Disusun Oleh:
202014048
2020/2021
1
BAB I: TINJAUAN TEORI (LAPORAN PENDAHULUAN)
1. DEFINISI
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang
dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan
saluran pernapasan. (Infodatin, 2017).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang
mengalami asma. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat peka
terhadap rangsangan tertentu, sehingga apabila terangsang oleh faktor risiko
tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena
konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang. Dari
proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi (Amin &
Hardi, 2016).
2. ETIOLOGI
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkaan faktor autonom,
imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat
pada berbagai individu. Pengendalian diameter jalan napas dapat
dipandang sebagai suatu keseimbangan gaya neural dan humoral. Aktivitas
bronkokonstriktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik sistem saraf
otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan napas, disebut reseptor batu
atau iritan, tergantung pada lokasinya, mencetuskan refleks arkus cabang
aferens, yang pada ujung eferens merangsang kontraksi otot polos bronkus.
a. Faktor imunologis
Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik,
eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti
debu rumah, tepungsari, dan ketombe. Bentuk asma adanya instrinsik dan
ekstrinsik. Perbedaan intrinsik dan ekstrinsik mungkun pada hal buatan
(artifisial), karena dasar imun pada jejas mukosa akibat mediator pada
kedua kelompok tersebut. Asma ekstrinsikmungkin dihubungkan dengan
lebih mudahnya mengenali rangsangan pelepasan mediator daripada
asma instrinsik.
2
b. Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan
menstruasi, terutama premenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita
menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas.
c. Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan dewasa
yang berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan” emosional atau sifat-
sifat perilaku yang dijumpai pad anak asma tidak lebih sering
daripada anak dengan penyakit cacat kronis yang lain (Nelson, 2013).
3. MANISFESTASI KLINIS
Zullies (2016) menyebutkan beberap tanda dan gejala pada penderita asma
dibagi menjadi 2, yakni :
a. Stadium dini :
a) Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
3) Wheezing belum ada
4) Belum ada kelainana bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
6) Blood gas analysis (BGA) belum patologis
b) Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
3
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan
dan kiri
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik
11) Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/ tanpa stetoskop,
batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti
tertekan, ekspirasi memanjang.
4. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas difusrefersibel. Obstruksi disebabkan
oleh satu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang
menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi
bronkhi, atau pengisian bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu,
otot-otot bronkhi dan kelenjar mukosa membengkak, sputum yang kental,
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap didalam jaringan paru. Mekanisme yamg pasti dari perubahan
ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan
sistem imonologis dan sistem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mask (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan
prostagladinsetta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS- A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan
kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran
mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkhial diatur
oleh impuls saraf pagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau
nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti
infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang
dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang
4
dibahas diatas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor alfa dan beta adrenergi dari sistem saraf simpatik
terletak dalam bronkhi. Ketika reseptor alfaadrenergidirangsang, terjadi
bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor beta adrenergi yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor alfa dan beta adrenergi
dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cHMP).
Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan cHMP, yang mengarah pada
peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan sel maskbronkokonstriksi.
Stimulasi reseptor beta adrenergi mengakibatkan peningkatan tingkat cHMP,
yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan
bronkodilatasi. Teori tang diajukan adalah bahwa pendekatan beta adrenergi
terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap
peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstruksi otot polos.
5. KOMPLIKASI
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka
akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks, yaitu
toraks menbungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks
terlihat diafragma letaknya rendah, gambaran jantung menyempit, corakan
hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi
bentuk dada burung dara dan tampak sulkus Harrison.
Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat
sehingga dapat terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai.
Mediastinum tertarik ke arah atelektasis. Bila atelektasis berlangsung lama
dapat berubah menjadi bronkietasis, dan bila ada infeksi akan terjadi
bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus dan berlangsung
beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang biasa
disebut status asmatikus. Bila tidak ditolong dengan semestinya dapat
menyebabkan kematian, kegagalan pernafasan dan kegagalan jantung.
6. PATHWAYS
MK: Intoleransi aktivitas MK: Gangguan pola tidur MK: Defisit pengetahuan
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Uji faal paru
6
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil
provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan
penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow
meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali
(sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut kemudian
menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.
b. Foto thoraks
Foto thoraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama
kali di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain.
Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan
berupa hiperinflasi dan atelektasis.
c. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung. Bila
tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan uji
tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan alergen.
8. PENATALASANAAN MEDIS
Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma terkontrol
sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi
menjadi 2, yaitu : penatalaksanaan asma jangka panjang dan penatalaksanaan
asma akut/saat serangan.
a. Tatalaksana Asma Jangka Panjang
Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat Asma
(pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat
pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol ditujukan untuk
pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka panjang dan terus
menerus.
b. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa
Tujuan tatalaksana serangan Asma akut:
1) Mengatasi gejala serangan asma
2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan
3) Mencegah terjadinya kekambuhan
4) Mencegah kematian karena serangan asma.
8
beta 2 kerja lama, ditambah 1 antara lain: Teofilin lepas lambat,
Leukotriene, Modifiers, Glukokortikosteroid oral. Untuk alternatif
lainnya Prednisolo/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mg
ditambah agonis bate 2 kerja lama oral, ditambah Teofilin lepas
lambat.
3) Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk
terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan
pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita, realistik/
memungkinkan bagi penderita dengan maksud mengontrol asma.
e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
Pengobatan pada serangan akut antara lain : Nebulisasi agonis beta 2 tiap 4
jam, alternatifnya Agonis beta 2 subcutan, Aminofilin IV, Adrenalin
1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila mungkin Kortikosteroid sistemik.
f. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu:
1) Tindak lanjut (follow-up) teratur
2) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila
diperlukan.
g. Pola hidup sehat
1) Meningkatkan kebugaran fisik
Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun
terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah
execrise, akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan
olahraga. Senam asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk
olahraga yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot
pernapasan khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya.
2) Berhenti atau tidak pernah merokok
3) Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asma.
9. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
9
1) Usia: asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih
sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia
10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
2) Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1
yang kemudian sama pada usia 30 tahun.
3) Tempat tinggal dan jenis pekerjaan: lingkungan kerja
diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15%
klien dengan asma bronkial (Muttaqin, 2012). Kondisi rumah,
pajanan alergen hewan di dalam rumah, pajanan asap rokok
tembakau, kelembapan, dan pemanasan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial adalah
dispneu (bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi.
10
Terjadi penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari
hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah.
2) Eliminasi
Penderita asma dilarang menahan buang air besar dan buang air kecil.
Kebiasaan menahan buang air besar akan menyebabkan feses
menghasilkan radikal bebas yang bersifat meracuni tubuh,
menyebabkan sembelit, dan semakin mempersulit pernafasan.
3) Aktivitas
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas.
4) Istirahat/tidur
Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
5) ADL
Perasaan selalu merasa lesu dan lelah akibat kurangnya pasokan
O2ke seluruh tubuh.
i. Pemeriksaan ekstermitas (atas dan bawah)
Perasaan selalau merasa lesu dan lelah akibat kurangnya pasokan O2
ke seluruh tubuh (Mumpuni & Wulandari, 2013).
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Klien
Keadaan umum pada pasien asma yaitu compos metis, lemah, dan
sesak nafas.
2) Pemeriksaan kepala dan muka
a) Inspeksi : pemerataan rambut, berubah/tidak, simetris, bentuk
wajah.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada oedema. c.
Pemeriksaan telinga
c) Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
d) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
3) Pemeriksaan mata
a) Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, konjungtiva
anemis, reflek cahaya normal.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
4) Pemeriksaan mulut dan farink
11
a) Inspeksi : mukosa bibir lemah, tidak ada lesi disekitar mulut,
biasanya ada kesulitan dalam menelan.
b) Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil
5) Pemeriksaan leher
a) Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
6) Pemeriksaan payudara dan ketiak
a) Inspeksi : ketiak tumbuh rambut/tidak, kebersihan ketiak, ada
lesi/tidak,ada benjolan/tidak.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
7) Pemeriksaan thorak
8) Pemeriksaan paru
a) Inspeksi : batuk produktif/nonproduktif, terdapat sputum yang
kental dan sulit dikeluarkan, dengan menggunakan otot-otot
tambahan, sianosis. Mekanika bernafas,pernafasan cuping hidung,
penggunaan oksigen,dan sulit bicara karena sesak nafas.
b) Palpasi : bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan.
