id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Permukiman Kumuh
Dalam membicarakan mengenai kebutuhan pokok manusia, setiap
orang akan menyebut tiga macam, yaitu: kebutuhan akan sandang (pakaian/
clothing), kebutuhan akan pangan (makan-minum/ food and drink), dan
kebutuhan akan papan untuk menyelenggarakan kehidupannya (tempat
tinggal/ place for living). Pentingnya pembicaraan mengenai ketiga
kebutuhan pokok manusia tersebut sama dengan pentingnya pembicaraan
eksistansi manusia di muka bumi. Pemenuhan ketiganya sama dengan upaya
pelestarian makhluk hidup. Dan perlu diketahui bahwa kadar ancaman dari
kelangkaan ketiganya sangat bervariasi antara wilayah satu dengan lainnya.
Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang membutuhkan
tempat tinggal dengan ketersediaan tempat tinggal, khususnya di daerah
perkotaan merupakan suatu hal yang sangat mendesak untuk dipikirkan upaya
penyelesaiannya. Proses kemunduran kualitas permukiman (settlement
deterioration), kemunduran kualitas lingkungan (envirionmental
deterioration), munculnya squatter settlement, terciptanya kantong-kantong
kumuh serta permasalahan-permasalahan sosial lainnya sangat erat
hubungannya dengan krisis permukiman. Kondisi permukiman pada inner
cities terjadi suatu infilling process yang berjalan terus menerus pada
lingkungan permukiman yang sudah termasuk jenuh. Hal tersebut jelas akan
mengakibatkan terjadinya proses semakin buruknya kualitas lingkungan
permukiman. Oleh karena hantaman arus pendatang kebanyakan terjadi di
kota-kota besar, maka deteriorisasi lingkungan menyolok terjadi di kota-kota
besar (Yunus, 1987: 8).
Tata ruang yang semrawut seperti housing space yang sangat sempit
akan menimbulkan banyak masalah, seperti menyulitkan mobil atau petugas
pemadam kebakaran, kurangcommit to user hydrant, jarak antar bangunan
berfungsinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Hakikat Permukiman
Dalam ungkapan sehari-hari, baik dalam media massa maupun
dalam forum pertemuan, penggunaan istilah permukiman dan istilah
pemukiman selalu dicampur-adukkan. Secara etimologis, baik kata
permukiman maupun pemukiman berasal dari kata yang sama yaitu kata
mukim (Purwadarminto dalam Yunus, 2007). Oleh karena ilmu geografi
adalah suatu ilmu yang bersifat human oriented, maka pengertian
permukiman selalu dikaitkan dengan eksistensi manusia sebagai subjek.
Yunus (1987: 2), mendefinisikan permukiman sebagai bentukan
commit
natural maupun artificial to user segala kelengkapannya yang
dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Persebaran Permukiman
Tempat tinggal manusia di permukaan bumi ini membentuk pola-
pola persebaran yang berbeda-beda. pada lingkungan yang berbeda
membentuk ciri khas pola yang berbeda pula. Untuk mempermudah dalam
pembahasan, digunakan skala relatif mengenai besar kecil wujud
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Lingkungan Permukiman
Soerjani (1987: 189) mengemukakan bahwa lingkungan diartikan
sebagai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan sekitarnya.
Kualitas lingkungan dipengaruhi oleh peran makhluk hidup di atasnya,
baik biotik maupun abiotik. Makhluk hidup mempengaruhi lingkungannya
dan sebaliknya makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya, sehingga
hubungan timbal balik itu membentuk suatu sistem yang disebut
ekosistem. Di dalam ekosistem tempat hidup manusia merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur lainnya, karena ekosistem
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya.
Apabila antara makhluk hidup dengan lingkungannya terjadi
ketidakseimbangan, maka akan mengakibatkan masalah lingkungan.
Masalah lingkungan hidup itu sendiri merupakan kondisi ketidakserasian
dalam hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya, sehingga
terganggulah kesejahteraan manusia (Soerjani, 1987:191). Meskipun
pembangunan telah berjalan sejak ratusan tahun lalu, namun baru pada
awal tahun tujuh puluhan, timbul kesadaran dan kecemasan akan
permasalahan lingkungan dan ditanggapi dengan serius. Pemeliharaan
kelestarian lingkungan ini menjadi mendesak seiring pertambahan
penduduk yang meningkat. Sebaliknya, pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat justru menimbulkan “lapar-tanah” sehingga terjadi pengrusakan
lingkungan yang lebih parah seperti penggundulan hutan dan pengurasan
sumber daya alam.
