Anda di halaman 1dari 52

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

1) Anak

a) Nama : An. Q

b) Umur : 11 Tahun 4 Bulan

c) Tanggal lahir : 17 November 2009

d) Jenis Kelamin : Perempuan

e) Agama : Islam

f) Pendidikan : SD (Sekolah Dasar)

g) Anak ke :1

h) Tanggal Masuk RS : 01 Maret 2021 Pukul 14.29 WIB

i) Tanggal Pengkajian : 10 Maret 2021 Pukul 07.30 WIB

j) No. RM : 00630738

k) Dx Medis : Thypoid Fever

2) Orang Tua

a) Nama : Ny. A

b) Umur : 39 Tahun

c) Agama : Islam

d) Pendidikan : SMK
e) Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)

f) Suku bangsa : Sunda

g) Alamat : Kp. Mekar Sari No.23 Rt 9/7

Padasuka Cimahi Tengah

h) Hub. Dengan Anak : Ibu Kandung

b. Identitas Saudara Kandung

Tabel 3.1 Data Saudara Kandung

No Anak Usia Anak ke Status Kesehatan


1. Deca 8 Tahun 2 Sehat

c. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Demam

2) Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST dari keluhan utama)

a) Alasan masuk RS

Pada hari Senin, 01 Maret 2021 pukul 14.29 WIB pasien

datang ke UGD Rs. Dustira diantar oleh orangtuanya dengan

keluhan demam dengan suhu 38,8ºC. Setelah dilakukan

pemeriksaan oleh Dokter An.Q di diagnosa Typoid Fever dan

harus segera menjalani rawat inap diruang salak RS. Dustira

b) Keluhan saat dikaji

Pada hari Rabu, 10 Maret 2021 pukul 07.30 WIB saat

dilakukan pengkajian oleh perawat An.Q mengeluh demam


yang naik turun, demam dirasakan ketika sore atau malam hari

dan berkurang pada pagi hari, demam disertai kulit kemerahan

dan tidak nafsu makan. Demam dirasakan pada seluruh bagan

tubuh demam yang dirasakan hilang timbul dan paling sering

dirasakan ketika malam hari.

3) Riwayat Kesehatan Lalu

Keluarga pasien mengatakan pada saat An.Q berusia 7

tahun, ia pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit yang sama

Typoid Fever.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti ini.

Dalam keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan & tidak

mempunyai penyakit menular.


a) Struktur Internal

Bagan 3.1 Struktur genogram 3 generasi

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Anggota keluarga yang sakit

: Anggota keluarga yang meninggal

: Anggota keluarga yang satu rumah


(1) Komposisi keluarga
Ayah, ibu, An.Q, dan adik
(2) Urutan keluarga
Urutan kelurga erada pada struktur Nuclear Family dimana
dalam satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak
(3) Pola komunikasi
Keluarga An.Q dalam kesehariannya baik berkomunikasi
langsung atau tidak langsung menggunakan Bahasa
Indonesia.
(4) Interaksi sosial
Pola interaksi yang diperlihatkan An.Q dengan cara verbal
ketika ingin sesuatu
(5) Peran masing-masing anggota keluarga
Ayah berperan sebagai kepala keluarga, ibu sebagai ibu
rumah tangga, An.Q sebagai anak dan seorang kaka, dan
adik sebagai anak
(6) Nilai dan kepercayaan tentang kesehatan
Anggota keluarga An.Q beragama islam, ayahnya selalu
mengajarkan kebaikan dan mengajarkan agar tetap beriman
kepada ALLAH SWT.
(7) Fungsi ekonomi
Ayah dari An.Q bekerja sebagai karyawan Swasta dan ibu
dari An.Q adalah ibu rumah tangga

b) Struktur Eksternal

(1) Budaya

Ibu pasien mengatakan tidak ada budaya

dikeluarganya yang betentangan dengan pengobatan yang

sedang di jalani
(2) Agama

Ibu pasien mengatakan seluruh anggota keluarganya

beragama Islam

(3) Status kelas sosial dan mobilitas

Ibu pasien mengatakan keluarganya bisa memenuhi

kebutuhan sehari – hari dan menyisihkan uang untuk

menabung

(4) Keluarga besar

Ibu pasien mengatakan keluarganya dapat

berinteraksi dengan baik dan tidak ada yang mengidap

penyakit keturunan seperti diabetes melitus, asma, dan

hipertensi.

(5) Perkembangan keluarga

Ibu pasien mengatakan perkembangan keluarganya

cukup dala segi ekomoni dan status kesehatan

(6) Lingkungan (rumah, luar, rekreasi)

Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk berekreasi

adalah menonton tv dan sesekali bertamasya keluar negeri,

kadang-kadang berkumpul dengan keluarga besar


d. Riwayat Kehamilan

1) Pre Natal

a) HPHT : Tidak ingat

b) Kehamilan : Diharapkan

c) Penerimaan kehamilan : Diterima

d) Kesehatan ibu selama mengandung : Ibu mengalami kelemahan

e) Gizi ibu selama mengandung : Baik dan Terpenuhi

f) Makanan yang dipantang : Tidak ada

g) Penambahan BB selama hamil : ±9 kg

h) Masalah selama kehamilan : Mual ( ) muntah ( )

pusing (-)

i) Penyakit kehamilan : Tidak ada

j) Imunisasi TT : 2x

k) Pemeriksaan kehamilan : Dokter setiap bulan

l) Penggunaan obat-obatan (-), alkohol (-), rokok (-), terpapar

radiasi (-)

2) Natal

a) Tempat melahirkan : Rumah Sakit

b) Jenis persalinan : Spontan

c) Lama persalinan : 2 jam

d) Penolong persalinan : Dokter

e) BB waktu lahir : 4 kg

f) TB waktu lahir : 50 cm
g) Posisi janin waktu lahir : Normal

h) Cara untuk memudahkan persalinan: Berjalan – jalan

i) Komplikasi waktu lahir : Tidak ada

3) Post Natal (24 jam)

a) Kondisi bayi : Menangis ( ) tidak menangis (-)

b) APGAR score : 1 menit - 5 menit -

c) Pengeluaran Meconium : 24 jam pertama setelah bayi lahir

e. Pola Kebutuhan Sehari - hari

Tabel 3.2 Pola Kebutuhan Sehari - Hari

No. Aktivitas Sebelum Masuk RS Saat di Kaji


1. Nutrisi
a. Jenis makanan Nasi, lauk pauk, junk food Bubur, lauk pauk, tanpa
sayur
b. Frekuesi 2x sehari 3 x sehari
c. Jenis jajanan Gorengan, Seblak Tidak jajan
d. Nafsu makan Berkurang Berkurang
e. Jumlah ½ porsi habis 7 sendok makan ½ porsi habis 6 sendok
makan
2. Eliminasi
a. Kemih 6 x sehari 4 x sehari
b. Jumlah BAK ± 600 cc ± 400 cc
c. Warna urin Kuning jernih Kuning keruh
d. Feses 1x sehari 1x sehari
e. Bau feses Normal, khas feses Normal, khas feses
f. Konsistensi Lembek Lembek
feses
g. Warna feses Kuning khas feses Kuning khas feses
3. Istirahat dan
Tidur
a. Tidur malam
Kuantitas 8 jam 10 jam
Kualitas Nyenyak Gelisah
b. Tidur siang
Kuantitas 2 jam 2 jam
Kualitas Nyenyak Nyenyak
c. Teman tidur Tidak ada Ibu
d. Kebiasaan Nonton youtube Nonton youtube
sebelum tidur
No. Aktivitas Sebelum Masuk RS Saat di Kaji
4. Bermain &
Rekreasi
a. Jam bermain Pulang Sekolah Tidak bermain
b. Jenis permainan Game Online Tidak bermain
c. Aktivitas Bermain dengan teman Tidak bermain
bermain
5. Personal Hygine
a. Mandi 2x/hari 1x/hari
b. Keramas 2 hari sekali Belum keramas
c. Gosok gigi 2x/hari 2x/hari
d. Kebersihan kuku 1 minggu sekali keadaan kuku tampak
kotor dan panjang.