Takikardi akan timbul diawal serangan, kemudian diikuti sianosis
sentral.
c) Perkusi : lapang paru yang hipersonor pada perkusi.
d) Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing)
pada fase respirasi semakin menonjol .
9) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : ictuscordis tidak tampak.
b) Palpasi : ictus cordis terdengar di ICS V mid clavicula kiri.
c) Perkusi : pekak.
d) Auskultasi : BJ 1dan BJ 2 terdengar tunggal, ada suara
tambaha/tidak.
12
a) Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada
oedema.
b) Palpasi : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan.
12) Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas)
a) Inspeksi : otot simetri, tidak ada fraktur.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
13) Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus
a) Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, rambut pubis
merata.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
14) Pemeriksaan Penunjang
a) Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
b) Tes Provokasi Bronkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan Fev
sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung
80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan
penurunan PEFR 105 atau lebih.
c) Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan antibody IgE hipersensitif yang spesifik
dalam tubuh.
15) Pemeriksaan Laboratorium
a) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup): hanya dilakukan pada
serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea,
dan asidosis respiratorik.
b) Sputum: adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan
asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang
menyebabkan trensudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah
sekelompok sel-sel epitelnya dari perlekatannya. Pewarnaan gram
penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian
diikuti kultur dan uji resistensi terhadap antibiotik.
13
c) Sel eosinofil: pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai
3
1000-1500/mm baik asma instrinsik maupun ekstrinsik,
3
sedangkan hitung sel eosinosil normal antara 100-200/mm .
d) Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang lebih
3
dari 15.000/mm terjadi karena adanya infeksi SGOT dan SGPT
meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia dan
hiperkapnea.
e) Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan radiologi pada klien
asma bronkial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses
patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis.
14
10. DIAGNOSA
a. Bersihan Jalan Nafas Tida Efektif
b. Gangguan Pertukaran Gas
c. Pola Nafas Tida Efektif
d. Defisit Nutrisi
e. Risiko Alergi
f. Ansietas
No SDKI SLKI SIKI Rasional
1. Bersihan Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas Latihan Batuk Efektif Latihan Batuk Efektif
11. INTERVENSI
3. Benda asing dalam 6. Sulit bicara cukup Edukasi : Edukasi :
jalan napas
menurun (4) 1. Jelaskan tujuan dan 1. Batuk yang efektif yaitu pada
4. Sekresi yang tertahan prosedur batuk efektif posisi duduk tinggi atau
7. Sianosis cukup menurun
kepala di bawah setelah
5. Proses infeksi 2. Anjurkan tarik napas dalam
(4) perkusi dada
melalui hidung selama 4
6. Respon alergi
8. Gelisah cukup menurun detik, ditahan selama 2 2. Memberikan pasien beberapa
7. Efek agen farmakologis detik, kemudian keluarkan cara untuk mengatasi dan
(4)
(mis. anastesi) dari mulut dengan bibir mengontrol dispnea dan
9. Frekuensi nafas cukup
mencucu (dibulatkan) menurunkan jebakan udara
Situasional : membaik (4)
selama 8 detik 3. Menarik napas dalam- dalam
1. Merokok aktif 10. Pola nafas cukup membaik 3. Anjurkan mengulangi secara teratur dapat
(4) tarik napas dalam hingga meningkatkan dan
2. Merokok pasif
