN, 978- litologi yang
602-61545-0-7 dilewati airtanah
adalah
batugamping dan
batugamping
dolomitan.
14
Bambang Membahas Metode yang Hasil pengukuran
Prastistho, Puji hubungan digunakan adalah geolistrik metode
Pratiknyo, struktur geologi metode Sound Sounding
Achmad Rodhi terhadap system Schlumberger, Schlumberger
C, Prasetyadi, air tanah di suatu metode dipole-pole resistivitas
M. Ridwan daerah yang dan pemodelan menunjukkan
Massora, Yulian diharapkan dapat berdasarkan survey. persebaran
Kurnia menjadi suatu stratigrafi baik
Munandar, 2018, metode pencarian yang jenuh air
Hubungan airtanah di maupun yang
Struktur Geologi daerah-daerah tidak. Sedangkan
dan Sistem dengan hasil pengukuran
Airtanah, karakteristik geolistrik metode
Kementerian airtanah yang Pole-Dipole
Riset, Teknologi langka, dan menunjukkan
dan Pendidikan diharapkan anomaly
Tinggi. menjadi suatu resistivitas yang
rancangan dasar diindikasikan
dalam pembuatan sebagai zona sesar
rencana dan perlapisan
eksplorasi dan batuan,
eksploitasi yang berdasarkan hasil
memungkinkan pengukuran
dalam geolistrik
pemanfaatan menunjukkan
airtanah yang bahwa system
maksimal. akuifer dikontrol
oleh struktur
geologi sebagai
porositas
sekunder/celah
airtanah
terperangkap,
ditunjukkan
dengan nilai
resistivitas yang
rendah.
15
R. Allan Freeze, Studi mengenai Metode yang Hasil analisis
John A. Cherry, airtanah harus digunakan adalah menunjukkan
Groundwater, bertumpu pada metode yang geomteri
1979, Prentice pemahaman dirancang untuk penampang vertical
Hall. tentang rezim air prediksi hidrograf 2 dimensi yang
bawah aliran masuk ke memiliki relevansi
permukaan dalam reservoir permukaan prediksi aliran
arti yang lebih dari akuifer tak airtanah ke dalam
luas. tertekan yang besar penggalian hanya
dan metode jika permukaan
numerik. yang digali adalah
vertical dan
penggaliannya
simetris.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
17
4. Kamera 1 Unit
5. Alat Tulis 1 Set
6. Loupe 1 Unit
7. Palu Geologi 2 Buah
8. Peta Topografi 1 Lembar
9. Peta Geologi Regional 1 Lembar
10. Plastik Sampel Secukupnya
11. Komperator Batuan 3 Buah
12. Meteran 1 Buah
13. P3K 1 Set
14. Spectrometer 1 set
15. Tabung Uji 6 buah
16. Pipet tetes 2 buah
17. pH meter 1 buah
18. TDS&Ec meter 1 buah
19. Reagen secukupnya
20. Tetrimeter 2 set
21. Pita Ukur 1 Unit
18
Pemetaan Hirogeologi adalah kegiatan yang memetakan atau
mengelompakkan unit- unit hidrogeologi atas perilaku keterdapatan
airtanah (groundwater occurrence) dan produktifitas akuifernya berkaitan
dengan sifat keairan (hydrolic properties) unit geologi yang ada pada
suatu daerah tertentu.
Mengacu pada Undang – Undang No.11 Tahun 1967, airtanah
merupakan salah satu bahan galian dan mengingat perananya yang
penting dalam menunjang pembangunan serta menjamin hajat hidup
orang banyak, airtanah dapat digolongkan sebagai bahan galian golongan
B (vital) bahkan di beberapa tempat, khususnya kota besar dimana
pengambilan airtanah cukup intensif, airtanah dapat digolongkan pada
bahan galian golongan A (Strategis).
Kegiatan pemetaan Hidrogeologi dilapangan mencakup:
a. Pengumpulan data sumur, baik yang menyadap akuifer bebas
maupun tertekan.
b. Pengumpulan data mata air.
c. Pengumpulan data geometri, litologi, dan parameter akuifer/nir-
akuitard.
d. Pengumpulan contoh air (sumur, mata air, air permukaan) untuk
keperluan analisis laboratorium.
e. Pemutakhiran data sekunder (topografi, geologi, curah hujan,
penggunaan lahan, dll).
f. Uji Pumping & Pecker sumur bor.
19
d. Pengukuran tinggi muka air tanag
e. Uji sifat fisika dan kimia air tanah
3.3.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder yang digunakan pada penelitian ini meliputi:
a. Peta Topografi 1:10.000 diperoleh dari Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)1978.
b. Peta Geologi Lembar Banda Aceh 1:250.000 diperoleh dari Badan
Geologi tahun 1983.
c. Peta Hidrogeologi Atlas Cekungan Airtanah Indonesia diperoleh
dari Badan Geologi tahun 2013.
20
g. Studi Pendahuluan
Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan batas wilayah dan
gambaran umum mengenai daerah penelitian. Tahapan
pendahuluan mempelajari peta cekungan airtanah (CAT)
Kabupaten Pidie.
h. Pola aliran air tidak tertekan
Pada tahapan ini pengukuran muka air tanah dilakukan dengan
menggunakan alat berupa GPS dan water level meter. Penelitian ini
akan dilakukan observasi lapangan secara detail terhadap ketinggian
muka air tanah pada aquifer tidak tertekan dan sungai. Data GPS
ketinggian airtanah akan dikoreksi dengan menggunakan data DEM
Aceh.
i. Kualitas airtanah
Tahapan ini merupakan kegiatan pengambilan sampel air
sebanyak 5 kali dengan menggunakan tabung. Selanjutnya sampel
air akan dilakukan kegiatan observasi dan pengujian di laboratorium
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pidie.
21
c. Analisis struktur geologi berfungsi untuk mengetahui perubahan dan
model deformasi struktur yang telah terjadi di daerah tersebut.
22
3.4 Diagram Alir
Diagram alir merupakan alur proses penelitian yang dibuat agar penelitian
dapat berjalan lebih terarah dan sistematis.
MULAI
Studi Pustaka
Pekerjaan Lapangan
Meliputi: Meliputi:
Penyusunan Laporan
Selesai
23
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Badan Geologi. (2013) Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya 2014-2034.
Bandung: Badan Geologi.
24