Abstract
___________________________________________________________________
Work-family conflict is a phenomenon that often can not be avoided by individuals, is no exception to the mother who works as
a nurse. Mother's involvement in the work role (family) will take the trouble to meet the demands of the family role (job). It
takes an ability to overcome the difficult situation faced by working mothers to avoid harmful behaviors. Adversity intelligence
is a person's ability to confront and survive the hardships and challenges they experienced. The efforts made to achieve certain
goals. The purpose of this study was to determine the relationship between adversity intelligence with work-family conflict
among women who worked as nurses. This study is a quantitative correlation. Respondents in this study were mothers who
worked as a nurse in a private hospital two Semarang. The sampling technique used is total sampling. The data were taken
using a scale of work-family conflict and adversity intelligence scale. The results showed that there is a significant negative
relationship between adversity intelligence with work-family conflict in the mother who worked as a nurse at Panti Wilasa
Semarang with rxysebesar -0.477. Effective contribution adversity intelligence to work-family conflict is 22.8% and the
remaining 77.2% is influenced by other factors that are not revealed in this study.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6358
Gedung A1 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: diyaharfi@gmail.com
13
Diyah Arfidaningrum dkk / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)
14
Diyah Arfidaningrum dkk / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)
2007: 16). Setiap individu memiliki cara atau dapat melindungi individu dari family to work
usaha yang berbeda-beda untuk mengatasi conflict (Bruck dan Allen dalam Bellavia dan
kesulitan yang dialaminya. Frone 2005: 124). Hardiness merupakan salah
Stoltz (2007: 8) mengistilahkan satu aspek penyusun dimensi adversity
kemampuan seseorang untuk bertahan dan intelligence, yakni endurance (daya tahan) (Stoltz
mengatasi berbagai kesulitan sebagai adversity 2007: 163). Ibu yang bekerja sebagai perawat
intelligence. Menurut Stoltz (2007: 8) suksesnya yang memilki dimensi endurance (daya tahan)
pekerjaan dan hidup terutama ditentukan oleh yang tinggi maka ia akan bersikap optimis, tidak
adversity intelligence. Stoltz (2007: 41) mudah putus asa dan terus berupaya
mengatakan bahwa semakin tinggi adversity menyelesaikan setiap masalah dan kesulitan
intelligence yang dimiliki seseorang, maka akan yang timbul berkaitan dengan work-family conflict
semakin kuat untuk bertahan menghadapi yang dialaminya.
kesulitan dan terus berkembang dengan Sebaliknya, jika dimensi endurance (daya
mengaktualisasikan seluruh potensi yang tahan) yang dimiliki oleh ibu yang bekerja
dimilikinya. Sebalikya semakin rendah adversity sebagai perawat dalam kategori rendah maka
intelligence yang dimiliki seseorang, maka akan ibu akan mudah menyerah dan putus asa ketika
semakin lemah pula kemampuannya dalam mengalami work-family conflict, ia akan kesulitan
mengatasi kesulitan, mudah menyerah dan dalam mengendalikan diri dan emosinya dengan
putus asa sehingga akan berujung pada suatu baik, menyalahkan pihak lain sebagai penyebab
kegagalan. terjadinya work-family conflict, serta tidak mau
Menurut Stoltz (2007:140) adversity bertanggung jawab terhadap work-family conflict
intelligence pada seseorang termasuk ibu yang yang terjadi. Hal-hal tersebut akan semakin
bekerja sebagai perawat dapat dilihat melalui menyulitkan ibu untuk mencari solusi atau jalan
dimensi penyusunnya, yang terdiri dari control keluar terhadap penyelesaian work-family conflict
(kendali), origin dan ownership (asal-usul dan yang dialami. Akibatnya akan timbul tuntutan-
pengakuan), reach (jangkauan), dan endurance tuntutan lain yang lebih komplek yang
(daya tahan). Individu yang memiliki dimensi berpotensi memunculkan masalah atau konflik
control yang baik akan mampu mengendalikan baru lainnya.