3 kali memperbaiki pengiriman
3. Terpajan polutan
oksigen keseluruh tubuh
4. Anjurkan batuk dengan
Gejala dan Tanda Mayor 4. Mempermudah untuk pasien
kuat langsung setelah
batuk efektif
Subjektif : - Tarik napas dalam yang
Objektif : ketiga
Subjektif :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
1. Asma
1. Dispnea 7. Nafas cuping hidung 8. Monitor nilai AGD 6. Gangguan pertukaran gas
cukup menurun (4) tidak efektif dapat dimanifestasi
Objektif : Terapeutik :
dengan adanya bunyi napas
8. PCO2 cukup membaik
1. PCO2 meningkat / 1. Atur interval pemantauan tambahan
(4) respirasi sesuai kondisi pasien
menurun 7. Untuk mengetahui saturasi
9. PO2 cukup membaik (4) 2. Dokumentasikan hasil oksigen pasien
2. PO2 menurun
pemantauan 8. PaCO2 biasanya meningkat
10. pH arteri cukup
3. Takikardi
membaik (4) Edukasi : dan PO2 secara umum
4. Bunyi nafas tambahan menurun, sehingga hipoksia
11. Sianosis cukup membaik 1. Jelaskan tujuan dan
terjadi dengan derajat lebih
Gejala dan Tanda Minor prosedur pemantauan
(4) kecil atau lebih besar
Subjektif : 2. Informasikan hasil
12. Pola nafas cukup Terapeutik :
pemantauan, jika perlu
1. Pusi membaik (4)
1. Untuk mengetahui
Objektif : 13. Warna kulit cukup interval pemantauan respirasi
1. Diagnosis membaik (4) sesuai kondisi klien
1. Asma
3. Pola Nafas Tidak Efektif Pola Napas Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
1. Penggunaan otot bantu 9. Tekanan inspirasi cukup bronkodilator, ekspektoran, mengetahui bagaimana teknik
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Trauma thoraks
4. Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
mencerna makanan
4. Faktor psikologis (mis.
stress, keengganan
untuk makan) Terapeutik: Terapeutik :
Gejala dan Tanda Mayor 1. Berikan makanan tinggi 1. Makanan yang tinggi serat
serat untuk mencegah dapat mencegah konstipasi
Subjektif : -
konstipasi
Objektif : 2. Makanan berprotein berfungsi
2. Berikan makanan tinggi untuk memperbaiki sel yang
1. Berat badan menurun
kalori dan tinggi protein rusak dan memproduksi sel
minimal 10% di bawah
yang baru
rentang ideal Edukasi :
Edukasi :
Gejala dan Tanda Minor 1. Anjurkan posisi duduk,
1. Dengan posisi duduk dapat
Subjektif : jika mampu
membantu mengatasi kesulitan
1. Nafsu makan menurun Kolaborasi : napas pasien
2. Fibrosis kistik
5. Risiko Alergi (D.0134) Respon Alergi Sistemik Edukasi Alergi Edukasi Alergi
1. Makanan (mis. alpukat, cukup menurun (4) 1. Fasilitasi mengenali penyebab 1. Agar pasien dapat mengenali
pisang, kiwi, kacang, makanan 4. Takikardi cukup alergi penyebab alergi
olahan laut, buah tropis, jamur) menurun (4)
Edukas : Edukasi :
5. Edema paru cukup menurun
2. Terpapar zat alergen (mis. zat
(4) 1. Jelaskan definisi, penyebab, 1. Untuk mengetahui definisi,
kimia, agen farmakologis)
gejala, dan tanda alergi penyebab, gejala, dan tanda alergi
3. Terpapar alergen
2. Jelaskan cara menghindari 2. Agar pasien dapat mengetahui
lingkungan (mis. debu, serbuk
alergei (mis. tidak bagaimana cara menghindari
sari.
menggunkan karpet, alergen
Kondisi Klinis menggunakan masker)
3. Untuk mengantisipasi timbulnya
1. Asma 3. Anjurkan pasien dan keluarga alergi setelah dilakukan
menyediakan obat alergi perawatan
6. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
1. Penyakit kronis
progresif (mis. Kanker ,
penyakit auto imun)
12.
13. SUMBER PUSTAKA
Diagnosa Keperawatan : Definisi Keperawatan 2015-2017. Jakarta: EGC
Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2016). Asuhan keperawatan praktis :
berdasarkan penerapan diagnosa Nanda, Nic, Noc. Yokyakarta : Mediaction
Jogja.
Ikawati Zullies. (2016). Penatalaksanaan Terapi : Penyakit Sistem
Pernafasan. Yogyakarta : Bursa Ilmu
Infodatin. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI. ISSN
2442-7659.
