PENYAKIT SCABIES
OLEH
dr. NI LUH ARIAWATI
dr. NI LUH PUTU EKA DIARTHINI, S.Ked
BAGIAN PARASITOLOGI
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
2016
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi...........................................................................................................................................ii
Bab 1.PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................................................1
2.1 Rumusan masalah......................................................................................................................1
Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Etiologi.............................................................................................................3
2.2 Epidemiologi...............................................................................................................................4
2.3 Patogenesis..................................................................................................................................5
2.4 Diagnosis dan Gejala Klinis......................................................................................................5
2.5 Penatalaksanaan........................................................................................................................6
2.6 Prognosis.....................................................................................................................................8
2.7 Pencegahan.................................................................................................................................8
Daftar Pustaka
I. PENDAHULUAN
Scabies atau penyakit kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var.hominis. Penularan penyakit ini terjadi secara
kontak langsung. Penyakit ini tersebar hampir diseluruh dunia terutama pada daerah tropis
dan penyakit ini endemis di beberapa negara berkembang. Di beberapa wilayah lebih dari
50% anak-anak terinfestasi Sarcoptes scabiei. Scabies masih merupakan masalah kesehatan
di Indonesia. Prevalensi penyakit scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi
umum dan cenderung lebih tinggi pada anak-anak dan remaja (Sungkar,1997 cit Ma’rufi,
2005). Beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran scabies adalah : kondisi pemukiman
yang padat, hygiene perorangan yang jelek, social ekonomi yang rendah, kebersihan
lingkungan yang kurang baik, serta perilaku yang tidak mendukung kesehatan (Ma’rufi,
2005). Pada daerah yang berhawa dingin dan higiene sanitasi yang kurang bagus banyak
ditemukan kasus scabies.
Melihat hygiene para siswa sekolah dasar maka sangat memungkinkan sekali para siswa
tersebut untuk menderita penyakit scabies. Mengingat penyebaran penyakit ini terjadi
melalui kontak langsung dan pada kondisi populasi yang padat tinggal bersama maka
kemungkinan penyebaran penyakit ini akan dapat menginfestasi sebagian besar siswa
sekolah dasar, apabila penyebarannya tidak segera diatasi.
Gejala klinis penyakit ini adalah gatal pada daerah predileksi terutama pada malam hari.
Jika para siswa menderita penyakit ini maka rasa gatal yang dialami akan dapat mengganggu
konsentrasinya dalam proses belajar, sehingga secara tidak langsung akan dapat menurunkan
prestasi belajar dari para siswa tersebut. Oleh sebab itu sangat perlu memberikan pengobatan
pada siswa yang terinfeksi guna memutus rantai penularan scabies ini.
2.2 Epidemiologi
Penularan penyakit ini terjadi secara kontak langsung. Penyakit ini tersebar
hampir diseluruh dunia terutama pada daerah tropis dan penyakit ini endemis di beberapa
negara berkembang. Di beberapa wilayah lebih dari 50% anak-anak terinfestasi
Sarcoptes scabiei. Scabies masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensi
penyakit scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung
lebih tinggi pada anak-anak dan remaja (Sungkar,1997 cit Ma’rufi, 2005). Beberapa
faktor yang berperan dalam penyebaran scabies adalah : kondisi pemukiman yang padat,
hygiene perorangan yang jelek, social ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan yang
kurang baik, serta perilaku yang tidak mendukung kesehatan (Ma’rufi, 2005). Pada
daerah yang berhawa dingin dan higiene sanitasi yang kurang bagus banyak ditemukan
kasus scabies.
Melihat hygiene para siswa sekolah dasar maka sangat memungkinkan sekali para
siswa tersebut untuk menderita penyakit scabies. Mengingat penyebaran penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dan pada kondisi populasi yang padat tinggal bersama
maka kemungkinan penyebaran penyakit ini akan dapat menginfestasi sebagian besar
siswa sekolah dasar, apabila penyebarannya tidak segera diatasi.
Gejala klinis penyakit ini adalah gatal pada daerah predileksi terutama pada
malam hari. Jika para siswa menderita penyakit ini maka rasa gatal yang dialami akan
dapat mengganggu konsentrasinya dalam proses belajar, sehingga secra tidak langsung
akan dapat menurunkan prestasi belajar dari para siswa tersebut. Oleh sebab itu sangat
perlu memberikan pengobatan pada siswa yang terinfeksi guna memutus rantai penularan
scabies ini.
2.3 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah
infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder (Djuanda, 2010).
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam keluarga, biasanya
seluruh anggota keluarga, begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat terutama pada malam sebelum tidur.
Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan).
Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit
yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul
gelembung berair pada kulit (Djuanda, 2010)
2.5 Penatalaksanaan
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :
a. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap
hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur dan
bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang beresiko
tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan
untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum
meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan:
1) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara
serentak.
harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat untuk
menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
3) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut harus
dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
2.7 Pencegahan
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam
seminggu.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau
skabies.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas untuk
membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.
c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket, serta hindari pemakaian bersama sisir,
mukena atau jilbab (Depkes, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, R.P. 2000. Skabies. Dalam Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Eds ketiga. Ed Djuanda
A. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Herman, M.J. 2001. Penyakit Hubungan Seksual Akibat Jamur, Protozoa dan Parasit. Cermin
Dunia Kedokteran No 130. pp 12-16.
Ma’rufi, I., Keman, S., Notobroto, H.B. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan
Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies, Studi Pada Santri di Pondok Pesantren kabupaten
Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingungan, Vol 2 No.1 p 11-18.
Sungkar, S. 2004. Penyakit Yang Disebabkan Artropoda. Dalam Parasitologi Kedokteran. Eds
ketiga. Ed Gandahusada S. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta