Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN ASMA

Disusun Oleh:

Eva Rosita, S.Kep

202014048

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2020/2021

1
BAB I: TINJAUAN TEORI (LAPORAN PENDAHULUAN)

1. DEFINISI
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang
dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan
saluran pernapasan. (Infodatin, 2017).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang
mengalami asma. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat peka
terhadap rangsangan tertentu, sehingga apabila terangsang oleh faktor risiko
tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena
konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang. Dari
proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi (Amin &
Hardi, 2016).

2. ETIOLOGI
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkaan faktor autonom,
imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat
pada berbagai individu. Pengendalian diameter jalan napas dapat
dipandang sebagai suatu keseimbangan gaya neural dan humoral. Aktivitas
bronkokonstriktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik sistem saraf
otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan napas, disebut reseptor batu
atau iritan, tergantung pada lokasinya, mencetuskan refleks arkus cabang
aferens, yang pada ujung eferens merangsang kontraksi otot polos bronkus.
a. Faktor imunologis
Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik,
eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti
debu rumah, tepungsari, dan ketombe. Bentuk asma adanya instrinsik dan
ekstrinsik. Perbedaan intrinsik dan ekstrinsik mungkun pada hal buatan
(artifisial), karena dasar imun pada jejas mukosa akibat mediator pada
kedua kelompok tersebut. Asma ekstrinsikmungkin dihubungkan dengan
lebih mudahnya mengenali rangsangan pelepasan mediator daripada
asma instrinsik.

2
b. Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan
menstruasi, terutama premenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita
menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas.
c. Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan dewasa
yang berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan” emosional atau sifat-
sifat perilaku yang dijumpai pad anak asma tidak lebih sering
daripada anak dengan penyakit cacat kronis yang lain (Nelson, 2013).

3. MANISFESTASI KLINIS
Zullies (2016) menyebutkan beberap tanda dan gejala pada penderita asma
dibagi menjadi 2, yakni :
a. Stadium dini :
a) Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
3) Wheezing belum ada
4) Belum ada kelainana bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
6) Blood gas analysis (BGA) belum patologis
b) Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest

3
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan
dan kiri
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik
11) Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/ tanpa stetoskop,
batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti
tertekan, ekspirasi memanjang.

4. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas difusrefersibel. Obstruksi disebabkan
oleh satu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang
menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi
bronkhi, atau pengisian bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu,
otot-otot bronkhi dan kelenjar mukosa membengkak, sputum yang kental,
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap didalam jaringan paru. Mekanisme yamg pasti dari perubahan
ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan
sistem imonologis dan sistem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mask (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan
prostagladinsetta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS- A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan
kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran
mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkhial diatur
oleh impuls saraf pagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau
nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti
infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang
dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang

4
dibahas diatas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor alfa dan beta adrenergi dari sistem saraf simpatik
terletak dalam bronkhi. Ketika reseptor alfaadrenergidirangsang, terjadi
bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor beta adrenergi yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor alfa dan beta adrenergi
dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cHMP).
Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan cHMP, yang mengarah pada
peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan sel maskbronkokonstriksi.
Stimulasi reseptor beta adrenergi mengakibatkan peningkatan tingkat cHMP,
yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan
bronkodilatasi. Teori tang diajukan adalah bahwa pendekatan beta adrenergi
terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap
peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstruksi otot polos.

5. KOMPLIKASI
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka
akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks, yaitu
toraks menbungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks
terlihat diafragma letaknya rendah, gambaran jantung menyempit, corakan
hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi
bentuk dada burung dara dan tampak sulkus Harrison.
Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat
sehingga dapat terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai.
Mediastinum tertarik ke arah atelektasis. Bila atelektasis berlangsung lama
dapat berubah menjadi bronkietasis, dan bila ada infeksi akan terjadi
bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus dan berlangsung
beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang biasa
disebut status asmatikus. Bila tidak ditolong dengan semestinya dapat
menyebabkan kematian, kegagalan pernafasan dan kegagalan jantung.

6. PATHWAYS

Faktor Pencetus Serangan


5
Faktor Ekstrinsik Campuran Faktor Intrinsik

Inhalasi alergen (debu, Polusi udara: CO, asap rokok parfume


serbuk-serbuk dan bulu Emosional: takut, cemas, stres
binatang) Fisik: cuaca dingin perubahan temperature
Infeksi: parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
Iritan: kimia
Aktifitas yang berlebihan

Reaksi antigen & antibodi

Antigen merangsang IgE di sel mast, makaterjadi


reaksi antigen-antibody

Proses pelepasan produk-produk selmast (mediator


kimiawi): Histamin,Bradikinin, prostaglandin,
anafilaksis

Mempengaruhi otot polos dan kelenjar pada jalan


nafas

Edema dinding bronkiolus Kontraksi otot polos Pe↑ produksi mukus

Obstruksi saluran nafas Spasme otot bronkus Pe↑ sekresi mukus


(Bronkospasme)

MK: Pola nafas tidak


Dispnea Rangsangan batuk
efektif

Kelelahan otot intercostae Asma MK: Bersihan jalan


nafas tidak efektif

Tubuh lemah Muncul pada malam hari Kurang pajanan informasi

MK: Intoleransi aktivitas MK: Gangguan pola tidur MK: Defisit pengetahuan

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Uji faal paru

6
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil
provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan
penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow
meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali
(sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut kemudian
menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.
b. Foto thoraks
Foto thoraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama
kali di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain.
Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan
berupa hiperinflasi dan atelektasis.
c. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung. Bila
tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan uji
tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan alergen.

8. PENATALASANAAN MEDIS
Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma terkontrol
sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi
menjadi 2, yaitu : penatalaksanaan asma jangka panjang dan penatalaksanaan
asma akut/saat serangan.
a. Tatalaksana Asma Jangka Panjang
Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat Asma
(pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat
pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol ditujukan untuk
pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka panjang dan terus
menerus.
b. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa
Tujuan tatalaksana serangan Asma akut:
1) Mengatasi gejala serangan asma
2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan
3) Mencegah terjadinya kekambuhan
4) Mencegah kematian karena serangan asma.

Menurut Kusuma (2016), ada program penatalaksanaan asma meliputi 7


komponen, yaitu :
7
a. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi
tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain
yang membutuhkan energi pemegang keputusan, pembuat perencanaan
bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh
penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal
tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain :
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan
perubahan terapi
2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami
perubahan pada asmanya
3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut
sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan:
1) Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
2) Tahapan pengobatan
a) Asma Intermiten, medikasi pengontrol harian tidak perlu
sedangakan alternatif lainnya tidak ada.
b) Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian diberikan
Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati atau
ekivalennya), untuk alternatif diberikan Teofilin lepas lambat,
kromolin dan leukotriene modifiers.
c) Asma Persisten Sedang, medikasi pengontrol harian diberikan
Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-800 ug BD/hari atau
ekivalennya), untuk alternatifnya diberikan glukokortikosteroid
ihalasi (400-800 ug Bd atau ekivalennya) ditambah Teofilin
dan di tambah agonis beta 2 kerja lama oral, atau Teofilin lepas
lambat.
d) Asma Persisten Berat, medikasi pengontrol harian diberikan ihalasi
glukokortikosteroid (> 800 ug Bd atau ekivalennya) dan agonis

8
beta 2 kerja lama, ditambah 1 antara lain: Teofilin lepas lambat,
Leukotriene, Modifiers, Glukokortikosteroid oral. Untuk alternatif
lainnya Prednisolo/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mg
ditambah agonis bate 2 kerja lama oral, ditambah Teofilin lepas
lambat.
3) Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk
terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan
pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita, realistik/
memungkinkan bagi penderita dengan maksud mengontrol asma.
e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
Pengobatan pada serangan akut antara lain : Nebulisasi agonis beta 2 tiap 4
jam, alternatifnya Agonis beta 2 subcutan, Aminofilin IV, Adrenalin
1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila mungkin Kortikosteroid sistemik.
f. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu:
1) Tindak lanjut (follow-up) teratur
2) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila
diperlukan.
g. Pola hidup sehat
1) Meningkatkan kebugaran fisik
Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun
terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah
execrise, akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan
olahraga. Senam asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk
olahraga yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot
pernapasan khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya.
2) Berhenti atau tidak pernah merokok
3) Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asma.

9. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien

9
1) Usia: asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih
sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia
10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
2) Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1
yang kemudian sama pada usia 30 tahun.
3) Tempat tinggal dan jenis pekerjaan: lingkungan kerja
diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15%
klien dengan asma bronkial (Muttaqin, 2012). Kondisi rumah,
pajanan alergen hewan di dalam rumah, pajanan asap rokok
tembakau, kelembapan, dan pemanasan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial adalah
dispneu (bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit sekarang yang biasa timbul pada pasien asma yaitu
pasien mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pasien yang sudah
menderita penyakit asma, bahkan keluarga yang sudah menderita penyakit
asma/faktor genetik.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Terdapat data yang menyertakan adanya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran nafas bagian bawah.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat
penyait keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan
penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
f. Pola Hidup
Perempuan lebih rentan terhadap laki-laki. Risiko akan bertam- bah
pada perempuan yang merokok atau tinggal pada daerah yang padat
polusi dan tercemar.
g. Faktor Sosial Ekonomi
Pengkajian terhadap faktor-faktor sosial/ekonomi yang berdampak pada
kesehatan.
h. Pola Fungsi Kesehatan
1) Nutrisi

10
Terjadi penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari
hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah.
2) Eliminasi
Penderita asma dilarang menahan buang air besar dan buang air kecil.
Kebiasaan menahan buang air besar akan menyebabkan feses
menghasilkan radikal bebas yang bersifat meracuni tubuh,
menyebabkan sembelit, dan semakin mempersulit pernafasan.
3) Aktivitas
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas.
4) Istirahat/tidur
Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
5) ADL
Perasaan selalu merasa lesu dan lelah akibat kurangnya pasokan
O2ke seluruh tubuh.
i. Pemeriksaan ekstermitas (atas dan bawah)
Perasaan selalau merasa lesu dan lelah akibat kurangnya pasokan O2
ke seluruh tubuh (Mumpuni & Wulandari, 2013).
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Klien
Keadaan umum pada pasien asma yaitu compos metis, lemah, dan
sesak nafas.
2) Pemeriksaan kepala dan muka
a) Inspeksi : pemerataan rambut, berubah/tidak, simetris, bentuk
wajah.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada oedema. c.
Pemeriksaan telinga
c) Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
d) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

3) Pemeriksaan mata
a) Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, konjungtiva
anemis, reflek cahaya normal.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
4) Pemeriksaan mulut dan farink
11
a) Inspeksi : mukosa bibir lemah, tidak ada lesi disekitar mulut,
biasanya ada kesulitan dalam menelan.
b) Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil
5) Pemeriksaan leher
a) Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
6) Pemeriksaan payudara dan ketiak
a) Inspeksi : ketiak tumbuh rambut/tidak, kebersihan ketiak, ada
lesi/tidak,ada benjolan/tidak.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
7) Pemeriksaan thorak
8) Pemeriksaan paru
a) Inspeksi : batuk produktif/nonproduktif, terdapat sputum yang
kental dan sulit dikeluarkan, dengan menggunakan otot-otot
tambahan, sianosis. Mekanika bernafas,pernafasan cuping hidung,
penggunaan oksigen,dan sulit bicara karena sesak nafas.
b) Palpasi : bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan.
Takikardi akan timbul diawal serangan, kemudian diikuti sianosis
sentral.
c) Perkusi : lapang paru yang hipersonor pada perkusi.
d) Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing)
pada fase respirasi semakin menonjol .
9) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : ictuscordis tidak tampak.
b) Palpasi : ictus cordis terdengar di ICS V mid clavicula kiri.
c) Perkusi : pekak.
d) Auskultasi : BJ 1dan BJ 2 terdengar tunggal, ada suara
tambaha/tidak.

10) Pemeriksaan abdomen


a) Inspeksi : bentuk tidak simetris.
b) Auskultasi : bising usus normal (5-30x/menit).
c) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
d) Perkusi : tympani.
11) Pemeriksaan integumen

12
a) Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada
oedema.
b) Palpasi : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan.
12) Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas)
a) Inspeksi : otot simetri, tidak ada fraktur.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
13) Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus
a) Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, rambut pubis
merata.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
14) Pemeriksaan Penunjang
a) Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
b) Tes Provokasi Bronkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan Fev
sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung
80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan
penurunan PEFR 105 atau lebih.
c) Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan antibody IgE hipersensitif yang spesifik
dalam tubuh.
15) Pemeriksaan Laboratorium
a) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup): hanya dilakukan pada
serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea,
dan asidosis respiratorik.
b) Sputum: adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan
asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang
menyebabkan trensudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah
sekelompok sel-sel epitelnya dari perlekatannya. Pewarnaan gram
penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian
diikuti kultur dan uji resistensi terhadap antibiotik.

13
c) Sel eosinofil: pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai
3
1000-1500/mm baik asma instrinsik maupun ekstrinsik,
3
sedangkan hitung sel eosinosil normal antara 100-200/mm .
d) Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang lebih
3
dari 15.000/mm terjadi karena adanya infeksi SGOT dan SGPT
meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia dan
hiperkapnea.
e) Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan radiologi pada klien
asma bronkial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses
patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis.

14
10. DIAGNOSA
a. Bersihan Jalan Nafas Tida Efektif
b. Gangguan Pertukaran Gas
c. Pola Nafas Tida Efektif
d. Defisit Nutrisi
e. Risiko Alergi
f. Ansietas
No SDKI SLKI SIKI Rasional

1. Bersihan Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas Latihan Batuk Efektif Latihan Batuk Efektif

Tidak Efektif (D.0001) Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :


Kategori : Fisiologi keperawatan selama 3x24 jam
1. Identifikasi kemampuan 1. Untuk mengetahui kemampuan
Subkategori : Respirasi maka bersihan jalan nafas
batuk batuk pasien
meningkat. Dengan kriteria hasil :
Definisi : Ketidakmampuan
2. Monitor adanya retensi 2. Untuk mengetahui adanya
membersihkan secret atau 1. Batuk efektif cukup
sputum retensi sputum
obstruksi jalan nafas untuk meningkat (4)
3. Monitor tanda dan gejala 3. Untuk mengetahui tanda dan
mempertahankan jalan nafas 2. Produksi sputum cukup
infeksi saluran napas gejala infeksi saluran napas
tetap paten. menurun (4)
3. Mengi cukup menurun (4) Terapeutik : Terapeutik :
Penyebab :
4. Dispnea cukup menurun (4) 1. Atur posisi semi-Fowler atau 1. Posisi semi-fowler akan
Fisiologis:
Fowler mempermudah pasien untuk
5. Ortopnea cukup menurun (4)
1. Spasme jalan napas bernapas
2. Buang sekret pada
2. Hipersekresi jalan nafas tempat sputum 2. Untuk mengetahui bagaimana
cara pembuangan sputum pada
tempatnya

11. INTERVENSI
3. Benda asing dalam 6. Sulit bicara cukup Edukasi : Edukasi :
jalan napas
menurun (4) 1. Jelaskan tujuan dan 1. Batuk yang efektif yaitu pada
4. Sekresi yang tertahan prosedur batuk efektif posisi duduk tinggi atau
7. Sianosis cukup menurun
kepala di bawah setelah
5. Proses infeksi 2. Anjurkan tarik napas dalam
(4) perkusi dada
melalui hidung selama 4
6. Respon alergi
8. Gelisah cukup menurun detik, ditahan selama 2 2. Memberikan pasien beberapa
7. Efek agen farmakologis detik, kemudian keluarkan cara untuk mengatasi dan
(4)
(mis. anastesi) dari mulut dengan bibir mengontrol dispnea dan
9. Frekuensi nafas cukup
mencucu (dibulatkan) menurunkan jebakan udara
Situasional : membaik (4)
selama 8 detik 3. Menarik napas dalam- dalam
1. Merokok aktif 10. Pola nafas cukup membaik 3. Anjurkan mengulangi secara teratur dapat
(4) tarik napas dalam hingga meningkatkan dan
2. Merokok pasif
3 kali memperbaiki pengiriman
3. Terpajan polutan
oksigen keseluruh tubuh
4. Anjurkan batuk dengan
Gejala dan Tanda Mayor 4. Mempermudah untuk pasien
kuat langsung setelah
batuk efektif
Subjektif : - Tarik napas dalam yang
Objektif : ketiga

