Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA PRE HOSPITAL

“Penilaian Dini Dan Glasgow Coma Scale (GCS) Korban Bencana”

Ami Cahayani (P05120220048)

Fanya Shaputri (P05120220058)

Resti Adinda (P05120220075)

Sela Pratimi (P05120220077)

Dosen Pengajar:

Erni Buston, SST.,M.Kes


Disusun oleh: Kelas 2B (Kelompok 5)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI D - III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Sebelumnya terima kasih kepada teman-
teman yang telah membantu dan ikut bekerjasama dalam proses penulisan makalah ini. Serta
tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Erni Buston, SST.,M.Kes selaku Dosen
Pembimbing dan juga Dosen Koordinator Mata Kuliah Manajemen Bencana Pre Hospital
yang sudah berperan penting dalam memberikan ilmu kepada kami sehingga makalah yang
berjudul “Penilaian dini Dan Glasgow Coma Sca le Korban Bencana” ini dapat selesai
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu, untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Manajemen Bencana Pre Hospital Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sikap dan pembentukan sikap bagi para pembaca dan juga penulis.Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan baik
dari segi isi maupun penulisan. Hal ini disebabkan keterbatasan kami, maka karena itu kami
mengarapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga apa yang telah kami sampaikan dalam makalah ini bisa mengandung
banyak manfaat khususnya bagi kami yang masih tahap belajar dan umum bagi semua
pembaca.

Bengkulu, 13 Januari 2022

Kelompok 5B
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………….... i


Daftar Isi ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 3
A. Penilaian dini Korban Bencana................................................ 3
1. Pengertian Penilaian Dini korban bencana....................... 3
2. Tujuan Penilaian Dini Korban Bencana .......................... 3
3. Langkah-langkah Penilaian Dini ..................................... 3
..........................................................................................
a. Kesan umum......................................................... 3
b. Memeriksa respon................................................. 4
c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik
(Airway) ............................................................... 5
d. Menilai pernafasan (Breathing) ........................... 5
e. Menilai sirkulasi dan menghentikan pendarahan
berat ..................................................................... 5
f. Hubungi bantuan................................................... 6
B. Glasgow Coma Scale (GCS) Korban Bencana......................... 7
1. Pengertian......................................................................... 7
2. Poin GCS.......................................................................... 8
3. Cara Penulisan.................................................................. 8
4. Kualitas Kesadaran........................................................... 9
5. Cara Pengukuran GCS...................................................... 9
6. Hambatan Melakukan GCS.............................................. 11
BAB III PENUTUP......................................................................................... 12
A. Kesimpulan .................................................................................. 12
......................................................................................................
B. Saran............................................................................................. 12
......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. iii

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas yang
menantang dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. sistem Pelayanan Tanggap Darurat
ditujukan untuk mecegah kematian dini (early) karena trauma yang bisa terjadi dalam
beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera (kematian segera karena trauma,
immediate, terjadi saat trauma. Tujuan penilaian awal adalah untuk menstabilkan pasien,
mrngidentifikasi cedera/kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai,
serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan.
Kehilangan kesadaran atau koma terjadi ketika seseorang tetap menutup mata, tidak
bersuara dan tidak bergerak oleh rangsang nyeri atau perintah apa pun. Koma biasanya
terjadi setelah kerusakan atau disfungsi batang otak yang disebabkan oleh kecelakaan
atau penyakit.
Untuk mengukur derajat kesadaran seseorang yang telah mengalami cedera otak
traumatis, para dokter dan paramedis menggunakan apa yang disebut Skala Koma
Glasgow (Glasgow Coma Scale/GCS). Skala yang ditemukan oleh Graham Teasdale dan
Bryan J. Jennett dari Universitas Glasgow ini dipublikasikan pertama kali pada tahun
1974 (Majalahkesehatan.com, 2011).
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu diperhatikan
mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik (Nursingbegin.com,
2009).
B. Rumusan Masalah
a. Penilaian Dini
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian dini ?
2. Apa tujuan penilaian dini ?
3. Bagaimana langkah-langkah penilaian dini ?
b. Glasglow Coma Scale (GCS)
1. Apa yang dimaksud dengan Glasgow Coma Scale (GCS) ?
2. Apa yang dimaksud Poin GCS ?
3. Bagaimana Cara Penulisan ?
4. Bagiamana Kualitas Kesadaran ?
5. Bagaimana Cara pengukuran GCS ?
6. Bagaimana Hambatan Melakukan GCS ?

