Anda di halaman 1dari 41

PERTEMUAN KE I :

PENGERTIAN, SUMBER DAN KARAKTERISTIK


AIR LIMBAH

A. Latar Belakang
Tidak satupun kehidupan dibumi ini yang dapat berlangsung tanpa air.
Namun air yang telah dimanfaatkan sebagian besar akan menjadi air limbah.
Kurang lebih sekitar 80 – 90 % dari air yang digunakan akan menjadi air
limbah. Air limbah yang dihasilkan apabila tidak dikelola dengan baik akan
dapat mempunyai dampak terhadap lingkungan dan selanjutnya akan
berdampak pula terhadap kesehatan. .

Buku Ajar Penyehatan Air dan Pengelolaan Limbah Cair-C adalah


merupakan bahan ajar mata kuliah keahlian yang diharapkan dapat
menunjang kompetensi profesional sebagai seorang Ahli Kesehatan
Lingkungan . Oleh karena itu lulusan Politeknik Kesehatan Jurusan
Kesehatan Lingkungan harus memahami mata kuliah ini. Mengawali
bahasan dari buku ajar ini pada bab 1 akan dibahas tentang pengertia air
limbah atau limbah cair, sumber dan jenis air limbah , dampak air limbah
terhadap lingkungan dan kesehatan, .

Pada pembahasan selanjutnya, masing-masing tujuan pembelajaran khusus


tersebut diuraikan ke dalam beberapa kegiatan belajar. Diharapkan
mahasiswa yang akan menggunakan bahan ajar ini akan menjadi lebih mudah
dalam menyerap pengetahuan tentang bahan ajar ini.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa mampu;


1. Menjelaskan pengertian air limbah/limbah cair
2. Menjelaskan sumber air limbah
3. Menjelaskan dampak air limbah terhadap lingkungan dan kesehatan
4. Menjelaskan karakteristik air limbah

C. Materi Inti

1. Pengertian Air Limbah/Limbah Cair

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009


tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud
dengan Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

Dalam Keputusan Menteri negara Lingkungan Hidup nomor : kep-


51/menlh/ 10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industry

1
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan;

Peraturan Gubernur provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 122


tahun 2005, tentang pengelolaan air limbah domestik di provinsi daerah
khusus Ibukota Jakarta mednyebutkan bahwa;
1. Air Limbah adalah air yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi
dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali;
2. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga, perumahan, rumah susun, apartemen, perkantoran,
rumah dan kantor rumah dan toko, rumah sakit, mall, pasae swalayan,
balai pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water (air
bekas) ataupun black water (air kotor/tinja);

Pengertian air limbah menurut Metcalf & Eddy

”A combination of the liquid and water carried waste from residences,


commercial building, industrial plant and institutions together with any
ground water, surface water and stprm water that may be present”

” Air Limbah adalah kombinasi dari cairan dan air yang membawa buangan
dari pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri bersama-sama
dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada”

Pengertian air limbah menurut Environmental Protection Agency (EPA)

” Wastewater is water carrying dissolved or suspended solid from homes,


farms, businesses and industries”

“Air Limbah adalah air yang membawa padatan tersuspensi maupun yang
terlarut, dari pemukiman, pertanian busines dan industri

E. Sumber Air Limbah

1. Air Limbah Pemukiman.(Limbah domestik).


Selain dari rumah tangga juga berasal dari perkantoran, sekolah, tempat-
tempat ibadah. Umumnya mempunyai komposisi yg terdiri dari:tinja dan
urine, air bekas cucian dapur, kamar mandi (sebagian besar merupakan
bahan organis).

2. Air Limbah Industri.


Umumnya lebih sulit dalam pengolahannya serta mempunyai variasi yang
luas Umumnya mempunyai komposisi yg terdiri dari: zat organik,mineral
logam berat,lemak, garam garam, zat arna,nitrogen, sulfida, amoniak dsb.

3. Air Limbah Pertanian.


Banyak mengandung kotoran hewan, mineral, pestisida.
2
F. Dampak Air Limbah

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak
buruk bagi mahluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk
tersebut adalah sebagai berikut

1. Akibat Terhadap Lingkungan.

Air limbah yang langsung di buang ke air permukaan (misalnya sungai


dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut.
Sebagai contoh, bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila
dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen
yang terlarut (Dissolved Oxygen) di dalam sungai tersebut. Dengan
demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan
oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi
perkembangannya.

2. Gangguan Terhadap Keindahan.

Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu


kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang
sederhana adalah air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat
menimbulkan perubahan warna pada badan air penerima. Walaupun
pigmen tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan, tetapi
terjadi gangguan keindahan. Kadang-kadang air limbah dapat juga
mengandung bahan yang bila terurai menghasilkan gas yang berbau. Bila
air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan
gangguan keindahan pada badan air.

3. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda.

Air limbah mengandung zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerobic
menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses
perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air
limbah) dan bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya pipa
saluran air tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar
juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian materiil.

4. Akibat Terhadap Kesehatan.


Dapat menjadi media berkem bang biaknya mikroorganisme patogen,
serangga, dan binatang mengerat yang dapat menjadi media penularan
penyakit. Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat
menimbulkan penyakit bawaan air (water borne disease). Selain itu di
dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi mahluk hidup yang
mengkonsumsinya. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat
menjadi sarang vector penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-
lain).
3
G. Karakteristik Limbah Cair.

1. Karakteristik Fisik.

Perubahan yang ditimbulkan oleh karakteristik fisik bersifat mudah


diamati secara langsung. Parameter tersebut adalah bau, warna,
temperature, dan total solids.

a). Bau (odors).

Bau dalam air limbah berasal dari gas-gas hasil dekomposisi zat-zat
organik di dalamnya. Bau dapat menimbulkan gangguan psikologis
pada manusia.

b). Warna.

Air limbah yang baru biasanya berwarna abu-abu apabila bahan-bahan


organicmengalami dekomposisi pada bakteri, maka dissolved solids
menurun sampai nol dan warna berubah menjadi hitam dan ini disebut
septik.

c). Temperatur.

Pada umumnya temperatur air limbah lebih tinggi dari pada temperatur
air minum. Efek dari temperatur yang tinggi adalah meningkatkan
reaksi kimia dalam air dan menurunkan dissolved oksigen dalam air.

d). Total Solid.

Total solid adalah semua zat yang tetap tinggal dari air limbah sebagai
residu pada pemanasan 103 ⁰C – 105 ⁰C dalam laboraturium. Total
solids dapat dibedakan menjadi suspended solids dan filterable solids.
Suspended solids meliputi zat padat yang dapat mengendap selama 60
menit dalam imhaff cone. Sedangkan Filterable Solids meliputi zat
padat yang dapat melewati kertas filter yang berdiameter 1 mikron dan
terdiri dari colloidal dan dissolved solid. Zat-zat tersebut dapat
dihilangkan melalui proses oksidasi biologis.

2. Karakteristik Kimia.

Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat merugikan
lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat
menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan
bau yang tidak sedappada penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih
berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun.
Adapun bahan kimia yang penting yang ada di dalam air limbah dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
4
a). Bahan Organik.

Air limbah dengan pengotoran yang sedang, maka sekitar 75 % dari


benda benda tercampur dan 40 % dari zat padat yang dapat disaring
adalah bahan organik alami. Zat padat tersebut adalah bagian dari
kelompok binatang dan tumbuh-tumbuhan serta hasil kegiatan
manusia yang berhubungan dengan komponen bahan organik tiruan.
Pada umumnya zat organik berisikan kombinasi dari karbon,
hydrogen, dan oksigen bersama-sama dengan nitrogen. Elemen
lainnya yang penting seperti belerang, fosfor, dan besi juga dapat
dijumpai. Pada umumnya kandungan bahan organik yang dijumpai
dalam air limbah berisikan 40 – 60 % adalah protein, 25 – 50 %
berupa karbohidrat, serta 10 % lainnya berupa lemak atau minyak.
Urea sebagai kandungan bahan yang terbanyak, di dalam urine
merupakan bagian lain, yang penting dalam bahan organik, sebab
bahan ini diuraikan secara cepat dan jarang didapati urea yang tidak
terurai di dalam limbah.

b). Lemak, Minyak, dan Gemuk.

Lemak dan minyak merupakan komponen utama bahan makanan yang


juga banyak didapatkan di dalam air limbah. Kandungan zat lemak
dapat ditentukan dan disajikan melalui contoh air limbah denagn
heksana. Selain heksana sebagai pelarut juga dapat dipergunakan
kerosin, pelumas. Lemak dan minyak membentuk ester dan alkohol
atau gliserol dengan asam gemuk. Gliserid dari asam gemuk ini
berada di dalam air limbah yang berasal dari pabrik roti, margarine,
serta buah-buahan.

c). pH (Keasaman air).

Keasaman air diukur pH meter. Air buangan yang menjadi pH tinggi


atau rendah menjadikan air steril dan sebagian dari pengaruhnya yaitu
terbunuhnya mikroorganisme air yang diperlukan. Buangan yang
bersifat alkalis (basa) berasal dari buangan yang mengandung bahan
organik seperti senyawa karbonat, bikarbonat, dan hidroksida.
Buangan asam berasal dari bahan kimia yang bersifat asam, misalnya
buangan yang mengandung asam diantaranya klorida, asam sulfat, dan
lain-lain.

d). Biochemical Oxygen Demand (BOD).

BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang dikonsumsi atau digunakan


untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme
pada kondisi tertentu yang dinyatakan dalam mg/L. Pada umumnya
proses penguraian terjadi secara baik yaitu pada temperatur 20 C
5
dalam waktu 5 hari. Oksigen yang digunakan untuk menguraikan
senyawa organik akan menyebabkan kadar oksigen dalam air limbah
menjadi keruh dan kemungkinan berbau.

e). Chemical Oxygen Demand (COD)

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh zat pengokidator


untuk mengoksidasi bahan organik yang terdapat di dalam air.
Dinyatakan dalam mg/L. Pengukuran COD diperlukan untuk
mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organik yang sukar
dihancurkan secara oksidasi. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan
peredaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai COD selalu
lebih besar dari pada nilai BOD diukur pada senyawa organik yang
dapat diuraikan maupun yang tidak dapat diuraikan.

3. Karakteristik Biologi.

Dalam air limbah terdapat berbagai macam mikroorganisme, antara lain


dari jenis bakteri, fungi, ganggang, dan protozoa. Juga terdapat berbagai
jenis virus serta tanaman dan binatang (cacing, crustacea,dan lain-lain).
Karakteristik biologi dapat dikelompokkan menjadi :

1) Mikroorganisme yang umum terdapat di air permukaan dan limbah


cair, termasuk di dalamnya jasad renik yang diprlukan untuk
pengolahan limbah secara hayati.

2) Organisme pathogen yang menjadi penyebab penyakit biasanya


dinyatakan dalam bakteri golongan coliform. Contoh organisme
pathogen tersebut adalah Vibrio cholera, shigella, dan virus.

H. Sumber dan Komposisi Air Libah Domestik.


Limbah domestik khususnya limbah rumah tangga kalau diperkirakan
kebutuhan air per orang per hari 250 liter maka yang akan menjadi air
limbah sekitar 80 % atau sama dengan 200 liter/orang/hari dan kadar BOD
nya sekitar 43,5 grm/orang/hari (BPPT). Air limbah yang 200 liter/orang
/hari terdiri dari limbah tinja sekitar 50 liter (BOD 13 gr/orang/hari) dan
limbah gabungan yang terdiri dari limbah dapur 30 liter (BOD 16,8
gr/orang/hari), limbah air mandi 50 liter (BOD 9,1 gr/orang/hari) serta limbah
cucian pakaian 70 liter (BOD 4,6 gr/orang/hari)
Sumber dan komposisi air limbah domestic tersebut dapat digambarkan
secara skematik seperti bagan/skema tersebut dibawah ini.

6
Total:
Limbah rumah
tangga Air limbah 200 l /orang/hari
BOD 43.5 g/orang/hari

Limbah tinja BOD = 30% BOD = 70% Limbah


30.5 g/orang/hari gabungan
13
g/orang/hari

Limbah dapur BOD = 39% Air man


16.8 g/orang/hari

50 l 30 l 50 l

Sumber: BPPT

Gambar 1: Komposisi Limbah Cair Domestik

7
FLOATING MATERIAL
(Bahan Padat & Cair Terapung )

DISPERS SOLID :
DISSOLVED SOLID
SEDIMENT (Bahan Terlarut )
(Endapan) SUSPENDED SOLID
( Bahan Tersuspensi )

Gambar 2: Komposisi Fisik Limbah Cair

8
H. Ringkasan

1. Air Limbah adalah air yang membawa padatan tersuspensi maupun yang
terlarut, dari pemukiman, pertanian busines dan industry

2. Sumber air limbah; limbah domestic, limbah industry, limbah pertanian

3. Dampak air limbah terhadap lingkungan: Pengotoran tanah, air, tempat


rekreasi Tempat Tempat Umum dlsb , menimbulkan bau, pemandangan
yang tidak menyenangkan

4. Dampak air limbah terhadap kesehatan dapat menjadi media berkem bang
biaknya mikroorganisme patogen, serangga, dan binatang mengerat yang
dapat menjadi media penularan penyakit

5. Limbah domestik khususnya limbah rumah tangga kalau diperkirakan


kebutuhan air per orang per hari 250 liter maka yang akan menjadi air
limbah sekitar 80 % atau sama dengan 200 liter/orang/hari dan kadar
BOD nya sekitar 43,5 grm/orang/hari (BPPT). Air limbah yang 200
liter/orang /hari terdiri dari limbah tinja sekitar 50 liter (BOD 13
gr/orang/hari) dan limbah gabungan yang terdiri dari limbah dapur 30 liter
(BOD 16,8 gr/orang/hari), limbah air mandi 50 liter (BOD 9,1
gr/orang/hari) serta limbah cucian pakaian 70 liter (BOD 4,6
gr/orang/hari) Sumber dan komposisi air limbah domestic tersebut dapat
digambarkan secara skematik seperti bagan/skema tersebut dibawah ini.

I. Soal latihan

1. Sumber dan komposisi air limbah domestic untuk Limbah Rumah tangga
adalah Limbah tinja, limbah dapur , limbah air mandi , limbah cucian
pakaian. Apabila diperhitungkan volume limbah rumah tangga sebesar
200 liter/orang/hari, maka diperkirakan volume limbah tinja nya sebesar:

A. 20 ltr B. 30 ltr C.40 ltr D. 50 litr

E. 70 ltr

2. Dengan volume limbah rumah tangga 200 liter/org/hari, maka Volume


limbah dapur diperkirakan

A. 20 ltr B. 30 ltr C.40 ltr D. 50 litr

E. 70 ltr

3. Dengan volume limbah rumah tangga 200 liter/org/hari, maka Volume


limbah cucian pakaian diperkirakan

A. 20 ltr B. 30 ltr C.40 ltr D. 50 litr


E. 70 ltr
9
4. Total BOD untuk limbah rumah tangga adalah 43,5 gram/org/hari. Dari
beban BOD tsb sebagian besar dari limbah gabungan yaitu dapur 39 %,
air mandi 21 %, cucian pakaian 10 %., maka untuk limbah yang
bersumber dari tinja beban BOD nya diperkirakan sebesar

A. 16,8 gr/org/hr B.13 gr/org/hr C.9,1 gr/org/hr D. 6,4 gr org/hr

E. 4,35 gr/org/hr

5. Sedangkan untuk beban BOD dari air cucian pakaian adalah sebesar

A. 16,8 gr/org/hr B.13 gr/org/hr C.9,1 gr/org/hr D. 6,4 gr org/hr

E. 4,35 gr/org/hr

J. Referensi

1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :


Kep 51/menlh /10/1995, tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan
industry.

2. peraturan gubernur provinsi daerah khusus ibukota jakarta nomor 122


tahun 2005, tentang pengelolaan air limbah domestik di provinsi daerah
khusus ibukota jakarta

Setelah membaca dan mempelajari dengan seksama PERTEMUAN KE 1 ini


maka dapat dilanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila masih terdapat
hal-hal yang belum jelas dapat didiskusikan dengan dosen atau sesama
mahasiswa dikelas. Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan tentang
Pengelolaan Pembuangan Tinja Manusia

10
PERTEMUAN KE 2 :

PENGELOLAAN PEMBUANGAN TINJA MANUSIA

A. Latar Belakang

Pembuangan tinja yang dilakukan secara tidak layak atau tidak memenuhi
persyaratan dapat mengakibatkan berbagai macam hal diantaranya adalah
terjadinya pencemaran tanah, sumber air bersih dan tempat berkembang
biaknya vetor penyakit. Dari segi estetika pembuangana taianja yang
sembarangan dapat mengganggu pemandangan yang tidak sedap serta
menimbulkan bau. Untuk itu pembuangan tinja manusia harus dikelola yang
baik sehingga dampak terhadap pencemaran lingkungan yang selanjutnya
akan berdampak pada kesehatan manusia dapat di hilangkan atau
diminimalkan.

Pengelolaan pembuangan tinja manusia adalah salah satu pokok bahasan


dalam Buku Ajar Penyehatan Air dan Pengelolaan Limbah Cair-C yang
merupakan bahan ajar mata kuliah keahlian yang diharapkan dapat
menunjang kompetensi profesional sebagai seorang Ahli Kesehatan
Lingkungan .

Pada pembahasan selanjutnya, masing-masing tujuan pembelajaran tersebut


diuraikan ke dalam beberapa kegiatan belajar pada Bab 2 buku ajar ini
Diharapkan mahasiswa yang akan menggunakan bahan ajar ini akan menjadi
lebih mudah dalam menyerap pengetahuan tentang bahan ajar ini

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa mampu;


1. Menjelaskan pengaruh tinja terhadap kesehatan manusia
2. Menjelaskan rantai penularan penyakit melalui tinja
3. Menjelaskan jenis penyakit yang ditularkan melalui tinja

C. Pengaruh Tinja Terhadap Kesehatan dan Lingkungan.


Pembuangan tinja manusia merupakan bagian yang penting bagi kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang terinfeksi yang dilaksanakan secara tidak
layak/tidak memenuhi persyaratan dapat menyebabkan:
1. Terjadinya pencemaran tanah dan sumber sumber penyediaan air
2. Memberi kesempatan bagi lalat untuk bertelur, bersarang dan membawa
kuman
3. Menarik hewan ternak, tikus serta serangga lainnya yang dapat
menyebarkan tinja
4. Menimbulkan bau

11
D. Rantai Penularan Penyakit Melalui Tinja

Tinja manusia yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit ke manusia lain


dengan memalui banyak cara. Perpindahan penyakit bisa terjadi secara
langsung dari tinja ke manusia, bisa melalui perantara lain seperti melalui air
melalui serangga , tanah dan tangan manusia. Dari perantara tersebut dapat
langsung ke manusia atau melalui perantara berikutnya seperti makanan dan
minuman.. Rantai penularan penyakit melalui tinja manusia dapat
digambarkan seperti pada diagram b erikut ini

RANTAI PENULARAN PENYAKIT MELALUI TINJA

AIR
SAKIT
Tinja SERANGGA
MAKANAN MANUSIA
sumber MINUMAN
infeksi
TANAH TIDAK
SAKIT
TANGAN

WATER
ARTHROPODA
SOIL
HAND

11

Gambar 3 : Rantai Penularan Penyakit Melalui Tinja

Dari skema tersebut diatas dapat dilihat bahwa, penyakit yan g berasal dari
tinja manusia sumber infeksi dapat menular ke manusia lain dengan melalui
banyak macam media perantara. Mata rantai penularan tersebut dapat melalui
air, serangga tanah dan tangan manusia baik secara langsung maupun melalui
makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh manusia. Untuk mencegah
terjadinya penulayran tersebut dapat dilakukan dengan memutus mata rantai
penularan tersebut dengan membuat sarana pembuangan tinja yang
memenuhi syarat dan perilaku hidup bersih dan sehat.