Dari pengertian lingkungan yang telah dijabarkan secara umum di
atas, maka dalam kaitannya dengan penelitian ini lebih menekankan pada
kondisi lingkungan permukiman yang ada di perkotaan. Doxiadis dalam
commit to user
Rindarjono (2003) mengemukakan bahwa ada dua unsur utama dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c) Karakteristik Pertumbuhan
Karakteristik pertumbuhan dapat diamati dari fisik maupun non
fisik.
d) Karakteristik Hirarki
Karakteristik hirarki permukiman kota dapat diamati dari segi
posisi rankingnya dalam sistem kota-kota yang ada dalam satu
wilayah.
e) Karakteristik Lain
Karakteristik permukiman kota ditinjau dari berbagai indikator
selain keempat diatas. Seperti yang dikemukakan oleh Refdfield
(1964) membedakan permukiman kota menjadi orthogenetic
(religious and moral norm) dan heterogenic (market oriented
urban settlement).
2) Tipe Permukiman Skala Meso
Sangat sering peneliti permukiman mengalami kesulitan
mengenali batas-batas dari permukiman skala meso ini. Hal ini
dikarenakan batas-batas kampung atau blok satu dengan yang lain
kadang kabur dan sulit dilacak secara terrestrial. Atas fakta inilah
Yunus (2007: 32) menyatakan untuk tujuan analisis permukiman skala
meso dapat dilakukan baik melalui pendekatan fisikal (physical
approach) dan dapat pula menggunakan pendekatan administratif
(administrative approach).
Menurut Yunus (2007: 32), upaya untuk mengenali tipe
permukiman kota skala meso dapat dikerjakan atas dasar:
a) Etnis
Melihat dominasi penghuni. Atas dasar inilah kemudian muncul
istilah-istilah perkampungan negro, perkampungan Turki,
perkampungan Jawa dan lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b) Religi
Melihat dominasi agama yang dianut penghuni. Kemudian dikenal
istilah perkampungan Islam (Kauman), perkampungan Kristen dan
lainnya.
c) Tingkatan Penghasilan
Mendasarkan pada besar kecilnya pendapatan yang diperoleh KK,
tetapi dapat pula pada besar kecilnya pendapatan keluarga.
Kemudian akan dikenali adanya perkampungan berpenghasilan
rendah, sedang maupun tinggi.
d) Kepadatan Bangunan
Untuk daerah perkampungan di Indonesia sangat sulit diukur,
karena adanya variasi besar kecilnya bangunan yang sangat besar.
Hal ini hanya dapat dikerjakan pada daerah komplek perumahan
dengan besar rumah yang seragam. Untuk daerah perkampungan
dengan besar kecil rumah yang bervariasi dapat dikerjakan dengan
bantuan foto udara. Kepadatan bangunan dicerminkan dalam
persentasi liputan bangunan (building coverage).
e) Legalitas/ Status Tanah Dimana Bangunan Berada
Dari tinjauan ini dikenal istilah squatter settlements dan legal
settlements.
f) Standar Pembangunan Rumah yang Dibakukan
Prosedur pembangunan rumah tinggal telah diatur oleh pemerintah.
Dari klasifikasi ini terdapat istilah conventional building
(perumahan yang pembangunannya sesuai dengan standar yang
dibakukan) dan non conventional housing (Drakakhis Smith, 1980
dalam Yunus, 2007: 34).
g) Kualitas Fisik Perumahan Dalam Kelompok Perkampungan
Dalam hal ini kemudian dikenal istilah slums (daerah
perkampungan kumuh), daerah perumahan gedongan yang
biasanya mempunyai kualitas yang jauh lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
h) Keteraturan Bangunan-bangunannya
Melalui foto udara berskala besar gambaran ini dapat diketahui
dengan mudah. Pada daerah-daerah baru biasanya mempunyai tata
letak bangunan yang teratur dibandingkan dengan daerah-daerah
yang sudah lama berkembang.
i) Pendidikan Penghuni
Dapat dilihat mengenai persentase penduduk yang mencapai
pendidikan rendah, menengah sampai perguruan tinggi.
j) Struktur Permukimannya
Bila diamati secara seksama, struktur permukiman pada bagian
pinggiran kota akan berbeda dengan permukiman pada bagian
dalam dari suatu kota. Makin ke luar dari pusat kota makin tersedia
lahan yang makin luas dan ini membawa akibat terjadinya
perbedaan struktur permukiman dibandingkan dengan bagian
dalam dimana lahan sudah sedemikian sempit. Struktur rumah
dengan halaman dan kebun pada daerah pinggiran berturut-turut
berubah menjadi struktur rumah dengan halaman saja dan
kemudian struktur rumah tanpa halaman pada bagian dalam dari
pada kota.