C. Tujuan
a. Penilaian Dini
1. Untuk mengetahui Pengertian Penilaian Dini
2. Untuk mengetahui Tujuan Penilaian Dini
3. Untuk mengetahui Langkah-langkah Penilaian Dini

b. Glasgow Coma Scale (GCS)


1. Untuk mengetahui Penegrtian Glasgow Coma Scale
2. Untuk mengetahui Poin GCS
3. Untuk mengetahui Cara Penulisan
4. Untuk mengetahui Kualitas Kesadaran
5. Untuk mengetahui Cara Pengukuran GCS
6. Untuk mengetahui Hambatan Melakukan GCS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penilaian Dini
1. Pengertian
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas
yang menantang dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. sistem Pelayanan
Tanggap Darurat ditujukan untuk mecegah kematian dini (early) karena trauma
yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera
(kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma.Penolong harus
mampu segera untuk mengatasi keadaan yang mengancam nyawa korban.

2. Tujuan
Tujuan penilaian awal adalah untuk menstabilkan pasien, mrngidentifikasi
cedera/kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk
mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan Suatu sentakan traumatic pada kepala
dapat menyebabkan cedera kepala.

3. Langkah-Langkah Penilaian Dini Korban Bencana


Ditahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam
nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana. Bila dalam
pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem pernafasan dan
sistem sirkulasi maka penolong langsung melakukan tindakan Bantuan Hidup
Dasar dan Resusitasi
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Penilaian Dini adalah:
a. Kesan umum
Kesan Umum, harus dilakukan penentuan apakah korban menderita kasus
trauma atau kasus medis.
 Kasus Trauma : kasus yang disebabkan oleh ruda paksa dengan tanda
yang terlihat jelas atau teraba. Contoh : luka terbuka, luka memar,
patah tulang dan sebagainya disertai dengan gangguan kesadaran.
 Kasus Medis : kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda
paksa. Contoh : sesak nafas atau pingsan. Pada kasus ini penolong
harus lebih berupaya mencari riwayat gangguannya.
b. Memeriksa Respon. 
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran berat ringannya gangguan
yang terjadi di  dalam otak. Respon dinilai berdasarkan reaksi yang diberikan
korban terhadap rangsangan  yang diberikan oleh penolong. Respon korban
dibagi menjadi 4 tingkat : AWAS, SUARA, NYERI, TIDAK
RESPON (ASNT).
 Awas : Korban ini sadar dan mengetahui keberadaannya, biasanya
korban tanggap terhadap orang, waktu dan tempat. Sedikit gangguan
dapat bermakna. Beberapa korban mungkin terkesan sadar penuh tetapi
tidak menyadari keadaan lingkungan atau dimana mereka berada.
 Suara : Korban hanya bisa menjawab / bereaksi bila dipanggil atau
mendengar suara. Penderita ini dikatakan respon terhadap (rangsang)
suara. Seorang korban yang tidak dapat menjawab mengenai tempat
dan waktu juga tergolong dalam kelompok ini. Mungkin saat itu
mereka sedang mengalami kasus medis. Korban tidak pelu mampu
menjawab namun dapat mengikuti perintah sederhana.
 Nyeri : Korban hanya bereaksi bila diberikan respon (rangsang) nyeri,
misal dengan    cubitan yang kuat, penekanan ditengah tulang dada
(bila tidak ada cedera dada) oleh penolong. Bila korban respon
terhadap suara, maka rangsang nyeri tidak perlu diberikan. Reaksi
yang mungkin bisa dilihat ketika diberi ransang nyeri adalah membuka
mata, erangan, melipat atau menjatuhkan alat gerak, dan gerakan
ringan lainnya. Laporannya adalah korban respon terhadap nyeri.

Respon Nyeri

 Tidak Respon : Korban tidak berekasi dengan rangsang apapun


yang dilakukan penolong. Jika dijumpai kasus ini, maka penolong
harus segera melakukan penatalaksanaan penanganan jalan nafas
dan lainnya. 
Catatan Khusus : Menentukan respon untuk anak kecil dan bayi agak sulit,
penilaian respon ini dapat dilakukan dengan cara bagaimana mereka bereaksi
terhadap lingkungannya. Umumnya mereka mengenali orang tuanya dan
cenderung untuk menuju kepada mereka. Besar kemungkinan anak kecil dan bayi
akan menangis bila dilakukan pemeriksaan. Mereka yang tidak mengenali orang
tuanya atau tidak bereaksi pada saat diperiksa mungkin mengalami penyakit atau
gangguan berat. Informasi dari orang tua atau keluarga sangat penting dan
menjadi perhatian khusus.