PENYAKIT YG DITULARKAN MELALUI TINJA


No Penyebab Penyakit (Agent) Jenis Penyakit
1 Bakteri Cholera Shigelosis
2 Virus Poliomylitis
3 Protozoa Amoeba Desentri
4 Parasit Balantidium Balantidiasis
5 Helmit Ascaris Trichiniasis

E. Karakteristik Tinja Manusia.

12
1. Dari Segi Fisik Kimia.

Beberapa data mengemukakan bahwa di Asia rata-rata seorang yang


normal menghasilkan 200-400 gram per hari/orang (berat basah).
Di negara-negara Eropa dan Amerika rata-rata 100-150 gram/hari/org

Komposisi Tinja :

Zat yang dikandung prosentase (%)


1. Air 66 – 80
2. Bahan-bahan org 88 – 97
3. Nitrogen 5–7
4. Phosphor (P2O5) 3 – 5,4
5. Potasium (K2O) 1 – 2,5
6. Carbon 40 – 55
7. Calsium (CaO) 4 – 50

2. Dari Segi Bakteriologis.

a. Tinja mengandung bakteri baik yang tidak membahayakan maupun


yang dapat berperan menularkan penyakit.

b. Ciri lain adalah adanya proses pembusukan dari benda-benda organik


yang dikandungnya.

Ada beberapa Proses :

Proses Aerobik Proses Anaerobik


- Oleh bakteri aerobik - Oleh bakteri anaerobik
- Memerlukan oksigen bebas - Tdk memerlukan oksigen bebas
- Tidak menimbulkan bau - Menimbulkan bau
- Proses kerjanya cepat - Proses kerjanya agak lama

3. Dekomposisi Tinja Manusia.

Dekomposisi tinja manusia merupakan proses biologis dan berlangsung


secara alamiah melaksanakan 3 aktifitas:

a. Pemecahan senyawa-senyawa organik komplek kedalam bentuk yang


lebih sederhana.
b. Pengurangan volume dan masa (80%).
c. Penghancuran organisme patogen yang dalam beberapa hal tidak dapat
bertahan hidup dalam proses-proses dekomposisi, atau terhadap
serangan kehidupan biologik yang sangat banyak terdapat dalam
massa yang mengalami dekomposisi.

F. Rangkuman.

13
Akibat Pembuangan Tinja yang tidak memenuhi syarat :
1. Terjadinya pencemaran tanah dan sumber sumber penyediaan air
2. Memberi kesempatan bagi lalat untuk bertelur, bersarang dan membawa
kuman
3. Menarik hewan ternak, tikus serta serangga lainnya yang dapat
menyebarkan tinja
4. Menimbulkan bau

Penyakit yang berasal dari tinja manusia sumber infeksi dapat menular ke
manusia lain dengan melalui banyak macam media perantara. Mata rantai
penularan tersebut dapat melalui air, serangga tanah dan tangan manusia baik
secara langsung maupun melalui makanan dan minuman yang dibutuhkan
oleh manusia. Untuk mencegah terjadinya penularan tersebut dapat dilakukan
dengan memutus mata rantai penularan tersebut dengan membuat sarana
pembuangan tinja yang memenuhi syarat dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Dekomposisi tinja manusia merupakan proses biologis dan berlangsung


secara alamiah melaksanakan 3 aktifitas:

1. Pemecahan senyawa-senyawa organik komplek kedalam bentuk


yang lebih sederhana.
2. Pengurangan volume dan masa (80%).
3. Penghancuran organisme patogen yang dalam beberapa hal tidak dapat
bertahan hidup dalam proses-proses dekomposisi, atau terhadap serangan
kehidupan biologik yang sangat banyak terdapat dalam massa yang
mengalami dekomposisi.

G. Latihan
1. Dalam jalur perpindahan penyakit dari tinja kepada manusia rentan, maka
4 jalur utamanya adalah :
A. Air, makanan, minuman dan lalat B. Serangga, air, tanah dan lalat
C. Tangan, serangga, tanah dan air D. Air, udara, tangan dan makanan
E. Air, tanah dan lalat

2. Salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja adalah


Balantidiasis. Penyakit ini tergolong dalam kelompok :
A. Bakteri B. Virus C. Protozoa D. Helminth E. Ganggang

3. Dekomposisi tinja manusia merupakan proses biologis dan berlangsung


secara alamiah yang dapat mengurangi volume dan masa tinja sampai:
A. 20 % B. 40 % C. 60 % D. 80 % E. 100 %
4. Tinja manusia yang terdekomposisi akan menjadi lumpur dan volume
lumpur per orang per tahun dalam satuan liter adalah sekitar;
A. 10 s/d 20 B. 30 s/d 40 C. 50 s/d 60 D. 300 s/d 400 E. 500 s/d 600
5. Pada tanah basah pola pencemaran kimia secara horisontal searah
demgam aliran air tanah dapat mencapai :
A. 95 meter B. 70 meter C. 25 meter D. 11 meter E. 3 meter

14
6.. Migrasi bakteri tinja pada tanah basah, secara horizontal searah dengan
aliran air tanah bias mencapai:
A. 3 meter B. 5 meter C. 6 meter D. 11 meter E 95 meter

7. Bakteri dapat meresap kedalam tanah sedalam


A. 3 meter B. 5 meter C. 6 meter D. 11 meter E. 95 meter

8. Pola pencemaran tanah oleh bakteri dan zat kimia pada tanah kering
(tidak sampai pada lapisan air tanah) menurut Wagner dan Lanoix adalah
A. Pencemaran vertikal 2 meter, horisontal 5 meter
B. Pencemaran vertikal 9 meter, horisontal 25 meter
C. Pencemaran horisontal 11 meter, vertikal 2 meter
D. Pencemaran horisontal 1 meter, vertikal 3 meter
E. Pencemaran horisontal 4 meter, vertikal 4 meter

Setelah membaca dan mempelajari dengan seksama PERTEMUAN KE 2 ini


maka dapat dilanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila masih terdapat
hal-hal yang belum jelas dapat didiskusikan dengan dosen atau sesama
mahasiswa dikelas.

Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan tentang Faktor-faktor yang perlu


diperhatikan dalam Perencanaan pembuangan tinja.

PERTEMUAN KE 3 :
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PERENCANAAN PEMBUANGAN TINJA

15
A. Latar Belakang
Pembuangan tinja yang dilakukan secara tidak layak atau tidak memenuhi
persyaratan dapat mengakibatkan berbagai macam hal diantaranya adalah
terjadinya pencemaran tanah, sumber air bersih dan tempat berkembang
biaknya vetor penyakit. Dari segi estetika pembuangana tinja yang
sembarangan dapat mengganggu pemandangan yang tidak sedap serta
menimbulkan bau. Untuk itu dalam perencanaan pembuangan tinja manusia
perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hal hal tersebut
diatas
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan Pembuangan Tinja
adalah salah satu pokok bahasan dalam Buku Ajar Penyehatan Air dan
Pengelolaan Limbah Cair-C yang merupakan bahan ajar mata kuliah keahlian
yang diharapkan dapat menunjang kompetensi profesional sebagai seorang
Ahli Kesehatan Lingkungan . Oleh karena itu lulusan Politeknik Kesehatan
Jurusan Kesehatan Lingkungan harus memahami pokok bahasan ini.
Pada pembahasan selanjutnya, masing-masing tujuan pembelajaran tersebut
diuraikan ke dalam beberapa kegiatan belajar pada Bab 3 buku ajar ini
Diharapkan mahasiswa yang akan menggunakan bahan ajar ini akan menjadi
lebih mudah dalam menyerap pengetahuan tentang bahan ajar ini

B. Tujuan Pembelajaran.

Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa mampu;


1. Menjelaskan Faktor teknis, kuantitas dan pencemaran tanah.
2. Menjelaskan Pola Pencemaran bakteri dan kimia dalam tanah.
3. Menjelaskan Faktor penempatan sarana.

C. Faktor Dekomposisi, Kuantitas dan Pencemaran Tanah.

1. Faktor Dekomposisi Excreta manusia


Dekomoposisi tinja manusia merupakan proses biologis dan
berlangsung secara alamiah melaksanakan 3 (tiga) aktifitas
a) Pemecahan senyawa organik komplek kedalam bentuk yang lebih
sederhana.
b) Pengurangan Volume dan massa (80 %).
c) Penghancuran Organisme pathogen.

Organisme patogen dlm bbrp hal tidak dapat bertahan hidup dalam
proses proses dekomposisi, atau terhadap serangan kehidupan biologik
yang sangat banyak yang terdapat dalam massa yang mengalami
dekomposisi

2. Kuantitas Tinja.

a). Kuantitas Tinja dipengaruhi oleh kondisi setempat. Kuantitas tinja


manusia berkisar antara 400 gr s/d 1 Kg berat basah

16
b). Dalam perencanaan pembuangan tinja dapat diperhitungkan bahwa
tinja manusia yang menalami dekomposisi akan mengalami
pengurangan volume dan massa sampai dengan 80 %
c). Tinja manusia yang terdekomposisi akan menjadi lumpur dan volume
lumpur adalah antara 30 s/d 40 liter per orang pertahun

3. Pencemaran Terhadap Tanah dan Air Tanah

Pada Tanah Kering.


