Anda di halaman 1dari 10

KINERJA

Setiap anggota setuju bahwa mereka sudah mencurahkan seluruh perhatian, fokus,
waktu, tenaga dan pikiran pada kelangsungan fungsi unit. Secara umum, dengan jumlah
anggota yang terbatas, UP2IS cukup mampu memenuhi setiap tuntutan target dan sasarannya.
Dalam tugas kejurnalan, UP2IS selalu mampu menyelesaikan target publikasi sesuai dengan
tenggat waktu. Selain memperhatikan ketepatan waktu penerbitan, UP2IS juga menjaga
kualitas artikel yang akan diterbitkan. Hal ini dilakukan dengan cara membaca dan meninjau
artikel yang lolos secara berulang, tidak hanya oleh satu orang. Ketua juga seringkali membaca
dan meninjau artikel sekali lagi untuk memastikan benar-benar tidak ada kesalahan dalam
penulisan, dan artikel sudah sesuai dengan kaidah atau standar yang harus diikuti.
Dalam menerbitkan sebuah jurnal, proses yang dilalui cukup panjang dari mulai
mengumpulkan naskah, screening, review, revisi author, lima hingga sepuluh kali dan terdapat
edisi (periode) tertentu setiap tahunnya, dimana satu edisi ada ketentuan jumlah terbitnya, yaitu
enam hingga sepuluh artikel. Setiap waktu penerbitan, dari sejumlah artikel yang masuk, hanya
artikel-artikel terbaik yang lolos seleksi dan terpilih untuk diterbitkan. Sisa artikel lainnya yang
masuk bisa ditolak, atau dimasukkan dalam penerbitan edisi atau tahun selanjutnya, mengingat
kuota setiap edisi yang terbatas. Tolak ukur jurnal dapat dikatakan baik adalah sesuai dengan
pedoman jurnal itu sendiri, dan waktu penerbitannya tepat waktu. Tim UP2IS sudah membuat
template serta timeline penerbitan jurnal dan selama ini (dalam kurang lebih 2 tahun terakhir)
UP2IS selalu melakukan penerbitan tepat waktu. Jika dibandingkan jurnal lain di luar UIN yang
sesama Psikologi, masih terdapat ketidaksesuaian waktu penerbitan dengan timelinenya.
Setiap jurnal yang diterbitkan, akan dinilai oleh asesor DIKTI sub bagian jurnal, untuk
dievaluasi, apakah jurnal yang diterbitkan sudah sesuai dan baik secara kualitas. Hasil
penilaian tersebut cukup membanggakan khususnya bagi internal tim UP2IS sendiri, dimana
pada tahun 2018 jurnal PSYMPATHIC akreditasnya masih 3, memasuki tahun 2019
akreditasinya naik menjadi SINTA 2 hingga saat ini. Hal ini dihayati oleh anggota sebagai
bentuk produktivitas dan pencapaian unit, mengingat pada saat itu jumlah jurnal Psikologi yang
terakreditasi masih sangat minim. Di level nasional, Psikologi UIN Bandung menjadi 1 dari 10
jurnal yang sudah terakreditasi SINTA1 2, diantaranya ada UGM (Universitas Gadjah Mada), UI
(Universitas Indonesia), UBAYA (Universitas Surabaya), dan UIN Bandung. Barulah hingga
saat ini kemudian bermunculan jurnal-jurnal Psikologi yang terakeditasi. Jurnal Psikologi UIN
Bandung sejauh ini merupakan jurnal Psikologi terbaik se-Jawa Barat, karena merupakan satu-
satunya jurnal yang terakreditasi SINTA 2. Selain itu jurnal JPIB yang dibentuk pada tahun

1
SINTA (Science and Technology Index) merupakan portal yang berisi tentang pengukuran kinerja Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang meliputi antara lain kinerja peneliti, penulis, author, kinerja jurnal dan kinerja institusi Iptek. Berbeda dengan alat
pengindeks yang sudah ada, seperti Google Scholar, Portal Garuda, Indonesia Science and Technology Index (InaSTI) dan
Indonesian Publication Index (IPI), Sinta sudah mengarah ke portal pengindeks global (Internasional) semisal Scopus yang sudah
memiliki fitur yang lebih lengkap karena sudah dilengkapi dengan beberapa fitur seperti: Citation, Networking, Research dan Score.