f. Pertumbuhan dan Perkembangan (sesuaikan dengan tahapan usia anak)

1) Pertumbuhan

BB : 37 kg

TB : 150 cm

Status Gizi : IMT : = = 16,4 (Status Gizi Berat Badan

Kurang)

Normalnya BB anak 41 Kg dengan nilai IMT 18,6 (Status Gizi

Berat Badan Ideal)

2) Perkembangan

a) Perkembangan Psikososial
Ibu pasien mengatakan An. Q sudah mampu dalam

membina hubungan pertemanan bersama orang lain dan lebih

senang bermain dengan teman sebayanya.

b) Perkembangan Kognitif

Ibu pasien mengatakan An. Q sudah mampu dalam

memahami angka dan menyelesaikan perhitungan matematika


sederhana seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

sudah mampu membaca.

c) Perkembangan Moral

Ibu pasien mengatakan An. Q sudah mampu dalam

memahami dan membedakan antara perilaku baik dan prilaku

buruk, prilaku benar dan prilaku salah. An. Q juga selalu

menghormati orang yang lebih tua darinya, berkata sopan dan

santun.

d) Perkembangan Spiritual

Ibu pasien mengatakan An. Q sudah mampu dalam

melakukan ritual keagamaan seperti kegiatan ibadah shalat 5

waktu dan wudhu, serta membaca doa – doa harian.

e) Perkembangan Social

Ibu pasien mengatakan An. Q sudah mampu dalam

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar di rumah seperti

tetangga maupun di sekolah, An. Q sering bermain dengan

teman sebayanya.

f) Perkembangan Citra Tubuh

Ibu pasien mengatakan An. Q sudah mampu memahami

perubahan fisik dirinya dan mengetahui fungsi dari tubuhnya

seperti merasa malu apabila bagian tubuhnya dilihat orang lain.


g. Riwayat Imunisasi

Tabel 3.3 Riwayat Imunisasi

Jenis
No Pemberian Umur Tempat
Imunisasi
0-7 hari setelah lahir
1. Hepatitis 4x Bidan klinik
2,3,4 bulan
2. BCG 1x 1 bulan Bidan klinik

3. Polio I,II,II,IV 4x 1,2,3,4 bulan Bidan klinik

4. DPT-HB-HIB 3x 2,3,6 bulan Bidan klinik

5. Campak 1x 9 bulan Bidan klinik

h. Data Psikososial

1) Pola interaksi dengan anggota keluarga, teman dan lingkungan

Hubungan dengan anggota keluarga baik, hubungan dengan teman

sebaya baik, hubungan dengan lingkungan sehat

2) Pola emosi: reaksi bila marah, sedih, marah, takut dan gembira

Reaksi bila marah anak sering berteriak, reaksi sedih pasien

murung, reaksi takut pasien memeluk ayah atau ibunya, reaksi

gembira anak selalu bersorak ria

3) Pola pertahanan keluarga dalam menghadapi stress

Saling mengingatkan dan memecahkan masalah bersama – sama

4) Support system dalam keluarga

Keluarga sangan mensupport anaknya agar segera sembuh

5) Yang mengasuh: orangtua ( ), nenek/kakek (-), pembantu (-),

keluarga lain (-)

6) Hubungan dengan anggota keluarga : harmonis ( ), tidak harmonis

(-)
7) Watak/kebiasaan anak : suka tertawa (-), pendiam ( ), ramah ( ),

suka berteman ( ), sering menangis (-)

i. Pemeriksaan Fisik

1) Pengukuran antropometri

TB = 150 cm
BB sekarang = 37 kg
BB sebelum sakit = 39 kg
LLA = 19 cm
2) Pengukuran fisiologis

Tekanan darah = 110/80 mmHg


Suhu = 36,7°C (pagi), 37,8°C (siang), 38°C (malam)
Respirasi = 20x/menit
Nadi = 98x/menit
3) Penampilan umum

Cara berpakaian normal, bentuk tubuh normal dan ukuran tubuh

sesuai

4) Observasi wajah, posture, kebersihan

Ekspresi wajah sesuai, posture normal dan kebersihan bersih

5) Tingkat kesadaran

Glasgow Coma Skala ( E :4 V :5 M :5)

6) Head to Toe

a) Kepala

Bentuk kepala normocepal, kebersihan rambut kotor dan

kulit kepala teraba lengket, kusam dan bau, tidak ada benjolan

dan lesi, warna rambut merata, distribusi rambut merata, tidak


ada kerontokan, dan pasien mengatakan belum mencuci

rambutnya dari awal masuk RS.

b) Wajah

Bentuk wajah bulat, tidak adanya pembengkakan

didaerah wajah, warna kulit sawo matang, An. Q dapat

menggembungkan pipi, mengangkat alis, dan memperlihatkan

giginya.

c) Mata

Distribusi alis merata simetris kanan dan kiri, bulu mata

ekstropion, tidak ada penurunann kelopak mata, mata simetris,

konjungtiva anemis pucat, sclera berwarna putih, refleks pupil

terhadap cahaya baik miosis, mata tampak cekung, ketajaman

penglihatan baik, lapang panang baik, dan tidak ada nyeri tekan.

d) Telinga

Bentuk simetris pinna sejajar dengan kantus mata, tidak

ada serumen, tidak ada pembengkakan pada tulang mastoid,

tidak ada pengeluaran cairan, test fungsi pendengaran rinne,

weber, schwabach baik, dan tidak ada keluhan.

e) Hidung

Bentuk simetris, tidak adanya secret, mukosa berwarna

merah muda, tidak terdapat tanda – tanda peradangan, tidak

adanya pernafasan cuping hidung, kepatenan jalan nafas baik,

dan tidak ada keluhan.


f) Leher

Trakea berada di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening, tidak ada peningkatan JVP, reflek menelan baik,

ROM baik, dan tidak ada keluhan

g) Mulut

Warna bibir pucat, mukosa bibir kering, tidak ada lesi,

tidak ada stomatitis, jumlah gigi lengkap, tidak ada caries gigi,

gigi bersih, palatum baik, palatum tertutup sempurna, ovula

berada di tengah dan bergetar ketika pasien mengucap “aaa",

dan bau pada mulut.

h) Dada

Bentuk dada Normochest, taktil premitus getarannya

sama antara dada kanan dan dada kiri, ekspansi paru

mengembang dengan seimbang antara kiri dan kanan, tidak

menggunakan alat bantu pernapasan pada pemeriksaan

auskultasi bunyi nafas di trakhea (tracheal) yaitu terdengar

inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi, bunyi bronkhial di

dengar di bagian manubrium sterni terdengar ekspirasi lebih

panjang dari pada inspirasi, bunyi bronkovesikuler di dengar

dibagian ICS 1 atau 2 terdengar inspirasi sama dengan ekspirasi,

dan di alveolus terdengar alveolar dengan ekspirasi lebih pendek


dari inspirasi, tidak terdapat bunyi nafas tambahan seperti ronchi

atau whezing, irama pernafasan reguler, pada saat perkusi area

kanan paru ICS 1-6 terdengar resonan, area paru kiri terdengar

suara resonan pada ICS 1-2. Teraba denyut nadi di iktus kordis,

bunti jantung S1 terdengar jelas di ICS 2 dextra di katup mitral

dengan bunyi murni regular (lub dup), tidak terdapat bunyi

tambahan seperti galop dan murmur, bunyi jantung dullness

(pekak) pada saat di perkusi di ICS 3-5 dada kiri, irama nadi

teratur, dan tidak ada keluhan

i) Abdomen

Bentuk perut simetris, tidak ada lesi, warna kulit merata,

bising usus normal 15x/menit, tidak ada distensi, tidak teraba

massa diperut, tidak teraba pembesaran hati dan ginjal, saat

diperkusi kuadran kiri atas timpani, kuadran kanan atas timpani,

di area hepar terdengar dullnes.

j) Punggung

Bentuk simetris, tidak tedapat defomitas punggung

tempak bersih, tidak ada nyeri pada perkusi ginjal, bentuk tulang

belakang normal tidak mengalami skoliosis, lordosis, dan

kifosis.

k) Genitalia

Tidak dilakukan pemeriksaan, tetapi ibu pasien

mengatakan bahwa daerah genetalianya tidak ada keluhan saat


buang air kecil dan keadaannya bersih, ibu pasien juga

mengatakan anaknya baru pertama kali Haid pada bulan januari.

l) Anus

Tidak dilakukan pemeriksaan, ibu pasien mengatakan 4

hari yang lalu An.Q mengalami Diare namun sekarang sudah

BAB dengan lancar lagi.

m) Ekstremitas

(1) Ektremitas atas

Bentuk tangan simetris antara kanan dan kiri, akral

hangat, klien terpasang infus ditangan kiri dengan cairan RL,

tidak ada plebitis, ROM baik, kekuatan otot 5 5.