Pencemaran bakteri dan kimia secara vertikal bisa mencapai 3 meter dan
secara horisontal hanya bisa mencapai 1 meter saja.

Pada Tanah Basah


(Sampai pada aliran air tanah)
Pencemaran bahan kimia bisa mencapai sejauh 95 meter searah dengan
aliran air tanah .Pencemaran bakteri bisa mencapai 11 meter searah
dengan aliran air tanah

D. Pola Pemcemaran Bakteri dan Kimia dalam Tanah.

Menurut Wagner & Lanoix.


Pada tanah kering migrasi bakteri tinja dalam tanah relatif kecil, Pada tanah
kering pencemaran tidak lebih dari 3 meter secara vertikal, secara horisontal
1 meter.

Gambar 4: Pola Pencemaran Bakteri dan Kimia


1meter
3 meter

Pada Tanah basah migrasi bakteri tinja secara horisontal searah dengan aliran
air tanah dapat mencapai 11 meter
Arah aliran air tanag

17
5 meter 6 meter

25 meter 70 meter

E. Faktor Penempatan Sarana.

Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jarak yang aman antara jamban
dan sumber air minum.

Sebab hal ini dipengauhi oleh banyak faktor:


1. Kemiringan dan ketinggian permukaan tanah
2. Pporositas dan permeabilitas tanah
3. Sifat pergerakan bakteri dalam air tanah dll

Yang penting yang harus diperhatikan adalah :


a. Agar diupayakan semaksimal mungkin penempatan jamban pada bagian
yang lebih rendah atau sekurang kurangnya sama tinggi dengan lokasi
sumber air minum.
b. Apabila penempatan pada bagian yang lebih tinggi dari sumber air tidak
dapat dihindarkan maka harus diupayakan jarak minimal dari sumber 15
meter
c. Pada tanah pasir jamban boleh ditempatkan pada jarak sejauh 7,5 meter
dari sumber air, apabila tidak mungkin diupayakan jarak yang lebih jauh
Apabila pengambilan air sumur dalam jumlah yang banyak, maka
jaraknya harus lebih jauh.
d. Pada tanah yang mengandung lapisan-lapisan batu karang atau batu
kapur, perlu dilakukan penelitian yang seksama, sebab pencemaran
dapat terjadi secara langsung.

F. Rangkuman.

1. Faktor Dekomposisi, Kuantitas dan Pencemaran Tanah.


Dalam perencanaan pembuangan tinja dapat diperhitungkan bahwa tinja
manusia yang menalami dekomposisi akan mengalami pengurangan
volume dan massa sampai dengan 80 %
Tinja manusia yang terdekomposisi akan menjadi lumpur dan volume
lumpur adalah antara 30 s/d 40 liter per orang pertahun.

2. Pola Pemcemaran Bakteri dan Kimia dalam Tanah.

Menurut Wagner & Lanoix

18
Pada Tanah kering migrasi bakteri tinja dalam tanah relatif kecil, Pada
tanah kering pencemaran tidak lebih dari 3 meter secara vertikal, secara
horisontal 1 meter Pada Tanah basah migrasi bakteri tinja secara
horisontal searah dengan aliran air tanah dapat mencapai 11 meter
Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jarak yang aman antara
jamban dan sumber air minum.
Sebab hal ini dipengauhi oleh banyak faktor
- kemiringan dan ketinggian permukaan tanah
- porositas dan permeabilitas tanah
- sifat pergerakan bakteri dalam air tanah dll

G. Soal Latihan.
1. Dekomposisi tinja manusia merupakan proses biologis dan berlangsung
secara alamiah yang dapat mengurangi volume dan masa tinja sampai:
A. 20 % B. 40 % C. 60 % D. 80 % E. 100 %
2. Tinja manusia yang terdekomposisi akan menjadi lumpur dan volume
lumpur per orang per tahun dalam satuan liter adalah sekitar;
A. 10 s/d 20 B. 30 s/d 40 C. 50 s/d 60 D. 300 s/d 400 E. 500 s/d 600

3. Pada tanah basah pola pencemaran kimia secara horisontal searah


demgam aliran air tanah dapat mencapai :
A. 95 meter B. 70 meter C. 25 meter D. 11 meter E. 3 meter

4. Migrasi bakteri tinja pada tanah basah, secara horizontal searah dengan
aliran air tanah bias mencapai:
A. 3 meter B. 5 meter C. 6 meter D. 11 meter E 95 meter

5 Bakteri dapat meresap kedalam tanah sedalam


A. 3 meter B. 5 meter C. 6 meter D. 11 meter E. 95 meter

6 Pola pencemaran tanah oleh bakteri dan zat kimia pada tanah kering
(tidak sampai pada lapisan air tanah) menurut Wagner dan Lanoix adalah
A. Pencemaran vertikal 2 meter, horisontal 5 meter
B. Pencemaran vertikal 9 meter, horisontal 25 meter
C. Pencemaran horisontal 11 meter, vertikal 2 meter
D. Pencemaran horisontal 1 meter, vertikal 3 meter
E. Pencemaran horisontal 4 meter, vertikal 4 meter

Setelah membaca dan mempelajari dengan seksama PERTEMUAN KE 3 ini


maka dapat dilanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila masih terdapat
hal-hal yang belum jelas dapat didiskusikan dengan dosen atau sesama
mahasiswa dikelas. Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan tentang
Macam macam metode pembuangan Tinja
PERTEMUAN KE 4 :

MACAM-MACAM METODE PEMBUANGAN TINJA

19
A. LATAR BELAKANG

Pembuangan tinja yang dilakukan secara tidak layak atau tidak memenuhi
persyaratan dapat mengakibatkan berbagai macam hal diantaranya adalah
terjadinya pencemaran tanah, sumber air bersih dan tempat berkembang
biaknya vetor penyakit. Dari segi estetika pembuangana tinja yang
sembarangan dapat mengganggu pemandangan yang tidak sedap serta
menimbulkan bau.

Untuk mengatasi terjadinya hal hal terrsebut diatas perlu dibuat sarana
pembuangan tinja yang memenuhi syarat. Ada banyak cara atau metode
dalam membuat sarana pembuangan tinja

Pembuatan saran pembuangan tinja harus dilakukan secara baik. Hal ini
diperlukan untuk mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan. Menurut
peraturan gubernur provinsi Jakarta pengolahan air limbah domestik diartikan
sebagai upaya mengolah dengan cara tertentu agar air limbah dimaksud
memenuhi baku mutu yang ditetapkan.

Macam-macam metode pembuangan tinja adalah salah satu pokok bahasan


dalam Buku Ajar Penyehatan Air dan Pengelolaan Limbah Cair-C yang
merupakan bahan ajar mata kuliah keahlian yang diharapkan dapat
menunjang kompetensi profesional sebagai seorang Ahli Kesehatan
Lingkungan .

Pada pembahasan selanjutnya, masing-masing tujuan pembelajaran tersebut


diuraikan ke dalam beberapa kegiatan belajar pada Bab 4 buku ajar ini
Diharapkan mahasiswa yang akan menggunakan bahan ajar ini akan menjadi
lebih mudah dalam menyerap pengetahuan tentang bahan ajar ini.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa mampu;


1. Menjelaskan macam-macam metode pembuangan Tinja
2. Merencanakan kapasitas septic tank
3. Merencanakan bangunan peresapan

C. MACAM-MACAM METODE PEMBUANGAN TINJA

1. PRIVY METHODS

(Metode yang menggunakan jamban atau kakus) Dikelompokkan menjadi


3 kategori :
20
KATEGORI 1
Metode yang tidak dianjurkan karena, tidak terpenuhinya persyaratan
sanitasi.
Contoh : - Bore hole latrine, Bucket latrine, Overhung latrine, Trench
latrine

KATEGORI 2
Metode jamban yang dianjurkan
Contoh: - Pit Privy, Aqua Privy, Water seal latrine

KATEGORI 3
Metode jamban dengan type yang diterapkan pada situasi khusus
Contoh : compos privy, Chemical Toilet

2. WATER CARRIED METHODS

a). SEPTIC TANK

Didalam Septic tank tinja akan mengalami 2 proses

1). Proses mekanik

Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar zat


zat padat akan mengendap di dasar tangki Zat-zat yang tidak
dapat hancur, bersama sama dengan lemak dan busa akan
mengapung membentuk suatu lapisan yang menutupi permukaan
air Lapisan ini disebut SCUM dan berfungsi untuk mempertahan
kan suasana anaerob dari cairan dibawahnya

b). Proses Biologis

Terjadi proses dekomposisi melalui aktifitas bakteri anaerob dan


fakultatif anaerob yang memakan zat zat organik dalam sludge
dan scum Hasil dari proses : - gas
- zat cair
- pengurangan volume dari sludge

Cairan effluent ---à BOD dan suspended solid yang relatif rendah
Effluent dialirkan melalui outlet dari septic tank ke bangunan
peresapan.

D. PERENCANAKAN KAPASITAS SEPTICK TANK

21
Hal hal yang harus dipertimbangkan
1. Jumlah penghuni/anggota keluarga
2. Frekuensi pengurasan
3. Jumlah air yang masuk kedalam septick tank per hari per orang
4. Volume lumpur/org/tahun
5. Detention time

Contoh
Satu keluarga terdiri dari 6 anggota keluarga, merencanakan membuat
bangunan septic tank, Apabila diperkirakan rata rata air kotor yang masuk
septic tank adalah 20 liter/orang/hari, volume lumpur 40 liter/orang/tahun dan
rencana dikuras 5 tahun sekalii, detention time 3 hari. Hitung kapasitas Septic
tank.