c. Memastikan Jalan Nafas Terbuka dengan Baik (AIRWAY)


Keadaan jalan nafas dan respon korban merupakan dasar penatalaksanaan
penderita. Pastikan agar jalan nafas korban terbuka dan bersih. Cara menentukan
keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan penderita apakah ada respons atau
tidak.
 Korban dengan respon baik
Perhatikan pada saat korban berbicara, perhatikan ada tidaknya
gangguan suara atau gangguan berbicara, atau suara tambahan.
Suara tambahan ini dapat menjadi petunjuk adanya gigi, darah atau
benda lainnya dalam saluran nafas. Nilai juga apakah penderita itu
dapat mengucapkan suatu kalimat tanpa terputus atau tidak.
 Korban yang tidak respon
Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan nafas
terbuka. Bila tidak ada kecurigaan cedera spinal gunakan
teknik ANGKAT DAGU - TEKAN DAHI. Sebaliknya bila terdapat
cedera spinal gunakan teknik PERASAT PENDORONGAN
RAHANG BAWAH.Pemeriksaan jalan nafas tidak hanya dilakukan
satu kali saja, namun berulang kali dan terus menerus terutama pada
korban yang mengalami cedera berat atau banyak muntah.

d. Menilai Penafasan (Breathing)


Setelah jalan nafas dipastikan terbuka dengan baik dan bersih, maka anda sebagai
penolong harus menentukan pernafasan penderita. Periksalah ada atau tidaknya
nafas korban dengan cara LIHAT, DENGAR dan RASAKAN selama 3-5 detik.
Penilaian ini tidak terbatas hanya pada ada atau tidak adanya nafas, tapi juga pada
kualitas nafas itu sendiri, apakah korban cukup untuk mempertahankan
kehidupan. Bila ternyata penderita tidak bernafas maka segera lakukan
tindakan Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi Jantung Paru.

e. Menilai Sirkulasi dan Menghentikan Pendarahan Berat.


Pada pemeriksaan ini penolong menilai apakah jantung korban melakukan
tugasnya untuk memompakan darah ke seluruh tubuh atau tidak. Pastikan denyut
jantung cukup baik dan tidak ada pendarahan yang membahayakan nyawa.

Menilai Sirkulasi
1) Korban Respon :
Periksa nadi radial (pergelangan tangan), untuk bayi
pada nadi brakial (bagian dalam lengan atas).
Nadi Radial

2) Korban Tidak Respon


Periksa nadi karotis (leher), pada bayi tetap pada nadi
brakial. pemeriksaan dilakukan dengan interval waktu 5-10
detik. Bila tidak ada segera lakukan tindakan Resusitasi
Jantung Paru.
Catatan : Pada penilaian dini penolong hanya menentukan ada tidaknya nafas dan
nadi. Jangan terpengaruh dengan penampilan cedera korban. Pastikan tidak ada
pendarahan yang dapat mengancam nyawa, termasuk pendarahan yang tidak
terlihat. Periksa benar kondisi korban, terutama yang memakai pakaian tebal dan
berwarna gelap karena hal itu dapat menyembunyikan darah dalam jumlah yang
cukup banyak.

f. Hubungi Bantuan
Apabila dirasa perlu atau bagi anda yang memang awam terhadap Pertolongan
Pertama segeralah minta bantuan rujukan. Mintalah bantuan kepada orang lain
untuk melakukannya atau lakukan sendiri. Pesan yang disampaikan harus singkat,
jelas dan lengkap. Hubungi bantuan segera bila penolong menilai bahwa korban
tidak ada respon.
Dalam Pemeriksaan Dini perlu juga dipertimbangkan prioritas transportasi
korban. Apakah harus sesegera mungkin atau dapat tertunda. Penilaian terarah
akan sangat membantu menentukan hal ini.
Setelah melakukan penilaian dini maka segera lakukan pemeriksaan berikutnya
sesuai dengan kasus yang dihadapi yaitu kasus trauma atau kasus medis. Penilaian
ini dilakukan secara terarah terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan
fisik rinci.
Penilaian Dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus
ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik

B. Glosgow Coma Scale (GCS)


1. Pengertian
Kehilangan kesadaran atau koma terjadi ketika seseorang tetap menutup mata,
tidak bersuara dan tidak bergerak oleh rangsang nyeri atau perintah apa pun.
Koma biasanya terjadi setelah kerusakan atau disfungsi batang otak yang
disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit.
Untuk mengukur derajat kesadaran seseorang yang telah mengalami cedera
otak traumatis, para dokter dan paramedis menggunakan apa yang disebut Skala
Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale/GCS). Skala yang ditemukan oleh Graham
Teasdale dan Bryan J. Jennett dari Universitas Glasgow ini dipublikasikan
pertama kali pada tahun 1974 (Majalahkesehatan.com, 2011).
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu
diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik
(Nursingbegin.com, 2009).
Skala Koma Glasgow (GCS), memberikan tiga bidang fungsi neurologik,
memberikan gambaran pada tingkat responsif pasien dan dapat digunakan dalam
percarian yang luas pada saat mengevaluasi status neurologik pasien yang
mengalami cedera kepala. Evaluasi ini tidak dapat digunakan pengkajian
neurologik yang lebih dalam, cukup hanya mengevaluasi motorik pasien, verbal
dan respon membuka mata. Elemen-elemen ini selanjutnya dibagi menjadi
tingkat-tingkat yang berbeda. Masing-masing respon diberikan sebuah angka
(tinggi untuk normal dan rendah untuk gangguan), dan penjumlahan dari
gambaran ini memberikan indikasi beratnya keadaan koma dan sebuah prediksi
kemungkinan yang terjadi dari hasil yang ada. Nilai terendah adalah 3 (respon
paling sedikit), nilai tertinggi adalah 15 (paling berespon) (Smeltzer & Bare,
2001).
Semakin rendah nilai GCS, semakin banyak defisit dan semakin tinggi tingkat
mortalitasnya. Nilai GCS terbukti konsisten pada regio-regio berbeda dengan
mekanisme dan pengobatan yang berbeda. Penilaian ini juga dapat dilakukan di
lapangan sebelum dibawa ke rumah sakit (Greenberg, 2008).
2. Poin GCS
a. Buka mata Nilai total : 4
1) Buka mata tidak ada meskipun dirangsang : nilai 1
2) Buka mata jika ada nyeri : nilai 2
3) Buka mata jika diajak bicara/ disuruh : nilai 3
4) Buka mata spontan : nilai 4
b. Respon motorik Nilai total : 6
1) Respon motor tidak ada : nilai 1
2) Respon motor ektensi : nilai 2
3) Respon motor fleksi abnormal : nilai 3
4) Respon motor menghindari nyeri : nilai 4
5) Respon motor tunjuk/lokalisir nyeri : nilai 5
6) Respon motor menurut perintah : nilai 6
c. Respon verbal Nilai total : 5
1) Respon verbal tidak ada : nilai 1
2) Respon verbal tanpa arti : nilai 2
3) Respon verbal tak benar : nilai 3
4) Respon verbal bicara ngacau : nilai 4
5) Respon verbal orientasi baik : nilai 5
(Healthyenthusiast.com, 2014).
3. Cara Penulisan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita
yang sadar = compos mentis GCSnya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam,
GCSnya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata
bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X-5-6. Bila ada trakheostomi
sedang E dan M normal, penulisannya 4-X-6. Atau bila tetra parese sedang E dan
V normal, penulisannya 4-5-X. Atau jika ditotal skor GCS dapat diklasifikasikan :
a. Skor 14-15 : compos mentis
b. Skor 12-13 : apatis
c. Skor 11-12 : somnolent
d. Skor 8-10 : stupor
e. Skor < 5 : koma (Lenterabiru.com, 2010).

Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :

GCS : 13 – 15 = CKR (cedera kepala ringan)

GCS : 9 – 12 = CKS (cedera kepala sedang)


GCS : 3 – 8 = CKB (cedera kepala berat)