1. Batuk tidak efektif atau


tidak mampu batuk
2. Sputum berlebih / obstruksi
di jalan napas (pada neonatus)
3. Mengi, wheezing dan /

atau ronkhi kering

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1. Dispnea

2. Sulit bicara

3. Ortopnea

Objektif :

1. Gelisah

2. Sianosis

3. Bunyi napas menurun

4. Frekuensi napas berubah

5. Pola napas berubah


Kondisi Klinis Terkait

1. Asma

2. Gangguan Pertukaran Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi

Gas (D.0003) Ketegori : Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :


Fisiologis Subkategori : keperawatan selama 3x24 jam
1. Monitor frekuensi, irama 1. Untuk mengetahui frekuensi,
Respirasi maka gangguan pertukaran gas
kedalaman dan upaya napas irama kedalaman dan upaya
meningkat. Dengan kriteria hasil :
Definisi : napas
2. Monitor pola napas (seperti
1. Dispnea cukup menurun
Kelebihan atau kekuranan bradipnea, takipnea, 2. Untuk mengetahui pola
oksigenasi dan / atau eliminasi (4) hiperfentilasi, kussmaul, napas (seperti bradipnea,
karbondioksida pada alveolus – cheyne- stokes, biot, ataksik) takipnea, hiperfentilasi,
2. Bunyi nafas tambahan
kapiler. 3. Monitor kemampuan batuk kussmaul, cheyne-stokes, biot,
cukup menurun (4)
efektif ataksik)
Penyebab :
3. Takikardi cukup menurun 4. Monitor adanya produksi 3. Untuk mengetahui kemampuan
1. Ketidakseimbangan (4) sputum batuk efektif pasien
ventilasi kurang perfusi. 4. Penglihatan kabur cukup 5. Monitor adanya sumbatan 4. Untuk mengetahui adanya
menurun (4) jalan napas produksi sputum pasien
2. Perubahan membran
5. Diaphoresis cukup menurun 5. Untuk mengetahui adanya
alveolus - kapiler
(4)
Gejala dan Tanda Mayor 6. Gelisah cukup menurun 6. Auskultasi bunyi napas sumbatan jalan napas pada

Subjektif : (4) 7. Monitor saturasi oksigen pasien

1. Dispnea 7. Nafas cuping hidung 8. Monitor nilai AGD 6. Gangguan pertukaran gas
cukup menurun (4) tidak efektif dapat dimanifestasi
Objektif : Terapeutik :
dengan adanya bunyi napas
8. PCO2 cukup membaik
1. PCO2 meningkat / 1. Atur interval pemantauan tambahan
(4) respirasi sesuai kondisi pasien
menurun 7. Untuk mengetahui saturasi
9. PO2 cukup membaik (4) 2. Dokumentasikan hasil oksigen pasien
2. PO2 menurun
pemantauan 8. PaCO2 biasanya meningkat
10. pH arteri cukup
3. Takikardi
membaik (4) Edukasi : dan PO2 secara umum
4. Bunyi nafas tambahan menurun, sehingga hipoksia
11. Sianosis cukup membaik 1. Jelaskan tujuan dan
terjadi dengan derajat lebih
Gejala dan Tanda Minor prosedur pemantauan
(4) kecil atau lebih besar
Subjektif : 2. Informasikan hasil
12. Pola nafas cukup Terapeutik :
pemantauan, jika perlu
1. Pusi membaik (4)
1. Untuk mengetahui
Objektif : 13. Warna kulit cukup interval pemantauan respirasi
1. Diagnosis membaik (4) sesuai kondisi klien

2. Gelisah 2. Dokumentasi sangat diperlukan


setelah melakukan tindakan
3. Pola nafas abnormal
(cepat / lambat, regular Edukasi :

/ irregular, dalam / 1. Agar pasien mengetahu


tujuan dan prosedur pemantaua
dangkal)
yang dilakukan perawat
4. Warna kulit abnormal
2. Agar pasien mengetahu
(mis. pucat, kebiruan) informasi hasil pemantauan yan

5. Kesadaran menurun telah dilakukan pasien

Kondisi Klinis Terkait

1. Asma
3. Pola Nafas Tidak Efektif Pola Napas Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas

(D.0005) Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :


keperawatan selama 3x24 jam
Kategori : Fisiologi 1. Monitor pola napas 1. Berguna dalam evaluas
maka pola nafas tidak efektif
usaha napas) derajat diststres pernapasan
Definisi : membaik. Dengan kriteria 2. Monitor bunyi napas dan / kronisnya proses
tambahan (mis. gurgling,
Inspirasi dan / atau ekspirasi hasil : penyakit
mengi, wheezing, ronkhi
yang tidak memberikan ventilasi
1. Dispnea cukup menurun kering) 2. Berapa derajat spasme
adekuat.
bronkus terjadi dengan
(4) 3. Monitor sputum (jumlah,
Penyebab : obstruksi jalan napas dan
2. Penggunaan otot bantu warna, aroma)
dapat/tidak
1. Hambatan upaya napas
napas cukup menurun (4) Terapeutik :
(mis. nyeri saat dimanifestasikan adanya
bernapas, kelemahan otot 3. Pemanjangan fase ekspirasi 1. Lakukan penghisapan bunyi napas tambahan.
pernapasan) cukup menurun (4) lendir kurang dari 15 3. Untuk mengetahui jumlah,
4. Ortopnea cukup menurun (4) detik warna, dan aroma sputum
2. Penurunan energi
5. Pernapasan cuping hidung
2. Berikan oksigen, jika Terapeutik :
3. Obesitas cukup menurun (4)
perlu
6. Frekuensi napas cukup 1. Untuk mempertahankan
4. Kecemasan
membaik (4) Edukasi : jalan napas
Gejala dan Tanda Mayor 7. Ventilasi semenit cukup
1. Ajarkan teknik batuk 2. Agar kadar oksigen pasien
Subjektif : membaik (4)
efektif terpenuhi

1. Dispnea 8. Tekanan ekspirasi cukup


Kolaborasi : Edukasi :

Objektif : membaik (4)


1. Kolaborasi pemberian 1. Agar pasien bisa

1. Penggunaan otot bantu 9. Tekanan inspirasi cukup bronkodilator, ekspektoran, mengetahui bagaimana teknik

pernapasan membaik (4) mukolitik, jika perlu batuk efektif

2. Fase ekspirasi Kolaborasi :

memanjang 1. Merilekskan otot halus dan


menurunkan kongesti lokal,
3. Pola napas abnormal
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1. Ortopnea

Objektif :

1. Pernapasan cuping hidung

2. Ventilasi semenit menurun


3. Tekanan ekspirasi menurun
4. Tekanan inspirasi menurun
Kondisi Klinis Terkait

1. Trauma thoraks
4. Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi

Kategori : Fisiologi Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :


Subkategori : Nutrisi dan keperawatan selama 3x24 jam
1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui status
Cairan maka defisit nutrisi membaik.
nutrisi pasien
Dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan
Definisi :
intoleran makanan 2. Untuk mengetahui alergi
1. Porsi makanan yang
Asupan nutrisi tidak cukup dan intoleran makanan pasien
dihabiskan cukup 3. Identifikasi makanan
untuk memenuhi kebutuhan 3. Untuk mengetahui makanan
meningkat (4) yang disukai
metabolisme. yang disukai pasien
2. Kekuatan otot 4. Identifikasi kebutukan
4. Untuk mengetahui kebutuhan
Penyebab : pengunyak cukup kalori dan jenis nutrien
kalori dan jenis nutrien pasien
meningkat (4) 5. Monitor asupan makanan
1. Kurangnya asupan 5. Untuk mengetahui asupan
makanan 3. Kekuatan otot menelan 6. Monitor hasil pemeriksaan makanan pasien
cukup meningkat (4) Laboratorium
2. Ketidakmampuan 6. Untuk mengetahui hasil
4. Nafsu makan cukup
menelan makanan pemeriksaan laboratorium
membaik (4)
3. Ketidakmampuan pasien

mencerna makanan
4. Faktor psikologis (mis.
stress, keengganan
untuk makan) Terapeutik: Terapeutik :

Gejala dan Tanda Mayor 1. Berikan makanan tinggi 1. Makanan yang tinggi serat
serat untuk mencegah dapat mencegah konstipasi
Subjektif : -
konstipasi
Objektif : 2. Makanan berprotein berfungsi
2. Berikan makanan tinggi untuk memperbaiki sel yang
1. Berat badan menurun
kalori dan tinggi protein rusak dan memproduksi sel
minimal 10% di bawah
yang baru
rentang ideal Edukasi :
Edukasi :
Gejala dan Tanda Minor 1. Anjurkan posisi duduk,
1. Dengan posisi duduk dapat
Subjektif : jika mampu
membantu mengatasi kesulitan
1. Nafsu makan menurun Kolaborasi : napas pasien

Objektif : 1. Kolaborasi dengan


ahli Kolaborasi :
gizi untuk menentukan
1. Otot pengunyah lemah 1. Metode makan
jumlah kalori dan jenis
2. Otot menelan lemah dan kebutuhan kalori
nutrien yang dibutuhkan,
didasarkan pada situasi /
3. Membran mukosa pucat jika perlu
kebutuhan individu untuk
Kondisi Klinis Terkait :. memberikan nutrisi maksimal
dengan upaya minimal pasien
1. Infeksi

2. Fibrosis kistik
5. Risiko Alergi (D.0134) Respon Alergi Sistemik Edukasi Alergi Edukasi Alergi

Kategori : Lingkungan Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :


Subkategori : Keamanan dan keperawatan selama 3x24 jam
1. Identifikasi kemampuan 1. Untuk mengetahui sejauh mana
Proteksi maka risiko alergi menurun.
pasien dan keluarga menerima kemampuan pasien dan keluarga
Dengan kriteria hasil :
Definisi : informasi dalam menerima informasi
1. Dispnea cukup
Berisiko mengalami stimulasi 2. Monitor pemahaman 2. Untuk mengetahui sejauh mana
menurun (4)
respon imunitas yang berlebihan pasien dan keluarga tentang pemahaman pasien dan keluarga
2. Wheezing cukup
akibat terpapar alergen. alergi tentang alergi
menurun (4)
Faktor Risiko : 3. Bunyi napas tambahan Terapeutik : Terapeutik :

1. Makanan (mis. alpukat, cukup menurun (4) 1. Fasilitasi mengenali penyebab 1. Agar pasien dapat mengenali
pisang, kiwi, kacang, makanan 4. Takikardi cukup alergi penyebab alergi
olahan laut, buah tropis, jamur) menurun (4)
Edukas : Edukasi :
5. Edema paru cukup menurun
2. Terpapar zat alergen (mis. zat
(4) 1. Jelaskan definisi, penyebab, 1. Untuk mengetahui definisi,
kimia, agen farmakologis)
gejala, dan tanda alergi penyebab, gejala, dan tanda alergi
3. Terpapar alergen
2. Jelaskan cara menghindari 2. Agar pasien dapat mengetahui
lingkungan (mis. debu, serbuk
alergei (mis. tidak bagaimana cara menghindari
sari.
menggunkan karpet, alergen
Kondisi Klinis menggunakan masker)
3. Untuk mengantisipasi timbulnya
1. Asma 3. Anjurkan pasien dan keluarga alergi setelah dilakukan
menyediakan obat alergi perawatan
6. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas

Kategori : Psikologis Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :


keperawatan selama 3x24 jam
Subkategori : Integritas Ego 1. Identifikasi saat tingkat 1. Untuk mengetahui pemicu
maka ansietas menurun. Dengan
ansietas beruah (mis. ansietas itu sendiri
Definisi : kriteria hasil :
kondisi, waktu, stressor)
2. Untuk mengetahui sejauh
Kondisi emosi dan pengalaman 1. Verbalisasi khawatir akibat
2. Identifikasi kemampuan mana kemampuan pasien untuk
subjektif individu terhadap kondisi yang dihadapi cukup
mengambil keputusan dapat mengambil
objek yang tidak jelas dan menurun (4)
spesifik akibat antisipasi 3. Monitor tanda-tanda keputusan
2. Perilaku gelisah cukup
bahaya yang memungkinkan ansietas (verbal dan
menurun (4) 3. Untuk dapat mengetahui
individu melakukan tindakan nonverbal)
tanda-tanda ansietas
untuk menghadapi ancaman. 3. Perilaku tegang cukup
Terapeutik :
menurun (4) Terapeutik :
Penyebab :
4. Keluhan pusing cukup 1. Temani pasien untuk
1. Agar kecemasan pasien
1. Kebutuhan tidak terpenuhi menurun (4) mengurangi kecemasan,
tidak bertambah
jika memungkinkan
2. Ancaman terhadap 5. Pucat cukup menurun (4)
2. Situasi yang dapat
kematian 6. Konsentrasi cukup membaik 2. Pahami situasi yang
membuat ansietas seperti pasien
(4) membuat ansietas
Gejala dan Tanda Mayor sering memikirkan tentang
3. Gunakan pendekatan
7. Pola tidur cukup membaik penyakitnya
Subjektif : yang tenang dan
(4) 3.
1. Merasa khawatir dengan meyakinkan
8. Frekuensi pernapasan cukup
akibat dari 4. Mengidentifikasi situasi
membaik (4)
yang memicu kecemasan
2. Sulit berkonsentrasi 9. Frekuensi nadi cukup
Edukasi :
membaik (4)
Objektif : 1. Jelaskan prosedur termasuk
10. Tekanan darah cukup
3. Sulit tidur 11. Kontak mata 2. Informasikan
cukup membaik (4) secara faktual
Gejala dan Tanda Minor :
mengenai diagnosis,
Subjektif : pengobatan dan

1. Mengeluh pusing prognosis

2. Merasa tidak berdaya 3. Anjurkan


keluarga untuk tetap
Objektif :
bersama pasien, jika
1. Frekuensi nafas perlu
meningkat
4. Latih kegiatan pengalihan
2. Frekuensi nadi untuk mengurangi
meningkat ketegangan
3. Tekanan darah
5. Latih teknik relaksasi
meningkat
4. Muka tampak pucat Kolaborasi :

5. Kontak mata buruk. 1. Kolaborasi pemberian


obat ansietas, jika perlu
Kondisi Klinis Terkait :