Jawab

Volume air kotor yang akan ditampung di dalam septic tank dengan detention
time 3 hari adalah :
6 orang x 20 liter/orang/hari x 3 hari = 360 liter
Volume lumpur yang akan ditampung dalam septic tank adalah 6 orang x 40
liter/orang/tahun x 5 tahun = 1200 liter
Volume basah septic tank adalah 1200 liter + 360 liter = 1560 liter
Volume septic tank keseluruhan adalah volume basah ditambah ruang udara
dengan perkiraan tinggi 0,2 D . (D: adalah tinggi septic tank volume basah)

Pengurasan septic tank

Apabila tidak diketahui atau tidak diperhitungkan dalam design perencanaan,


kapan septic tank harus dikuras, ada beberapa indikator yang dapat
dipergunakan dalam menentukan pengurasan septic tank.

Suatu septic tank harus dilakukan pengurasan bila;

1. Dasar dari lapisan scum tebalnya sekitar 3 (tiga) inchi dibawah outlet.

2. Sepertiga dari volume septic tank sudah penuh dengan lumpur.

3. Lumpur berada pada batas limit seperti pada tabel berikut;

Indikator untuk pengurasan septic tank, selain dengan mengukur


ketebalan scum dapat juga dilakukan dengan mengukur jarak antara

22
bagian bawah outlet septic tank dengan permukaan (bagian atas) lumpur
(k)

Gambar 5: Septic Tank

Tabel 1: Pengurasan Septic Tank

Liquid capacity Liquid Depth


of tank
(gallons) 2,5 feet 3,0 feet 4,0 feet 5,0 feet
Distance from bottom of outlet device
To top of sludge, (inches)

750 5 6 10 13

900 4 4 7 10

1000 4 4 6 8

1 gallon = 3,785 liter, 1 feet = 30,48 cm, 1 inchi = 2,54 cm

E. BANGUNAN PERESAPAN

Setelah melaksanakan percobaan perembesan (Percolation Test), langkah


selanjutnya adalah menentukan daerah peresapan yang diperlukan dan
memilih sistem peresapan yang sesuai Tanah dg waktu peresapan diatas 30
menit/inchi, tidak cocok untuk sumur peresapan (seepage pit) Tanah dg waktu
peresapan diatas 60 menit/inchi, tidak cocok untuk segala tipe sistim
peresapan. Bila keadaan tanah memungkinkan untuk sistim peresapan, ada 3
tipe desain yang dapat dipertimbangkan
23
1) Saluran peresapan (Absorption Trenches)
2) Bidang peresapan (seepage beds)
3) Sumur peresapan (seepage pits)

1. SALURAN PERESAPAN

Suatu peresapan yang merupakan saluran dibawah permukaan tanah


dengan lebar minimum 12 inchi dan didalam saluran tersebut diletakkan
pipa pipa dengan sambungan-sambungan terbuka. Masing masing pipa
panjangnya ± 2-3 feet dan diameternya 4 inchi Kedalaman saluran ± 24
inchi dengan perincian sbb;
 Kerikil setebal 6 inchi sbg dasar saluran
 Pipa saluran dg diameter 4 inchi
 Kerikil diatas pipa saluran setebal 2 inchi
 Tanah penutup setebal 12 inchi

2. SUMUR PERESAPAN

Sumur peresapan diambil sebagai suatu alternatif bila saluran peresapan


tidak mungkin dibangun Perhitungan kapasitas berdasarkan hasil tes
perkolasi tanah (percolation rate diatas 30 menit/inchi tidak cocok untuk
sumur peresapan) Area efektif sumur peresapan adalah area dinding
vertikal dari strata yang previous dibawah inlet

F. RANGKUMAN

Macam-macam metode Pembuangan Tinja

1. PRIVY METHODS

(Metode yang menggunakan jamban atau kakus), Dikelompokkan menjadi


3 kategori

a. Metode yang tidak dianjurkan karena, tidak terpenuhinya persyaratan


sanitasi
Contoh: - Bore hole latrine, Bucket latrine, Overhung latrine, Trench
latrine
b. Metode jamban yang dianjurkan
Contoh: - Pit Privy, Aqua Privy, Water seal latrine
c. Metode jamban dengan type yang diterapkan pada situasi khusus
Contoh : compos privy, Chemical Toilet

2. WATER CARRIED METHODS

24
SEPTIC TANK

Hal hal yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan septic tank


- .Jumlah penghuni/anggota keluarga
- Frekuensi pengurasan
- Jumlah air yang masuk kedalam septick tank per hari per orang
- Volume lumpur/org/tahun
- Detention time

Pengurasan septic tank

Apabila tidak diketahui atau tidak diperhitungkan dalam design


perencanaan, kapan septic tank harus dikuras, ada beberapa indikator yang
dapat dipergunakan dalam menentukan pengurasan septic tank.

Suatu septic tank harus dilakukan pengurasan bila;


1. Dasar dari lapisan scum tebalnya sekitar 3 (tiga) inchi dibawah outlet.
2. Sepertiga dari volume septic tank sudah penuh dengan lumpur.
3. Lumpur berada pada batas limit seperti pada tabel

Bangunan peresapan

Bila keadaan tanah memungkinkan untuk sistim peresapan, ada 3 tipe


desain yang dapat dipertimbangkan
1. Saluran peresapan (Absorption Trenches)
2. Bidang peresapan (seepage beds)
3. Sumur peresapan ( seepage pits)

G. Soal Latihan 1

Satu keluarga yang terdiri dari 6 anggota keluarga akan merencanakan


pembuatan sarana pembuangan tinja dengan model septick sederhana dan
bangunan peresapannya. Apabila direncanakan septick tank tersebut akan
dikuras setiap 5 (lima) tahun sekali, dan diperkirakan air limbah yang betul-
betul masuk kedalam septick tank 20 liter/ orang / hari.
Detention time ( waktu enap) air limbah didalam septick tank diperkirakan
selama 3 (tiga) hari, produksi lumpur adalah 40 liter per orang per tahun.

Pertanyaan :

1. Volume air kotor untuk perhitungan kapasitas septic tank dengan


detention time 3 hari adalah :

A. 1600 liter B. 360 liter C. 1080 liter D. 600 liter E. 480 liter

2. Volume lumpur untuk perhitungan kapasitas septic tank yang


direncanakan dikuras 5 tahun sekali adalah ;

25
A. 960 liter B. 1600 liter C. 1200 liter D. 800 liter E. 480
liter

3. Volume septic tank sebelum ditambah ruang udara (volume lumpur + air
kotor) adalah :

A. 1,44 m3 B. 2,2 m3 C. 3,2 m3 D. 2,08 m3 E. 1,56 m3

4. Untuk menghitung tinggi ruang udara dengan rumus 0,2D, maka yang
dimaksud D adalah :

A. Volume septic tank sebelum ditambah ruang udara


B. Tinggi dimensi septic tank sebelum ditambah ruang udara
C. Volume pengendapan
D. Volume lumpur dalam septic tank
E. Tinggi septic tank

5. Kalau lebar septic tank direncanakan 1 meter lebar 1,5 meter maka, tinggi
septic tank keseluruhan (t) atau (D + 0,2D) adalah;

A. 1,25 m B. 1,73 m C. 1,67 m D. 1,39m E. 1,04 m

H. Soal Latihan 2

1. Kalau diketahui kapasitas (volume cairan yang dapat ditampung) septic


tank 3785 liter, kedalaman cairan (D) = 152,4 cm, maka nilai k (indikator
septic tank harus dikuras).adalah;

2. Kalau diketahui kapasitas (volume cairan yang dapat ditampung) septic


tank 3406,5 liter, kedalaman cairan (D) = 121,92 cm, maka nilai k
(indikator septic tank harus dikuras).adalah;

3. Kalau diketahui kapasitas (volume cairan yang dapat ditampung) septic


tank 900 gallon, kedalaman cairan (D) = 3 feet , maka nilai k (indikator
septic tank harus dikuras).adalah;

4. Kalau diketahui kapasitas (volume cairan yang dapat ditampung) septic


tank 750 liter, kedalaman cairan (D) = 5 feet, maka nilai k (indikator septic
tank harus dikuras).adalah;

5. Suatu septic tank perlu dilakukan pengurasan apabila dasar dari lapisan
scum tebalnya sekitar;

Setelah membaca dan mempelajari dengan seksama PERTEMUAN KE 4 ini maka dapat
dilanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila masih terdapat hal-hal yang
belum jelas dapat didiskusikan dengan dosen atau sesama mahasiswa dikelas. Pada
pembahasan selanjutnya akan diuraikan tentang Percolation Test ( Uji Perkolasi)
PERTEMUAN KE 5 :

26
PERCOLATION TEST ( UJI PERKOLASI)

A. Latar Belakang

Pengolahan limbah cair domestic khususnya limbah rumah tangga harus


kelola secara baik. Hal ini diperlukan untuk mengurangi kadar pencemar dari
air limbah ke badan air. Menurut peraturan gubernur provinsi Jakarta
pengolahan air limbah domestik diartikan sebagai upaya mengolah dengan
cara tertentu agar air limbah dimaksud memenuhi baku mutu yang ditetapkan.

Pengolahan Limbah domestic khususnya pembuangan tinja manusia yang


memenuhi syarat selain dilengkapi dengan system septic tank harus
dilengkapi juga dengan bangunan peresapan yang memenuhi syarat.
Pemilihan lokasi , letak dan luas bidang peresapan akan menentukan apakah
bangunan peresapan tersebut masih mencemari lingkungan atau tidak. Untuk
menentukan berapa luas bidang peresapan yang tepat maka harus dilakukan
tes perkolasi terhadap tanah yang akan digunakan. Percolation test atau tes
perkolasi adalah salah satu pokok bahasan dalam Buku Ajar Penyehatan Air
dan Pengelolaan Limbah Cair-C Percolation test adalah merupakan bahan
ajar mata kuliah keahlian yang diharapkan dapat menunjang kompetensi
profesional sebagai seorang Ahli Kesehatan Lingkungan .