4. Kualitas Kesadaran
a. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c. Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu) memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berkhayal.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya) (Ruhyanudin, 2011).
5. Cara Pengukuran GCS
Hal utama yang harus diperhatikan dalam proses pengukuran GCS adalah
tentang ketelitian. Teliti adalah cermat atau seksama, berhati-hati, penuh
perhitungan dalam berpikir dan bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan tidak
ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian sangat dibutuhkan dalam
mencapai hasil yang maksimal.
Adapun langkah-langkah dalam pengukuran GCS adalah:
a. Pasien dibaringkan di atas tempat tidur
b. Nilai status pasien, adakah kelainan gawat yang harus ditangani terlebih
dahulu/tidak.
c. Periksa kesadaran pasien dengan GCS (dewasa) dan PCS (anak-anak)
d. Glasgow Coma Scale (GCS) :
1) Eye/mata :
a. saat dokter mendatangi pasien, pasien spontan membuka mata dan
memandang dokter : skor 4.
b. pasien membuka mata saat namanya dipanggil atau diperintahkan
untuk membuka mata oleh dokter : skor 3.
c. pasien membuka mata saat dirangsang nyeri (cubitan) : skor 2.
d. pasien tidak membuka mata dengan pemberian rangsang apapun: skor
1.
2) Verbal :
a. pasien berbicara secara normal dan dapat menjawab pertanyaan dokter
dengan benar (pasien menyadari bahwa ia ada di rumah sakit,
menyebutkan namanya, alamatnya, dll) : skor 5.
b. pasien dapat berbicara normal tapi tampak bingung, pasien tidak tahu
secara pasti apa yang telah terjadi pada dirinya, dan memberikan
jawaban yang salah saat ditanya oleh dokter : skor 4.
c. pasien mengucapkan kata “jangan/stop” saat diberi rangsang nyeri, tapi
tidak bisa menyelesaikan seluruh kalimat, dan tidak bisa menjawab
seluruh pertanyaan dari dokter : skor 3.
d. pasien tidak bisa menjawab pertanyaan sama sekali, dan hanya
mengeluarkan suara yang tidak membentuk kata (bergumam) : skor 2.
e. pasien tidak mengeluarkan suara walau diberi rangsang nyeri
(cubitan) : skor 1.
3) Motorik :
a. pasien dapat mengikuti perintah dokter, misalkan “Tunjukkan pada
saya 2 jari!” : skor 6.
b. pasien tidak dapat menuruti perintah, tapi saat diberi rangsang nyeri
(penekanan ujung jari/penekanan strenum dengan jari-jari tangan
terkepal) pasien dapat melokalisir nyeri : skor 5.
c. pasien berusaha menolak rangsang nyeri : skor 4.
d. saat diberi rangsang nyeri, kedua tangan pasien menggenggam dan di
kedua sisi tubuh di bagian atas sternum (posisi dekortikasi) : skor 3.
e. saat diberi rangsang nyeri, pasien meletakkan kedua tangannya secara
lurus dan kaku di kedua sisi tubuh (posisi deserebrasi) : skor 2.
f. pasien tidak bergerak walaupun diberi rangsang nyeri : skor 1
(Kedokteran.unsoed.ac.id, 2011).
6. Hambatan dalam Melakukan GCS
Skor GCS pada pasien di bawah pengaruh obat/narkoba, memiliki gangguan
wicara atau fungsi mata mungkin perlu interpretasi khusus
(Majalahkesehatan.com, 2011).
Kesulitan timbul dalam menilai pasien yang diintubasi, disedasi, atau
mengalami paralisis sebelum pengukuran GCS. GCS tidak menilai tanda-tanda
fokal atau lateralisasi (Greenberg, 2008).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas yang
menantang dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. sistem Pelayanan Tanggap Darurat
ditujukan untuk mecegah kematian dini (early) karena trauma yang bisa terjadi dalam
beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera (kematian segera karena trauma,
immediate, terjadi saat trauma.Penolong harus mampu segera untuk mengatasi keadaan
yang mengancam nyawa korban
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu diperhatikan
mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik (Nursingbegin.com,
2009).
B. Saran
Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang penilaian awal dan nilai-nilai
Glasgow Coma Scale (GCS) yang dapat diterapkan kepada pasien. Diharapkan dapat
melayani dan menangani klien yang mengalami trauma. Diharapkan dapat mempelajari
nilai-nilai GCS sehingga dapat diterapkan pada lingkungan kerja nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Bergeron, J.D.,Bizjsk, G., 1999. First responder, Fifth Edition. New jersey : Prentice Hall
Inc

“Glasgow Coma Scale”. Wikipedia the free encyclopedia.


http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Skala_Koma_Glasgow&oldid= 7020473

“Pemeriksaan GCS” Nursing Begin.com. 23 April 2009.


http://nursingbegin.com/tag/glasgow-coma-scale/

Salma, “Apakah Sakala Koma Glasgow?”, Majalah Kesehatan.com,.


http://majalahkesehatan.com/apakah-skala-koma-glasgow/

Anda mungkin juga menyukai