1. Penyakit kronis
progresif (mis. Kanker ,
penyakit auto imun)
12.
13. SUMBER PUSTAKA
Diagnosa Keperawatan : Definisi Keperawatan 2015-2017. Jakarta: EGC
Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2016). Asuhan keperawatan praktis :
berdasarkan penerapan diagnosa Nanda, Nic, Noc. Yokyakarta : Mediaction
Jogja.
Ikawati Zullies. (2016). Penatalaksanaan Terapi : Penyakit Sistem
Pernafasan. Yogyakarta : Bursa Ilmu
Infodatin. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI. ISSN
2442-7659.
Nurarif. A. H. Dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan
Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta :
MediAction
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2017. KMB 1
Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Jogjakarta : Nuha
Medika
BAB II: TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
a) Nama : Ny. D
b) Umur : 37 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Agama : Islam
e) Suku/Bangsa : WNI
f) Pendidikan : SLTA
g) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h) Alamat : Manggen ¼ rembun nogosari
i) Catatan Masuk:
- Tanggal : 23 April 2021
- Jam : 12.30 WIB
- Dikirim Oleh : IGD
- Diagnose Medis : Asma
b. Indentitas penanggung jawab
a) Nama : Sholikhin
b) Umur : 40 Tahun
c) Alamat : Manggen ¼ rembun nogosari
c. Keluhan utama
Ny. D mengatakan sesak nafas
d. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Simo pada tanggal 23 April 2021 pada jam
12.30 WIB dengan keluhan sesak nafas sudah sejak 3 hari yang lalu dan sudah
di bawa ke Puskesmas. Pasien mengatakan kepala pusing dan lemas. Pasien
mengatakan sesak nafas semakin terasa saat beraktivitas oleh karena itu
aktivitas pasien di bantu oleh keluarga. Pasien mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakitnya dan tidak mengetahui cara untuk mengatasi sesak yang di
rasakan. Hasil pemeriksaan pasien TD: 109/68 mmhg, N: 99x/menit, RR:
30x/menit, S: 36, 3°C dan SPO2: 96%. Pasien di IGD RSUD Simo di berikan
terapi infus RL 20 tpm, Oksigenasi nasal kanul 5 lpm, injeksi
methylprednisolone 125 mg, nebu combivent 2,5 mg, injeksi bactesyn 750
mg. Pasien tampak lemah lalu dipindahkan ke bangsal Cendrawasih pada jam
13.00 WIB.
b) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah di rawat di RS sebelumnya.
c) Riwayat penyakit keluarga
- Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat sakit asma, jantung,
hipertensi dan penyait lainnya.
- Pasien mengatakan keluarga belum pernah mengalami sakit seperti yang
terjadi sekarang.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan tidak mengetahui penyakit yang di derita dan bingung cara
merawat serta mengatasi sesak.
b) Pola nutrisi
- Sebelum sakit: pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan setiap porsi
makanan terdapat kurang lebih 2 centong nasi, sayur, lauk pauk, minum
air putih kurang lebih 1 gelas besar dan selalu habis.
- Setelah sakit: pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan setiap porsi
terdapat bubur kasar, sayur, lauk pauk, buah dan satu gelas kecil air putih.
Pasien hanya makan sekitar setengah porsi saja.
c) Pola eliminasi
- BAB

Sebelum sakit Setelah sakit


Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
menggunakan pispot
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Coklat Coklat
Penggunaan pencahar Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada
- BAK

Sebelum sakit Setelah sakit


Frekuensi Kurang lebih 3 kali 2-3 kali sehari
sehari menggunakan pispot
Jumlah urin Kurang lebih 200 cc Kurang lebih 200 cc
sekali BAK sekali BAK
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Pancaran Lancar Lancar
Keluhan Tidak ada Tidak ada

d) Pola istirahat tidur


- Sebelum Sakit

No Indikator Awal Tujuan


1 2 3 4 5
1. Jam 8 √
2. Pola Tidur Baik √
3. Kualitas Tidur Baik √
4. Perasaan Segar Setelah Tidur Segar √
5. Tempat tidur yang nyaman Nyaman √
6. Suhu ruangan yang nyaman Nyaman √

No Indikator Awal Tujuan


1 2 3 4 5
1. Jam 6 jam √
2. Pola Tidur Sedang, karena √
pasien mengalami
sesak nafas
3. Kualitas Tidur Sedang, karena √
pasien mengalami
sesak nafas
4. Perasaan Segar Setelah Tidur Segar √
5. Tempat tidur yang nyaman Nyaman √
6. Suhu ruangan yang nyaman Dingin √
- Setelah Sakit
Keterangan:
1= Keluhan ekstrime
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan

e) Pola aktifitas dan latihan

Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan dan Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total

f) Pola kognitif
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita.
g) Pola hubungan dan reproduksi
Pasien mengatakan mempunyai suami, 3 orang anak. Pasien mengatakan
memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga yang lain dan apabila
terdapat masalah selalu di selesaikan dengan baik. Pasien mengatakan masih
melakukan hubungan suami istri.
h) Pola konsep diri
Pasien mengatakan meskipun sakit tapi masih semangat untuk sembuh dan
ingin segera pulang ke rumah.
i) Pola koping dan toleransi stress
Pasien mengatakan akan terus berobat sampai sakit yang di derita sembuh dan
tidak patah semangat ataupun menyerah dengan keadaan sekarang. Pasien
mengatakan keluarga menyemangati untuk segera sembuh dan merawat
pasien dengan baik.
j) Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam dan sebelum sakit selalu menjalankan
ibadah tepat waktu, setelah sakit pasien tetap menjalankan ibadah secara tepat
waktu di bantu dengan keluarga.
f. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Tampak lemah dan lemas
b) Kesadaran
Compos Mentis
c) TTV
- TD : 109/68mmhg
- N : 99x/menit
- RR : 30x/menit
- S: 36,3°C.
- SPO2 : 95%

d) BB/TB
- BB : 40 Kg
- TB : 158 cm

g. Pemeriksaan sistematis : Head To Toe


a) Kepala dan Rambut
- Kepala : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada benjolan, tidak ada
lesi, kulit kepala bersih, tidak ada luka, tidak ada ketombe
- Rambut : penyebaran merata tidak botak, rambut pendek sebahu,
berwarna hitam, terdapat uban, bau rambut bersih dan wangi.
b) Wajah
Bentuk wajah simetris, tidak ada lesi, kulit wajah putih bersih dan tampak
pucat.
c) Mata
- Mata simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi ataupun pembengkakan
- Konjungtiva ananemis.
- Sklera putih tidak ikterik.
- Pupil isokor, kontraksi pupil (+/+), reflek cahaya (+).
d) Hidung
- Tulang hidung simetris
- Lubang hidung bersih tidak ada sumbatan
- Pernapasan cuping hidung
e) Telinga
- Bentuk daun telinga dan ukuran telinga simetris kanan kiri
- Lubang telinga tidak ada sumbatan
- Tidak ada gangguan pendengaran
- Tidak ada cairan yang keluar dan telingan bersih
f) Mulut dan gigi
- Bibir kering dan bentuk simetris tidak ada perdarahan
- Gigi bersih dan gusi tidak ada perdarahan
- Lidah bersih dan tidak ada stomatitis
- Orofaring tidak mengalami tanda-tanda peradangan dan mampu menelan
dengan baik.
g) Leher
- Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
- Suara terdengar jelas
- Tidak ada pembengkakan kelenjar getah benging
- Tidak ada distensi vena jugularis
- Denyut nadi karotis teraba dengan jelas dan reguler
h) Pemeriksaan integumen
- Kulit berwarna putih dan bersih
- Kulit terasa hangat
- Turgor kulit kembali ≤ 3 detik
- Kulit teraba lembab
i) Pemeriksaan dada
- Inspeksi : bentuk dan ukuran dada simetris kanan kiri, warna kulit
putih bersih,
- Palpasi : tidak ada krepitasi
- Perkusi : bunyi kencang dan bergaung, tidak ada pneumothoraks,
efusi pleura, serta kelainan jantung.
- Auskultasi : suara paru terdengar whezzing
j) Pemeriksaan paru
- Inspeksi : RR: 30 x/menit, batuk produktif, terdapat sputum yang kental
dan sulit dikeluarkan, dengan menggunakan otot-otot tambahan.
Pernafasan cuping hidung, penggunaan oksigen 5 lpm,dan sulit bicara
karena sesak nafas.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus teraba bergetar
- Perkusi : lapang paru yang hipersonor pada perkusi.
- Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada
fase respirasi semakin menonjol

k) Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : Ictuscordis nampak tidak kuat angkat
- Palpasi : Ictuscordis teraba tidak kuat angkat
- Perkusi : Batas jantung atas ICS II – III parasternal kiri, batas kanan
ICS ke IV garis parasternal kanan, dan batas kiri di ICS ke IV
midclavicula kiri
- Auskultasi : BJ 1 = BJ 2 yaitu lubdup
l) Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : Tidak ada jejas atau luka, dinding perut simetris, tidak
ada pembengkakan
- Auskultasi : suara peristaltic atau bising usu terdengar 15 x/menit
- Perkusi : terdapat suara timpani
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
m) Pemeriksaan ekstremitas
- Ekstremitas atas

Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak 4 5
Terpasang infus
RL 20 tpm/menit
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT ≤ 3 detik ≤ 3 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada

- Esktremitas bawah

Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak 5 5
Akral Hangat Hangat
Edema Ada Tidak ada
CRT ≤ 3 detik ≤ 3 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada

n) Pemeriksaan genetalia dan anus


- Jenis kelamin perempuan, tidak ada oedema, tidak menggunakan selang
kateter
- Pemeriksaan anus tidak ada hemoroid

h. Pemeriksaan penunjang
Tanggal: 23-04-2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Metode
Rujukan
HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
Hemoglobin 10.7L 12,8-16,8 g/dl Coloriometric
Leukosit 13.77H 4.5-12.5 10˄3sel/ml Flowcytometry
Trombosit 1622H 150-440 10˄3/ul Impedance
Eritrosit 6.00H 4,00-5,50 10˄6/uL Impedance
Hematokrit 31.3L 38-47 % Autocounter
INDEKS
ERITROSIT
MCV 52.2L 80-97 fl RBC HC
MCH 17.8L 27-31 pg Kalkulasi
MCHC 34.2 32-36 % Kalkulasi
RDW-CV 24.4H 11.6-14.8 %
RDW-SD ----L 35-56 fL
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.0L 1-4 % Flow Cytometry
Basofil 0.1 0-1 % Flow Cytometry
Neutrofil 96.4H 36-66 % Flow Cytometry
Lymfosit% 2.8L 22-40 % Flow Cytometry
Monosit 0.7L 4-8 % Flow Cytometry
Neutrofil# 13.29H 2-7 % Flow Cytometry
Lymfosit# 0.38L 0.8-4 Ribu/µi Flow Cytometry
Monosit# 0.09L 0.12-1.2 Ribu/µi Flow Cytometry
Eosinofil# 0.00L 9.0-17.0 Ribu/µi Flow Cytometry
Basofil# 0.01 6.5-12.00 Ribu/µi Flow Cytometry

i. Program therapy

Nama obat Dosis Golongan Manfaat


Infus RL 20 tpm/menit Menambah atau mengganti cairan
dalam tubuh
Nebul Ventolin 2,5 mg/8 jam Bronkodilator Melemaskan otot-otot sekitar
saluran pernapasan yang
menyempit sehingga oksigen
dapat menganilis lebih lancar
menuju paru-paru.
Injeksi 125 mg/12jam Steroid Untuk mengurangi gejala
Methylprednisolone
pembengkakan, rasa nyeri, dan
reaksi alergi
Injeksi Bactesyn 750 mg / 12 jam Obat Keras Untuk mengobati infeksi saluran
(Antibiotik) nafas
Obat oral Acetylcysteine 200 mg Obat Mengencerkan dahak
mukolitik
Obat oral Salbutamol 2 mg Bronkodilator Membuat otot-otot polos pada
bronkus menjadi lebih rileks
2. ANALISA DATA

No TGL/JAM DATAFOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. Jumat - DS: Spasme Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif
23 April Ny. D mengatakan sesak nafas Jalan Nafas
2021 DO:
13.00 WIB - TTV:
TD : 109/68mmhg
N : 99x/menit
RR : 30x/menit
S: 36,9°C.
SPO2: 95%
- Terdapat batuk produktif dan terdapat sputum yang
kental dan sulit dikeluarkan
- Menggunakan otot-otot tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Terpasang oksigen nasal kanul 5 lpm
- Sulit bicara karena sesak nafas.
- Suara mengi (wheezing)
2. Jumat DS: Ketidakseim Intoleransi
Aktivitas
23 April - Ny. D mengatakan sesak nafas bertambah saat bangan
2021 beraktivitas antara suplai
13.00 WIB dan
DO: kebutuhan
- Pola aktifitas dan latihan oksigen
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- TTV:
TD : 109/68mmhg
N : 99x/menit
RR : 30x/menit
S: 36,9°C.
SPO2: 95%
3. Jumat DS: Kurang Defisit Pengetahuan
tentang asma
23 April - Ny. D mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit Terpapar
2021 yang diderita informasi
13.00 WIB DO:
- TTV:
TD : 109/68mmhg
N : 99x/menit
RR : 30x/menit
S: 36,9°C.
SPO2: 95%
- Pasien tampak bingung

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA


1) Bersihan Jalan Nafas Tida Efektif b.d Spasme Jalan Nafas
2) Intoleransi Aktifitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3) Defisit Pengetahuan tentang asma b.d Kurang Terpapar Informasi

4. RENCANA KEPERAWATAN

NO HARI DIAGNO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL TTD


/TGL/ SA
JAM
1. Jumat Bersihan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Monitor adanya retensi 1. Untuk mengetahui
23 Jalan 3x24 jam diharapkan bersihan jalan nafas sputum adanya retensi
April Nafas meningkat dengan kriteria hasil : 2. Latihan batuk efektif sputum
2021 Tidak 1. Batuk efektif cukup meningkat 3. Edukasi fisioterapi dada 2. Batuk yang efektif
15.00 Efektif b.d 2. Produksi sputum cukup menurun 4. Kolaborasi dengan yaitu padaposisi
WIB Spasme 3. Mengi cukup menurun dokter pemberian obat duduk tinggi atau
Jalan 4. Dispnea cukup menurun inhalasi: ventolin 2,5 kepala di bawah
Nafas 5. Frekuensi nafas cukup membaik mg setelah perkusi dada
6. Pola nafas cukup membaik 3. Memberikan
pengetahuan cara
dan manfaat
fisioterapi dada
4. Melemaskan otot-
otot sekitar saluran
pernapasan yang
menyempit
2. Jumat Intoleransi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Monitor tingkat 1. Untuk mengetahui
23 Aktivitas 3x24 jam diharapkan intoleransi aktivitas toleransi aktivitas aktivitas yang bisa
April b.d menurun dengan kriteria hasil : 2. Laukan latihan rentang dilakukan
2021 Ketidaksei 1. Keluhan lelah menurun gerak pasif dan aktif 2. Melatih otot dan
15.00 mbangan 2. Dyspnea saat aktivitas menurun 3. Anjurkan tirah baring tubuh
WIB antara 3. Dyspnea setelah atifitas menurun 4. Pemberian obat inhalasi 3. Merelasaksi tubuh
suplai dan 4. Perasaan lemah menurun ventolin 2,5 mg agar tidak terjadi
kebutuhan sesak nafas saat dan
oksigen setelah aktivitas
4. Melemaskan otot-
otot sekitar saluran
pernapasan yang
menyempit
3. Jumat Defisit Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Identifikasi kesiapan 1. Mengetahui tingkat
23 Pengetahu 3x24 jam diharapkan defisit pengetahuan dan kemampuan pengetahuan
April an tentang tentang asma pasien meningkat dengan kriteria menerima informasi 2. Memepermudah
2021 asma b.d hasil : 2. Sediakan materi dan dalam penyampaian
15.00 Kurang 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat media pendidikan dan penjelasan
WIB Terpapar 2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang penyakit asma tentang penyakit
Informasi tentang penyait yang di derita meningkat 3. Jelaskan pengertian asma
3. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi penyakit asma, 3. Meningkatkan
menurun penyebab dan cara pengetahuan
4. Persepsi yang keliru terhadap penyakit pengobatannya 4. Mengetahui tingkat
menurun 4. Berikan kesempatan pemahaman pasien
untuk bertanya tentang materi
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO HARI/TGL DIAGNOS IMPLEMENTASI RESPON TTD/


