Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan rock climbing merupakan

salah saru dari sekian banyak olahraga alam bebas dan merupakan salah satu

bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki

melaikan harus menggunakan peralatan dan teknik tertentu untuk bisa melewatinya.

Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing

dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45ᵒ dan mempunyai tingkat kesulitan

tertentu.pada dasarnya olahraga panjat tebing adalah satu olahraga yang

mengutamakan kelenturan, kekuatan daya tahan tubuh, kecerdikan, kerja sama tim,

serta keterampilan dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu

sendiri. Mungkin banyak yang berpikir olahraga yang bersifat adrenalin ini cukup

menakutkan bagi masyarakat.

Tetapi aktivitas rock climbing atau panjat tebing sudah dikenal masyarakat

sejak lama bahkan masyarakat tradisional, mereka melakukan pemanjatan gu na

mencari sumber kehidupan ataupun perlindungan, khususnya didaerah pantai dan

kawasan karst untuk mencari sarang  burung atau sumber mata air. Tetapi mereka

tidak memakai system dan prosedur yang baku seperti dalam olahraga panjat tebing

sehingga faktor keamanan dan tingkat resiko yang dihadapi sangatlah tinggi.

Pengertian rock climbing sendiri adalah suatu olah raga yang mengutamakan

kelenturan, kekuatan / daya tahan tubuh, kecerdikan, kerja sama team serta

ketrampilan dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri.

Dalam menambah ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun


1
rekahan / celah yang terdapat ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang

efektif dan efisien untuk mencapai puncak pemanjatan. Awalnya rock climbing

merupakan olah raga yang bersifat petualangan murni dan sedikit sekali memiliki

peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olah raga itu sendiri dari waktu

kewaktu telah ada bentuk dan standart baku dalam aktifitas dalam panjat tebing

yang diikuti oleh penggiat panjat tebing. Banyaknya tuntutan tentang perkembangan

olah raga ini memberi alternatif yang lain dari unsur petualangan itu sendiri. Dengan

lebih mengedepankan unsur olah raga murni (sport). Dalam rock climbing sendiri

mempunyai berbagai dua system pemanjatan yaitu himalayan system dan alpen

system. Dan dilihat dari pealatannya rock climbing juga dibagi menjadi dua

yaitu artificial climbing dan free climbing.

Meski pun rock climbing olah raga bersifat menantang tetapi rock climbing

mengedepankan keselamatan pemanjat. Itu terbukti dengan adanya berbagai alat

rock climbing seperti tali carmantel, carrabiner, sepatu, harness, ascender,

descender, piton, hammer, helm dan sebagainya yang berfungsi untuk melindungi

dan menahan pemanjat agar tidak jatuh. Di rock climbing juga terdapat savety

oprasional procedure yang harus dilaksanakan dan dilakukan demi keselamatan

pemanjat itu sendiri

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

Dengan mempelajari tentang panjat tebing :

1. Dapat mengetahui lebih dalam lagi tentang panjat tebing (rock climbing)

2. Dapat membagiakan ilmu olahraga panjat tebing pada siapapun yang

membutuhkan

2
1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistimatika penulisan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Membahas mengenai latar belakang,rumusan masalah,tujuan,dan

sistematika penulisan itu sendiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang landasan teori,pengertian tebing dan

sejarahnya,kerangka berpikir dan hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang defenisi operasional,metode pengumpulan

data,dan analisis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil dan pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Tebing`

Tebing atau jurang adalah formatur batuan yang yang menjulang

secara vertikal, tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya

ditemukan di daerah pantai, tebing umumnya terbentuk oleh bebatuan

yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.

Rock climbing merupakan salah satu bagian dari kegiatan

mauntaineering yang paling terpenting yang sangat memerlukan

kecakapan mendaki tebing batu yang terjal, kemampuan dalam

menganalisa yang tinggi,mental baja,serta ketahanan fisik yang besar.

Secara etimologis Rock Climbing yaitu terdiri dari dua kata yaitu Rock

dan Climbing. Rock yang berarti batuan dan Climbing berarti pemanjatan

tebing.

Jadi Rock Climbing yaitu teknik pemanjatan tebing batu dengan

memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan yang

mempunyai kemiringan tebing lebih dari 70°.