(2) Ektremitas bawah

Bentuk kaki simetris antara kanan dan kiri, tidak

terdapat deformitas, ROM baik, kekuatan otot 5 5.

n) Kuku dan Kulit

Kulit sedikit kering, warna kulit sianosis, akral hangat,

CRT normal kembali < 2 detik, turgor kulit kembali > 2 detik,

tidak ada lesi, tidak ada ruam, tidak ada clubing finger dan

keadaan kuku tampak kotor dan panjang.

j. Reaksi Hospitalisasi

Tidak adanya reaksi hospitalisasi yang ditunjukan oleh AN. Q

ketika di Rumah Sakit dan An. Q tampak kooperatif saat dilakukan

pemeriksaan.
k. Pengetahuan

Ibu pasien mengatakan sudah mengetahui tindakan perawatan

untuk anaknya ketika mengalami demam karena anaknya pernah

mengalami penyakit serupa ketika berusia 7 tahun namun sampai

sekarng ibu pasien belum mengetahui makanan apa saja yang harus di

konsumsi dan tidak dikonsumsi oleh anaknya.

l. Riwayat Spiritual

An. Q selalu diajarkan keluarganya mengenai keyakinan bahwa

tuhan akan memberikan kesembuhan, dengan cara terus berdoa dan

selalu berserah diri dengan apa yang sudah ditakdirkan.

m. Pemeriksaan Diagnostik

(1) Laboratorium

Tabel 3.4 Pemeriksaan Diagnostik pada tanggal 11 Maret 2021

Pemerksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 8.9 g/dl 10.8 – 15.6 Menurun
Eritrosit 4.5 106/uL 4.0 – 5.5 Normal
Lekosit 4.6 103/uL 4.5 – 13.5 Normal
Hematokrit 28.2 % 33.0- 45.0 Menurun
Trombosit 324 103/uL 154 – 442 Normal
MCV,MCH, MCHC
MCV 62.4 74.0 – 102.0 Menurun
MCH 20.1 fL 23.0 – 31.0 Menurun
MCHC 32.3 Pq 32.0 – 36.0 Normal
RDW 20.6 g/dl 10.0 – 16.0 Meningkat
%
HITUNG JENIS
Basofil 0.2 % 0.0 – 1.0 Normal
Eosinofil 2.2 % 1.0 – 4.0 Normal
Neutrofil Segmen 44.8 % 50.0 – 80.0 Menurun
Limfosit 42.6 % 25.0 – 50.0 Normal
Monosit 10.2 % 4.0- 8.0 Meningkat
NLR 1.05

Tabel 3.4 Pemeriksaan Diagnostik 08 Maret 2021

Pemerksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 8.9 g/dl 10.8 – 15.6 Menurun
Eritrosit 4.5 106/uL 4.0 – 5.5 Menurun
Lekosit 3.5 103/uL 4.5 – 13.5 Menurun
Hematokrit 27.1 % 33.0- 45.0 Menurun
Trombosit 284 103/uL 154 – 442 Normal
MCV,MCH, MCHC
MCV 60.2 74.0 – 102.0 Menurun
MCH 19.8 fL 23.0 – 31.0 Menurun
MCHC 32.8 Pq 32.0 – 36.0 Normal
RDW 18.2 g/dl 10.0 – 16.0 Meningkat
%
HITUNG JENIS
Basofil 0.0 % 0.0 – 1.0 Normal
Eosinofil 0.0 % 1.0 – 4.0 Meurun
Neutrofil Segmen 33.7 % 50.0 – 80.0 Menurun
Limfosit 51.0 % 25.0 – 50.0 Meningkat
Monosit 15.3 % 4.0- 8.0 Meningkat
NLR 0.66

Tabel 3.4 Pemeriksaan Diagnostik 04 Maret 2021

Pemerksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 9.5 g/dl 10.8 – 15.6 Menurun
Eritrosit 4.9 106/uL 4.0 – 5.5 Normal
Lekosit 5.8 103/uL 4.5 – 13.5 Normal
Hematokrit 29.6 % 33.0- 45.0 Menurun
Trombosit 323 103/uL 154 – 442 Normal
MCV,MCH, MCHC
MCV 60.9 74.0 – 102.0 Menurun
MCH 19.5 fL 23.0 – 31.0 Menurun
MCHC 32.1 Pq 32.0 – 36.0 Normal
RDW 18.6 g/dl 10.0 – 16.0 Meningkat
%
HITUNG JENIS
Basofil 0.2 % 0.0 – 1.0 Normal
Eosinofil 0.0 % 1.0 – 4.0 Menrun
Neutrofil Segmen 69.4 % 50.0 – 80.0 Normal
Limfosit 20.3 % 25.0 – 50.0 Menurun
Monosit 10.1 % 4.0- 8.0 Meningkat
NLR 3.42
Tabel 3.4 Pemeriksaan Diagnostik 01 Maret 2021

Pemerksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 9.8 g/dl 10.8 – 15.6 Menurun
Eritrosit 4.8 106/uL 4.0 – 5.5 Normal
Lekosit 5.6 103/uL 4.5 – 13.5 Normal
Hematokrit 29.4 % 33.0- 45.0 Menurun
Trombosit 326 103/uL 154 – 442 Normal
MCV,MCH, MCHC
MCV 59.9 74.0 – 102.0 Menurun
MCH 20.0 fL 23.0 – 31.0 Menurun
MCHC 33.3 Pq 32.0 – 36.0 Normal
RDW 18.1 g/dl 10.0 – 16.0 Meningkat
%
HITUNG JENIS
Basofil 0.0 % 0.0 – 1.0 Normal
Eosinofil 0.0 % 1.0 – 4.0 Menurun
Neutrofil Segmen 75.0 % 50.0 – 80.0 Normal
Limfosit 18.4 % 25.0 – 50.0 Menurun
Monosit 6.6 % 4.0- 8.0 Normal
NLR 4.08

Tabel 3.4 Pemeriksaan Diagnostik pada tanggal 01 Maet 2021

Pemerksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


SERO –
IMUNOLOGI Non Reaktif : <4
Tubex 6 Reaktif : >=4

n. Therapy

Tabel 3.5 Therapy pada tanggal 10 Maret 2021


No Nama Obat Dosis Rute Jam Indikasi
Menggati cairan dan elektrolit
1 KA-EN 1B 20tpm IV 24 Jam
pada kondisi dehidrasi
Untuk mengatasi gangguan
2 Omeprazole 1x30mg IV 09.00
lambung
08.00
Paracetamol 3x 360
3 Oral 16.00 Untuk penurun demam
Syrup mg
24.00
2. Analisa Data
Tabel 3.6 Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Kuman Salmonella typhi Ketidakefektifan
- Pasien mengeluh yang masuk ke saluran termoregulasi
merasa lemas gastrointestinal
- Ibu pasien ↓ (Herdman & Kamitsuru,
mengatakan anaknya Lolos dari asam lambung 2015)
mengalami demam ↓
yang turun naik sejak Bakteri masuk ke usus halus
5 hari yang lalu, pagi ↓
hari demam menurun Inflamasi
dengan suhu 36,7ºC ↓
dan siang sampai Pembuluh limfe
malam hari demam ↓
meningkat dengan Peredaran darah
suhu 38ºC (bakteremia primer)
DO : ↓
- TTV Masuk retikulo endothelial
TD = 110/80 mmHg (RES) terutama hati dan lifa
N = 98x/menit ↓
R = 20x/menit Masuk ke aliran darah
S = 36,7ºC (bakteremia sekunder)
- Kulit kemerahan ↓
- Akral hangat Endotoksin
- Bibir kering ↓
- Bau pada mulut Terjadi kerusakan sel
- Pemeriksaan Lekosit ↓
menurun pada tangal Merangsang melepas zat
08 – 03 – 2021 : 3.5 epirogen oleh leukosit
103/uL ↓
- Pemeriksaan pada Mempengaruhi pusat
01 - -3 – 2021 tubex : thermoregulator
6 reaktif dihipotalamus
- Warna kulit wajah dan ↓
telapak tangan pucat Ketidak efektifan
- Pasien tampak lemas termorelgulasi