Nurarif. A. H. Dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan
Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta :
MediAction
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2017. KMB 1
Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Jogjakarta : Nuha
Medika
BAB II: TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
a) Nama : Ny. D
b) Umur : 37 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Agama : Islam
e) Suku/Bangsa : WNI
f) Pendidikan : SLTA
g) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h) Alamat : Manggen ¼ rembun nogosari
i) Catatan Masuk:
- Tanggal : 23 April 2021
- Jam : 12.30 WIB
- Dikirim Oleh : IGD
- Diagnose Medis : Asma
b. Indentitas penanggung jawab
a) Nama : Sholikhin
b) Umur : 40 Tahun
c) Alamat : Manggen ¼ rembun nogosari
c. Keluhan utama
Ny. D mengatakan sesak nafas
d. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Simo pada tanggal 23 April 2021 pada jam
12.30 WIB dengan keluhan sesak nafas sudah sejak 3 hari yang lalu dan sudah
di bawa ke Puskesmas. Pasien mengatakan kepala pusing dan lemas. Pasien
mengatakan sesak nafas semakin terasa saat beraktivitas oleh karena itu
aktivitas pasien di bantu oleh keluarga. Pasien mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakitnya dan tidak mengetahui cara untuk mengatasi sesak yang di
rasakan. Hasil pemeriksaan pasien TD: 109/68 mmhg, N: 99x/menit, RR:
30x/menit, S: 36, 3°C dan SPO2: 96%. Pasien di IGD RSUD Simo di berikan
terapi infus RL 20 tpm, Oksigenasi nasal kanul 5 lpm, injeksi
methylprednisolone 125 mg, nebu combivent 2,5 mg, injeksi bactesyn 750
mg. Pasien tampak lemah lalu dipindahkan ke bangsal Cendrawasih pada jam
13.00 WIB.
b) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah di rawat di RS sebelumnya.
c) Riwayat penyakit keluarga
- Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat sakit asma, jantung,
hipertensi dan penyait lainnya.
- Pasien mengatakan keluarga belum pernah mengalami sakit seperti yang
terjadi sekarang.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan tidak mengetahui penyakit yang di derita dan bingung cara
merawat serta mengatasi sesak.
b) Pola nutrisi
- Sebelum sakit: pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan setiap porsi
makanan terdapat kurang lebih 2 centong nasi, sayur, lauk pauk, minum
air putih kurang lebih 1 gelas besar dan selalu habis.
- Setelah sakit: pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan setiap porsi
terdapat bubur kasar, sayur, lauk pauk, buah dan satu gelas kecil air putih.
Pasien hanya makan sekitar setengah porsi saja.
c) Pola eliminasi
- BAB
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan dan Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
f) Pola kognitif
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita.
g) Pola hubungan dan reproduksi
Pasien mengatakan mempunyai suami, 3 orang anak. Pasien mengatakan
memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga yang lain dan apabila
terdapat masalah selalu di selesaikan dengan baik. Pasien mengatakan masih
melakukan hubungan suami istri.
h) Pola konsep diri
Pasien mengatakan meskipun sakit tapi masih semangat untuk sembuh dan
ingin segera pulang ke rumah.
i) Pola koping dan toleransi stress
Pasien mengatakan akan terus berobat sampai sakit yang di derita sembuh dan
tidak patah semangat ataupun menyerah dengan keadaan sekarang. Pasien
mengatakan keluarga menyemangati untuk segera sembuh dan merawat
pasien dengan baik.
j) Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam dan sebelum sakit selalu menjalankan
ibadah tepat waktu, setelah sakit pasien tetap menjalankan ibadah secara tepat
waktu di bantu dengan keluarga.
f. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Tampak lemah dan lemas
b) Kesadaran
Compos Mentis
c) TTV
- TD : 109/68mmhg
- N : 99x/menit
- RR : 30x/menit
- S: 36,3°C.