3) Tipe Permukiman Skala Mikro
Dalam upaya mencermati permukiman dalam skala mikro ini
peneliti memusatkan perhatian pada bangunan-bangunan yang
digunakan oleh manusia untuk tempat tinggal. Perlu ditekankan
bahwa bangunan-bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal
tidak selalu berwujud bangunan rumah, tetapi dapat pula berwujud
bangunan lain atau peralatan angkutan tertentu. Sebagai contoh adalah
kolong jembatan yang digunakan sebagai tempat tinggal. Suatu
kenyataan bahwa tempat tidak layak tersebut berubah fungsi menjadi
salah satu bentuk permukiman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Pendidikan
a. Arti Pendidikan
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003, Bab I Pasal (1), pengertian pendidikan adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
b. Tujuan Pendidikan
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003, Bab II Pasal (3) “Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab”.
Menurut Langeveld dalam Purwanto (1988: 24-28) ada beberapa
tujuan dari pendidikan yaitu “tujuan umum, tujuan tak sempurna, tujuan
sementara, tujuan perantara, dan tujuan insidental”.
1) Tujuan Umum
Tujuan umum disebut juga tujuan sempurna, tujuan terakhir, atau
tujuan bulat. Tujuan umum adalah tujuan di dalam pendidikan yang
seharusnya menjadi tujuan orang tua atau lain-lain pendidik yang telah
ditetapkan oleh pendidik dan selalu di hubungkan dengan kenyataan-
kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan dihubungkan
dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum itu.
2) Tujuan Tak Sempurna
Tujuan tak sempurna atau tak lengkap ini adalah tujuan-tujuan yang
mengenai segi-segi kepribadian manusia yang tertentu yang hendak
dicapai dengan pendidikan itu, yaitu segi-segi yang berhubungan
dengan nilai-nilai hidup yang tertentu seperti keindahan, kesusilaan,
keagamaan, kemasyarakatan, dan lain-lain yang masing-masing
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang terkandung di dalam
masing-masing seginya. Tujuan tak sempurna ini tergantung pada
tujuan umum dan tidak dapat lepas dari tujuan umum tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara ini merupakan tempat-tempat perhentian sementara
pada jalan yang menuju ke tujuan umum seperti: anak-anak dilatih
untuk belajar kebersihan, belajar berbicara, belajar berbelanja, belajar
bermain bersama teman-temannya, dan lain-lain. Tujuan sementara ini
merupakan tingkatan-tingkatan untuk menuju ke tujuan umum. Untuk
mencapai tujuan-tujuan sementara itu di dalam praktek harus
mengingat dan memperhatikan jalannya perkembangan anak. Untuk
itu maka perlulah psikologi perkembangan.
4) Tujuan Perantara
Tujuan perantara ditentukan tergantung pada tujuan-tujuan sementara.
Misalnya: tujuan sementara ialah anak harus belajar membaca dan
menulis. Setelah ditentukan untuk apa anak belajar membaca dan
menulis itu, dapatlah sekarang berbagai macam kemungkinan untuk
mencapainya itu dipandang sebagai tujuan perantara seperti metode
mengajar dan metode membaca.
5) Tujuan Insidental
Tujuan insidental hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan
saat-saat terlepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum.
Menurut Sindhunata (2001: 15) “Pendidikan itu harus mencakup
masyarakat seluas-luasnya. Kemiskinan, keterbelakangan, dan pandangan
tradisional masyarakat yang menyepelekan peran wanita seharusnya makin
menjadi alasan agar kita makin berusaha untuk memeratakan pendidikan,
sebab hak atas pendidikan adalah hak pribadi yang berada dalam
kebutuhan-kebutuhan pokok manusia”. Oleh karenanya, tujuan pendidikan
haruslah membawa janji kesetaraan dengan mewujudkan anak-anak dari
berbagai latar belakang yang berbeda memiliki kesempatan yang sama
untuk memperoleh keuntungan dari pendidikan yang berkualitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Bentuk Pendidikan
Menurut Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1991: 97) pendidikan menurut
sifatnya dibedakan menjadi tiga yaitu “Pendidikan formal, pendidikan non
formal dan pendidikan informal”
1) Pendidikan Formal
Pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti
syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung di
sekolah.
