Disusun Oleh
Dinda Silvia
211015201112
Dosen Pembimbing
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Dismenore ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Patofisologi Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah komplikasi persalinan pada bayi yang umum terjadi ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
makalah komplikasi persalinan yang umum terjadi pada bayi ini sehingga kami
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah komplikasi
persalinan pada bayi yang umum terjadi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Sungai Penuh, 7 Desember 2021
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10-19 tahun, dan merupakan
masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Dawkins, 2006). Masa
remaja atau puber adalah suatu tahap dalam perkembangan saat kematangan alat-alat
Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa remaja adalah terjadinya
mengalami masalah, karena proses dan siklus menstruasi dapat mengalami pasang
surut serta berubah-ubah setiap bulannya. Masalah yang sering timbul dan yang
paling banyak dialami wanita adalah gannguan nyeri menstruasi (Baziad,1992). Nyeri
Dismenore merupakan kejadian yang paling banyak terjadi dalam tiga tahun
bagian bawah, kadang-kadang meluas ke pinggul, punggung bagian bawah dan paha,
bahkan ada yang merasa mual, muntah,diare atau sakit yang dirasakan sebelum,
sisanya 45,11% adalah penderita dengan tipe sekunder, yaitu yang disebabkan oleh
4
1989). Lanoil (1984, yang dikutip Santoso, 2008), menyatakan bahwa stress dapat
menurunkan daya tahan terhadap kelelahan, nyeri, sakit, hingga gangguan pada saat
menstruasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
A. Pengertian Dismenore
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari
B. Klasifikasi Dismenore
ginekologis, yaitu:
pada pelvis.
Pembagian ini tidak seberapa tajam batasannya karena dismenore yang pada mulanya
Dismenore primer timbul sejak menarche, biasanya pada tahun pertama atau kedua
haid. Biasanya terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudian hilang pada usia
akhir 20-an atau awal 30-an. Nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum atau
setelah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Nyeri diuraikan
suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Dapat disertai dengan
7
mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan
sebagainya.
juga dimulai setelah usia 25 tahun. Nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum
menstruasi dan terus berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi. Pada
adenomiosis, kista ovarium, mioma uteri, radang pelvis dan lain-lain. Dapat pula
Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari
lapisan rahim melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya
1. Dismenore primer
8
c. Nullipara
d. Merokok
f. Kegemukan
2. Dismenore sekunder
a. Leiomyomata (fibroid)
c. Tubo-ovarium abses
d. Torsi Ovarium
e. Kista Ovarium
f. Emdometriosis
g. Adenomyosis
dismenore primer.Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim
mengalami dismenore memiliki kadar prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi
mirip dengan nyeri yang dirasakan oleh wanita hamil yang mendapatkan suntikan
9
C. Manifestasi Klinis Dismenore
Ditandai oleh nyeri di abdomen bagian bawah. Hal tersebut biasanya dimulai
beberapa jam sebelum atau tepat setelah onset menstruasi dan dapat berlangsung
hingga 48-72 jam. Nyeri dimulai dari area suprapubic dan dapat menjalar ke area
lumbosacral di punggung dan ke anterior paha. Nyeri bersifat kolik tidak seperti nyeri
yang terjadi karena infeksi ataupun iritasi zat kimia. Nyeri biasanya membaik dengan
masasse abdomen, counter pressure, dan pergerakan tubuh. Gejala-gejala yang timbul
seperti sakit kepala, nausea, muntah, sakit pinggang, dan diare dapat dijelaskan
bengkak pada palpasi. Tidak ada bengkak pada abdomen bagian atas. Pada
Namun tidak ditemukan nyeri yang berat karena pergerakan serviks atau palpasi
struktur adnexa.
10
Sumber: http://www.acog.org
D. Patofisiologi Dismenore
Dismenore primer biasanya dimulai dalam 6 bulan pertama setelah menarche sekali
siklus ovulasi teratur telah ditetapkan. Selama menstruasi, peluruhan sel endometrium
cairan menstruasi dari wanita dengan dismenore parah. Tingkat ini sangat tinggi
selama 2 hari pertama menstruasi. Vasopressin juga mungkin memainkan peran yang
serupa.
11
Patofisiologi terjadinya dismenore hingga kini masih belum jelas. Beberapa faktor
mudah terjadi. Faktor konstitusi erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini
primer.
hiperantefleksi dengan stenosis pada canalis servicalis. Namun, hal ini tidak
3. Faktor alergi
12
4. Faktor neurologist
Uterus dipersyarafi oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf
oleh syaraf simpatis sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium
5. Vasopresin
aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan
6. Prostaglandin
13
tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi
7. Faktor hormonal
dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus
14
8. Leukotren
ditemukan dalam uterus wanita dengan dismenore primer yang tidak memberi
darah, atau karena iritasi peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan
Ketika gejala ini terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa
a. Adenomyosis
invasi benih dari endometrium ke perototan uterus, hal tersebut sering berhubungan
dengan pertumbuhan abnormal yang menyebar dari perototan. Kondisi ini dilaporkan
15
bersamaan pada 15% kasus. Diagnosis akhir adenomyosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan mikroskopik.