(Nurarif, 2015)

DS : Kuman Salmonella typhi Ketidakseimbangan Nutrisi:


- Ibu pasien yang masuk ke saluran Kurang Dari Kebutuhan
mengatakan anaknya gastrointestinal Tubuh
tidak nafsu makan ↓ (Herdman & Kamitsuru,
terutama sayur, dan Lolos dari asam lambung 2015)
tidak mengetahui ↓
makanan apa saja Bakteri masuk ke usus halus
yang baik untuk ↓
kesehatannya Inflamasi
DO : ↓
- BB Saat Ini : 37 Kg Pembuluh limfe
- BB Sebelum masuk ↓
RS : 39 Kg Peredaran darah
- Adanya penurunn (bakteremia primer)
berat badan 2kg ↓
- Kunjungtiva anemis Masuk retikulo endothelial
- Kulit kering (RES) terutama hati dan lifa
- Membran mukosa ↓
pucat Inflamasi pada hati dan
- Bising usus 15x/menit limfa
- Pemeriksaan Hb ↓
Menurun pada tanggal Pembesaran limfa
08 – 03 – 2021 : 8,9 ↓
g/dl Splenomegali

Penurunan moblitas usus

Penurunan peristaltic usus

Peningkatan asam lambung

Anoreksia mual muntah

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

(Nurarif, 2015)

DS : Kuman Salmonella typhi Defisit Perawatan Diri


- Pasien mengatakan yang masuk ke saluran (Herdman & Kamitsuru,
belum mencuci gastrointestinal 2015)
rambutnya dan belum ↓
menggunting kukunya Lolos dari asam lambung
dari awal masuk RS ↓
DO : Bakteri masuk ke usus halus
- Kulit kepala teraba ↓
lengket kusam dan Inflamasi
bau ↓
- Kuku tampak kotor Pembuluh limfe
dan panjang ↓
Peredaran darah
(bakteremia primer)

Masuk retikulo endothelial
(RES) terutama hati dan lifa

Inflamasi pada hati dan
limfa

Pembesaran limfa

Splenomegali

Penurunan moblitas usus

Penurunan peristaltic usus

Peningkatan asam lambung

Anoreksia mual muntah

Lemah lesu, parestesia, mati
rasa, ataksia, gangguan
koordinasi, bingung

Defisit perawatan diri

(Nurarif, 2015)

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan, proses penyakit ditandai dengan kulit kemerahan,
peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, dan pucat sedang.
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan berat badan 20%
atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, enggan makan dan
membran mukosa pucat.
c) Defisit Perawatan Diri Berhubungan Dengan Kelemahan ditandai
dengan ketidakmampuan mengakses kamar mandi, dan
ketidakmampuan mengakses sumber air
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan Termoregulasi Berhubungan Dengan fluktuasi suhu lingkungan, proses penyakit ditandai dengan kulit kemerahan,
peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, dan pucat sedang.
Definisi : Fluktuasi suhu di antara hipotermia dan hipertermia
Domain 11 : Keamanan / perlindungan
Kelas 6 : Termoregulasi
(Herdman dan Kamitsuru, 2018)

No Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


1 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Demam
keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Pantau suhu dan tanda – tanda vital lainnya 1. Suhu normal pada anak 37ºC kenaikan suhu yang
diharapkan Ketidakefektifan signifikan menjadi indikator hipertermi
Termoregulasi dapat teratasi
dengan kriteria hasil : 2. Monitor warna kulit dan suhu 2. Menghindari panas yag berkaitan dengan
penyakit
Termoregulasi
1. Suhu tubuh normal 36,5ºC - 3. Menganjurkan untuk kompres hangat 3. Menghambat simisis dihipotalamus sehingga
37,5ºC terjadi vasodilatasi kulit
2. Warna kulit tidak pucat
3. Melaporkan kenyamanan suhu 4. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatas aktivitas 4. Mengurangi peningkatan metabolisme dalam
jika diperlukan tubuh

5. Berikan kompres mandi hangat; hindari 5. Dapat membantu mengurangi demam


pengunaan alkohol

6. Beri obat atau cairan IV (mis; antipiretik, agen 6. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
antibaktri, dan agen anti mengigil) pada pasien dengan hipertermi

(Mooehead, 2016) (Bulechek, 2016) (Doengoes, 2014)

23
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan berat badan 20%
atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, enggan makan dan membran mukosa pucat.
Definisi : Asupan Nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
(Herdman et al, 2018)

2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan 1. Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang
diharapkan Ketidakseimbangan [pasien] untuk memenuhi kebutuhan gizi menyebabakan depresi, agitasi dan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan mempengaruhi fungsi kognitif
Tubuh dapat terpenuhi dengan
kriteria hasil : 2. Monitor kalori dan asupan makanan 2. Mengawasi penurunan BB masukan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi makanan
Status Nutrisi
1. Asupan makan bertabah 3. Tawarkan makanan porsi kecil, tapi sering 3. Memerikan kesempatan untuk meningkatkan
asupan nutrisi
Nafsu Makan
2. Kenginan untuk makan 4. Timbang berat badan setiap hari 4. Tindakan yang memeri tannda akurat untuk
bertambah rentang berat badan

Pengetahuan: Diet yang 5. Berikan obat – obatan jika diperlukan 5. Mengatasi mual dan muntah yang dirasakan
Disarankan
3. Pengetahuan bertambah 6. Rujuk untuk mendapatkan pendidikan kesehatan 6. Berikan informasi pada pasien dan keluarga
mengenai diet yang di terkait diet dan perencanaan diet sesuai tentang nutrisi yang tepat
anjurkan kebutuhaan

(Mooehead, 2016) (Bulechek, 2016) (Doengoes, 2014)

24
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan

Defisit Perawatan Diri Berhubungan Dengan Kelemahan ditandai dengan ketidakmampuan mengakses kamar mandi, dan ketidakmampuan
mengakses sumber air
Definisi : Ganguan Kemampuan Untuk Melakukan ADL Pada Diri
Domain 4 : Aktivitas/istirahat
Kelas 5 : Perawatan diri
(Herdman dan Kamitsuru, 2018)

3 Setelah dilakukan tindakan Bantuan Perawatan Diri


keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Monitor kemampuan perawatan diri secara 1. Mempersiapkan kemampuan pasien agar terbiasa
diharapkan Defisit Perawatan Diri mandiri melakukan perawatan diri secara mandiri
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
2. Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika 2. Kemndirian mampu meningkatkan kegiatan
Perawatan Diri: Kebersihan pasien tak mampu melakukannya sehari – hari pada pasien salah saunya perawatan
1. Rambut sudah bersih tidak diri
lengket dan wangi Perawatan Rambut dan Kulit Kepala
2. Kuku sudah rapih dan bersih
3. Monitor kondisi rambut dan kulit kepala, 3. Agar kebutuhan personal hygiene pasien
termasuk kelainan – kelainannya (misalnya., terpenuhi
kering, kasar, atau rambut rapuh, serangan kutu,
ketombe, dan defisiensi nutrisi)

4. Bantu pasien berada pada posisi yang nyaman 4. Untuk meningkatkan kenyamanan bagi pasien

5. Cuci dan kondisikan rambut, memijatkan sampo 5. Rambut yang bersih mampu meningkatkan
dan kondisioner ke kulit kepala dan rambut kenyamanan pasien

6. Sikat atau sisir rambut dengan menggunakan 6. Meningkatkan kenyamanan pasien saat
sisir bergigi jarang atau dengan jari tangan, beristirahat

25
sesuai kebutuhan

Perawatan Kuku
7. Rendam kuku dalam air hangat, bersihkan 7. Pelunakan kutikula meningkatkan kemudahan
bagian bawah kuku dengan orange stick (batang pengangkatan sel mati.
pembersih kuku) dan dorong kutikula dengan
[menggunakan] gunting kutikula

8. Monitor atau bantu [individu] membersihkan 8. Mengangkat debris dan kelebihan kelembapan,
kuku sesuai dengan kemampuan perawatan diri mengurangi kesempatan infeksi.
individu

9. Monitor atau bantu pemangkasan kuku sesuai 9. Pengguntingan kuku harus lurus melintang
dengan kemampuan perawatan diri individu mencegah keluarnya pinggiran kuku dan
pembentukan ujung kuku yang tajam dapat
mengakibatkan iritasi sisi lateral kuku.