2018, pada kali pertama akeditasi di tahun 2020 sudah bisa mendapatkan akreditasi SINTA 3,
sedangkan umumnya di luar sana, jurnal yang baru dibentuk sangat sulit mencapai akreditasi
SINTA 3 pada tahun-tahun awal dibentuk. Jurnal Psikologi UIN Bandung juga mendapatkan
penghargaan dari KEMENDIKBUD dari segi produktivitas inovasi dan penelitian dari seluruh
Universitas, dengan peringkat satu yaitu UI. Melalui pencapaian-pencapaian tersebut, pimpinan
juga mengakui keberhasilan dari kinerja tim UP2IS dalam bidang perjurnalan. Akreditasi jurnal
yang bisa diperoleh tim UP2IS ke depannya dapat membantu Fakultas untuk meningkatkan
akreditasinya.
Apresiasi yang diterima oleh Fakultas maupun Universitas melalui UP2IS, merupakan
bentuk dedikasi dari setiap anggotanya. Upaya UP2IS dalam mencapai keberhasilan tersebut
melalui proses yang panjang dan memerlukan perhatian yang ekstra, dimana setiap anggota
dapat menghabiskan waktu 24 jam bersama hingga bermalam di kampus demi mencapai target
publikasi tepat waktu. Menurut salah satu anggota, hal ini menggambarkan kerja sama yang
baik karena dari semua anggota memiliki kendalanya masing-masing, seperti meninggalkan
anak di rumah, ataupun ada anggota yang tinggalnya di luar kota, namun tetap bersedia bahu
membahu saat menjelang penerbitan jurnal.
Banyak faktor yang menjadikan proses pengolahan artikel menjadi sangat lama dan
panjang, selain daripada beban kerja masing-masing anggota yang sangat banyak, hal utama
lainnya adalah karena tugas kejurnalan ini melibatkan banyak pihak, baik internal maupun
ekternal. Misalnya, untuk menggerakkan penulis dari internal, seringkali UP2IS harus membuat
pengumuman, mengajak untuk siapa saja mau menerbitkan artikelnya, sehingga ketika proses
review, pihak editor sudah melaksanakan tanggung jawabnya, namun penulis belum
menyelesaikan kewajibannya memperbaiki, mengingat sejak awal artikel tersebut merupakan
hasil ajakan dari UP2IS bukan berdasar dari motivasi internal penulis sehingga penulis terkesan
kurang sungguh-sungguh dalam menyelesaikan artikelnya. Begitupun dengan penulis
eksternal, masih terdapat kendala dalam kecepatan respon setelah proses review dari editor,
yang mengakibatkan proses menjadi lebih lama. Contohnya, editor menemukan ada tulisan
yang tidak dikutip sedangkan ada referensinya. Editor juga terkadang menghabiskan waktu
lama dalam memberikan masukan, sehingga seringkali UP2IS harus menagih respon dari para
editor terkait proses yang belum diselesaikan. Ketika semakin mendekati waktu penerbitan,
penagihan akan menjadi lebih intens dilakukan.
UP2IS seringkali mendapat umpan balik dari penulis jurnal bahwa proses review di
jurnal Psikologi UIN (PSYMPATHIC/ JPIB) dinilai sangat ketat, lengkap dan detail. Hal tersebut
diakui oleh ketua, saat ketua di posisi sebagai penulis dan harus mengirimkan ke jurnal lain
yang sama-sama SINTA 2 dan sama-sama UIN, mencoba membandingkan hasil review yang
diterima sebagai penulis dan saat ketua mengelola jurnal di UP2IS. Hasilnya sangat jauh
berbeda, dimana sebagai penulis jurnal tentu ada proses perbaikan setelah artikel direview,
namun karena tenggat waktu yang singkat, pihak jurnal Universitas tersebut tidak meminta
penulis untuk melengkapi dan menyempurnakan lagi hinga artikel diterbitkan.