2.2 Sejarah Pemanjatan Tebing

• SEJARAH PANJAT TEBING DUNIA

- 1910 Kegiatan panjat tebing mulai dikenal pertama kali di kawasan

Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen, sebelum PD I di Austria., Teknik

pemanjatan tebing dengan menggunakan tali baru dikenal pada tahun

1920. Tahun 1930 adalah tahun keemasan pemanjatan di kawasan

Alpen. Mulai daritebing kecil, menengah hingga puncak -puncak tertinggi.


4
Klimaksnya pada saat PD II meletus. PD menyebabkan frekuensi

pemanjatan menurun, akan tetapi setelah PD berakhir membawa

pengaruh pesat pada penciptaan dan pengadaan peralatan panjat tebing

yang semakin mudah didapatkan.

- 1970 Panjat Tebing , ketika para pemanjat Amerika mengembangkan

teknik-teknik baru di kawasan Yosemite.

Teknik-teknik ini sampai saat ini masih digunakan dalam pemanjatan

tebing-tebing besar. Rata – rata yang mendomisili pengembangan dunia

olahraga ini adalah pemanjat Amerika dan Inggris yang kemudian

menggunakan sistem dan teknik yang sama, yang sebelumnya terkotak

kotak menurut negaranya masing masing. Selain itu juga turut berperan

dalam pengembangan kegiatan ini adalah negara Perancis yang

menawarkan teknik pemanjatan yang mengarah pada olahraga murni.

- 1980 perkembangan panjat tebing semakin meluas mulai dari Eropa,

Amerika hingga Asia. Sehingga membuatnya terlepas dari induknya

(mendaki gunung) dan membentuk wujudnya sendiri yaitu olah raga

panjat tebing.

• SEJARAH PANJAT TEBING INDONESIA

- 1960 Di Indonesia panjat tebing dikenal sejak tahun 60`an dimana

berdiri beberapa perkumpulan/kelompok Pecinta Alam Universitas

Indonesia dan Wanadri yang mempunyai akar kegiatan mendaki gunung.

- 1975 kegiatan panjat tebing secara utuh dan tersendiri .

5
Waktu itu beberapa orang yang sekarang dikenal sebagai tonggak

kebangkitan Panjat Tebing Indonesia antara lain Harry Suliztiarto, Agus

Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat mulai latihan di tebing

Citatah, Jawa Barat.

- 1988 kantor Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga bekerjasama

dengan Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) mengundang 3pemanjat

profesional Perancis yaitu; Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout dan

Corrine Lebrune serta seorang instruktur Teknis Panjat Tebing Jean

Harau yang kemudian memunculkan inspirasi untuk mendirikan FGTI

- 1989FEDERASI PANJAT TEBING GUNUNGINDONESIA (FPTGI) dan

melalui ikrar yang dikeluarkan oleh sekitar40`an orang dari perkumpulan

PA yang ada di Jakarta, Bandung, Padang, Medan, Semarang,

Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang di Tugu Monas tanggal 21

April 1988.

- 1992FPTGI kemudian berubah nama hanya menjadi Federasi Panjat

Tebing Indonesia (FPTI) dan FPTI diakui menjadi anggota Union

Internationale des Assosiations d`Alpinisme (UIAA) yang mewadahi

organisasi panjat tebing dan gunung internasional. UIIA merupakan

organisasi olahraga dunia yangbertaggung jawab pada semua kegiatan

olahraga dunia termasuk Olimpiade.

- 1994 secara resmi FPTI diakui sebagai induk olahraga panjat tebing

oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)

- 1996 Sejak itu Olahraga Panjat Tebing diikutkan dalam PON

6
2.3 Definisi panjat tebing

Secara etimologis Rock Climbing yaitu terdiri dari dua kata yaitu

Rock dan Climbing. Rock yang berarti batuan dan Climbing berarti

pemanjatan tebing. Panjat Tebing atau istilah asingnya dikenal

dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak

olahraga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki

gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan

harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa

melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang

berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45°

dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.