(Mooehead et al., 2016) (Bulechek et al., 2016) (Doengoes et al, 2014)

26
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tabel 3.7 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Hari/Tanggal Paraf dan


No Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan /Jam Nama
1 Ketidakefektifan Rabu, 10 1. Mengukur suhu dan tanda – tanda vital Rabu, 10 Maret 2021 Pukul 14.00 WIB
termoregulasi Maret 2021 lainnya
berhubungan 07 . 00 WIB R/ Hasil TTV: S:
dengan proses S : 37,8 ºC - Ibu pasien mengatakan anaknya demam Maulina
penyakit TD : 110/80 mmHg lagi pada puku 13.00WIB dengan suhu
N : 90x/menit 37,8 ºC dan masih pusing
R : 20x/menit O:
- Hasil TTV
07 . 05 WIB 2. Monitor warna kulit dan suhu TD : 110/80mmHg
R/ warna kulit wajah dan telapak tangan S : 37,8ºC
tampak pucat dengan suhu 37,8 ºC N : 90x/menit
R : 20x/menit
08.00 WIB 3. Memberikan obat antipiretik, - Warna kulit wajah dan telapak tangan
parasetamol dengan dosis 120 mg tampakpucat
melalui oral
R/ anak meminum obat di bantu ibunya A : Ketidakefektifan Termoregulasi Belum Teratasi

13 . 00 WIB 4. Menganjurkan untuk kompres hangat di P : Lanjutkan Intervensi


bagian axila 1. Monior suhu dan tanda – tanda vital lainnya
R/ anak tertidur dan gelisah karena suhu 2. Monitor warna kulit dan suhu
tubuh nya sedang meningkat 3. Berikan obat antipiretik, parasetamol
dengan dosis 3x15ml melalui oral
13 . 15 WIB 5. Memberikan kompres mandi hangat;
hindari pengunaan alkohol
R/ anak tertidur setalh dilakukan
pengompresan

27
Ketidakseimbangan Rabu, 10 1. Menentukan status gizi pasien dan Rabu, 10 Maret 2021 Pukul 14.00 WIB
Nutrisi Kurang Dari Maret 2021 kemampuan [pasien] untuk memenuhi
Kebutuhan Tubuh 07.55 WIB kebutuhan gizi S:
Berhubungan R/ status gizi pasien menggunakan IMT - Pasien mengatakan ada keinginan untuk Maulina
Dengan Asupan = 16,4 (Status Gizi Berat Badan Kurang) makan
Diet Kurang
07.56 WIB 2. Memonitor kalori dan asupan makanan O:
R/ porsi makan anak bertambah 1 posi - IMT = 16,4 (Status Gizi Berat Badan
habis 12 sendok makan Kurang)
- Porsi maka pasien bertamah dari ½ porsi
07. 57 WIB 3. Menawarkan makanan porsi kecil, tapi menjadi 1 porsi habis 12 sendok makan
sering - Berat badan pasien masih 37Kg
R/ anak mau makan snack ringan

07.58 WIB 4. Mengukur berat badan setiap hari A : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
R/ bb anak 37Kg Kebutuhan Tubuh Belum Teratasi
09.00 WIB 5. Melakukan kolaborasi pemberian obat P : Lanjutan Intervensi
omeprazole 30 mg 1. Timbang berat badan setiap hari
R/ tidak ada reaksi alergi pada anak 2. Monitor kalori dan asupan makanan
3. Berikan obat – obatan jika diperlukan
4. Rujuk untuk mendapatkan pendidikan
kesehatan terkait diet dan perencanaan diet
sesuai kebutuhaan

Defisit Perawatan Rabu, 10 1. Menanyakan kemampuan perawatan Rabu, 10 Maret 2021 Pukul 14.00 WIB
Diri Berhubungan Maret 2021 diri secara mandiri S:
Dengan Kelemahan 07.00 WIB R/ pasien mengatakan belum mampu - Pasien mengatakan belum mampu
melakukan perawatan diri secara melakukan perawatan diri secara mandiri Maulina
mandiri dan masih di bantu leh ibu dan perawat
O:
07.02 WIB 2. Memotivasi kemandirian pasien, tapi - Rambut sudah di kramas tampak bersih
bantu ketika pasien tak mampu dan tidak bau

28
melakukannya - Kuku sudah bersih dan tidak panjang
R/ pasien masih merasa lemas
A : Defisit Perawatan Diri Sudah Teratasi
07.05 WIB 3. Memonitor kondisi rambut dan kulit
kepala, termasuk kelainan – P : Hentikan Intervensi
kelainannya (misalnya., kering, kasar,
atau rambut rapuh, serangan kutu,
ketombe, dan defisiensi nutrisi)
R/ kondisi rambut tampak kotor
kusam dan bau

07.15 WIB 4. Membantu pasien berada pada posisi


yang nyaman
R/ pasien mengatakan ingin posisi
duduk

07.17 WIB 5. Mencuci dan kondisikan rambut,


memijatkan sampo dan kondisioner
ke kulit kepala dan rambut
R/ rambut tampak bersih

07.20 WIB 6. Menyisir rambut dengan


menggunakan
sisir bergigi jarang atau dengan jari
tangan, sesuai kebutuhan
R/ rambut tampak rapih

07. 23 WIB 7. Merendam kuku dalam air hangat,


bersihkan bagian bawah kuku dengan
orange stick (batang pembersih kuku)
dan dorong kutikula dengan
[menggunakan] gunting kutikula
R/ kuku mudah di potong dan
dibersihkan

29
08.40 WIB 8. Membantu [individu] membersihkan
kuku sesuai dengan kemampuan
perawatan diri individu
R/ kuku tampak bersih

08. 45 WIB 9. Membantu pemangkasan kuku sesuai


dengan kemampuan perawatan diri
individu
R/ kuku tampak rapih

2 Ketidakefektifan Kamis, 11 1. Mengukur suhu dan tanda – tanda vital Kamis, 11 Maret 2021 Pukul 14.00 WIB
termoregulasi Maret 2021 lainnya
berhubungan 07 . 00 WIB R/ Hasil TTV S:
dengan proses S : 36,3ºC - Pasien mengatakan suhu tubuhnya sudah Maulina
penyakit TD : 110/80 mmHg normal
N : 88x/menit
R : 19x/menit O:
- Hasil TTV
07 . 15 WIB 2. Memonitor warna kulit dan suhu TD : 110/80mmHg
R/ Kulit wajah dan telapak tangan masih S : 36,3ºC
tampak pucat N : 88x/menit
R : 19x/menit
08 . 00 WIB 3. Kolaborasi pemberian obat antipiretik, - Warna kulit wajah dan tangan masih
parasetamol dengan dosis 120 mg tampak pucat
melalui oral
R/ tidak ada reaksi alergi pada anak A : Ketidakefektifan Termoregulasi Sudah Teratasi

P : Hentikan Intervensi

Ketidakseimbangan Kamis, 11 1. Mengukur berat badan setiap hari Kamis, 11 Maret 2021 Pukul 14.00 WIB
Nutrisi Kurang Dari Maret 2021 R/ BB anak : 37,35 Kg
Kebutuhan Tubuh 08 . 00 WIB S:
Berhubungan - Pasien dan keluarga mengatakan sudah Maulina