dirinya terhadap permasalahan yang ada, Sehingga dapat dikatakan bahwa adversity
sehingga dapat mengontrol emosi secara lebih intelligence merupakan salah satu bagian faktor
baik. Individu yang memiliki dimensi origin dan individu yang dapat mempengaruhi terjadinya
ownership (asal-usul dan pengakuan) yang baik work-family conflict yang dialami oleh ibu yang
akan bertanggung jawab dan berusaha bekerja sebagai perawat. Sebab, adversity
menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. intelligence merupakan suatu kemampuan untuk
Individu dengan dimensi reach (jangkauan) yang merespon dengan tepat setiap kesulitan atau
baik akan mampu membatasi setiap masalah masalah yang ada. Ibu yang bekerja sebagai
yang ada agar tidak merambat ke bidang-bidang perawat yang memiliki adversity intelligence tinggi
yang lain. Individu dengan dimensi endurance akan dapat menampilkan perilaku adaptif dalam
(daya tahan) yang tinggi akan lebih kuat dan merespon kesulitan yang timbul akibat
yakin untuk menyelesaikan semua keterlibatannya dalam berbagai peran pekerjaan
permasalahan yang ada demi meraih apa yang dan keluarga sehingga dapat meminimalisir
dicita-citakan. terjadinya work-family conflict.
Menurut Bernas dan Major (dalam Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
Bellavia dan Frone 2005: 124) karakteristik tertarik untuk mengadakan penelitian dan
kepribadian individu seperti, hardiness membuktikan hubungan antara kedua variabel
(kepribadian tangguh) dapat melindungi adversity intelligence dengan work-family conflict
individu dari work to family conflict dan pada ibu yang bekerja sebagai perawat.
karakteristik kepribadian seperti ketekunan juga
15
Diyah Arfidaningrum dkk / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)
16
Diyah Arfidaningrum dkk / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)
lebih sering mengalami tuntutan peran keluarga focused coping. Individu yang memiliki adversity
yang menanggu pekerjaannya dari pada quotient tinggi meyakini bahwa ia dapat
tuntutan peran pekerjaan yang menganggu mengendalikan persoalan hidup sepenuhnya,
keluarga. merasa bertanggung jawab atas masalah yang
Penjelasan tersebut senada dengan yang dihadapinya, mampu mengontrol masalah dan
diungkapkan oleh Kuswanti dan Probosari lihai dalam mencari pemecahan masalah yang
(2008: 16) bahwa keluarga merupakan domain dihadapinya, ia juga akan fokus terhadap solusi.
yang terpenting bagi kebanyakan wanita yang Uraian tersebut dapat memberikan
bekerja. Wanita yang bekerja akan lebih rentan gambaran mengenai hubungan kedua variabel
terhadap terjadinya work to family conflict dari dalam penelitian ini, dimana semakin tinggi
pada family to work conflict. adversity intelligence yang dimiliki oleh ibu yang
Variabel work-family conflict terdiri dari tigs bekerja sebagai perawat maka akan diikuti pula
dimensi, yakni time based conflict, strain based dengan semakin rendahnya work-family conflict
conflict, dan behaviour based conflict. Hasil analisis atau sebaliknya. Sebab, ibu bekerja yang
data menunjukkan bahwa dimensi strain based memiliki adversity intelligence yang tinggi ia akan
conflict memiliki nilai mean empirik sebesar terus berusaha mencari solusi terhadap segala
27,56 yang lebih tinggi dibanding dimensi time permasalahan yang ada berkaitan dengan tugas
based conflict yang memiliki mean empirik perkerjaan dan rumah tangga. Ibu bekerja akan
sebesar 24,94 dan behaviour based conflict yang berusaha tampil seoptimal mungkin baik dalam
memiliki mean empirik. Hal berarti bahwa keluarga maupun pekerjaan. Ibu bekerja akan
adanya tekanan dari salah satu peran yang berusaha meminimalisir adanya perasaan
menyulitkan pemenuhan peran lain. Subjek bersalah dan kekhawatiran yang berlebihan
memiliki berbagai tuntutan pekerjaan dan sebagai dampak keterlibatannya dalam beberapa
keluarga yang harus diselesaikan sebagai peran, sebaliknya ia berusaha semaksimal
perawat yang harus bekerja secara professional mungkin untuk fokus pada masalah dan
dan sebagai ibu yang harus mengurus rumah berorientasi untuk memecahkan masalah
tangga. tersebut. Ibu bekerja dengan adversity intelligence
Hasil penelitian ini juga menunjukkan yang tinggi sadar bahwa penyelesaian masalah
bahwa ada hubungan negatif yang signifikan merupakan faktor yang paling penting dalam
antara adversity intelligence dengan work-family meraih kesuksesan.