Pada umumnya Panjat Tebing merupakan suatu olahraga yang

mengutamakan elastisitas dan kekuatan tubuh, kecerdikan serta

keterampilan baik dalam menggunakan peralatan maupun tidak dalam

menjelajahi tebing itu sendiri. Dalam menambah ketinggian dengan

memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan/celah yang terdapat di

tebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien

untuk mencapai puncak , pemanjatan tebing pada awalnya merupakan

olahraga yang bersifat petualang murni dan sedikit sekali memiliki

peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olahraga itu sendiri

dari waktu ke waktu telah ada bentuk dan standar batu dalam aktifitas

panjat tebing yang di ikuti dengan pengiat panjat tebing. Banyaknya

tuntutan tentang perkembangan olahraga panjat tebing ini. Memberi

alternatif yang lain dari unsur petualang itu sendiri. Dengan lebih

mengepankan unsur olahraga murni.

7
2.4 Sistem Keamanan pada Panjat Tebing

Pengaman alam (Natural Anchor) adalah pengaman yang di sedikan oleh

alam, seperti :

1. Tumbuhan :

Bilah tumbuhan tersebut kuat hingga akhirnya menguhujang kedalam

dinding tebing dan dalam pemasangannya di upayakan harus dekat

dengan pangkalnya dengan di jerat tali pita atau webbing.

2. Batu sisip:

Batu yang tersisip di selah vertikal tebing.

3. Batu tanduk ;

Batu yang menyerupai poin dipapan panjat dinding

4. Lubang tembus :

Lubang yang menembus tebing.

2.4.1 Berdasarkan tingkat keamanannya pengaman alam :

1. Pengaman emas :

Pengaman yang berfungsi sangat baik digunakan untuk tambatan dan

beban jatuh.

2. Pengaman perak :

Pengaman yang berfungsi kurang baik, biasanya bisa terlepas jika

dipakai jatuh.

3. Pengaman perunggu :

Pengaman yang berfungsi jelek dan pasti terlepas jika terkena beban

jatuh.

4. Pengaman pengunci :

8
Pengaman yang berfungsi sangat baik,tidak terlepas jika di tarik

kesegalah arah dan pasti bersifat emas.

2.4.2 Bahaya dalam melakukan kegiatan Panjat Tebing

Risiko setiap satiap saat dapat menghampiri setiap pelaku

kegiatan outdoor, meskipun sudah melakukan segala prosedur seperti

yang di tentukan. Namanya alam, tidak dapat benar-benar diprediksi

bagaimana alam itu akan memperlakukan penciptanya (dalam hal ini

penggiat). Beberpa bahaya yang dapat terjadi ketika melakukan

kegiatan Panjat Tebing seperti berikut ini :

1. Pemasangan alat yang tidak benar :

Pemasangan alat harus disesuaikan dengan fungsi dan

caranya,serta tingkat keamanannya.pemasangan alat yang tidak

benar sangat beresiko terhadap keselamatan pemanjat. Seperti

misalnya,

 Harness yang tidak terkancing dengan baik,harness memiliki

pengunci yang disebut danger. Bagian ini sangat penting

untuk diperhatikan sebelum melakukan pemanjatan,baik itu

ditebing tidak diindahkan bisa fatal akibatnya.pemanjatan

bisa jatuh bebas ke tanah,tertekuk badannya,terbalik posisi

jatuh sehingga terantuk ke tebing/wall.

 Pelindung kepala yang satu ini harus memenuhi standar yang

pasti yaitu pas di kepala, keras sehingga tahan terhadap

benturan dan ringan untuk mempermudah melakukan

pergerakan. Helm yang terlalu longgar/sempit dan tidak

9
mempunyai tali pengikat sangat tidak dianjurkan untuk

digunakan.

 Pengaman,pengaman sisip seperti chock dan piton juga

pengaman sementara seperti skyhook adalah pengaman

buatan sementara yang kadang-kadang memiliki peranan

yang vital ketika terjadi kecelakaan dalam melakukan

pemanjatan.

Pemasangannya yang kurang mantap, dan tidak sesuai

dengan fungsi dan bentukan tebing hanya akan menahan

pemanjat sementara. Untuk kemudian pemanjat akan jatuh

karena sudah berpikir pengaman ini aman padahal belum.

