Anda di halaman 1dari 18

A.

PENGERTIAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin plasenta, selaput
ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009)
Menurut Depkes RI (2008) persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
ibu maupun janin (Saifudin, 2010).

Menurut Wiknojosastro (2008) tahap-tahap pada persalinan antara lain:


a. Kala I

Kala I adalah pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan nol


sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada primigravida kala I berlangsung kira
–kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira – kira 7 jam. Gejala pada kala I
ini dimulai bila timbulnya his dan mengeluarkan lender darah. Lendir darah
tersebut berasal dari lender kanalis servikalis karena serviks mulai membuka
atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh– pembuluh kapiler
yang berada disekitar kanalis serviks itu pecah karena pergeseran ketika serviks
membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase
yaitu :
1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lamban
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
a) Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pemukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waku 2 jam pembukaan
berlangsung sampai cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm). Fase– fase
tersebut dijumpai pada primigravida, pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi
lebuh pendek.
Menurut Depkes RI 2008, kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri dari dua fase laten dan fase
aktif.
1) Fase laten pada kala I persalinan :

a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan


pembukaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm

c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.


2) Fase aktif pada kala I persalinan :

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap


(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dlam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara
atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2cm (multipara)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

b. Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Gejala
dan tanda kala II persalinan adalah: Ibu merasa ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan adannya peningkatan tekanan pada
rektum dan vagina, perineum menonjol, Vulva dan spingter ani membuka,
meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah. Sedangkan tanda pasti kala
II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah pembukaan
serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus
vagina.
c. Kala III

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah
yaitu pemberian oksitosin dalam menit pertama setelah bayi lahir, melakukan
penegangan tali pusat terkendali, massase fundus uteri.
d. Kala IV

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu dilakukan dengan melakukan pemantauan pada kala IV yaitu lakukan
rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus baik dan kuat,
evaluasi tinggi fundus uteri, memperkirakan kehilangan darah secara
keseluruhan, periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum, evaluasi keadaan ibu, dokumentasikan semua asuhan dan
temuan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf, segera setelah
asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

2. Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam
mengelolah ketuban pecah dini akan membawa akibat meningkatnya angka
morbilditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Kalau segera mengakhiri kehamilan
akan menaikkan insedensi bedah cesar dan kalau menunggu persalinan spontan
akan menaikkan insedensi chorioamnionitis atau infeksi pada air ketuban
(Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Sarwono, 2010).
Salah satu faktor yang penting dalam tingginya tingkat kematian maternal negara
berkembang adalah faktor-faktor pelayanan kesehatan. Penanganan yang kurang
tepat atau memadai terutama dalam kasus patologi 1-2 ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini, seperti terkenanya virus atau infeksi air ketuban. Oleh karena itu
diperlukan upaya peningkatan cara penanganan dan peningkatan kinerja yang
memadai (Hakimi, 2010). Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktu melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu melahirkan
(Joseph, 2010). KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal
pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34
minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
prematuritas dan respiration dystress syndrome atau gangguan pernapasan bayi
baru lahir karena belum matang fungsi paru (Nugroho, 2010).

Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam
mengelolah ketuban pecah dini akan membawa akibat meningkatnya angka
morbilditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Kalau segera mengakhiri kehamilan
akan menaikkan insedensi bedah cesar dan kalau menunggu persalinan spontan
akan menaikkan insedensi chorioamnionitis atau infeksi pada air ketuban
(Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Sarwono, 2010). Ketuban pecah dini adalah
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Ida Ayu, 2010).
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat
akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara
amnion korion (Joseph, 2010). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.

B. Manifestasi Klinik Ketuban Pecah Dini


Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2008) antara lain :

1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

3. Janin mudah diraba

4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering

5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
6. Kecemasan ibu meningkat.

Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara


lain:

1. Terjadi pembukaan prematur servik

2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:

a. Devaskularisasi

b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang

d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang


mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

C. Patofisiologis Ketuban Pecah Dini


Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi
dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion /
amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
3. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:

a. Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban


menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia
luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang
intraamnion.
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar
melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik traumatik atau
higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan
sebagainya, predisposisi infeksi (Prawirohardjo (2010).
Pathway Ketuban Pecah Dini

Sumber: Prawirohardjo (2010).


D. Penatalaksanaan Keperawatan

Manajemen terapi pada ketuban pecah dini menurut Manuaba (2013):


a. Konservatif
1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.

2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.

3) Umur kehamilan kurang 37 minggu.

4) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.

5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan


kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
6) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat
janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air
berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.

b. Aktif

Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
1) Induksi atau akselerasi persalinan.

2) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami


kegagalan.
3) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
Yang harus segera dilakukan:
1) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.

2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas
dan tenangkan diri.
Yang tidak boleh dilakukan:
1) Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi
kuman.
2) Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air
ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal
supaya lebih tinggi.

E. PENGKAJIAN FOKUS

1. KALA I (fase laten)


a. Pengakajian

− Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas

− Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

− Seksualitas

Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan atau terdiri
dari flek lendir.

2. KALA I (fase aktif)


a. Pengkajian

− Aktivitas istirahat

Klien tampak kelelahan.

− Integritas ego

Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
− Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.


− Keamanan

Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.

− Seksualitas

Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara).