conflict pada ibu yang bekerja sebagai perawat. Hasil penelitian ini juga mendukung
Hal ini berarti bahwa ibu yang bekerja sebagai beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan
perawat yang memiliki adversity intelligence yang oleh Bayani dan Hafizhoh (2000: 65); Efnita,
tinggi, maka akan memiliki work-family conflict Taufik dan Uyun (2007: 54); Kusumawardani,
yang rendah. Sedangkan ibu yang bekerja Hartati dan Setyawan (2010: 252); Setyawan
sebagai perawat yang memiliki adversity (2011: 40); dan Wulandari, Liftiah dan
intelligence yang rendah, maka akan memiliki Budiningsih (2009: 55). Penelitian tersebut
work-family conflict yang tinggi. mengemukakan bahwa semakin tinggi adversity
Hasil penelitian tersebut didukung dengan intelligence yang dimiliki seseorang maka akan
penelitian sejenis yang dilakukan oleh semakin kuat dalam menghadapi masalah dan
Pranandari (2008:56) menemukan bahwa situasi yang sulit.
terdapat perbedaan tingkat adversity quotient yang Variabel adversity intelligence memberikan
sigifikan antara orangtua tunggal wanita dengan sumbangan efektif sebesar 22,8% terhadap
strategi problem-focused coping dan orangtua terjadinya work-family conflict ibu bekerja.
tunggal wanita dengan strategi emotion-focused Sisanya 77,2% dijelaskan oleh variabel lain yang
coping. Individu yang memiliki adversity quotient tidak diungkap dalam penelitian ini.
yang lebih tinggi akan menggunakan problem Berdasarkan analisis data rendahnya work-
focused coping dari pada menggunakan emotion family conflict yang dimilki subjek dimungkinkan
17
Diyah Arfidaningrum dkk / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)
di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pilihannya untuk menjadi istri, ibu rumah
pengasuhan anak, bantuan pekerjaan rumah tangga sekaligus wanita karir. Hasil penelitian
tangga, komunikasi dan interaksi dengan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang
keluarga, waktu untuk keluarga, menentukan dilakukan Puspitawati (2009:119) yang
prioritas (pekerjaan atau keluarga), tekanan karir menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
dan tekanan keluarga (Sekaran dalam Almasitoh nyata antara strategi perempuan bekerja dalam
2011:74). menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dengan kesejahteraan keluarga subjektif.
sebagian besar subjek 85,18% subjek memiliki Hasil uji analisis regresi dengan
asisten rumah tangga (pembantu). Sebanyak menggunakan metode stepwise menunjukkan
94,44% subjek menyatakan bahwa ia memiliki bahwa dimensi control memiliki hubungan
suami yang membantunya dalam menjalankan negatif yang signifikan terhadap terjadinya work-
tugas rumah tangga seperti pengasuhan anak. family conflict.