b. Myomas
Myomas atau uterine fibroids merupakan kejadian yang paling sering terjadi
dan dilaporkan sebanyak 20% wanita berusia lebih dari 30 tahun, dan 30% wanita
usia di atas 40 tahun. Ada beberapa ukuran tumor, dari yang paling kecil hingga yang
memiliki berat lebih dari 100 pon. Walaupun tumor ini dapat terjadi pada beberapa
bagian dari uterus, serviks, atau ligamen, dan hal tersebut yang lebih sering
menyebabkan dismenore sekunder. Hal tersebut pula yang menyebabkan distorsi pada
uterus dan cavum uterus. Nyeri dirasa meningkat karena disrupsi aktivitas normal otot
Sumber: http://www.acog.org
16
c. Polip
Meskipun polip bukan penyebab yang sering pada dismenore, massa di dalam
rongga uterus dapat menyebabkan nyeri saat menstruasi. Ketika gejala cukup meluas,
penggunaan IUD. Adanya benda asing dapat meningkatkan aktivitas uterus yang
dapat menimbulkan nyeri, terutama terjadi pada wanita yang belum memiliki anak.
Riwayat dan adanya string IUD pada pemeriksaan fisik memberikan petunjuk yang
cukup.
e. Infeksi
infeksi aktif muncul, seringnya muncul secara akut, dan akan terdiagnosa lebih awal.
Bekas luka dan adhesi dapat menyebabkan pergerakan serviks visera terbatas dan rasa
nyeri. Nyeri ini hanya timbul selama menstruasi, intercourse, gerakan makanan, dan
aktivitas fisik, serta akan menetap pada kondisi yang kronis. Riwayat infeksi pelvis,
17
a. Endometriosis
mukosa uterus yang normal yang terdapat di luar uterus. Lokasi utamanya
septum, pelvis peritoneum, tuba falopi, rektum, sigmoid, dan kandung kemih, serta
lokasi yang jauh dari uterus seperti plasenta dan vagina. Walaupun 8-10% pasien
mengalami gejala akut, sebagian besar pasien mengeluhkan dismenore yang berat
dengan gejala pada punggung dan rektum. Adanya nodul pada daerah uterosacral,
pada pasien yang memiliki gejala menyerupai inflamasi kronis pada pelvis dapat
b. Tumor
Tumor yang jinak maupun ganas dapat menyebar pada uterus atau struktur
Walaupun tumor secara tunggal tidak menyebabkan nyeri, adanya massa pada
c. Inflamasi
Inflamasi kronis dapat menjadi sumber nyeri pelvis dan dismenore, hal ini
dapat terjadi karena efek aktif dari inflamasi atau adanya bekas luka dan kerusakan
18
d. Adhesions
Adhesi muncul dari proses inflamasi sebelumnya atau pembedahan yang dapat
Meskipun secara umum tidak tampak pada pemeriksaan fisik, riwayat pasien dapat
e. Psikogenik
dismenore terjadi dan tidak adanya penjelasan untuk keluhan yang dirasakan pasien,
maka dengan mudah dapat dikatakan bahwa rasa nyeri yang ada merupakan salah satu
mengenai berbagai tipe personal yang diyakini memiliki hubungan dengan dismenore
dan nyeri pelvis kronis. Hanya sedikit pasien yang menganggap bahwa nyeri atau
dengan keluhan nyeri pelvis yang bersifat kronis atau dismenore yang kambuh dan
tidak ditemukan tanda-tanda klinik. Beberapa studi melaporkan bahwa pada pasien
dengan gejala ini ditemukan adanya pelebaran pembuluh vena pada pelvis ketika
dilakukan laparoskopi. Hal ini menjelaskan bahwa pelebaran vena ini menyebabkan
19
g. Non–gynecology
Seperti pada kasus nyeri nyeri pelvis akut, dinding abdominal, kandung
kemih, rektum, sigmoid, dan elemen skeletal dari pelvis dapat menjadi sumber
penyebab nyeri pelvis kronis. Semua faktor penyebab itu harus didiagnosa melalui
pemeriksaan fisik dan riwayat pasien dengan keluhan nyeri pelvis kronis (Smith,
2003).
E. Diagnosis
pelvic dan meyakinkan sifat nyeri yang siklik. Harus dilakukan pemeriksaan fisik
F. Penanganan
Perlu dijelaskan kepada penderita behwa dismenore adalah gangguan yang tidak
mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga yang teratur mungkin
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada
perut bawah untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Obat analgesic yang biasa
diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat paten
20
yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, achet-aminophen, dan
sebagainya.
3. Perawatan Lain
b. Melakukan pemijatan
d. Kompres dengan botol air hangat pada bagian yang terasa kram. Bisa
diri.
i. Minum obat penghilang rasa sakit. Yang harus diingat adalah obat ini
21
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual,
tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.
Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara
teratur.
dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan
ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau
4. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara
waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai denganp pemberian salah satu
22
naproksen; dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami
(pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan SSP) ditambah dengan neurektomi
23
REFERENSI
jannahrahm-5192-2bab1.pdf http://emedicine.medscape.com/article/795677-overview
http://morningcamp.com/?p=219
http://ivadillaazzahra.blogspot.com/2009/04/dismenore.html
www.fkunsri.wordpress.com http://sehatnews.com/mobile/penyakit-a-z/d/3206.html
http://www.acog.org/publications/patient_education/bp046.cfm
http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-
ilmiahkedokteran/kandungan-dan-kebidanan-obstetri-
ginekologi/2010/10/30/dismenore/
24