3. KALA II
a. Pengkajian

1. Aktivitas/ istirahat

− Melaporkan kelelahan

− Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi

− Lingkaran hitam di bawah mata


2. Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3. Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya

4. Eliminasi

Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih

5. Nyeri / ketidaknyamanan

− Dapat merintih / menangis selama kontraksi

− Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum

− Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

− Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit

6. Pernafasan

Peningkatan frekwensi pernafasan

7. Seksualitas

− Servik dilatasi penuh (10 cm)


− Peningkatan perdarahan pervagina

− Membrane mungkin rupture, bila masih utuh

− Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

4. KALA III
a. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat

− Klien tampak senang dan keletihan

2. Sirkulasi

− Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal
dengan cepat
− Hipotensi akibat analgetik dan anastesi

− Nadi melambat

3. Makan dan cairan

− Kehilangan darah normal 250 – 300 ml

4. Nyeri / ketidaknyamanan

− Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil

5. Seksualitas

− Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta


lepas − Tali pusat memanjang pada muara vagina

5. KALA IV

a. Pengkajian

1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih
rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon
pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-
500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3. Integritas Ego

Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia

4. Eliminasi

Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis


5. Makanan/cairan

Mengeluh haus, lapar atau mual

6. Neurosensori

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7. Nyeri/ketidaknyamanan

Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan


episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8. Keamanan

Peningkatan suhu tubuh

9. Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,


perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.

F. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA terbaru


1. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

4. Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi lahir


premature.
Intervensi Keperawatan Berdasarkan NOC & NIC, 2013

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot


rahim. NOC: pain level, (level nyeri), pain control (control nyeri) comfort level
(level kenyamanan). Kriteria Hasil : 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan). 2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri. 3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri). 4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. 5) Tanda vital dalam
rentang normal. NIC : pain management (manajemen nyeri) : 1) Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. 2) Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan. 3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien. 4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi. 5) Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri. 5) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Diagnosa 2 : Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.

NOC : Immune Status (status imun), Knowledge : Infection control

(pengetahuan : controll infeksi), Risk control (control infeksi).


Kriteria Hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya.
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
4. Jumlah leukosit dalam batas normal.
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat.
NIC : Infection Control (Kontrol infeksi) :
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
2. Batasi pengunjung bila perlu.
3. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien.
4. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan.
5. Gunakan sarung tangan sebagai alat pelindung.
6. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik bila perlu.
NIC : Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
2. Monitor hasil laboratorium (lekosit).
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
4. Monitor masukkan nutrisi dan cairan yang cukup.
5. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep.
6. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
7. Ajarkan cara menghindari infeksi
Diagnosa 3 : Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan
neonatus berpotensi lahir prematur. (NANDA, 2015).
NOC : Anxiety control (control kecemasan), Coping (Koping). Kriteria Hasil : 1)
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas. 2)
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas.
3) Vital sign dalam batas normal. 4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan. NIC : Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan) : 1) Gunakan pendekatan yang menenangkan. 2) Nyatakan
dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien. 3) Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur. 4) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut. 5) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis. 6) Dorong keluarga untuk menemani anak. 7) Dengarkan dengan penuh
perhatian. 8) Identifikasi tingkat kecemasan. 9) Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan. 10) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi. 11) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Risiko infeksi Setelah dilakukan tinda 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk
berhubungan keperawatan selama 3 infeksi mengetahui
dengan ketuban jam diharapkan pasien t 2. Pantau keadaan tanda-tanda
pecah dini menunjukan tanda-tanda inf umum pasien infeksi yang
dengan kriteria hasil : 3. Bina hubungan muncul
saling percaya 2. Untuk melihat
1. Tanda-tanda infeksi tidak
melalui perkembangan
tidak ada.
komunikasi kesehatan pasien
2. Tidak ada lagi cairan
terapeutik 3. Untuk
ketuban yang keluar dari
4. Berikan memudahkan
pervaginaan.
lingkungan yang perawat
3. DJJ normal
nyaman untuk melakukan
4. Leukosit kembali normal
pasien tindakan
Suhu tubuh normal (36,5- Kolaborasi dengan 4. Agar istirahat
37,5ºC) dokter untuk pasien terpenuhi
memberikan obat
Untuk proses
antiseptik sesuai
penyembuhan pasien
terapi
Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Kali tanda-tanda 1. Untuk
nyaman: nyeri keperawatan selama 3×24 Vital pasien mengetahui
berhubungan jam di harapkan nyeri 2. Kaji skala nyeri keadaan umum
dengan berkurang atau nyeri hilang (1-10) pasien
ketegangan otot dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan pasien 2. Untuk
rahim teknik relaksasi mengetahui
1. Tanda-tanda vital dalam
4. Atur posisi pasien derajat nyeri
batas normal. TD:120/80
5. Berikan pasien dan
mm Hg
lingkungan yang menentukan
N: 60-120 X/ menit.
nyaman dan batasi tindakan yang
1. Pasien tampak tenang
pengunjung akan dilakukan
dan rileks
3. Untuk
2. Pasien mengatakan
mengurangi nyeri
nyeri pada perut
yang dirasakan
berkurang
pasien
4. Untuk
memberikan rasa
nyaman
5. Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan pasien
dapat beristirahat

3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui


berhubungan keperawatan selama 3×24 kecemasan pasien tingkatan
dengan persalinan jam di harapkan ansietas 2. Dorong pasien kecemasan yang
premature dan pasien teratasi dengan kriteria untuk istirahat dialami pasien
neonatus hasil : total 2. Untuk
berpotensi lahir Berikan suasana mempercepat pro
1. Pasien tidak cemas lagi
premature yang tenang dan ses penyembuhan
2.Pasien sudah mengetahui
ajarkan keluarga 3. Untuk
tentang penyakit
untuk memberikan memberikan rasa
dukungan emosional nyaman dan
pasien. menurunkan
kecemasan pasien

Anda mungkin juga menyukai