Ketika alat ini jatuh,tidak hanya memberikan efek yang tidak

baik bagi pemanjat,tetapi juga bagi orang lain yang berada

disekitar area pemanjatan.

Pengaman lain seperti runner juga harus

diperhatikan,dipastikan sudah berbunyi klik maka tingkat

keamanannya maksimal.

 Friksi,alat yang tidak dipasang dengan baik kadang-kadang

menimbulkan friksi. Biasanya friksi ini terjadi pada tali

dengan tebing. Friksi atau gesekan sedikit atau banyak

merupakan hal yang harus dihindari oleh

pemanjat,utamanya bagi pembuat jalur. Karena peralatan

yang dipakai sangat kuat, tetapi juga rentan bila tidak benar

pemakaiannya maka hal-hal semacam ini harus

diperhatikan.

10
2. Pemilihan anchor alam yang tidak benar.

Pemilihan anchor alam seperti pohon,akar dan lubang tembus

perlu diperhatiakan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan

pemanjat untuk memastikan tingkat keamanan suatu anchor alam.

 Untuk pohon atau akar, cara memastikan keamanannya

adalah memilih pohon yang masih hidup, jangan memilih

pohon atau akar yang sudah mati. Pilih pohon atau akar

yang lentur,dan kayunya tidak rapuh,serta akarnya

menghujam mantap di tebing.

 Untuk lubang tembus diketuk dahulu menggunakan

hammer,pilih bagian tebing yang apabila diketuk suaranya

tidak nyaring,apabila diketuk suaranya tidak nyaring artinya

bagian tebing tersebut memiliki tingkat kepadatan yang

baik,sebaliknya apabila suaranya nyaring maka tingkat

keamanannya rendah,artinya bagian tebing tersebut sangat

kering dan berpotensi lemah untuk digunakan sebagai

anchor.langkah selanjutnya adalah mengeceknya dengan

menggunakan sling, atau skyhook,digoyang-goyangkan ke

segala arah apabila tidak ada tanda-tanda kerapuhan pada

lubang tersebut,maka lubang tembus tersebut siap untuk

digunakan sebagai tambatan pengaman.

3. Cidera /kecelakaan (Luka pada bagian tubuh)

 Luka Ringan :

1. Terkilir / memar

11
Terkilir atau memar bisa saja terjadi padat otot manapun juga,

biasanya terjadi karena pemanjat kurang memperhatikan

pemanasan secara serius.

2. Lecet

Luka lecet, atau luka luar sangat biasa ditemukan ketika

melakukan kegiatan panjat tebing. Karena dibutuhkan

keberanian,bahkan seringkali kenekatan,kadang-kadang

pemanjat harus mengambil risiko ini demi keberhasilan suatu

pemanjatan.luka lecet ini biasa terjadi karena gesekan dengan

tebing,dengan wali,dengan alat dan lain-lain.

 Luka berat

1. Patah tulang

Luka yang cukup berat adalah patah tulang,penyebab patah

tulang sendiri bisa karena benturan,jatuh,atau tertimpa sesuatu

dari atas untuk mengurangi resiko yang fatal ini diharapkan bagi

setiap pemanjat untuk memperhatikan peralatan yang digunakan

serta etika dan sikap pemanjatan.

2. Pendarahan

Pendarahan bisa saja terjadi kepada pemanjat ketika sedang

melakukan pemanjatan biasanya di daerah kepala karena

benturan atau baretan di kulit.

2.5 Etika Pemanjatan

Secara umum etika pemanjatan sama dengan etika-etika lain

1. Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar

12
2. Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak

3. Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu

Secara khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika

panjat tebing adalah sebagai berikut :

1. Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat

2. Menjaga kelestarian alam.

3. Merintis jalur baru.

4. Manjat jalur bernama.

5. Pemberian nama jalur.

6. Memberi keamanan bagi pemanjat tebing.

7. Berdoa dan melakukan ritual agama sebelum melaksanakan

pemanjatan.

8. Mempersiapkan mental dan fisik.

9. Melaksanakan prosudur pemanjatan yang baik.

10. Memelihara lokasi tebing,baik dalam hal kebersihan keindahan dan

kealamian tebing.

2.6 Peralatan panjat tebing

Alat-alat yang digunakan dalam pemanjatan.