Sebanyak 94,44% mengaku mendapatkan Hasil penelitian tersebut didukung
dukungan dari suami dan anak untuk meniti penelitian yang dilakukan Utami dan Hawadi
karir sebagai seorang perawat. (2006: 145) mengenai kontribusi adversity quotient
Instansi tempat subjek bernaung terhadap prestasi belajar siswa SMU program
mempunyai program–program untuk menjamin percepatan belajar di Jakarta. Hasil analisis
keterbukaan dalam interaksi atasan dan dengan menggunakan metode yang sama, yakni
bawahan serta antar rekan kerja yaitu kegiatan analisis regresi dengan metode stepwise pada
outbond bagi karyawan dan perawat rumah sakit penelitian tersebut juga diperoleh bahwa
setiap sebulan sekali yang digunakan membahas dimensi control memberikan kontribusi signifikan
prosedur tetap, kesulitan yang dialami dan terhadap prestasi belajar dan hasil belajar mata
sebagai kesempatan refreshing; kegiatan ajaran MIPA.
pertemuan perawat tiap ruang untuk Hal tersebut dapat dijelaskan karena
mengevaluasi kinerja perawat dalam satu dimensi control memiliki hubungan yang sangat
ruangan tertentu. ). Berdasarkan hasil analisis erat dengan optimisme. Control atau kendali
terlihat bahwa sebagian besar subjek 53,70% diawali dengan pemahaman bahwa segala
memiliki satu orang anak. Sedikitnya jumlah sesuatu apapun itu dapat dilakukan. siswa yang
anak yang dimiliki subjek memungkinkan mempunyai pemikiran bahwa segala sesuatu
rendahnya work-family conflict. dapat dilakukan maka ia akan mempunyai
Sebanyak 59,26% subjek memiliki masa optimisme dan usaha yang maksimal untuk
kerja berkisar antara 2-10 tahun. Subjek yang menyelesaikan semua hal sesulit apapun.
memiliki masa kerja yang lama tentunya sudah Semakin tinggi control seseorang akan semakin
banyak berpengalaman dalam mengatasi besar kemungkinan seseorang tersebut untuk
berbagai halangan dalam memenuhi kedua bertahan menghadapi kesulitan- kesulitan dan
perannya. Faktor pengalaman tersebut dapat tetap teguh dalam menjalaninya. Banyaknya
mempengaruhi strategi dan kemampuan tuntutan dan kesulitan yang dihadapi siswa
adaptasi subjek dalam merespon work-family program percepatan belajar membutuhkan
conflict. adanya control, sehingga timbul perasaan
Uraian tersebut menggambarkan bahwa berdaya dalam menghadapi semua tuntutan dan
adanya berbagai macam tuntutan peran yang kesulitan yang ada.
harus dipenuhi oleh ibu yang bekerja sebagai Apabila dikaitkan dengan work-family
perawat ternyata tidak selalu memunculkannya conflict yang dialami oleh ibu yang bekerja maka
sebagai work-family conflict. Ibu bekerja yang ibu bekerja yang memiliki control tinggi akan
mampu menyeimbangkan tuntutan dari masing- merasa mempunyai tingkat kendali yang kuat
masing peran yang diembannya akan tetap bisa atas kesulitan dalam menjalankan peran
memberikan kontribusi yang optimal terhadap pekerjaan dan keluarga serta merasa mampu
18
Diyah Arfidaningrum dkk / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)
merespon baik terhadap risiko buruk yang akan faktor individu yang memungkinkan dapat
muncul dan dapat mencurahklan perhatian mempengaruhi work-family conflict pada ibu
sepenuhnya pada kegiatan yang sedang bekerja.