Pada pembahasan selanjutnya, masing-masing tujuan pembelajaran tersebut


diuraikan ke dalam beberapa kegiatan belajar pada Bab 6 buku ajar ini
Diharapkan mahasiswa yang akan menggunakan bahan ajar ini akan menjadi
lebih mudah dalam menyerap pengetahuan tentang bahan ajar ini.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa mampu;


1. Menjelaskan Pengertian Uji perkolasi (Percolation Test)
2. Menjelaskan Prosedur Uji perkolasi
3. Menghitung Luas bidang peresapan yang dibutuhkan

C. Pengertian Percolation Test (uji perkolasi)

Uji Perkolasi adalah suatu tes yang dilakukan untuk mengetahui daya resap
tanah terhadap air yang melaluinya. Hasil dari tes perkolasi adalah
percolation Rate yaitu waktu dalam menit yang diperlukan untuk meresapkan
air kedalam tanah sedalam 1 (satu) inchi. Hasil dari percolation rate (PR)
dapat digunakan untuk menghitung luas bidang peresapan yang diperlukan
sesuai dengan kondisi tanahnya berdasarkan dengan tabel Percolation rate.

27
D. Prosedur pelaksanaan tes perkolasi

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji perkolasi. Berikut ini
adalah salah satu prosedur dalam melaksanakan uji perkolasi

a. Buat lubang di tanah dengan diameter 4 – 12 inchi dengan menggunakan


auger atau digali dengan alat lain. Buat lubang sebanyak 6 buah dengan
kedalam sekitar 24 inchi atau 60 cm sampai atau sesuai dengan
kedalaman bangunan peresap[an yang direncanakan

b. Setelah lubangnya jadi kerok bagian dalamnya dengan pisau atau alat lain
agar bekas auger yang menutupi pori-pori tanah dapat dihilangkan .
kemudian bersihkan sisa-sisa tanah yang ada di dalam lobang kemudian
isi lubang dengan kerikil kasar sedalam 2 inchi atau sekitar 5 cm

c. Dengan perlahan lahan isi lobang tes dengan air. Kalau airnya turun
tambah lagi sampai tanahnya jenuh air. Pengisian air dilakukan terus
sampai 12 jam atau paling sedikit selama 4 jam. Hal ini dimaksudkan agar
tanah seperti dalam kondisi saat musim hujan.

d. Lakukan perngukuran sehari setelah penjenuhan, kalau airnya habis isi


kembali sampai dengan kedalaman 6 inchi diatas kerikil (lihat gambar
Ukur penurunan air air dengan interval 30 menit selama 4 (empat) jam

e. Apabila setelah pengukuran airnya berkurang tambahkan air lagi sampai


kedalaman air tetap terjaga sedalam 6 inchi

f. Hitung Percolation Rate berdasarkan penurunan air pada 30 menit terakhir

g. Menghitung Percolation Rate Percolation rate adalah waktu rata rata


dalam menit yang diperlukan untuk meresapnya air sedalam 1 (satu)
inchi. Catar angka perkolasi untuk setiap lobang percobaan.
Contoh :
Lobang 1 selama 30 menit pengujian airnya turun 2 inchi maka
percolation rate atau angka perkolasi pada lobang tersebut adalah 30
menit/2 inchi = 15 menit per inci atau 15 mpi

28
Gambar 6 : Tes Perkolasi

E. Menghitung Luas Bidang Peresapan

Untuk menghitung luas bidang peresapan berdasarkan percolation rate (angka


perkolasi) dari hasil uji perkolai dapat dilakukan dengan menggunakan tabel
luas bidang peresapan berikut ini:

Tabel 2: Bidang Peresapan yang diperlukan


untuk rumah tangga dan sekolah

PERCOLATION RATE BIDANG PERESAPAN YANG DIPERLUKAN


(Angka Perkolasi) (Dalam m2 untuk tiap orang)

Rumah tangga Sekolah

2 2.30 0.84
3 2.80 0.93
4 3.25 1.12
5 3.50 1.21
10 4.65 1.67
15 5.35 1.86
30 7.00 2.70
45 8.45 3.10
60 9.30 3.50
> 60 Tidak cocok
Sumber : “Studies on household sewage disposal system”

Tabel tersebut berdasarkan pada mengalirnya air kotor sebanyak 190 liter per
hari per orang.

29
Untuk di Indonesia pada umumnya tidak semua air kotor yang mengalir
masuk kedalam septic tank dan selanjutnya masuk kedalam bangunan
peresapan. Air kotor yang diperkirakan masuk kedalam septic tank sebanyak
20 liter/orang/hari , maka tabel tersebut dikonversikan menjadi seperti pada
tebel berikut;

Tabel 3: Bidang peresapan yang diperlukan


untuk rumah tangga dan sekolah

PERCOLATION BIDANG PERESAPAN YANG DIPERLUKAN


RATE (Dalam m2 untuk tiap orang)
(Angka Perkolasi) Rumah tangga Sekolah

2 2.30 x 20/190 = 0,24 0.84 x 20/190 = 0.088

3 2.80 x 20/190 = 0,29 0.93 x 20/190 = 0.098

4 3.25 x 20/190 = 0.34 1.12 x 20/190 = 0.118

5 3.50 x 20/190 = 0.37 1.21 x 20/190 = 0.127

10 4.65 x 20/190 = 0.49 1.67 x 20/190 = 0.175

15 5.35 x 20/190 =0.56 1.86 x 20/190 = 0.195

30 7.00 x 20/190 = 0,74 2.70 x 20/190 = 0.284

45 8.45 x 20/190 = 4.73 3.10 x 20/190 = 0.326

60 9.30 x 20/190 = 0.98 3.50 x 20/190 = 0.368

> 60 Tidak cocok

Tabel tersebut berdasarkan pada mengalirnya air kotor sebanyak 20 liter per hari
per orang

Setelah membaca dan mempelajari dengan seksama PERTEMUAN KE 5 ini


maka dapat dilanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila masih terdapat
hal-hal yang belum jelas dapat didiskusikan dengan dosen atau sesama
mahasiswa dikelas. Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan tentang
Pengolahan Limbah cair

30
PERTEMUAN KE 6 :

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

A. Latar Belakang

Pengolahan limbah cair harus dilakukan secara baik. Hal ini diperlukan untuk
mengurangi kadar pencemar dari air limbah ke badan air. Menurut peraturan
gubernur provinsi Jakarta pengolahan air limbah domestik diartikan sebagai
upaya mengolah dengan cara tertentu agar air limbah dimaksud memenuhi
baku mutu yang ditetapkan.

Pengolahan Limbah Cair adalah salah satu pokok bahasan dalam Buku Ajar
Penyehatan Air dan Pengelolaan Limbah Cair-C yang merupakan bahan ajar
mata kuliah keahlian yang diharapkan dapat menunjang kompetensi
profesional sebagai seorang Ahli Kesehatan Lingkungan .

Pada pembahasan selanjutnya, masing-masing tujuan pembelajaran tersebut


diuraikan ke dalam beberapa kegiatan belajar pada Bab 2 buku ajar ini
Diharapkan mahasiswa yang akan menggunakan bahan ajar ini akan menjadi
lebih mudah dalam menyerap pengetahuan tentang bahan ajar ini.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa mampu;


1. Menjelaskan Tujuan Pengolahan Limbah Cair
2. Menjelaskan pengolahan Air Limbah system anaerobic
3. Menjelaskan jenis penyakit yang ditularkan melalui tinja

C. Tujuan Pengolahan Limbah Cair

Tujuan pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan unsur-unsur


pencemar dari limbah cair dan untuk mendapatkan effluent dari pengolahan
yang mempunyai kualitas yang dapat diterima oleh badan air penerima, tanpa
adanya gangguan-gangguan fiisik, kimia maupun biologi. Hal ini
dimaksudkan unutk dijadikan baku mutu limbah cair masuk ke dalam
kategori yang memenuhi standar sehingga meminimalisasi pencemaran yang
ada.

D. Prinsip Dasar Pengolahan Limbah Cair


Tujuan utama pengolahan limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel
tercampur, serta membunuh organisme patogen, selain itu diperlukan juga
tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen
beracun, serta bahna yang tidak dapat didegredasikan agar konsentrasi yang
31
ada menjadi rendah. Menurut Soeparman dan Suparmin dalam bukunya
Pembuangan Tinja Dan Air Limbah secara garis besar kegiatan pengolahan
air limbah dikelompokan menjadi empat bagian antara lain :

1. Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)


Pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan kasar,
mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, dan proses
menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang
terdapat dalam pengolahan pendahuluan adalah :

a) Saringan (bar screen/bar racks)


b) Pencacah (comminutor)
c) Bak pengendap pasir (grit chamber)
d) Penangkap lemak dan minyak (skimer dan grease trap)
e) Bak penyetaraan (equalization basin)

2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)


Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan padatan
tersuspensi melalui proses pengendapan (sedimentation) pada proses
pengendapan, partikel padat dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Bahan
kimia biasanya ditambahkan untuk netralisasi dan meningkatkan
kemampuan pengurangan padatan tersuspensi. Dalam unit ini,
pengurangan BOD dapat mencapai 35%, suspended solled berkurang
sampai 60%. Pengurangan BOD dan padatan pada tahap awal ini
selanjutnya akan membantu mengurangi beban pengolahan tahap kedua
(secondary treatment).

3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan


untuk mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis.
Proses biologis yang dipilih berdasarkan atas pertimbangan kuantitas
limbah cair yang masuk unit pengolahan, kemampuan penguraian, zat
organik yang ada pada limbah tersebut (biodegradability of waste), serta
tersedianya lahan. Pada unit ini diperkirakan terjadi pengurangan
kandungan BOD dalam rentang 35-95% bergantung pada kapasitas unit
pengolahannya. Pengolahan tahap kedua yang menggunakan high rate
treatment mampu menurunkan BOD dengan efisiensi berkisar 50-85% unit
yang biasa digunakan pada pengolahan tahap kedua berupa saringan tetes
(trickling filters) unit lumpur aktif dan kolam stabilisasi.