- SPO2 : 95%
d) BB/TB
- BB : 40 Kg
- TB : 158 cm
k) Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : Ictuscordis nampak tidak kuat angkat
- Palpasi : Ictuscordis teraba tidak kuat angkat
- Perkusi : Batas jantung atas ICS II – III parasternal kiri, batas kanan
ICS ke IV garis parasternal kanan, dan batas kiri di ICS ke IV
midclavicula kiri
- Auskultasi : BJ 1 = BJ 2 yaitu lubdup
l) Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : Tidak ada jejas atau luka, dinding perut simetris, tidak
ada pembengkakan
- Auskultasi : suara peristaltic atau bising usu terdengar 15 x/menit
- Perkusi : terdapat suara timpani
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
m) Pemeriksaan ekstremitas
- Ekstremitas atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak 4 5
Terpasang infus
RL 20 tpm/menit
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT ≤ 3 detik ≤ 3 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Esktremitas bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak 5 5
Akral Hangat Hangat
Edema Ada Tidak ada
CRT ≤ 3 detik ≤ 3 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada
h. Pemeriksaan penunjang
Tanggal: 23-04-2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Metode
Rujukan
HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
Hemoglobin 10.7L 12,8-16,8 g/dl Coloriometric
Leukosit 13.77H 4.5-12.5 10˄3sel/ml Flowcytometry
Trombosit 1622H 150-440 10˄3/ul Impedance
Eritrosit 6.00H 4,00-5,50 10˄6/uL Impedance
Hematokrit 31.3L 38-47 % Autocounter
INDEKS
ERITROSIT
MCV 52.2L 80-97 fl RBC HC
MCH 17.8L 27-31 pg Kalkulasi
MCHC 34.2 32-36 % Kalkulasi
RDW-CV 24.4H 11.6-14.8 %
RDW-SD ----L 35-56 fL
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.0L 1-4 % Flow Cytometry
Basofil 0.1 0-1 % Flow Cytometry
Neutrofil 96.4H 36-66 % Flow Cytometry
Lymfosit% 2.8L 22-40 % Flow Cytometry
Monosit 0.7L 4-8 % Flow Cytometry
Neutrofil# 13.29H 2-7 % Flow Cytometry
Lymfosit# 0.38L 0.8-4 Ribu/µi Flow Cytometry
Monosit# 0.09L 0.12-1.2 Ribu/µi Flow Cytometry
Eosinofil# 0.00L 9.0-17.0 Ribu/µi Flow Cytometry
Basofil# 0.01 6.5-12.00 Ribu/µi Flow Cytometry
i. Program therapy
Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- TTV:
TD : 109/68mmhg
N : 99x/menit
RR : 30x/menit
S: 36,9°C.
SPO2: 95%
3. Jumat DS: Kurang Defisit Pengetahuan
tentang asma
23 April - Ny. D mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit Terpapar
2021 yang diderita informasi
13.00 WIB DO:
- TTV:
TD : 109/68mmhg
N : 99x/menit
RR : 30x/menit
S: 36,9°C.
SPO2: 95%
- Pasien tampak bingung
4. RENCANA KEPERAWATAN
Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
2. DS:
Ny. D mengatakan lemas dan pusing
12.30 2. Melakukan latihan rentang DO:
gerak pasif dan aktif Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. DS:
Ny. D mengatakan lemas
12.45 3. Menganjurkan tirah baring DO:
Ny. D melakukan tirah baring
4. DS:
Ny. D mengatakan sesak nafas
13.00 4. Memberikan obat inhalasi DO:
ventolin 2,5 mg Ny. D terapasang nebulizer
3 Sabtu Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan 1. DS:
24-04-2021 Pengetahua dan kemampuan menerima Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
13.10 n tentang informasi DO:
Wib asma b.d Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Kurang
Terpapar
Informasi
Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien masih tampak lemas
2. DS:
Ny. D mengatakan lemas dan pusing
10.35 2. Melakukan latihan rentang DO:
Wib gerak pasif dan aktif Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. DS:
Ny. D mengatakan lemas
10.50 3. Menganjurkan tirah baring DO:
Wib Ny. D melakukan tirah baring
4. DS:
Ny. D mengatakan sesak nafas
11.00 4. Memberikan obat inhalasi DO:
Wib ventolin 2,5 mg Ny. D terapasang nebulizer
Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien masih tampak lemas
2. DS:
Ny. D mengatakan lemas
Wib gerak pasif dan aktif Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. DS:
Ny. D mengatakan sedikit lemas
DO:
09.50 3. Menganjurkan tirah baring Ny. D melakukan tirah baring
Wib
4. DS:
Ny. D mengatakan sesak nafas berkurang saat ativitas
4. Memberikan obat inhalasi DO:
10.00 ventolin 2,5 mg Ny. D terapasang nebulizer
Wib
6. EVALUASI FORMATIF
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya retensi sputum
2. Latihan batuk efektif
3. Edukasi fisioterapi dada
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat inhalasi: ventolin
2,5 mg
2. Sabtu Intoleransi Aktivitas S:
24-04-2021 b.d - Ny. D mengatakan sesak nafas ketika beraktivitas
13.00 Ketidakseimbangan - Ny. D mengatakan lemas dan pusing
Wib antara suplai dan
kebutuhan oksigen DO:
- Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Ny. D melakukan tirah baring
- Ny. D terapasang nebulizer
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
2. Laukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. Anjurkan tirah baring
4. Pemberian obat inhalasi ventolin 2,5 mg
3 Sabtu Defisit Pengetahuan S:
24-04-2021 tentang asma b.d Ny. D mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang
13.45 Kurang Terpapar di derita
Wib Informasi Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
Ny. D mengatakan masih bingung
O:
Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Ny. D bersedia diberikan materi dan media
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik
Ny. D tampak gelisah
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan tentang penyakit
asma
3. Jelaskan pengertian penyakit asma, penyebab dan cara
pengobatannya
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
O:
- RR: 26x/menit
- Terdapat batuk produktif dan terdapat sputum yang kental
dan sulit dikeluarkan
- Menggunakan otot-otot tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Penggunaan oksigen 5 lpm
- Sulit bicara karena sesak nafas.
- Suara mengi (wheezing)
- Ny. D melakukan batuk efektif yang diajarkan
- Ny. D tidak paham cara melakukan fisioterapi dada
- Ny. D terpasang alat nebulizer
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya retensi sputum
2. Latihan batuk efektif
3. Edukasi fisioterapi dada
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat inhalasi: ventolin
2,5 mg
Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Ny. D melakukan tirah baring
- Ny. D terapasang nebulizer
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
2. Laukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. Anjurkan tirah baring
4. Pemberian obat inhalasi ventolin 2,5 mg
6 Minggu Defisit Pengetahuan S:
25-11-2020 tentang asma b.d Ny. D mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang
Kurang Terpapar di derita
Informasi Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
Ny. D mengatakan masih bingung
O:
Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Ny. D bersedia diberikan materi dan media
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik
Ny. D tampak gelisah
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan tentang penyakit
asma
3. Jelaskan pengertian penyakit asma, penyebab dan cara
pengobatannya
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya retensi sputum
2. Latihan batuk efektif
3. Edukasi fisioterapi dada
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat inhalasi: ventolin
2,5 mg
Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Ny. D melakukan tirah baring
- Ny. D terapasang nebulizer
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
2. Laukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. Anjurkan tirah baring
4. Pemberian obat inhalasi ventolin 2,5 mg
9 Senin Defisit Pengetahuan S:
26-04-2021 tentang asma b.d Ny. D mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang
13.45 Kurang Terpapar di derita
wib Informasi Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
Ny. D mengatakan tidak bingung
O:
Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Ny. D bersedia diberikan materi dan media
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik
Ny. D tampak tenang
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan tentang penyakit
asma
3. Jelaskan pengertian penyakit asma, penyebab dan cara
pengobatannya
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
7. EVALUASI SUMATIF
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya retensi sputum
2. Latihan batuk efektif
3. Edukasi fisioterapi dada
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat inhalasi: ventolin
2,5 mg
Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Ny. D melakukan tirah baring
- Ny. D terapasang nebulizer
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
2. Laukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. Anjurkan tirah baring
4. Pemberian obat inhalasi ventolin 2,5 mg
3 Senin Defisit Pengetahuan S:
26-04- tentang asma b.d Ny. D mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang
2021 Kurang Terpapar di derita
13.45 Informasi Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
Wib Ny. D mengatakan tidak bingung
O:
Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Ny. D bersedia diberikan materi dan media
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik
Ny. D tampak tenang
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan tentang penyakit
asma
3. Jelaskan pengertian penyakit asma, penyebab dan cara
pengobatannya
4. Berikan kesempatan untuk bertanya