dikerjakan baik keterlibatan di pekerjaan
maupun saat di lingkungan keluarga. SIMPULAN DAN SARAN
Hal tersebut juga sejalan dengan yang
diungkapkan Nurtjahjanti dan Ratnaningsih Simpulan
(2011: 127) bahwa dengan memilki optimisme
akan membawa seseorang menjadi lebih realistis Berdasarkan penelitian yang telah
untuk melihat suatu peristiwa dan masa depan, dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
dapat membantu dalam menghadapi kondisi bahwa “terdapat hubungan negatif yang
sulit dalam kehidupan serta mampu mengerjalan signifikan antara adversity intelligence dengan
sesuatu menjadi lebih baik. work-family conflict pada ibu yang bekerja sebagai
Hasil penelitian ini juga didukung oleh perawat”. Semakin tinggi adversity intelligence
pendapat Stoltz (2007: 8) mengenai peran yang dimiliki oleh ibu yang bekerja sebagai
adversity intelligence. Menurut Stoltz (2007: 11) perawat akan mengakibatkan semakinnya
adversity intelligence memiliki peran penting rendah work-family conflict, atau sebaliknya
dalam kesukesan hidup sesorang, sebab mampu semakin rendah adversity intelligence maka
meramalkan kinerja, motivasi, pemberdayaan, semakin tinggi work-family conflict ibu bekerja.
kreativitas, produktivitas, pengetahuan, energi, Dimensi control (kendali) dalam variabel
pengharapan, kebahagiaan, vitalitas, adversity intelligence memiliki hubungan negatif
kegembiraan, kesehatan emosional, kesehatan yang paling signifikan terhadap terjadinya work-
jasmani, ketekunan, daya tahan, perbaikan family conflict. Semakin tinggi dimensi control
sedikit demi sedikit, tingkah laku, serta respon (kendali) akan mengakibatkan semakin
terhadap perubahan. rendahnya work-family conflict, sebaliknya
Hasil penelitian ini mampu memberikan semakin rendah dimensi control (kendali) akan
gambaran bahwa dengan memiliki adversity mengakibatkan semakin tingginya work-family
intelligence yang tinggi maka ibu yang bekerja conflict.
sebagai perawat akan dapat menentukan pola-
pola perilaku yang perlu dikembangkan dalam Saran
merespon kesulitan yang berhubungan dengan
work-family conflict yang dialaminya, dengan 1. Bagi pihak organisasi Rumah Sakit
demikian akan berakibat pada rendahnya work-
family conflict. Program-program untuk menjembatani
Sebaliknya ibu bekerja yang memiliki komunikasi antar rekan sekerja dan atasan yang
adversity intelligence rendah akan kesulitan dalam telah dilakukan selayaknya tetap dipertahankan
menentukan pola-pola perilaku yang perlu sehingga dapat mempertahankan tingkat work-
dikembangkan dalam merespon kesulitan yang family conflict perawat pada kategori rendah.
berhubungan dengan work-family conflict yang Pihak rumah sakit tetap perlu untuk
dialaminya, dengan demikian akan berakibat memperhatikan work-family conflict sebagai faktor
pada tingginya work-family conflict. yang akan menurunkan kinerja pelayanan dan
Pada ibu bekerja yang mengalami work- menimbulkan stress kerja perawat.
family conflict, adversity intellegence akan 2. Bagi peneliti berikutnya
menggambarkan kondisi dan kemampuannya
dalam mengelola konflik yang timbul. Sehingga Peneliti berikutnya diharapkan dapat
ibu bekerja mampu memahami kondisi yang memperhatikan faktor–faktor lain yang dapat
terjadi pada dirinya serta dapat meresponnya mempengaruhi work-family conflict seperti
secara bijak. Adversity intelligence merupakan keberadaan asisten rumah tangga, dukungan
19
Diyah Arfidaningrum dkk / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)
keluarga, dukungan organisasi, jumlah anak, Ansari, S. A. 2011. Gender difference: work
karakteristik pekerjaan, tingkat pendidikan serta and family conflicts and family-work
pengalaman subjek. conflicts. Pakistan Business Review: 315-
Penggunaan metode penelitian yang lain 331.
seperti metode observasi dan wawancara juga Apperson, M., Schimdt, H., Moore, S.,
patut dilakukan sehingga mampu untuk Grunberg, L. dan Greenberg, E. 2002.
mendapatkan gambaran lengkap mengenai work- Women managers and the experience of
family conflict ibu bekerja pada kegiatan sehari- work-family conflict. American Journal of
hari. Undergraduate Research. 1/3: 9-16.
Ariyanti, N. 2012. Pengaruh Konflik Peran
DAFTAR PUSTAKA Ganda terhadap Stres pada Ibu Bekerja
Studi di Usaha Dagang Kelir Indah
Aarde, A. V. dan Mostert, K. 2005. Work-home Abadi Semarang Tahun 2012. Skripsi.
interaction of working females: what is Jurusan Psikologi FIP Universitas Negeri
the role of job and home characteristics?. Semarang.
SA Journal of Industrial Psychology. 34/3: 1- As’ad, M. 2004. Psikologi Industri. Yogyakarta :
10. Liberty.
Agustina, L. 2008. Pengaruh work family Asriwandari, H dan Indrikawati, Y.E. 2009.
conflict terhadap job satisfaction dan Peran Perempuan Bekerja dalam
turnover intention pada profesi akuntan Keluarga. Jurnal Industri dan Perkotaan.
public. Jurnal Ilmiah Akutansi. 7/2: 100- XIII/ 23: 33-47.
116. Azwar, Saifuddin. 2008. Pengantar Psikologi
Alam, M. S., Biswas, K. dan Hasan, K. 2009. A Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
test of association between working hour ______________. 2010. Dasar-Dasar Psikometri.
and work family conflict: a glimpse on Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dhaka’s female white collar ______________. 2010. Penyusunan Skala
professionals. International Journal of Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Business and Management. 4/5: 27-35. ______________. 2011. Metode Penelitian.
Almasitoh, U. H. 2011. Stres kerja ditinjau dari Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
konflik peran ganda dan dukungan sosial Bayani, I dan Hafizhoh. 2011. Hubungan antara
pada perawat. PSIKOISLAMIKA, Jurnal adverity quotient dan dukungan sosial
Psikologi Islam (JPI) Lembaga Penelitian dengan intensi untuk pulih dari
Pengembangan dan Keislaman (LP3K). 8/1: ketergantungan narkotika alkohol
63-82. psikotropika dan zat adiktif (Napza) pada
Aminah, A. 1997. Work-family conflict and penderita di wilayah Bekasi Utara
social support: a study of female Lembaga Kasih Indonesia. Jurnal Soul.
secretaries in Malaysia. Pertanika J. Soc. 4/2:64-83
Sci. & Hum. 5/2: 93-101. Bellavia, G. M. and Frone, M. R. (2005). Work-
Aminah, A. 2008. Job, family and individual Family Conflict. Dalam Handbook of
factors as predictors of work-family Work Stress, Chapter 6. Available at
conflict. The Journal of Human Resource and http://books.google.co.id/books/handbo
Adult Learning. 4/1: 57-65. ok_work_stress (akses 05/01/13)
Ammons, S. K. dan Markham, W. T. 2004. Berita Resmi Statistik. 2007. Keadaan
Working at home: experience of skilled Ketenagkerjaan Wanita di Indonesia.
white collar workers. Sociological Spectrum. Online
24: 191-238. http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-
Anoraga, Panji. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta : 15mei07.pdf (akses 28/03/12).
Rineka Cipta Anoraga.
20
Diyah Arfidaningrum dkk / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)
BPS. 2009. Jumlah Tenaga Kerja Provinsi Jawa Lasmono, H.K. 2001. Tinjauan Singkat
Tengah. Online www.bps.jateng.ac.id Adversity Quotient. Anima Indonesian
(akses 20/03/2013). Psychological Journal. 17/1: 63-68.
Cahyaningdyah. 2009. Analisis konflik Mostert, K. dan Oldfield, G.R. 2009. Work-
pekerjaan keluarga pada wanita pekerja di home interaction of employees in the
industry perbankan. Dinamika Manajemen. mining industry. SAJEMS NS. 12/1: 81-
1/1: 10-18. 99.
Echols, J.M dan Shadily, H. 2003. Kamus Murtiningrum, A. 2005. Analisis Pengaruh
Inggris- Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap
Efnita, S., Taufik dan Uyun, Z. 2007. Adversity Stress Kerja dengan Dukungan Sosial
quotient pada pedagang etnis Cina. sebagai Variabel Moderasi Studi Kasus
Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. pada Guru Kelas 3 SMP Negeri di
9/1: 54-68. Kabupaten Kendal. Tesis. Program Studi
Frone, M. R., Yardley, J. K dan Markel, K. S. Magister Manajemen Universitas
1997. Developing and testing an Diponegoro. Semarang
integrative model of the work-family Nirawati, L. 2007. Pengaruh work family
interface. Journal of Vocational Behavior. conflict pekerja wanita terhadap turnover
50: 149-152. dengan absen sebagai variabel antara.
Hadi, S. 2004. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Jurnal Ekonomi Bisnis & Akutansi Ventura.
Offset 12/3: 157-166.
Handayani, W. 2008. Dampak komitmen Nugroho, Adhi. 2012. Hubungan Adversity
organisasi, self efficacy terhadap konflik Quotient dengan Perilaku Kewirausahaan
peran dan kinerja karyawati PT. HM Penelitian pada Peserta Program
Sampoerna, Tbk di Surabaya. Jurnal Riset Mahasiswa Wirausahan Universitas
Ekonomi dan Bisnis. 8/2: 69- 78. Negeri Semarang. Skripsi. Jurusan
Haris, D. A. 2008. Konflik Peran Ganda pada Psikologi FIP Universitas Negeri
Ibu Bekerja ditinjau dari Dukungan Sosial Semarang.
Suami. Skripsi. Fakultas Psikologi Nurhidayah, S. 2008. Pengaruh ibu bekerja dan
Universitas Katolik Soegijapranoto. peran ayah dalam coparenting terhadap
Semarang prestasi belajar anak. Jurnal Soul. 1/2: 1-
Kusumawardani, A., Hartati, S. dan Setyawan, 14.
I. Hubungan kemandirian dengan Nurtjahjanti, H. dan Ratnaningsih, I. Z. 2011.
adversity intelligence pada remaja tunak Hubungan kepribadian hardiness dengan
daksa di SLB-D YPAC Surakarta. optimisme pada calon tenaga kerja
Proceeding Konferensi Nasional II Ikatan Indonesia (CTKI) wanita di BLKLN
Psikologi Klinis- Himpsi hal: 252- 257, DISNAKERTRANS Jawa Tengah.
ISBN: 978-979-21-2845-1. Jurnal Psikologi Undip. 10/2: 126-132.
Kuswanti, H. D. dan Ninik, P. 2008. Peran Pranandari, K. 2008. Kecerdasan Adversitas
dukungan operasional dan dukungan ditinjau dari Pengatasan Masalah
suami dalam memoderasi pengaruh Berbasis Permasalahan dan Emosi Pada
tuntutan waktu peran kerja terhadap Orangtua Tunggal Wanita. Jurnal
konflik peran ganda. Utilitas Jurnal Psikologi. 1/2: 121-128.
Manajemen & Bisnis. 16/1: 15-25. Prawitasari, A. K., Purwanto, Y. dan Yuwono,
Lamanna, M. A dan Riedmann, A. 2009. S. 2007. Hubungan work-family conflict
Marriages and Families: Making Choice in a dengan kepuasan kerja pada karyawati
Diversity Society. USA: Thomson berperan jenis kelamin androgini di PT.
Learning, Inc. Tiga Putera Abadi Perkasa cabang
21
Diyah Arfidaningrum dkk / Developmental and Clinical Psychology 2 (2) (2013)
22