4. Pengolahan Tahap Ketiga atau Pengolahan Lanjutan (Tertiary


Treatment)

Beberapa standar effluent membutuhkan pengolahan tahap ketiga ataupun


pengolahan lanjutan untuk menghilangkan kontaminan tertentu ataupun
menyiapkan limbah cair tersebut untuk pemanfaatan kembali. Pengolahan
pada tahap ini lebih difungsikan sebagai upaya peningkatan kualitas
32
limbah cair dari pengolahan tahap kedua agar dapat di buang ke badan air
penerima dan penggunaannya kembali effluent tersebut.

Pengolahan tahap ketiga disamping masih dibutuhkan untuk menurunkan


kandungan BOD, juga dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa fosfor
dengan bahan kimia sebagai bahan koagulan, menghilangkan senyawa
nitrogen melalui proses ”ammonia stripping” menggunakan udara ataupun
nitrifikasi, denitrifikasi dengan memanfaatkan rektor biologis,
menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa penyebab warna melalui
proses absorpsi menggunakan karbon aktif, menghilangkan padatan
terlarut melalui proses pertukaran ion, osmosis balik maupun
elektrodialisis.

E. Pengolahan Biologis Aerobik Sistem

Pengolahan biologis adalah pengolahan air limbah dengan memanfaatkan


mikroorganisme/bakteri untuk mendegradasi polutan organik

Komponen proses

 Polutan organic sebagai sumber makanan bagi bakteri tgerukur sebagai


parameter BOD, COD
 Bakteri/mikroba berfungsi sebagai pengurai/pengkonsumsi

Dalam system pengolahan limbah cair, pengolahan biologis dikategorikan


sebagai pengolahan tahap kedua (secondary treatment) , melanjutkan
system pengolahan secara fisik sebagai pengolahan tahap pertama
(primary treatment).

Tujuan pengolahan ini terutama adalah untuk menghilangkan zat padat


organic terlarut yang biodegradable, berbeda dengan pengolahan system
sebelumnya yang lebih ditujukan untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi

Pengolahan lanjut yang dilakukan biasanya kombinasi pengolahan fisika-


kimia (misalnya koagulasi, filtrasi, oksidasi kimia atau adsorpsi), atau
dapat pula secara biologis. Dari aspek biaya kapital dan operasi ,
pengolahan biologis relative lebih ekonomis sehingga menjadi opsi yang
lebih diunggulkan.

33
Gambar : 7 Pengolahan limbah secara biologis

Jenis pengolahan dapat dibedakan berdasar

1. Berdasarkan kebutuhan oksigen


 Proses Aerobic
 Proses Anoxic
 Proses Anaerobic

2. Berdasarkan pola pertumbuhan mikroba


 Sistem dengan pertumbuhan tersuspensi
 Sistem dengan pola pertumbuhan melekat

Oksidation Ditch

Oksidation Ditch adalah Parit atau saluran berbentuk lingkaran / oval


dilengkapi rotor untuk aerasi jangka panjang. Pertama kali dikembangkan di
Belanda (1950)

34
Gambar 8 : Oksidation Ditch

Kemampuan Oxsidation Ditch

 Rasio BOD dan BOD removal = 85 % - 90 %


 Rasio removal Suspended Solid = 80 % - 90 %
 Rasio removal nitrogen = 70 %
 Rasio Sludge generated sekitar 75 % dari BOD atau SS removal

Keuntungan dan Kerugian Oxidation Ditch

Keuntungan

 Effisiensi removal BOD/COD tinggi


 Operasional sederhana
 Effluent stabil
 Pengolahan sluge lebih sederhana karena sludge yang dihasilkan
relative sedikit dan stabil
 Maintenance sederhana
 Memungkinkan terjadinya proses Nitrifikasi dan denitrifikasi

Kerugian

 Umumnya digunakan untuk pengolahan limbah skala kecil


 Memerlukan area luas (dimensi saluran besar, kedalaman kecil)
 Rotor sebagai penyuplay oksigen harus dibersihkan secara periodik

Setelah membaca dan mempelajari dengan seksama PERTEMUAN KE 6 ini


maka dapat dilanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila masih terdapat
hal-hal yang belum jelas dapat didiskusikan dengan dosen atau sesama
mahasiswa dikelas. Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan tentang
Pengolahan Limbah cair Sistem Anaerobic

35
PERTEMUAN KE 7 :

PENGOLAHAN LIMBAH SISTEM ANAEROBIK

A. Latar Belakang

Pengolahan limbah cair harus dilakukan secara baik. Hal ini diperlukan untuk
mengurangi kadar pencemar dari air limbah ke badan air. Menurut peraturan
gubernur provinsi Jakarta pengolahan air limbah domestik diartikan sebagai
upaya mengolah dengan cara tertentu agar air limbah dimaksud memenuhi
baku mutu yang ditetapkan.

Pengolahan Limbah Sistem Anaerobik adalah salah satu pokok bahasan


dalam Buku Ajar Penyehatan Air dan Pengelolaan Limbah Cair-C yang
merupakan bahan ajar mata kuliah keahlian yang diharapkan dapat
menunjang kompetensi profesional sebagai seorang Ahli Kesehatan
Lingkungan .

Pada pembahasan selanjutnya, masing-masing tujuan pembelajaran tersebut


diuraikan ke dalam beberapa kegiatan belajar pada Bab 7 buku ajar ini
Diharapkan mahasiswa yang akan menggunakan bahan ajar ini akan menjadi
lebih mudah dalam menyerap pengetahuan tentang bahan ajar ini.
Selamat belajar

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa mampu;


1. Menjelaskan Tujuan Pengolahan Limbah Cair
2. Menjelaskan proses mikrobiologi dalam penguraian anaerob
3. Menjelaskan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Anaerobik

C. Pengolahan Limbah Sistem Anaerobik

Pengolahan limbah cair secara anaerob berarti yang bekerja atau yang hidup
adalah bakteri anaerob yang tidak memerlukan oksigen bebas. Bakteri ini
dapat bekerja dengan baik pada suhu yang semakin tinggi sampai 40 derajat
celcius,pada pH sekitar 7. Bakteri ini juga akan bekerja dengan baik pada
keadaan yang gelap dan tertutup. Air limbah yang dihasilkan kumpulkan
melalui saluran air limbah, kemudian dilairkan ke bak kontrol untuk
memisahkan kotoran padat. Selanjutnya, sambil di bubuhi dengan larutan
kapur air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Di dalam bak pengurai
anaerob tersebut polutan organik yang ada di dalam air limbah akan diuraikan
oleh mikroorganisme secara anaerob, menghasilkan gas methan yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Dengan proses tahap pertama konsentrasi
COD dalam air limbah dapat diturunkan sampai kira-kira 600 ppm (efisiensi
pengolahan 90 %).

Penguraian anaerobik terdiri dari serangkaian proses mikrobiologi yang


merubah bahan organik menjadi metana. Produksi metana adalah suatu
36
fenomena umum yang terjadi dalam bermacam-macam lingkungan alam
berkisar dari es glaser sampai sedimen, rawa, pencernakan hewan pemakan
rumput, dan ladang minyak. Fenomena alam mengenai proses pembentukan
metana (metanogenesis) ditemukan lebih dari seabad yang lalu (Koster,
1998). Jika dalam proses aerobik mikroorganisme yang terlibat hanya dari
beberapa jenis saja, sedangkan dalam proses anaerobik sebagian besar proses
terajadi akibat bakteri. Pencernaan anaerobik atau untuk selanjutnya
disesuaikan dengan konteks disebut sebagai penguraian anaerobik telah lama
digunakan untuk stabilasi lumpur limbah cair. Proses ini sering digunakan
sebagai bagian dari proses penguraian limbah industri. Pemanfaatan proses
ini sangat memungkinkan jika ada pengertian yang baik tentang proses
mikrobiologi dan peningkatan rancangan reaktor.

Keunggulan proses anaerobik dibandingkan proses aerobik adalah sebagai


berikut (Gabriel Bitton, 1994) :

1. Proses anaerobik dapat segera menggunakan CO2 yang ada sebagai


penerima elektron. Proses tersebut tidak membutuhkan oksigen dan
pemakaian oksigen dalam proses penguraian limbah akan menambah biaya
pengoprasian.

2. Penguraian anaerobik menghasilkan lebih sedikit lumpur (3 sampai 20 kali


lebih sedikit dari pada proses aerobik), energi yang dihasilkan bakteri
anaerobik relatif rendah, sebagian besar energi didapat dari pemecahan
substrat yang ditemukan dalam hasil akhir yaitu CH4. Dibawah kondisi
aerobik 50% dari karbon organik dirubah menjadi biomassa sedangkan
dalam proses anaerobik hanya 5% dari karbon organik yang dirubah
menjadi biomassa. Dengan proses anaerobik satu metriks ton COD dapat
terurai menjadi 20-150 kg biomassa sedangkan proses aerobik masih
tersisa 400-600 kg boimassa.

3. Proses anaerobik menghasilkan gas metana. Gas metana mengandung


sekitar 90% energi dengan nilai kalori 9.000 kkal/m3. dan dapat dibakar
ditempat proses penguraian atau untuk menghasilkan listrik. Sedikit
energy terbuang menjadi panas (3-5%). Produksi metana menurunkan
BOD5 dalam pengurai lumpur limbah.

4. Energi untuk penguraian limbah kecil.

5. Penguraian anaerobik cocok untuk limbah industri dengan konsentrasi


pencemar organik yang tinggi.

5. Memungkinkan untuk diterapkan pada proses penguraian limbah dalam


jumlah besar.