Indikator jurnal dikatakan baik juga dilihat dari minat penulisnya. Sangat banyak penulis
jurnal yang berminat untuk mengajukan artikelnya melalui UP2IS. Pada tahun berjalan, ada
kurang lebih seratus artikel yang antri untuk bisa terbit di PSYMPATHIC. Dari jenjang
pendidikan yang beragam, dari dalam maupun luar UIN Bandung. Animo masyarakat atas
jurnal PSYMPATHIC cukup membuat UP2IS kewalahan. Karena di sisi lain, minat besar dari
penulis untuk bisa terbit di PSYMPATHIC justru berbanding terbalik dengan indikator
keberhasilannya yang lain. Idealnya, ketika ada penulis yang mengajukan artikel, ada rentang
waktu tertentu untuk merespon, dan mengulas artikel tersebut hingga disepakati apakah artikel
diterima atau ditolak. Time response tersebut menjadi salah satu kinerja yang belum optimal
dilakukan oleh UP2IS dan masih dilakukan perbaikan secara berkala, karena pada
pelaksanaannya masing-masing anggota UP2IS memiliki kesibukannya masing-masing dan
tugas utama UP2IS dalam mengulas jurnal sesekali tergeser dengan tugas-tugas dari Fakultas
di luar kejurnalan yang dibebankan kepada UP2IS.
Di luar pencapaiannya, anggota unit merasakan dinamika yang luar biasa dalam
mencapai setiap target, terutama target publikasi jurnal. Ketua unit dan anggota sepakat menilai
bahwa timnya kurang ideal dalam pengelolaan waktu dan sistematika kerja yang masih belum
efisien, tim seringkali terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan. Harapan tim, saat
memasuki awal bulan penerbitan, jurnal sudah diterbitkan. Namun hingga saat ini selalu
terkendala untuk bisa terbit jurnal di awal bulan. Hal ini juga berlaku bagi tugas-tugas di luar
kejurnalan. Dalam upayanya megurangi ketidakidealan cara kerja tersebut, pada awal tahun
2021 UP2IS berinisiatif membuat forum diskusi (FGD) selama beberapa kali untuk menyatukan
persepsi masing-masing anggota dan saling menyampaikan tugas dan peran apa yang
dilakukan. Harapannya akan lebih tergambar mengenai tanggung jawab masing-masing
anggota yang selama ini dijalani dan dapat memperjelas masalah yang terjadi di dalam tim.
Namun setelah melalui beberapa kali proses diskusi, belum ditemukan identifikasi masalah
yang mendasar yang terjadi di UP2IS. Hingga pada akhirnya, tugas, peran, alur kerja kembali
lagi seperti sebelum dilakukannya FGD dan belum ada perubahan yang berarti. Menurut
anggota, hal ini disebabkan karena tidak ada kejelasan uraian tugas, tanggung jawab serta alur
kerja pada masing-masing jabatan agar dapat memfasilitasi penyelesaian tugas dengan lebih
efektif. Disamping itu, faktor penggabungan dua unit menjadi satu (UP2IS) juga menyebabkan
beban kerja menjadi berlebih. Dalam hal ini ketua unit merasakan betul perubahannya saat dulu
terdapat dua unit dan kini menjadi satu unit. Ketua beranggapan bahwa tugas-tugas kejurnalan
akan lebih efektif dilakukan oleh orang-orang yang fokus pada satu bidang tersebut, memiliki
kompetensi dan pengetahuan yang cukup mengenai konten jurnal, mengingat prosesnya yang
panjang dan membutuhkan koordinasi yang intens. Sejauh ini solusi yang dapat ditawarkan
oleh Dekan adalah memecah UP2IS menjadi dua fungsi sebagaimana beberapa tahun lalu
sebelum dibentuknya UP2IS. Namun hingga saat ini hal tersebut masih sebatas wacana dan
belum ada upaya untuk direalisasikan. Anggota berharap jika UP2IS fokus kepada fungsi
publikasi ilmiah, dan memiliki batasan kerja yang jelas maka manajemen waktu dalam
penyelesaian tugas akan lebih mudah untuk dilakukan sehingga dapat lebih meningkatkan
kualitas kerja khususnya dalam pengelolaan jurnal.

Harapannya,

Sedangkan dalam jurnal Psikologi UIN, contohnya pernah suatu kali setelah melalui
proses review internal dan eksternal beberapa kali, menjelang waktu penerbitan ada penulis
yang mengundurkan diri karena merasa tidak sanggup lagi untuk melanjutkan prosesnya. Pada
awalnya, UP2IS akan mengupayakan segala cara dan meyakinkan bahwa penulis bersama
dengan UP2IS pasti mampu untuk menyelesaikan target artikel dan memberikan
pendampingan secara intensif, meskipun pada akhirnya penulis tersebut tetap merasa tidak
mampu mengejar target. Hal ini mengakibatkan seluruh anggota merasa stres karena merasa
seluruh waktu sudah terbuang percuma dan tidak mendapatkan hasil. Karena tidak mungkin
dalam satu atau beberapa hari ada artikel baru yang kemudian dipublikasikan, mengingat
setiap proses review dan edit yang berulang kali dilakukan antara UP2IS dan pihak-pihak terkait
seluruhnya tercatat dalam OJS (Opern Journal System). Sehingga perlu ada proses dengan
rentang waktu tertentu agar artikel bisa diterbitkan. Jika kuota jurnal yang harus terbit tidak
sesuai dengan yang ditetapkan (12 jurnal), maka akan berpengaruh pada kredibilitas jurnal
tersebut, termasuk ketepatan waktu penerbitannya. Mengatasi hal tersebut, pada saat itu
UP2IS menggunakan artikel lain yang juga sudah melalui proses review untuk mengganti artikel
yang tidak jadi terbit tersebut, meskipun prosesnya tidak seintensif sejumlah jurnal yang
memang dari awal sudah dipersiapkan. Selanjutnya, UP2IS selalu memiliki artikel cadangan,
dengan memproses artikel lebih dari jumlah yang ditetapkan, jika sewaktu-waktu terjadi lagi hal
seperti ini, dimana penulis tidak bisa melanjutkan proses atau tidak bisa memenuhi tanggung
jawabnya sesuai waktu yang ditentukan.

Subjek 4 menghayati bahwa saat ini timnya sudah mencapai tingkat produktivitas yang
maksimal, mengingat dengan berbagai tugas, peran dan tanggung jawab yang beragam,
namun pada tugas utama kejurnalan tetap bisa menunjukkan kinerja yang sangat baik. Hanya
saja, jika beban kerja di luar tugas kejurnalan dapat dikurangi, subjek 4 menghayati bahwa
timnya mampu menunjukkan kinerja yang lebih optimal lagi.
Fungsi ketua dalam hal publikasi adalah sebagai quality control sebuah artikel sebelum
diterbitkan. Meskipun sebuah jurnal sudah melalui proses yang panjang, dibaca berulang-ulang
oleh seluruh anggota, namun selalu ada saja hal yang krusial yang ditemukan oleh ketua
sebagai pintu terakhir dari terbitnya sebuah jurnal. Contohnya, ada kesalahan penulisan terbalik
antara penulisan IV (independent variable) dan DV (dependent variable). Maka jurnal tersebut
harus dikembalikan lagi kepada penulis untuk diperbaiki. Contoh lain, di abstrak Bahasa
Indonesia ada menyertakan alat ukur Positive Affect dan Negative Affect Scale yang disingkat
menjadi “PANAS”, ternyata setelah dicek di abstrak Bahasa Inggrisnya, alat ukur tersebut
berubah menjadi “HIT”. Meskipun secara arti benar, Bahasa inggris panas adalah hit, namun
secara konteks penulisan itu salah, karena singkatan alat ukur tidak boleh dialihbahasakan,
harus tetap seperti itu.

