Menurut salah seorang pengunjung, loket seperti itu dulu memang dirancang penjajah
untuk melayani inlander, si penjajah ataupun birokrat priyayi yang merasa lebih tinggi
derajatnya tidak mau bertatap apalagi bersentuhan dengan inlander dan memaksa kita untuk
membungkuk kepada petugas maka dibuatlah loket seperti yang kita lihat di Puskesmas
Martapura Barat Hari gini sudah merdeka tapi masih banyak instansi pemerintah yang
masih nyaman dengan sistem penjajah.
Setelah menyerahkan kartu berobat , pasien terpaksa bergerombol di depan loket bersama
pendaftar yang lain menunggu dipanggil untuk mendapatkan nomor pelayanan dokter
karena suara petugas sangat lirih tanpa ada speaker, kalau jauh tidak akan terdengar.
Keterlaluan… padahal diantara pasien pendaftar banyak manula yang sudah menurun
fungsi pendengarannya.
Setelah mendapatkan nomor masuklah ke ruang tunggu disambut dengan x-baner yang
menurutnya kurang pas, berisi tuntutan terhadap konsumen agar menghargai dan
menghormati petugas dengan warna merah isinya “Bismillahirahmanirahim kami sedang
bekerja terbaik melayani anda mohon hargai dan hormati kami…” disambung dengan
hadits.
Seiring berjalannya waktu dan adanya reformasi birorasi yang diinstruksikan oleh
pemerintah setempat maka sistem lama dalam penerimaan pasien khususnya Loket sudah
sangat nyaman dirasakan pengunjung
Sangat kontras memang jika dibandingkan dengan pelayanan sebelumnya karena sudah
menerapkan Sistem manajemen ISO-9001 yang orientasinya kepada kepuasan pelanggan,
konsumen disambut dengan x-baner yang isinya komitmen instansi tersebut untuk
melayani konsumen/tamu sebaik mungkin, dan tidak ada loket kecil pendaftaran, yang ada
adalah meja pendaftaran, konsumen dengan bebas bisa berinteraksi dengan petugas yang
duduk di meja dan konsumen juga duduk berhadap hadapan, serasa sekali kita dihargai
sebagai manusia setara.
Puskesmas Martapura Barat tersebut sudah menjalankan program pemerintah yang dikenal
sebagai reformasi birokrasi yang tujuannya mengubah paradigma pelayanan, dan sebagai
reward pegawai mendapatkan tambahan pendapatan yang disebut tunjangan kinerja,
besarnya bisa lebih besar dari gaji pokok. Yang jadi pertanyaan ternyata Departemen
Kesehatan juga sudah menjalankan Reformasi Birokrasi dan pegawainya mendapat
tambahan pendapatan dalam bentuk tunjangan kinerja.
Sebagai contoh : Banyak pasien yang merasa sudah sembuh hanya setelah berobat ke
dokter, bisa disebut placebo effect, yang jadi masalah dengan sistem pelayanan di
Puskesmas yang tidak berorientasi kepada kepuasan konsumen, mana mungkin ada dampak
dari placebo effect. Mengapa banyak orang kaya Indonesia yang berobat ke RS di luar
negeri padahal dari segi keahlian dan peralatan tidak jauh dengan RS di Indonesia, karena
pelayanan mereka sangat prima, sebagai contoh saja pasien untuk masuk ruang periksa
dipanggil langsung oleh dokternya, bukan oleh perawat, dari awal saja pasien merasa
sangat diperhatikan sehingga yakin dokter akan memeriksa bukan meremehkan, dampak
psikologisnya sangat posistif untuk kesembuhan pasien.
PERBANDINGAN X-BANER MENYAMBUT TAMU/KONSUMEN DI PUSKESMAS Martapura Barat
SEBELUM REFORMASI YANG ISINYA MENUNTUT DAN SETELAH REFORMASI YANG SUDAH
MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN ISO-9001 YANG ISINYA KOMITMEN PELAYANAN