1. Tali Karmantel, alat terpenting dalam panjat tebing

Gambar 1

13
Tali adalah peralatan wajib rock climbing. Perlengkapan ini bisa ini bisa

menyelamatkanmu dari cedera atau kematian. Kalau tangan atau

pijakanmu tergelincir, tali inilah yang akan mencegahmu jatuh. Karmantel

ini terbagi menjadi tiga, yaitu statis, dinamis, dan semistatis. Masing-

masing memiliki tingkat kelenturan yang berbeda.

2. Harness, jangkar yang menghubungkan tali dan tubuhmu

Gambar 2

Alat penopang tubuh ini tak kalah penting dari tali karmantel. Dikenakan di

pinggang, seperti celana pengaman, harness merupakan jangkar yang

menghubungkan tali dan tubuhmu. Berdasarkan bentuknya, harness

terbagi atas tiga jenis. Pertama adalah seat harness; kedua chest harness,

dan terakhir adalah full body harness.

3. Carabiner, logam pengaman yang menghubungkan tali dan alat lainnya

Gambar 3

14
Kamu pasti sudah familier dengan ornamen yang satu ini. Pasalnya, alat ini

sudah meluas penggunaannya. Tadinya alat pengaman, kini carabiner

digunakan juga sebagai aksesori, attachment, dan gantungan kunci.

Seperti harness, karbiner merupakan alat pengaman yang esensial.

Karbiner biasanya terbuat dari aluminium alloy; membuatnya kuat

sekaligus ringan.

4. Ascender, alat bantu untuk menaiki tali

Gambar 4

Ascender adalah alat bantu panjat tebing. Perangkat ini membantu kamu

menaiki lintasan tali. Alat ini akan mengunci secara otomatis ketika diberi

beban, dan melonggar ketika beban tersebut diangkat. Jadi, ascender juga

bisa digunakan untuk mekanisme pengereman. Alat ini tersedia dalam

berbagai ukuran.

5. Descender, rem ala panjat tebing

Gambar 5

15
Seperti namanya, descender merupakan kebalikan dari ascender. Kalau

ascender membantumu untuk naik, descender membantumu turun. Ia akan

menahan laju si pengguna dan mencegah terjadinya freefall.

6. Webbing, tali nilon yang kuat

Gambar 6

Webbing merupakan perlengkapan panjat tebing yang berbentuk pipih.

Kurang lebih seperti pita. Bedanya, webbing terbuat dari nilon. Sangat kuat.

Biasanya pita nilon yang kuat ini digunakan sebagai harness, pengikat

tubuh, maupun anchor.

7. Piton, paku untuk olahraga panjat tebing

Gambar 7

Piton adalah paku tebing. Piton terbagi atas dua jenis, yaitu angel dan

blade. Piton angel berbentuk pipih dan digunakan untuk celah sempit.

Sementara, piton blade digunakan untuk celah batu yang lebih besar.

16
8. Hammer, untuk menghantam dan melepas paku piton

Gambar 8

Tanpa dijelaskan pun seharusnya kamu tahu fungsi alat ini. Hammer

merupakan palu untuk menghantam piton ke dalam tebing batu. Selain

untuk memasang piton, palu pendaki ini juga bisa kamu gunakan untuk

melepas piton yang sudah kamu “hajar” ke dalam batu.

9. Chock and Friend, alat pengaman yang diselipkan di celah batu

Gambar 9

Chock adalah alat pengaman yang bisa kamu masukkan ke celah batu.

Dengan begitu, ia bisa menahan berat badan penggunanya dari arah

tertentu. Alat ini memiliki berbagai bentuk. Ada yang berbentuk segi enam,

simetris, dan paruh burung.

Chock biasanya dipasangkan dengan “teman”, yaitu Friend. Friend

merupakan alat pengait yang nantinya bisa kamu jadikan sebagai

penghubung ke tali atau carabinermu.