/JAM A NAM
A
1 Sabtu Bersihan 1. Memonitor adanya retensi 1. DS:
24-04-2021 Jalan Nafas sputum Ny. D mengatakan sesak nafas
10.00 WIB Tidak DO:
Efektif b.d - RR: 30x/menit
Spasme - Terdapat batuk produktif dan terdapat sputum yang
Jalan Nafas kental dan sulit dikeluarkan
- Menggunakan otot-otot tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Penggunaan oksigen 5 lpm
- Sulit bicara karena sesak nafas.
- Suara mengi (wheezing)
10.15 WIB 2. Melatih batuk efektif 2. DS:
Ny. D mengatakan tidak bisa mengeluarkan dahak
DO:
Ny. D melakukan batuk efektif yang diajarkan

10. 45 WIB 3. Mengedukasi fisioterapi 3. DS:


dada Ny. D mengatakan bersedia di edukasi
DO:
Ny. D tidak paham cara melakukan fisioterapi dada

11.00 WIB 4. berkolaborasi dengan 4. DS:


dokter pemberian obat Ny. D bersedia di berikan obat inhalasi ventolin 2,5 mg
inhalasi: ventolin 2,5 mg Do:
Ny. D terpasang alat nebulizer
2. Sabtu Intoleransi 1. Memonitor tingkat 1. DS:
24-04-2021 Aktivitas toleransi aktivitas Ny. D mengatakan sesak nafas ketika beraktivitas
12.15 b.d DO:
Ketidakseim - Pola aktifitas dan latihan
bangan Kemampuan 0 1 2 3 4
antara suplai perawatan diri
dan Makan dan Minum √
Mandi √
kebutuhan Toileting √
oksigen Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas

2. DS:
Ny. D mengatakan lemas dan pusing
12.30 2. Melakukan latihan rentang DO:
gerak pasif dan aktif Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif

3. DS:
Ny. D mengatakan lemas
12.45 3. Menganjurkan tirah baring DO:
Ny. D melakukan tirah baring

4. DS:
Ny. D mengatakan sesak nafas
13.00 4. Memberikan obat inhalasi DO:
ventolin 2,5 mg Ny. D terapasang nebulizer
3 Sabtu Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan 1. DS:
24-04-2021 Pengetahua dan kemampuan menerima Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
13.10 n tentang informasi DO:
Wib asma b.d Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Kurang
Terpapar
Informasi

13.15 2. Menyediakan materi dan 2. DS:


media pendidikan tentang -
penyakit asma DS:
3. Menjelaskan pengertian Ny. D bersedia diberikan materi dan media
13.30 penyakit asma, penyebab 3. DS:
Wib dan cara pengobatannya Ny. D mengataan bersedia
DO:
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik
4. Memberikan kesempatan
13.40 untuk bertanya 4. DS:
Wib Ny. D mengatakan masih bingung
DO:
Ny. D tampak gelisah
1 Minggu Bersihan 1. Memonitor adanya retensi 1. DS:
25-04-2021 Jalan Nafas sputum Ny. D mengatakan sesak nafas
08.00 WIB Tidak DO:
Efektif b.d - RR: 26x/menit
Spasme - Terdapat batuk produktif dan terdapat sputum yang
Jalan Nafas kental dan sulit dikeluarkan
- Menggunakan otot-otot tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Penggunaan oksigen 5 lpm
- Sulit bicara karena sesak nafas.
- Suara mengi (wheezing)
08.15 2. Melatih batuk efektif 2. DS:
Wib Ny. D mengatakan tidak bisa mengeluarkan dahak
DO:
Ny. D melakukan batuk efektif yang diajarkan

08. 45 3. Mengedukasi fisioterapi 3. DS:


Wib dada Ny. D mengatakan bersedia di edukasi
DO:
Ny. D tidak paham cara melakukan fisioterapi dada

10.00 4. berkolaborasi dengan 4. DS:


Wib dokter pemberian obat Ny. D bersedia di berikan obat inhalasi ventolin 2,5 mg
inhalasi: ventolin 2,5 mg Do:
Ny. D terpasang alat nebulizer
2 Minggu Intoleransi 1. Memonitor tingkat 1. DS:
25-04-2021 Aktivitas toleransi aktivitas Ny. D mengatakan sesak nafas ketika beraktivitas
10.30 WIB b.d DO:
Ketidakseim - Pola aktifitas dan latihan
bangan Kemampuan 0 1 2 3 4
antara suplai perawatan diri
dan Makan dan Minum √
Mandi √
kebutuhan Toileting √
oksigen Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien masih tampak lemas
2. DS:
Ny. D mengatakan lemas dan pusing
10.35 2. Melakukan latihan rentang DO:
Wib gerak pasif dan aktif Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif

3. DS:
Ny. D mengatakan lemas
10.50 3. Menganjurkan tirah baring DO:
Wib Ny. D melakukan tirah baring

4. DS:
Ny. D mengatakan sesak nafas
11.00 4. Memberikan obat inhalasi DO:
Wib ventolin 2,5 mg Ny. D terapasang nebulizer

3. Minggu Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan 1. DS:


25-04-2021 Pengetahua dan kemampuan menerima Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
12.00 n tentang informasi DO:
WIB asma b.d Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Kurang
Terpapar
Informasi
12.30 2. Menyediakan materi dan 2. DS:
Wib media pendidikan tentang -
penyakit asma DS:
Ny. D bersedia diberikan materi dan media

12.40 3. Menjelaskan pengertian 3. DS:


Wib penyakit asma, penyebab Ny. D mengatakan bersedia
dan cara pengobatannya DO:
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik

4. Memberikan kesempatan 4. DS:


13.00 untuk bertanya Ny. D mengatakan masih bingung
Wib DO:
Ny. D tampak gelisah
1 Senin Bersihan 1. Memonitor adanya retensi 1. DS:
26-04-2021 Jalan Nafas sputum Ny. D mengatakan sesak nafas
08.30 Tidak DO:
Wib Efektif b.d - RR: 24x/menit
Spasme - Terdapat batuk produktif dan terdapat sputum
Jalan Nafas - Menggunakan otot-otot tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Penggunaan oksigen 3 lpm
- Bisa berbicara
- Suara mengi (wheezing) menurun
08.45 2. Melatih batuk efektif
Wib 2. DS:
Ny. D mengatakan bisa mengeluarkan dahak
DO:
Ny. D melakukan batuk efektif yang diajarkan
3. Mengedukasi fisioterapi
09.00 dada 3. DS:
Wib Ny. D mengatakan bersedia di edukasi
DO:
Ny. D paham cara melakukan fisioterapi dada
09.15 4. berkolaborasi dengan
Wib dokter pemberian obat 4. DS:
inhalasi: ventolin 2,5 mg Ny. D bersedia di berikan obat inhalasi ventolin 2,5 mg
Do:
Ny. D terpasang alat nebulizer
2 Senin Intoleransi 1. Memonitor tingkat 1. DS:
26-04-2021 Aktivitas toleransi aktivitas Ny. D mengatakan sesak nafas berkurang ketika beraktivitas
09.30 b.d DO:
Wib Ketidakseim - Pola aktifitas dan latihan
bangan Kemampuan 0 1 2 3 4
antara suplai perawatan diri
dan Makan dan Minum √
Mandi √
kebutuhan Toileting √
oksigen Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien masih tampak lemas

2. DS:
Ny. D mengatakan lemas

09.45 2. Melakukan latihan rentang DO:

Wib gerak pasif dan aktif Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif

3. DS:
Ny. D mengatakan sedikit lemas
DO:
09.50 3. Menganjurkan tirah baring Ny. D melakukan tirah baring
Wib

4. DS:
Ny. D mengatakan sesak nafas berkurang saat ativitas
4. Memberikan obat inhalasi DO:
10.00 ventolin 2,5 mg Ny. D terapasang nebulizer
Wib

3 Senin Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan 1. DS:


26-04-2021 Pengetahua dan kemampuan menerima Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
11.10 n tentang informasi DO:
Wib asma b.d Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Kurang
Terpapar
Informasi

11.30 2. Menyediakan materi dan 2. DS:


Wib media pendidikan tentang -
penyakit asma DS:
Ny. D bersedia diberikan materi dan media
11.40 3. Menjelaskan pengertian 3. DS:
Wib penyakit asma, penyebab Ny. D mengatakan bersedia
dan cara pengobatannya DO:
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik

4. Memberikan kesempatan 4. DS:


12.30 untuk bertanya Ny. D mengatakan paham tentang materi
Wib DO:
Ny. D tidak gelisah

6. EVALUASI FORMATIF

NO HARI/TGL/ DIAGNOSA EVALUASI TTD/NAMA


JAM
1 Sabtu Bersihan Jalan Nafas S:
24-04-2021 Tidak Efektif b.d Ny. D mengatakan sesak nafas
11.00 Spasme Jalan Nafas Ny. D mengatakan tidak bisa mengeluarkan dahak
Wib
O:
- RR: 30x/menit
- Terdapat batuk produktif dan terdapat sputum yang kental
dan sulit dikeluarkan
- Menggunakan otot-otot tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Penggunaan oksigen 5 lpm
- Sulit bicara karena sesak nafas.
- Suara mengi (wheezing)
- Ny. D melakukan batuk efektif yang diajarkan
- Ny. D tidak paham cara melakukan fisioterapi dada
- Ny. D terpasang alat nebulizer

A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya retensi sputum
2. Latihan batuk efektif
3. Edukasi fisioterapi dada
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat inhalasi: ventolin
2,5 mg
2. Sabtu Intoleransi Aktivitas S:
24-04-2021 b.d - Ny. D mengatakan sesak nafas ketika beraktivitas
13.00 Ketidakseimbangan - Ny. D mengatakan lemas dan pusing
Wib antara suplai dan
kebutuhan oksigen DO:
- Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Ny. D melakukan tirah baring
- Ny. D terapasang nebulizer
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
2. Laukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. Anjurkan tirah baring
4. Pemberian obat inhalasi ventolin 2,5 mg
3 Sabtu Defisit Pengetahuan S:
24-04-2021 tentang asma b.d Ny. D mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang
13.45 Kurang Terpapar di derita
Wib Informasi Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
Ny. D mengatakan masih bingung

O:
Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Ny. D bersedia diberikan materi dan media
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik
Ny. D tampak gelisah

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan tentang penyakit
asma
3. Jelaskan pengertian penyakit asma, penyebab dan cara
pengobatannya
4. Berikan kesempatan untuk bertanya

4 Minggu Bersihan Jalan Nafas S:


25-04-2021 Tidak Efektif b.d Ny. D mengatakan sesak nafas
Spasme Jalan Nafas Ny. D mengatakan tidak bisa mengeluarkan dahak

O:
- RR: 26x/menit
- Terdapat batuk produktif dan terdapat sputum yang kental
dan sulit dikeluarkan
- Menggunakan otot-otot tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Penggunaan oksigen 5 lpm
- Sulit bicara karena sesak nafas.
- Suara mengi (wheezing)
- Ny. D melakukan batuk efektif yang diajarkan
- Ny. D tidak paham cara melakukan fisioterapi dada
- Ny. D terpasang alat nebulizer

A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya retensi sputum
2. Latihan batuk efektif
3. Edukasi fisioterapi dada
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat inhalasi: ventolin
2,5 mg

5 Minggu Intoleransi Aktivitas S:


25-04-2021 b.d - Ny. D mengatakan sesak nafas ketika beraktivitas
Ketidakseimbangan - Ny. D mengatakan lemas dan pusing
antara suplai dan
kebutuhan oksigen DO:
- Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Ny. D melakukan tirah baring
- Ny. D terapasang nebulizer
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
2. Laukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. Anjurkan tirah baring
4. Pemberian obat inhalasi ventolin 2,5 mg
6 Minggu Defisit Pengetahuan S:
25-11-2020 tentang asma b.d Ny. D mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang
Kurang Terpapar di derita
Informasi Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
Ny. D mengatakan masih bingung

O:
Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Ny. D bersedia diberikan materi dan media
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik
Ny. D tampak gelisah

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan tentang penyakit
asma
3. Jelaskan pengertian penyakit asma, penyebab dan cara
pengobatannya
4. Berikan kesempatan untuk bertanya

7 Senin Bersihan Jalan Nafas S:


26-04-2021 Tidak Efektif b.d Ny. D mengatakan sesak nafas
09.17 Spasme Jalan Nafas Ny. D mengatakan tidak bisa mengeluarkan dahak
Wib
O:
- RR: 24x/menit
- Terdapat batuk produktif dan terdapat sputum
- Menggunakan otot-otot tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Penggunaan oksigen 3 lpm
- Sudah bisa berbicara tanpa sesak nafas
- Sedikit suara mengi (wheezing)
- Ny. D melakukan batuk efektif yang diajarkan
- Ny. D paham cara melakukan fisioterapi dada
- Ny. D terpasang alat nebulizer

A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya retensi sputum
2. Latihan batuk efektif
3. Edukasi fisioterapi dada
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat inhalasi: ventolin
2,5 mg

8 Senin Intoleransi Aktivitas S:


26-04-2021 b.d - Ny. D mengatakan sesak nafas berkurang ketika beraktivitas
10.15 Ketidakseimbangan - Ny. D mengatakan lemas
Wib antara suplai dan
kebutuhan oksigen DO:
- Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Ny. D melakukan tirah baring
- Ny. D terapasang nebulizer
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
2. Laukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. Anjurkan tirah baring
4. Pemberian obat inhalasi ventolin 2,5 mg
9 Senin Defisit Pengetahuan S:
26-04-2021 tentang asma b.d Ny. D mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang
13.45 Kurang Terpapar di derita
wib Informasi Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
Ny. D mengatakan tidak bingung
O:
Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Ny. D bersedia diberikan materi dan media
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik
Ny. D tampak tenang

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan tentang penyakit
asma
3. Jelaskan pengertian penyakit asma, penyebab dan cara
pengobatannya
4. Berikan kesempatan untuk bertanya

7. EVALUASI SUMATIF

NO HARI/TGL DIAGNOSA EVALUASI TTD/NAMA


/JAM
1 Senin Bersihan Jalan Nafas S:
26-04-2021 Tidak Efektif b.d Ny. D mengatakan sesak nafas
09.17 Spasme Jalan Nafas Ny. D mengatakan tidak bisa mengeluarkan dahak
Wib
O:
- RR: 24x/menit
- Terdapat batuk produktif dan terdapat sputum
- Menggunakan otot-otot tambahan
- Pernafasan cuping hidung
- Penggunaan oksigen 3 lpm
- Sudah bisa berbicara tanpa sesak nafas
- Sedikit suara mengi (wheezing)
- Ny. D melakukan batuk efektif yang diajarkan
- Ny. D paham cara melakukan fisioterapi dada
- Ny. D terpasang alat nebulizer

A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor adanya retensi sputum
2. Latihan batuk efektif
3. Edukasi fisioterapi dada
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat inhalasi: ventolin
2,5 mg

2 Senin Intoleransi Aktivitas S:


26-04-2021 b.d - Ny. D mengatakan sesak nafas berkurang ketika beraktivitas
10.15 Ketidakseimbangan - Ny. D mengatakan lemas
Wib antara suplai dan
kebutuhan oksigen DO:
- Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan:
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= di bantu orang lain
3= di bantu orang lain dan alat
4= bergantung total
- Pasien tampak lemas
- Ny. D melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Ny. D melakukan tirah baring
- Ny. D terapasang nebulizer
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
2. Laukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. Anjurkan tirah baring
4. Pemberian obat inhalasi ventolin 2,5 mg
3 Senin Defisit Pengetahuan S:
26-04- tentang asma b.d Ny. D mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang
2021 Kurang Terpapar di derita
13.45 Informasi Ny. D mengatakan siap dan mampu menerima informasi
Wib Ny. D mengatakan tidak bingung

O:
Ny. D menyediakan alat tulis untuk mencatat informasi
Ny. D bersedia diberikan materi dan media
Ny. D mendengarkan edukasi dengan baik
Ny. D tampak tenang

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan tentang penyakit
asma
3. Jelaskan pengertian penyakit asma, penyebab dan cara
pengobatannya
4. Berikan kesempatan untuk bertanya

Anda mungkin juga menyukai