QUALITY OF WORKLIFE

Ketua menghayati dirinya sangat nyaman dan cocok dengan pekerjaan-pekerjaan di


UP2IS, khususnya dalam jurnal dan publikasi. Karena dalam publikasi dirinya memiliki peran
untuk membantu banyak orang dengan berbagai tujuan dan sasaran, seperti keperluan naik
pangkat hingga kelulusan doktor. Maka saat sebuah jurnal terbit, subjek dan tim merasakan
sebuah kepuasan sudah berkontribusi membantu orang lain. Disamping itu, mengelola jurnal
memberikan manfaat bagi anggota menjadi lebih terbuka wawasannya, mengingat seluruh
anggota terlibat dari proses awal hingga akhir jurnal terbit dengan berbagai topik penelitian.
Salah satu anggota yang semula bertugas sebagai dosen dan kini ditempatkan di
UP2IS, merasa cukup menyenangi pekerjaannya saat ini karena tugas-tugasnya saat ini masih
berkaitan dengan fungsi keuilmuan dan penelitian, dimana staf harus secara rutin membaca
jurnal guna menambah wawasannya sebagai pengajar. Meskipun sewaktu-waktu diminta
membantu tugas-tugas administrasi Fakultas, namun secara garis besar pekerjaannya masih
berkaitan dengan jurnal dan penelitian. Hanya saja perannya sebagai staf administrasi,
mengharuskan untuk hadir ke kampus setiap hari, terkait dengan tugasnya untuk melayani
mahaiswa. Hal itu dirasa cukup memberatkan terlebih dalam kondisi pandemi saat ini.
Mengingat pekerjaan kejurnalan dapat dilakukan tanpa harus ke kampus, maka staf seringkali
bekerja dari rumah, terlebih saat ini mahasiswa juga jarang yang datang ke kampus. Meskipun
sesekali mendapat komplain dari karyawan lain bahwa staf administrasi seharusnya masuk
setiap hari.
Sebagai staf BLU yang ditugaskan di UP2IS, hal yang membuat dirinya nyaman di unit
adalah lingkungan kerja yang sangat kompak antar anggota, dan sejauh ini berniat untuk terus
bekerja di UP2IS karena akan sulit mencari tim kerja yang saling mendukung seperti di UP2IS.
Contohnya saat hampir setiap kali mendekati hari penerbitan, seluruh anggota UP2IS hadir
mengesampingkan kewajiban dan tanggung jawabnya yang lain untuk bersama-sama bekerja
menyelesaikan pekerjaan dan tidak akan meninggalkan tempat sampai jurnal tersebut terbit,
meskipun harus menghabiskan waktu satu hari penuh. Dalam hal ini seluruh anggota berperan
untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman meskipun harus melalui waktu yang panjang.
Misalnya ada satu orang yang mengajukan ke pimpinan agar tim mendapat makan siang, ada
anggota yang membawa makanan dari rumah untuk dapat dimakan bersama. Adapun suatu
waktu ada anggota yang tidak memungkinkan hadir, misalnya ketua tidak dapat meninggalkan
rumah karena tidak ada pengasuh yang menemani anaknya, namun dalam satu hari tersebut
ketua tetap siaga di depan laptop dan handphone untuk dengan segera memberikan respon
dan memantau progress pekerjaan. Contoh lainnya, saat staf BLU terpaksa berhalangan hadir
karena urusan mendesak, pada hari penerbitan yang bersangkutan tetap mengerjakan
pekerjaannya dan bersiaga di depan laptop sambil bertelepon untuk berkoordinasi meskipun
sedang di dalam bis menuju luar kota. Kerja sama tim yang seperti ini yang dihayati
membuahkan hasil baik pada jurnal PSYMPATHIC/ JPIB untuk mendapatkan akreditasi dan
penghargaan hingga level nasional.