17
10. Sepatu panjat tebing memiliki desain dan spesifikasi khusus

Gambar 10

Olahraga ini membutuhkan sepatu khusus. Sepatu tersebut harus mampu

memberikan pijakan yang menggigit, dan cukup lentur untuk bermanuver

ketika memanjat tebing. Sepatu mendaki terbagi atas beberapa jenis

11.Helm

Gambar 11

Helm panjat adalah bagian dari peralatan keselamatan yang berguna

melindungi kepala dari puing-puing yang jatuh (seperti batu atau potongan

pelindung yang jatuh) dan kekuatan tumbukan selama jatuh.

 Selain itu, helm panjat juga digunakan di lingkungan dinding buatan

seperti dinding panjat dalam ruangan.

18
12. Chalk Bag

Gambar 12

Chalk Bag berfungsi sebagai tempat penyimpanan magnesium (tepung

pengering). Magnesium yang digunakan pemanjat berupa serbuk putih

halus seperti tepung untuk melumasi tangan agar tidak licin.

2.7 Simpul Yang Digunakan Dalam Pemanjatan Tebing

1. Simpul Pita

Simpul Pita berfungsi untuk menyambung 2 tali pipih (Webbing) yang

berguna sebagai alternatif Harness ( Tali Tubuh ) di akhir simpul yang

harus dipakai simpul pita ini. Simpul pita dibuat dengan menyimpulkan

kedua ujung tali pipih baik tali pipih satu dengan tali pipih yang lain atau

dengan tali pipih itu sendiri menjadi satu.

2. Simpul Mati/Overhand Knot

Simpul mati berfungsi untuk menyambung 2 tali yang berdiameter sama.

Simpul ini dapat dibuat dengan mensejajarkan dua ujung tali lali

menyimpulkan menjadi satu. berbeda dengan simpul pita pada webbing

atau tali pipih, simpul mati dikhususkan untuk menyambung 2 tali.

3. Simpul Delapan / Figure Eight Loop

19
Simpul Delapan berfungsi sebagai simpul wajib pada pemanjat (Dikenakan

pada cincin harness / tali tubuh) dan juga sebagai penambat back up pada

sistem penambatan pada saat membuat pitch pada suatu pemanjatan.

4. Simpul Bowline

Simpul Bowline / simpul kambing berfungsi sebagai simpul wajib pada

pemanjat (Dikenakan pada Tali harness / tali tubuh) akan tetapi perlu

digaris bawahi untuk pemula tidak dianjurkan untuk memakai simpul ini

karena simpul ini harus benar–benar teliti dalam penyimpulannya apabila

kurang teliti maka simpul ini akan mudah terlepas sehingga akan terjadi hal

yang sangat fatal nantinya.

5. Simpul Fisherman / Nelayan Ganda

Simpul Fisherman / Nelayan ganda simpul ini berfungsi untuk

menyambungkan 2 tali yang diameternya sama. Dan perbedaan dengan

simpul mati jelas lebih safety memakai simpul ini apabila anda ingin

menyambung 2 tali yang diameternya sama

6. Simpul Pangkal/Clove hitch

Simpul pangkal adalah simpul utama yang berfungsi untuk membuat

penambatan baik itu dalam pemanjatan dan untuk membuat aktivitas yang

berhubungan dengan abseling / rappelling maupun kenapa harus simpul

pangkal yang dipakai karena simpul pangkal mudah dalm pembuatnnya

dan pengaturannya.

7. Simpul Italia / Italian hitch

20
Simpul Italia berfungsi sebagai pengganti alat – alat belay device yang

pada artinya simpul Italia ini untuk membelay pada saat tertentu atau

kondisi kritis.

8. Prusik Knot / Simpul Prusik

Mungkin ada diantara kita yang mengenal prusik sebagai nama sebuah tali

atau alat itu tidaklah benar karena prusik adalah nama simpul yakni simpul

prusik. Simpul Prusik ini berfungsi sebagai pengganti alat ascendeur

karena simpul ini pada awalnya  untuk menaiki tali kermantle yang lebih

besar diameternya.

9. Slip Knot

Slip Knot adalah simpul kombinasi antara simpul pangkal dan simpul mati

yang berfungsi sebagai pengunci simpul pangkal.

10. Simpul Kupu – kupu / Alpine Butterflay Knot

Simpul kupu – kupu berfungsi sebgai penyambung dua tali yang friksi

khususnya untuk tali kermantle.

