Anda di halaman 1dari 2

Riak dan Sum'ah

*
"Sesungguhnya yang paling aku takut menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar
(syirik kecil). Sahabat bertanya: "Apakah syirik kecil itu? Baginda menjawab:
Riak." (HR Imam Ahmad)

Nabi saw. bersabda yang maksudnya: “Sesiapa sum'ah (memperdengarkan amalnya), maka
Allah akan memperdengarkan aibnya dan sesiapa beramal kerana riak (memperlihatkan
amalnya) maka Allah akan membuka niatnya di hadapan manusia pada hari kiamat
kelak.” (HR Bukhari dan Muslim)

Riak ialah menampakan atau memperlihatkan ibadah dengan niat mendapat perhatian
atau pujian manusia, kedudukan atau penghargaan atau keuntungan duniawi.

Sum'ah ialah memperdengarkan atau menceritakan atau memberitahu ibadah dengan niat
mendapat perhatian atau pujian manusia, kedudukan atau penghargaan atau keuntungan
duniawi. Cara penyampaian boleh secara lisan atau tulisan.

Beza antara riak dan sum'ah ialah riak bersangkutan dengan deria mata atau
penglihatan, sum'ah bersangkutan dengan deria telinga atau pendengaran.

Riak ialah menampakkan atau memperlihatkan. Sum'ah ialah memperdengarkan atau


menceritakan atau memberitahu dengan cara bercakap atau menulis.

Berkata imam Qurtubi,: “Hakikat riyak ialah menginginkan dunia dalam ibadah dan
asalnya ialah menginginkan kedudukan di hati manusia.”

Al Hafidz Ibn Hajar menjelaskan “Riyak ialah menampakkan ibadah dengan tujuan agar
dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amal tersebut.”

Dikatakan riak dan sum'ah adalah kerana niat atau tujuan yang tidak ikhlas, niat
untuk mendapat perhatian atau pujian manusia, kedudukan atau penghargaan atau
keuntungan duniawi. Oleh itu hanya ALLAH sahaja yang mengetahui orang yang riak dan
sum'ah.

Ibadah orang yang riak atau sum'ah akan ditolak serta tiada nilai disisi Allah.

"Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang dilaksanakan dengan
ikhlas dan dilakukan semata-mata untuk mengharap redha Allah. (HR Abu Daud dan An-
Nasa'i)

Nabi saw. bersabda yang maksudnya: “Sesungguhnya setiap amalan bergantung pada niat
dan setiap orang akan mendapat ganjaran sesuai dengan niatnya.” (HR Bukhari dan
Muslim)

Abu Hurairah yang berkata, ”Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di
jalan Allah. Dia didatangkan kemudian dinampakkan kepadanya nikmat-nikmat yang
diberikan kepadanya maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apa yang kamu
lakukan dengannya?” Dia menjawab, “Aku berperang untuk-Mu sampai aku mati syahid.”
Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau berperang kerana ingin disebut
sebagai orang yang berani. Dan itu sudah kau perolehi.” Kemudian Allah
memerintahkan malaikat untuk mengheretnya tertelungkup di atas wajahnya lalu
dilemparkan ke dalam neraka.
Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al Quran.
Dia didatangkan kemudian ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah didapatinya
dan dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat
dengannya ?” Maka dia menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al
Quran kerena-Mu.” Allah berfirman, ”Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu
supaya disebut sebagai orang alim. Engkau membaca Quran supaya disebut sebagai
Qari’.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk mengheretnya tertelungkup di
atas wajahnya lalu dilemparkan ke dalam neraka. Kemudian ada seseorang yang telah
mendapatkan anugerah banyak harta. Dia didatangkan dan ditunjukkan kepadanya
nikmat-nikmat yang diperolehnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah
yang sudah kamu perbuat dengannya?” Dia menjawab, “Aku telah sedekahkan harta di
jalan-Mu dan untuk-Mu.” Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan
untuk digelar orang yang dermawan dan engkau sudah memperolehnya.” Kemudian Allah
memerintahkan malaikat untuk mengheretnya tertelungkup di atas wajahnya lalu
dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim)

Sharing is caring..

copy&paste

Anda mungkin juga menyukai