6. Sistem anaerobik dapat membiodegradasi senyawa xenobiotik (seperti


hidrokarbon berklor alifatik, trikloroetilena, triklorometana) dan senyawa
alami sulit terurai (recalcitrant) seperti lignin.

37
D. Proses Mikrobiologi di Dalam Penguraian Anaerob

Kumpulan mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam transformasi


senyawa komplek organik menjadi metan. Lebih jauh lagi, terdapat interaksi
sinergis antara bermacam-macam kelompok bakteri yang berperan dalam
penguraian limbah.

Ada empat grup bakteri yang terlibat dalam transformasi material komplek
menjadi molekul yang sederhana seperti metan dan karbon dioksida.
Kelompok bakteri ini bekerja secara sinergis (Archer dan Kirsop, 1991;
Barnes dan Fitzgerald, 1987; Sahm, 1984; Sterritt dan Lester, 1988; Zeikus,
1980),

1. Bakteri Hidrolitik

Kelompok bakteri anaerobik memecah molekul organik komplek (protein,


cellulose, lignin, lipids) menjadi molekul monomer yang terlarut seperti
asam amino, glukosa, asam lemak, dan gliserol. Molekul monomer ini
dapat langsung dimanfaatkan oleh kelompok bakteri berikutnya.
Hidrolisis molekul komplek dikatalisasi oleh enzim ekstra seluler seperti
sellulase, protease, dan lipase.Walaupun demikian proses penguraian
anaerobik sangat lambat dan menjadi terbatas dalam penguraian limbah
sellulolitik yang mengandung lignin (Polprasert, 1989; Speece, 1983).

2. Bakteri Asidogenik Fermentatif

Bakteri asidogenik (pembentuk asam) seperti Clostridium merubah gula,


asam amino, dan asam lemak menjadi asam organik (seperti asam asetat,
propionik, formik, lactik, butirik, atau suksinik), alkohol dan keton
(seperti etanil, metanol, gliserol, aseton), asetat, CO2 dan H2. Asetat
adalah produk utama dalam fermentasi karbohidrat. Hasil dari fermentasi
ini bervariasi tergantung jenis bakteri, kondisi kultur seperti temperatur,
pH dan potensial redok.

3. Bakteri Asetogenik

Bakteri asetogenik (bakteri yang memproduksi asetat dan H2) seperti


Syntrobacter wolinii dan Syntrophomonas wolfei (McInernay et al., 1981)
merubah asam lemak (seperti asam propionat, asam butirat) dan alcohol
menjadi asetat, hidrogen, dan karbon dioksida, yang digunakan oleh
bakteri pembentuk metan (metanogen). Kelompok ini membutuhkan
ikatan hydrogen rendah untuk merubah asam lemak dan oleh karenanya
diperlukan monitoring hidrogen yang ketat.

Dibawah kondisi tekanan H2 parsial yang relatif tinggi, pembentukan


asetat berkurang dan subtrat dirubah menjadi asam propionat, asam
butirat, dan etanol dari pada metan. Ada hubungan simbiotik antara
bakteri asetonik dan metanogen. Metanogen membantu menghasilkan
ikatan hidrogen rendah yang dibutuhkan oleh bakteri asetogenik.
38
4. Bakteri Metanogen

Penguraian senyawa organik oleh bakteri anaerobik dilingkungan alam


melepas 500 - 800 juta ton metan ke atmosfir tiap tahun dan ini mewakili
0,5% bahan organik yang dihasilkan oleh proses fotosintesis (Kirsop,
1984; Sahm, 1984). Bakteri metanogen terjadi secara alami didalam
sedimen yang dalam atau dalam pencernaan herbivora. Kelompok ini
dapat berupa kelompok bakteri gram positip dan gram negatif dengan
variasi yang banyak dalam bentuk. Mikroorganime metanogen tumbuh
secara lambat dalam air limbah dan waktu tumbuh berkisar 3 hari pada
suhu 35⁰C sampai dengan 50 hari pada suhu 10⁰C.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Anaerobik

Penguraian anaerobik dipengaruhi oleh suhu, waktu tinggal (rentention


time),pH dan kondisi kimia air limbah.

1). Suhu

Produksi metana dapat dihasilkan pada suhu antara 0⁰ - 97⁰C. Walaupun


bakteri metana psychrophilic tidak dapat diisolasi, bakteri termofilik
beroperasi secara optimum pada suhu 50 - 75⁰C ditemukan di daerah
panas.

Methanothermus fervidus ditemukan di Iceland dan tumbuh pada suhu 63


– 97C (Sahm, 1984). Dalam instalasi pengolah limbah pemukiman,
penguraian anaerobik dilakukan dalam kisaran mesofilik dengan suhu 25
– 40⁰C dengan suhu optimum mendekati 35⁰C. Penguraian thermofilik
beroperasi pada suhu 50
– 65⁰C.

Penguraian ini memungkinkan untuk pengolahan limbah dengan beban


berat dan juga efektif untuk mematikan bakteri patogen. Salah satu
kelemahan adalah sensitivitas yang tinggi terhadap zat toksik (koster,
1988). Karena pertumbuhan bakteri metana yang lebih lambat
dibandingkan bakteri asidogenik maka bakteri metana sangat sensitif
terhadap perubahan kecil suhu. Karena penggunaan asam volatil oleh
bakteri metana maka penurunan suhu cenderung menurunkan laju
pertumbuhan bakteri metana. Oleh karena itu penguraian mesofilik harus
dirancang untuk beroperasi pada suhu antara 30 -35⁰C.

2). Waktu Tinggal

Waktu tinggal air limbah dalam reaktor anaerob yang tergantung pada
karakteristik air limbah dan kondisi lingkungan harus cukup lama untuk
proses metabolisma oleh bakteri anaerobik dalam reaktor pengurai.
Penguraian oleh bakteri yang menempel mempunyai waktu tinggal yang
rendah (1 – 10 hari) dan bakteri yang terdispersi dalam air (10-60 hari).

39
Waktu tinggal pengurai mesofilik dan termofilik antara 25 - 35 hari, tetapi
dapat lebih rendah lagi (Sterritt dan Lester, 1988).

Untuk mendapatkan hasil yang baik pada proses pengolahan secara


anaerobik,waktu tinggal juga merupakan landasan dalam proses tersebut.
Waktu tinggal yang diperlukan dalam proses ini yaitu sekitar 5 – 8 jam
(Nusa Idaman, 1999).

3). Kemasaman (pH)

Kebanyakan pertumbuhan bakteri metanogenik berada pada kisaran pH


antara 6,7-7,4, tetapi optimalnya pada kisaran pH antara 7,0-7,2 dan
proses dapat gagal jika pH mendekati 6,0. Bakteri asidogenik
menghasilkan asam organic yang cenderung menurunkan pH bioreaktor.
Pada kondisi normal penurunan pH ditahan oleh ion bikarbonat yang
dihasilkan oleh bakteri metanogen. Dibawah kondisi lingkungan yang
berlawanan kapasitas buffer (penyangga) dari system dapat terganggu dan
bahkan produksi metana dapat terhenti. Asiditas lebih berpengaruh
terhadap metanogen dibanding bakteri asidogenik.Peningkatan tingkat
volatil merupakan indikator awal dari terganggunya sistem.

Monitoring ratio asam volatil total (asam asetat) terhadap alkali total
(kalsium karbonat) disarankan dibawah 0,1 (Sahm, 1984). Salah satu
metode untuk memprbaiki keseimbangan pH adalah meningkatkan
alkalinitas dengan menambah bahan kimia seperti kapur, ammonia
anhidrous, natrium hidroksida, atau natrium bikarbonat.

4). Komposisi Kimia Air Limbah

Bakteri metanogenik dapat menghasilkan metana dari karbohidrat,


protein, dan lipida, demikian pula dari senyawa komplek aromatik
(contoh: ferulat, vanilat, dan asam siringat). Walaupun demikian beberapa
senyawa liknin dan n-parafin sulit terurai oleh bakteri anaerobik. Air
limbah harus diseimbangkan makanannya (nitrogen, fosfor, sulfur) untuk
memelihara pencernaan anaerobik.

Rasio C:N:P untuk bakteri anaerobik adalah 700:5:1 (Sahm, 1984).


Beberapa pengamat menilai bahwa rasio C/N yang tepat untuk produksi
gas yang optimal sebaiknya sekitar 25-30:1 (Polprasert, 1989).

5). Pengapuran

Kapur merupakan salah satu bahan mineral yang dihasilkan melalui


proses pelapukan dan pelarutan dari batu-batuan yang terdapat dari dalam
tanah.Mineral utama penyusun kapur adalah kalsit dan dolomit yang
tergolong dalam mineral sekunder. Kapur menurut susunan kimia adalah
CaO tetapi istilah kapur adalah senyawa bentuk karbonat kapur dengan
CaCO3 dan MgCO3 sebagai komponen utarna. Bentuk oksidanya yaitu
CaO, dapat dihasilkan dengan memanaskan kalsium karbonat dan
40
menghilangkan karbondioksidanya. Bentuk hidroksidanya dapat terbentuk
dengan membasahi atau menambahkan air pada bentuk oksidanya.

Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki keseimbangan


pH . Tujuan dari pengapuran adalah untuk meningkatkan alkalinitas
sehingga karenanya sangat berpengaruh pada proses anaerob yang
kebanyakan pertumbuhan bakteri berada pada kisaran pH antara 6,7 – 7,4.
(BPPT, 2002).

Tabel. 4 : Proses Tahapan Degradasi Senyawa Organic Secara Anaerobik

Setelah membaca dan mempelajari dengan seksama PERTEMUAN KE 7 ini


maka dapat dilanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila masih terdapat
hal-hal yang belum jelas dapat didiskusikan dengan dosen atau sesama
mahasiswa dikelas. Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan tentang Beban
Pencemaran.

41

Anda mungkin juga menyukai