2.8 Jenis-jenis Dan Teknik Pemanjatan Tebing

ARTIFICIAL CLIMBING

Memanjat tebing dengan sistem artificial berarti memanjat dengan

peralatan sebagai faktor utama dalam suksesnya pemanjatan, peralatan disini

bukan hanya dipakai sebagai alat pengaman tetapi juga sebagai alat

penambat ketinggian, sistem ini biasa di pakai untuk tebing-tebing besar

walau tidak tertutup kemungkinan dipakai juga untuk tebing-tebing kecil.

21
Namun agar pemanjatan bisa berjalan dengan cepat san aman, kemampuan

teknik tetap menjadi yang utama.

FREE CLIMBING

Berbeda dengan Artificial climbing peralatan tidak di gunakan untuk

menambah ketinggian akan tetapi hanya sebatas alat pengaman saat

pemanjatan terjauh, jadi disini peralatan sama sekali tidak mempengaruhi

gerak sipemanjat. Pemanjat di amankan oleh seorang player yang selalu

siaga dan tidak jarang juga sesekali memberi arah terhadap sipemanjat dalam

menuntaskan sebuah jalur.

SPORT CLIMBING

Pada sport climbing jalur pemanjat umunya sudah dipasang alat untuk

mengaitkan runner sebagai pengaman jadi sepanjang jalur pemanjat sudah di

bolted pada titik-titik di ketinggian tertentu. Sport climbing bisa dilakukan di

tebing alam bisa juga di dinding buatan. Pemanjat jenis ini yang ditekankan

adalah faktor olahraganya sama seperti main futsal atau olahraga lainnya.

TRAD CLIMBING

Trad climbing singkatan dari tradisional climbing atau sering juga

disebut adventure climbing adalah jenis pemanjatan yang lebih menitik

beratkan pada sisi petualangannya, hanya dilakukan di tebing alam. Kondisi

jalur belum terpasang bolts apalagi sudah di cantol hanger jadi jalur benar-

benar bersih karena tak ada pengaman buatan yang terpasang. Dilakukan

oleh dua orang yaitu seorang leader dan belayer untuk jarus yang panjang

biasa di pasang picth (station belay) bisa singel ataupun multy picth.

22
Pemanjat harus membawah peralatan untuk pengamanannya sendiri dan

memasang pada saat memanjat dan belayer tetap pada posisinya dibawah

untuk membelay. Pada titik-titik tertentu sipemanjat akan membuat picth

(station belay) untuk membelai si pemanjat kedua (belayer), belayer akan

memanjat sambil membersikan semua pengaman yang dipasang oleh leader

sampai keduanya berhasil berada diatas (top).

BOULDERING

Bouldering adalah memanjat bebatuan besar atau tebing berukuran

kecil, bouldering tidak memerlukan peralatan yang rumit seperti pemanjat

lainnya untuk keamanan sipemanjat hanya dengan crashpad ini karena rute

pemanjatan tidak terlalu panjang. Gerakannyapun biasa tidak ke atas tetapi

kesamping (traverse) atau diagonl.

BIG WALL CLIMBING

Big wall di sini berarti tebing yang berukuran sangat besar juga tinggi

untuk menyelesaikan pemanjatan biasa membutuhkan waktu berhari-hari

dengan peralatan yang sangat lengkap. Big wall climbing adalah jenis

pemanjatan termahal dibanding jenis-jenis pemanjatan lainnya dalam peanjat

tebing.

ALPINE TACTIC

Sistem ini adalah di mana sipemanjat tidak turun lagi ke bawah saat

sudah memulai pemanjatan jadi semua peralatan pemanjata hingga

perlengkapan tidur dibawa serta keatas sampai berhasil kepuncak.

HIMALAYA TACTIC

23
Pada sistem ini si pemanjat aka n turun kebawah biasanya pada soreh

hari untuk istirahat dibasecamp sambil menyiapkan pemanjatan untuk

keesokan harinya tentu peralatan sebagian masih tertimggal diatas untuk

memudahkan pemanjatan di hari berikutnya, dan ini harus di lakukan sampai

berhasil menuju kepuncak.

Jenis-jenis pegangan pada pemanjatan tebing

24

Anda mungkin juga menyukai