2) Pendidikan Non Formal
Pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak
terlalu mengikuti peraturan yang ketat.
3) Pendidikan Informal
Pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari
dengan sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung
dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan,
masyarakat, keluarga, dan organisasi.
d. Jenjang Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional “Tingkat pendidikan adalah suatu tahapan dalam
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan”.
Selanjutnya Pasal (14), dijelaskan bahwa “Jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi”.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan Dasar
Pasal 17 ayat (1), (2) dan (3), UU No. 20 Tahun 2003, menjelaskan
bahwa:
a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikancommit to user
menengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Akses Pendidikan
Janji kesetaraan yang dibawa oleh pendidikan dapat diwujudkan
hanya bila anak-anak dari berbagai latar belakang yang berbeda memiliki
kesempatan yang setara untuk memperoleh keuntungan dari pendidikan
yang berkualitas (The World Bank, 2006 : 215).
Akses pendidikan adalah :
1) Kemampuan masyarakat, pada kesempatan ini, masyarakat yang
dimaksud adalah masyarakat yang bertempat tinggal di permukiman
kumuh.
2) Untuk mencari dan mendapatkan pertolongan, dalam konteks ini,
pertolongan yang menjadi pokok pembahasan adalah pertolongan dari
segi pendidikan dengan memaparkan bagaimana anak-anak usia
sekolah di perkampungan kumuh mendapatkan pertolongan dalam
kaitannya dengan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar,
apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam usaha untuk
mendapatkan pertolongan tersebut, dan jika sudah didapat, bagaimana
implementasi dari pemenuhan akses pendidikan tersebut.
3) Melalui institusi, baik formal maupun informal. Dalam pembahasan ini
peneliti mencoba untuk mengkaji bagaimana institusi formal, yaitu
pemerintah daerah Surakarta dan juga institusi informal, yaitu
Lembaga-Lembaga Swadaya Masyarakat dapat memberikan
pemenuhan akses pada pendidikan tersebut.
4) Yang sesuai dengan standar hak asasi manusia. Standardisasi hak asasi
manusia yang dimaksud pada pembahasan ini adalah pendidikan yang
merupakan hak asasi manusia, khususnya anak (United Nations
Development Programme dalam Sudjono dan Putri, K.A, 2009: 2).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Judul
Peneliti Tahun Lokasi Metode Hasil Penelitian
Penelitian
dari: Waktu dan lamanya belajar,
wujud belajar, fasilitas belajar,
tempat belajar, pendamping belajar,
gaya belajar, dan kesadaran belajar.
C. Kerangka Berpikir
Meningkatnya pertumbahan penduduk suatu kota, baik penduduk asli
maupun pendatang menyebabkan kota semakin padat. Hal tersebut
mengakibatkan munculnya masalah umum yang akan dihadapi kota tersebut
salah satunya adalah tumbuhnya permukiman kumuh. Masyarakat yang
umumnya pendatang yang rata-rata memiliki tingkat ekonomi rendah
berusaha mencari lahan yang berharga murah atau terjangkau dengan tingkat
ekonomi mereka. Namun kenyataannya harga tanah semakin membumbung
tinggi, sehingga muncul keinginan dari masyarakat untuk mencari lahan-
lahan kosong milik negara seperti di sepanjang rel kereta api, di bantaran
sungai dan sebagainya untuk didiami tanpa izin. Akibatnya timbul
permukiman dengan kondisi lingkungan yang kurang memenuhi standar
kesehatan dan cenderung tidak tertata.
Pemadatan fungsi lahan yang selalu diikuti dengan penurunan kualitas
permukiman berdampak besar bagi banyak hal seperti keamanan dan
kesehatan. Oleh karenanya, perlu dikaji secara rinci permasalahan-
permasalahan permukiman suatu kota agar penanganan yang akan diterapkan
dapat sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran. Unit analisis daerah
penelitian menggunakan permukiman skala meso berupa blok-blok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pertumbuhan Penduduk
Pertambahan Penduduk
Kualitas Permukiman
Skala Meso
commit to user