Pada awalnya, dalam menjalani peran ganda sebagai staf UP2IS dan pengajar,
terkadang membuat salah satu staf merasa kesal jika pembagian tugas dirasa kurang
proporsional. Salah satu staf terkadang merasa beberapa pekerjaan bisa dikerjakan oleh staf
lain, terlebih jika dirinya sedang melakukan pekerjaan lain yang lebih urgent untuk diselesaikan.
Namun seiring berjalannya waktu, Dengan menjalani dua fungsi/ peran tersebut pada ahirnya
merubah pandangan dan penghayatannya, karena pada kenyataannya, tugas yang sangat
banyak juga cukup memberikan manfaat/ pelajaran yang positif bagi perkembangan dirinya
sebagai individu di dalam organisasi, sekaligus sebagai dosen muda jika suatu hari nanti bisa
menjabat sebagai pimpinan. Mengingat pekerjaan/ tugas yang dilakukannya di UP2IS
merupakan pekerjaan yang menunjang pekerjaannya sebagai dosen. Staf tersebut menjadi
tahu bagaimana cara mengelola artikel, bagaimana proses penerbitan artikel, selain itu aturan
perjurnalan juga membawa dirinya untuk bisa lebih tertib administrasi. Pada dasarnya, karena
memiliki minat yang besar dalam bidang penelitian, pencapaian yang telah timnya lakukan
untuk kemajuan Fakultas sudah cukup membuatnya puas dan bangga. Hanya saja, jika
menghitung secara matematis antara beban kerja yang banyak dengan apresiasi yang diterima,
hampir seluruh anggota unit belum merasa mendapatkan apresiasi yang sepadan. Jika dilihat
dari performa tim hingga saat ini, UP2IS cukup memberikan kontribusi yang besar bagi
Fakultas. Namun secara struktural dari Universitas, memang tidak ada anggaran yang
diperuntukkan untuk jurnal, sedangkan jurnal merupakan hal yang penting untuk meningkatkan
akreditasi. RAB (Rancangan Anggaran Biaya) yang ada sejauh ini hanya diperuntukkan bagi
kegiatan-kegiatan Fakultas yang habis digunakan, bukan untuk memberikan tunjangan bagi
pengelola. Hal ini berlaku umum di seluruh unit jurnal di Universitas dan sangat disayangkan
oleh anggota, berharap ke depannya Universitas serta Fakultas mau mengupayakan apresiasi
dalam bentuk tunjangan bagi pengelola jurnal dan penelitian. Jajaran Dekan pernah
menjanjikan akan mengajak seluruh anggota UP2IS untuk jalan-jalan jika sudah bisa mencapai
peringkat SINTA 2 sebagai bentuk penghargaan atas perfroma tim, namun sejak
pencapaiannya di tahun 2019 hingga saat ini janji tersebut belum terrealisasi. Salah satu yang
menjadi motivasi anggota selain bergantung pada minatnya pada jurnal dan penelitian, yaitu
dengan menjadikan moto Kemenag sebagai moto pribadi yaitu “Ikhlas Beramal”.