30
Dengan Asupan 08 . 30 WIB 2. Melakukan pendidikan kesehatan terkait mengerti dan mampu menjelaskan kembali
Diet Kurang diet dan perencanaan diet sesuai apa yang telah disampaikan oleh perawat
kebutuhaan
R/ pasien dan keluarga memperhatikan O:
ketika diberi edukasi dan mampu - BB anak naik menjadi 37, 35 Kg
menjelaskan kembali apa yang sudah
perawat sampaikan A : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Belum Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
1. Timbang berat badan setiap hari
2. Monitor kalori dan asupan makanan
3. Berikan obat – obatan jika diperlukan

31
B. PEMBAHASAN

Seluruh rangkaian proses pemberian asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh penulis kepada An. Q dengan usia sekolah (11 tahun 4 bulan)

diagnosa medis Thypoid Fever di Ruang Perawatan Anak (Salak) Rumah

Sakit Dustira Cimahi yang dilakukan selama 2 hari dari tanggal 10 sampai 11

Maret 2021. Pemberian asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memberikan

bantuan kepada pasien agar mendapatkan drajat kesehatan yang optimal.

Dilakukan dengan proses keperawatan secara sistematis diawali dengan

melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan

intervensi keperawatan, melaksananakan implementasi dan diakhiri evaluasi

keperawatan.

Ditemukan ada beberapa kesenjangan yang didapatkan antara teori

dan praktik pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan langsung di

lapangan, antara lain sebagai berikut:

1. Pengkajian Keperawatan

Pengajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, pada

tahap ini penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi

kasus pada pasien dan keluarga untuk mengumpulkan data – data dasar

agar dapat menentukan status kesehatan pasien, baik data subjektif

maupun data objektif dengan teknik wawancara dan pemeriksaan

pemeriksaan fisik (Debora, 2012). Pada pengkajian keperawatan yang

dilakukan oleh peulis terdapat beberapa kesesuaian dan kesenjangan

antara lain :

32
a. Identitas

Menurut teori (Setiadi, 2012) dalam melakukan interaksi

dengan pasien maupun keluarganya harus menggunakan komunikasi

terapeutik untk mempermudah melakukan perkenalan dan kontrak

waktu kepada pasien.

Dalam melakukan pengumpulan data, penulis tidak

mendapatkan kesulitan di karenakan Pasien dan keluarga sangat

kooperatif dan sangat membantu penulis untuk mendapatkan

informasi tentang biodata Pasien dan keluarga meliputi nama, umur,

alamat, jenis kelamin, pendidikan, tempat tanggal lahir, suku bangsa,

tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor rekam medis dan

diagnosa medis dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

peraktik langsung di lapangan.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Ketika dilakukan pengkajian An. Q mengeluh pusing,

dapat disimpulkan tidak adanya kesenjangan karena Menurut

teori (Mardalena, 2015) menyatakan bahwa keluhan utama yang

dirasakan oleh pasien dengan Thypoid Fever yaitu, demam,

perasaan tidak enak pada bada, merasa lesu, nyeri kepala, pusing,

dan nafsu makan berkurang.

33
2) Alasan Masuk Rumah Sakit

Ibu Pasien mengatakan sudah 2 hari anaknya mengalami

demam pada malam hari, akhirnya orang tua membawa anaknya

ke IGD RS. Dustira pada tanggal 1 Maret 2021. Setelah

diperiksa, dokter mengatakan bahwa An. Q didiagnosa Thypoid

Fever dan harus menjalani perawatan selama beberapa hari

kedepan. Menurut teori (Marni, 2016) pasien dengan Thypoid

Fever akan terkaji biasanya pasien mengalami peningkatan suhu

tubuh pada malam hari dan penurunan suhu tubuh pada pagi hari

sehingga terdapat kesesuaian antara teori dengan praktik

langsung dilapangan.

3) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Ibu pasien mengatakan pada saat berumur 7 tahun An.Q

pernah dirawat d rumah sakit karena penyakit yang sama yaitu,

Thypoid Fever. Merut teori (Marni, 2016) menyatakan bahwa

untuk melihat adanya riwayat kesehatan yang lalu, tanyakan

apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama, apakah

pasien sebelumnya pernah sakit, apakah dampai dilakukan

perawatan di rumah sakit.

Dari data di atas tidak ditemukan adanya kesenjangan

antaraa teori dan praktik langsung di lapangan.

34
4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Menanyakan tentang riwayat kesehatan pada

keluarganya, apakah di keluarganya ada yang menderita penyakit

yang sama seperti yang di alami oleh An. Q atau memiliki

riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular. Ketika

dilakukan pengkajian Ibu pasien mengatakan di keluarganya

tidak ada yang mengalami penyakit serupa yaitu Thypoid Fever,

dan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan maupun penyakit

menular (Hidayat, 2014).

c. Riwayat Kehamilan

Pada saat dilkukan pengkajian terhadap Ibu dari An. Q

mengatakan bahwa dari proses prenatal dampai dengan postnatal An.

Q dalam keadaan baik, imunisasi lengkap, penambahan berat badan

yang normal pada umumnya, namun Ibu An. Q sering merasa mual

dan muntah ketika mengonsumsi makanan yang berbau amis.

d. Pola Kebutuhan Sehari – hari

Pada saat dilakukan pengkajian pada An. Q didapatkan data

pola kebutuhan sehari-hari saat di rumah sakit sebagai berikut :

35
1) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada saat dilakukan pengkajian An. Q mengeluh tidak

nafsu makan, dan menurut teori (Anwar, 2020) menyatakan

bahwa pasien dengan Thypoid Fever mengalami adanya

penurunan nafsu makan karena adanya mual dan muntah yang

dirasakan oleh pasien. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik langsung dilapangan.

2) Pola Eliminasi

Pada saat dilakukan pengkajian pola eliminasi pada An. Q

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik langsung dilapangan

karena An. Q tidak mengalami keluhan pada pola eliminasinya,

Namun, menurut teori (Anwar, 2020) menyatakan bahwa pasien

dengan Thypoid Fever mengalami konstipasi akibat dari tirah

baring yang terlalu lama.

3) Pola Aktivitas dan Latihan

Pada saat dilakukan pengkajian An. Q mengeluh tidak

mampu melaukan aktivitas karena kondisinya yang lemah, dan

menurut teori (Anwar, 2020) menyatakan bahwa pasien dengan

Thypoid Fever mengalami gangguan dalam melakkan berbagai

aktivitas dan pasien memerlukan bantuan orang lain. Sehingga

36
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik langsung

dilapangan.

4) Pola Tidur dan Istirahat

Pada saat dilakukan pengkajian An. Q tidak mengalami

gangguan pada pola tidurnya, namun menurut teori (Anwar,

2020) menyatakan bahwa pasien dengan Thypoid Fever

mengalami gagguan pada istirahat dan tidurnya karena adanya

peningkatan suhu tubuh yang mengakibatkan pasien susah tidur

dan merasa gelisa. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik langsung dilapangan.

5) Pola Kebersihan Perorangan

Pada saat dilakukan pengkajian pada An. Q didapatkan hasil

rambut lepek dan bauk serta kuku tampak kotor dan panjang. An.

Q mengatakan belum keramas dan memotong kukunya sejak awal

masuk rumah sakit

e. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

An. Q memiliki berat badan 37 kg dan tinggi badan 150

meter, An. Q termasuk memiliki pertumbuhan tinggi badan yang

cepat untuk seusianya. Menurut teori (kyle dan catman, 2015) pada

tumbuh kembang usia awal sekolah laki – laki maupun perempuan

37
memiliki tinggi dan berat badan yang sama, namun di usia akhir

sekolah anak peremuan akan melebihi dari pertumbuhan laki – laki.

Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik langsung

dilapangan.

f. Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan An. Q sudah melakukan imunisasi

lengkap, yaitu Hepatitis B0, BCG, Polio 1-4, DPT-HB-Hib 1-3 dan

lanjutan, serta campak 2 kali. Menurut teori (Wulandari, 2016) Pada

anak yang menglami typhoid diperlukan imunisasi agar dapat

meningkatkan kekebalan dalam tubuh seseorang suapaya terhindar

dari penyakit. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik

langsung di lapangan.

g. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

1) Keadaan Umum

Menurut teori (Wulandari, 2016) menyatakan bahwa

keadan umum yang terihat pada pasien dengan Thypoid Fever

yaitu, apatis, somnolen, jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah,

dan pada saat dilakukan pengkajian Ibu An. Q mengatakan

anaknaya tampak gelisah ketika suhu tubuh meningkat sehingga

tidak ada nya kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik

langsung dilapangan.

38
2) Tingkat Kesadaran

Pada saat dilakukan pengkajian tingkat kesadaran pasien

compos mentis, dengan GCS E=4, V=5, M=6. Hal ini sesuai

dengan teori (Debora, 2019) bahwa pengkajian tingkat kesadaran

dapat dikaji secara kualitatif dan kuantitatif, sehingga antara teori

dan praktik langsung di lapangan tidak terdapat kesenjangan.

Namun, Menurut (Ardiansyah, 2012) dalam (Wulandari &

Erawati, 2016) pada penderita Thypoid Fever dapat terjadi

penurunan kesadaran, sehingga terdapat kesenjangan antara teori

dan praktik langsung di lapangan, hal ini kemungkinan

dikarenakan pasien segera mendapatkan pengobatan ketika sakit

sehingga tidak terjadi masalah penurunan kesadaran.

3) Kepala

Pada saat dilakukan pemeriksaan di bagian kepala An. Q

mengeluh sakit kepala, dan menurut teori (Wulandari, 2016)

menyatakan bahwa pada pasien dengan Thypoid Fever

mengalami keluhan sakit kepala, sehingga tidak terdapat adanya

kesenjangan antara teori dan praktik langsung dilapangan.

4) Telinga

Pada saat dilakukan pengkajian di bagian telinga pada

An. Q terdapat kesenjangan antara teori dan praktik langsung

39
dilapangan karena pada saat dilakukan pemeriksaan di bagian

telinga An. Q tidak mengalami keluhan apapun seperti tuli ringan

maupun Media Otitis. Namun, menurut teori (Wulandari, 2016)

menyatakan bahwa pada pasien dengan Thypoid Fever akan

mengalami kluhan pada bagian telinga yaitu, tuli ringan atau

Media Otitis.

5) Mulut

Pada saat dilakukan pemeriksaan di bagian mulut pada

An. Q didapatkan masalah bibir kering hingga pecah – pecah,

bau pada mulut, dan lidah tampak kotor. Menurut teori

(Wulandari, 2016) menyatakan bahwa pada pasien dengan

Thypoid Fever akan mengalami gangguan pada mulut,

diantaranya bibir kering, pecah – pecah, mulut bau, dan lidah

kotor. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik langsung dilapangan.

6) Dada

Pada saat dilakukan pemeriksaan di bagian dada pada An.

Q tidak didapatkan masalah. Namun menurut teori (Wulandari,

2016) menyatakan bahwa pada pasien dengan Thypoid Fever

akan mengalami gangguan taki kardi, sesak napas, dan batuk

40
nonproduktif. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik langsung dilapangan.

7) Abdomen

Pada saat dilakukan pemeriksaan di bagian pada An. Q

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik langsung

dilapangan karena pada saat dilakukan pemeriksaan di bagian

abdomen pada An. Q tidak didapatkan masalah. Namun menurut

teori (Wulandari, 2016) menyatakan bahwa pada pasien dengan

Thypoid Fever akan mengalami konstipasi atau diare, perut

tegang, pembesaran pada limpa atau hati.

8) Genetalia

Pada saat dilakukan pengkajian pada bagian genetalia

dalam keadaan baik. Hal ini sesuai dengan teori (Ardiansyah,

2012) dalam (Wulandari & Erawati, 2016) bahwa tidak

ditemukan manifestasi klinis tifoid pada pemeriksaan genetalia

sehingga antara teori dan praktik langsung di lapangan tidak ada

kesenjangan.

9) Anus

Pada saat dilakukan pengkajian pada bagian anus dalam

keadaan baik. Hal ini sesuai dengan teori (Ardiansyah, 2012)

41
dalam (Wulandari & Erawati, 2016) bahwa tidak ditemukan

manifestasi klinis tifoid pada pemeriksaan anus sehingga antara

teori dan lapangan tidak ada kesenjangan.

10) Ekstremitas

Pada saat dilakukan pemeriksaan pada bagian ekstremitas

atas dan bawah pada An. Q terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik langsung dilapangan karena An. Q mengatkanan tidak

ada keluhan di bagi ekstremitas atas dan bawah. Namun,

menurut teori (Wulandari, 2016) menyatakan bahwa pada pasien

dengan Thypoid Fever akan mengalami nyeri pada persendian.

11) Kulit

Pada saat dilakukan pemeriksaan di bagian kulit pada An.

Q didapatkan adanya masalah seperti terdapat kemerahan pada

bagian tubuh. Menurut teori (Wulandari, 2016) menyatakan

bahwa pada pasien dengan Thypoid Fever akan mengalami

kemerahan pada kulit, penurunan turgor kulit, dan membran

mukosa kering. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan praktik langsung di lapangan.

42
h. Reaksi Hospitalisasi

Pada saat dilakukan pengkajian An. Q tampak kooperatif.

Menurut Teori (Wulandari, 2016). Reaksi hospitalisasi yang terjadi

pada anak usia sekolah (6-12 tahun) akan mengalami kecemasan

yang digambarkan dengan bentuk verbal dan non verbal ketika

merasakan nyeri. Terdapat adanya kesenjangan antara teori dan

praktik langsung di lapangan, karena An. Q sudah bisa mengatur

emosi sehingga tidak ada reaksi hospitalisasi yang muncul.

i. Pengetahuan

Ibu pasien mengatakan sudah mengetahui mengenai

pencegahan dan perawatan anak dengan Thypoid Fever di rumah

naun belum mengetahui makanan yg baik untuk kesehatan anaknya.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang

untuk berperilaku dalam masalah kesehatan. Status pekerjaan

sebagai ibu rumah tangga dari segi waktu mempunyai waktu lebih

banyak dalam mengasuh anak termasuk dalam menjaga kesehatan

balita termasuk menangani demam (Rekawati, 2013). Sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik langsung di lapangan.

43
j. Riwayat Spiritual

An. Q dalam kesehariannya memiliki jadwal untuk mengaji

bersama teman – temannya di madrasah dekat rumahnya. An. Q

mengatakan sudah bisa melaksanakan sholat dan berwudhu serta

sudah hafal beberapa surat pendek dan doa – doa, serta pasien juga

sudah bisa mengaji Al – Quran. Menurut teori (Suryani, 2019)

menyatakan bahwa anak usia sekolah untuk ilmu agama harus

dijelaskan kepada anak dalam istilah yang konkret, yang dimana

dicantumkan dalam teori perkembangan kognitif Piaget. Sehingga

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik langsung di

lapangan.

k. Pemeriksaan Diagnostik

Pada An. Q dilakukan pemeriksaan tubex dan darah lengkap

selama dirawat di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi Pada

pemeriksaan widal, didapatkan hasil negatif. Menurut teori

(Wulandari & Erawati, 2016) menyatakan bahwa biakan darah S.

Typhi pada minggu pertama menunjukkan hasil positif, sehingga

terdapat kesenjangan antara teori dan lapangan. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena pasien telah mendapatkan antibiotik ketika

sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan hematologi

ditemukan peningkatan leukosit dan penurunan trombosit. Hal ini

sesuai dengan teori (Wulandari & Erawati, 2016) bahwa dapat

44
terjadi leukositosis pada pemeriksaan diagnostik dan menurut

(Mansjoer, 2003) dalam (Wulandari & Erawati, 2016) menyebutkan

bahwa trombositopenia merupakan salah satu komplikasi darah pada

penderita tifoid, sehingga antara teori dan lapangan tidak terdapat

kesenjangan. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik langsung di lapangan.

l. Therapy

An. Q mendapatkan jenis therapy pada tanggal 10 Maret

2021 yaitu, infus KA-EN 1B 24jam/ 20tpm, Omeprazole 1 x 30 mg

dan Paracetamol Syrup 3 x 360 mg. Menurut teori (Wulandari, 2016)

menyatakan bahwa therapy yang diberikan pada pasien dengan

Thypoid Fever adalah dengan pemberian antibiotik seperti

Antimikroba, Antipiretik seperlunya, dan memberikan vitamin B

kompleks dan vitamin C. Sehingga tidak ada kesenjangan anatara

teori dan praktik langsung di lapangan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan kondisi individu yang

mempunyai sifat aktual, tujuan dari penentuan diagnosa keperawatan ini

untuk memenuhu kebutuhan medis yang dijalankan oleh tenaga

kesehatan (Debora, 2012). Menurut teori (Nurarif & Kusuma, 2015)

45
dalam pathway dituliskan ada beberapa diagnosa yang kemungkinan

akan muncul pada pasien dengan Thypoid Fever, yaitu:

a. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu

lingkungan, proses penyakit ditandai dengan kulit kemerahan,

peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, dan pucat sedang.

b. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan

ekspresi wajah nyeri, keluhan tentang intensitas menggunakan

standar skala nyeri dan sikap melindungi area nyeri.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan berat

badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, enggan

makan dan membran mukosa pucat.

d. Resiko kekurangan voume cairan berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh ditandai dengan asupan

cairan kurang, mukosa kering dan kurang pengetahuan tentang

kebutuhan cairan.

e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus

gastrointestinal (penurunan moilitas usus) ditandai dengan massa

abdomen yang dapat diraba, anoreksia dan distensi abdomen

Berdasarkan dari hasil pengkajian dan analisa data, penulis

merumuskan 2 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori yaitu,

ketidakefetifan termoregulasi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh dan 1 diagnosa tambahan yaitu, defisit perawatan diri,

46
karena dilihat dari kondisi pasien pada saat dilakukan pengkajian pasien

membutuhan perawatan diri sehingga terdapat adanya kesenjangan.

Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan proses

peradangan tidak di angkat karena tidak terjadi ciri – ciri anak mengalami

nyeri. Diagnosa keperawatan resiko kekurangan voume cairan

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat tidak diangkat karena

caira sudah terpenuhi. Diagnosa konstipasi berhubungan dengan

penurunan motilitas traktus gastrointestinal tidak di angkat karena anak

sudah bisa BAB dengan lancar.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data-data

terkumpul, dianalisa dan didentifikasi. Teori dari (Debora, 2012)

menyatakan bahwa intervensi adalah tahap ketiga dari proses asuhan

keperawatan dimana pada tahap ini penulis melakukan penyusunan

rencana keperawatan yang disesuaikan dengan masalah pasien,

kemampuan pasien, dan kondisi serta sarana yang tersedia di ruangan.

Perencanaan keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Inervention

Classification) yaitu menurut (Bulechek et al., 2016) yang disusun oleh

penulis adalah sebagai berikut :

a. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu

lingkungan, proses penyakit ditandai dengan kulit kemerahan,

peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, dan pucat sedang.

47
1) Pengaturan suhu

a) Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi sesuai kebutuhan

b) Memonitor suhu dan warna kulit

2) Perawatan demam

a) Tingkat sirkulasi udara

b) Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas

c) Kolaborasi dalam pemberian obat atau cairan intravena

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan berat

badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, enggan

makan dan membran mukosa pucat.

1) Manajemen Nutrisi

a) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan [pasien] untuk

memenuhi kebutuhan gizi

b) Tawarkan makanan ringan yang pada gizi

c) Monitor kalori dan asupan makanan

d) Tawarkan makanan porsi kecil, tapi sering

e) Timbang berat badan setiap hari

f) Berikan obat – obatan jika diperlukan

g) Rujuk untuk mendapatkan pendidikan kesehatan terkait diet

dan perencanaan diet sesuai kebutuhaan

48
c. Defisit Perawatan Diri Berhubungan Dengan Kelemahan ditandai

dengan ketidakmampuan mengakses kamar mandi, dan

ketidakmampuan mengakses sumber air

1) Bantuan perawatan diri

a) Monitor integritas kulit pasien

b) Monitor kebersihan rambut

c) Monitor kebersihan kuku

d) Cuci rambut sesuia dengan keinginan/kebutuhan

e) Memotong kuku

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi menurut teori (Debora, 2012) menyatakan bahwa

implementasi adalah tahap keempat dari proses asuhan keperawatan yang

mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lainnya dari perencanaan yang telah dibuat.

Berdasarakan hasil yang diperoleh dari praktik langsung

dilapangan, penulis tidak menemukan hambatan karena pada awal

melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga tampak kooperatif

dan menerima kehadiran perawat. An. Q berusia 11 tahun dan pada saat

pemeriksaan fisik kepada An. Q dilakukan secara head to to, dalam hal

ini tidak ditemukaan adanya kesenjangan karena didukung oleh teori dari

(Setiadi, 2012) menyatakan bahwa untuk melakukan pemeriksaan fisik

49
harus dilakukan secara sistematis dari mulai kepala sampai ke kaki (head

to toe).

Diagnosa ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan

fluktuasi suhu lingkungan, proses penyakit ditandai dengan kulit

kemerahan, peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, dan pucat

sedang. Tindakan yang dilakukan adalah mengukur tanda – tanda vital,

serta memonitor warna kulit dan suhu pasien, menganjurkan untuk

dilakukan kompres hangat jika pasien mengalami penaikan suhu

(demam), memberikan kompres hangat, dan pemberian obat antipiretik

paracetamol syrup 3 x 360 mg melalui oral, berdasarkan teori ada satu

tindakan yang belum dilakukan oleh penulis yaitu, memfasilitasi

istirahat, menerapkan pembatasan aktivitas tidak dilakkan karena pasien

sudah merasa nyaman dan aktivitas pasien di bantu oleh ibunya.

Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan berat

badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, enggan makan

dan membran mukosa pucat. Semua implementasi sesuai dengan

rencana dilakukan semua. Tindakan yang dilakukan adalah menentukan

status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan

gizi, memonitor kalori dan asupan makanan, menawarkan makanan porsi

kecil tapi sering, mengukur berat badan pasien setiap hari, dan

melakukan kolaborasi pemberian obat antimetik omeprazole 1 x 30 mg

50
melalui IV serta penulis memberkan pendidikan kesehatan mengenai diet

pada pasien Thypod Fever.

Diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

ditandai dengan ketidakmampuan mengakses kamar mandi, dan

ketidakmampuan mengakses sumber air. Semua implementasi sesuai

dengan rencana dilakukan. Tindakan yang dilakukan adalah

mengkramasi pasien dan memotong kuku pasien.

5. Evaluasi

Menurut teori (Setiadi, 2012) menyatakan bahwa evaluasi adalah

tahap terakhir dari proses asuhan keperawatan yang terdapat

perbandingan antara kondisi pasien setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan menggunakan dua metode yaitu, evaluasi formatif

merupakan evaluasi yang dilakukan pada An. Q segera setelah tindakan

keperawatan diberikan kepada pasien dan evaluasi sumatif merupakan

evaluasi yang dibuat dalam catatan perkembangan SOAP yang terdiri

dari: subjctive (data subjektif), objective (data objektif), anaize (analisa

data), dan planning (perencanaan)

Berdasarakan hasil yang diperoleh dari praktik langsung

dilapangan, penulis mengevaluasi tindakan yang dilakukan selama 2x24

jam pada An. Q dengan Thypoid Fever, masalah keperawatan yang

muncul belum teratasi semua pada hari kedua, pasien masih harus

51
melalukan perawatan di Rumah Sakit dan karena adanya keterbatasan

melakukan praktik sesuai protokol kesehatan di masa pandemi Covid-

19 penulis hanya mempunyai waktu 2 hari untuk melakukan praktik di

lapangan.

52

Anda mungkin juga menyukai