Minat wakil ketua dalam penelitian, yang juga merupakan tridharma perguruan tinggi,
sangat relevan dengan tugas dan perannya sebagai dosen, membuat wakil ketua merasa
nyaman untuk menjalanui tanggung jawab di UP2IS. Disamping itu, terdapat kebanggan
tersendiri dapat turut berkontribusi dalam pengembangan keilmuan di Fakultas Psikologi UIN
SGD mengingat wakil ketua juga merupakan alumni, dan menjadikan perannya di UP2IS
sebagai bentuk pengabdian serta baktinya kepada almamater. Di luar daripada itu, ada
beberapa hal yang dirasakan kurang mendukung pekerjaannya di unit, yang mana sejalan
dengan anggota lain yang juga merangkap jabatan sebagai dosen, yaitu secara struktur, SK
anggota yang tugas utamanya seorang dosen, adalah SK yang dikeluarkan oleh Dekan.
Sehingga tidak ada tunjangan jabatan bagi mereka yang merangkap jabatan. Sedangkan
anggota/ karyawan lain yang SK nya dikeluarkan oleh rektor, setiap bulannya mendapat
tunjangan yang dibayarkan setiap bulan. Hal ini menjadi berat, karena pekerjaan di unit menjadi
bertambah banyak, tidak hanya yang terkait jurnal, tetapi juga yang terkait penelitian dosen,
mahasiswa, dana hibah penelitian, workshop penelitian, menyusun pelatihan kompetensi
penulisan penelitian untuk mahasiswa, hingga memberikan pendampingan bagi mahasiswa
yang ingin melakukan penelitian. Meskipun tugas-tugas di luar kejurnalan tersebut masih
relevan, namun unit juga hingga saat ini masih dalam tahap penyesuaian dengan banyaknya
tugas yang harus diselesaikan.
Dalam hal ini wakil ketua pernah mengkomunikasikan kepada Dekan, dan Dekan
menyampaikan bahwa anggota unit yang tugas utamanya sebagai dosen tidak memiliki
kewajiban penuh di unit sebagaimana anggota unit yang lain. Dari segi waktu, kontribusinya di
UP2IS dapat dilakukan di waktu senggang di luar pekerjaanya utamanya sebagai dosen.
Namun demikian, ketua unit tetap memberikan contoh dan arahan bahwa bagaimanapun juga,
mereka tetap harus fokus kepada apa yang menjadi capaian unit, jangan karena ada
keringanan dari Dekan terkait tanggung jawab, lalu mereka menjadi abai pada tanggung jawab.
Wakil ketua menghayati bahwa dirinya sejauh ini bekerja terlalu over dedicated, over initiative,
pada seluruh tugas yang dibebankan, hal tersebut berpengaruh pada kesejahteraan dirinya
dalam bekerja hingga merasa burnout. Saat ini subjek 1 mulai mampu untuk mengelola pikiran
dan perasaannya untuk tidak terlalu terpaku pada semua beban kerja, mulai memperhatikan
kesejahteraan dirinya dengan cara mengatur prioritas subjek yang sedang menjalani studi
doktor, baru memiliki bayi, dan fokus kepada target capaian jabatannya. Misalnya, saat ketua
meminta subjek 1 untuk mengerjakan tugas tambahan, subjek 1 tidak akan lagi susah payah
berupaya menyelesaikannya secepat mungkin dengan segala inisiatif ide-ide yang bisa
ditambahkan. Jika sedang merasa kewalahan dengan pekerjaan, saat ini subjek akan meminta
bantuan kepada rekan satu tim yang memiliki keleluasaan waktu dengan mempertimbangkan
kompetensi dari yang bersangkutan. Jika masih tidak memungkinkan, subjek akan meminta
bantuan kepada 6 orang di tim mahasiswa (asisten dosen yang membantu pekerjaannya yang
sifatnya sederhana seperti administrasi) untuk menyelesaikan tugas seperti merekap absensi,
membuat surat-surat keperluan unit, dan lain sebagainya. Tim asisten dosen tersebut dibentuk
oleh subjek sendiri menggunakan dana pribadi dan bukan asisten dosen resmi dari Fakultas.
Meskipun Fakultas juga memiliki program asisten dosen, namun hingga saat ini belum
dilaksanakan.
Subjek 1 seringkali diberikan tugas dan tanggung jawab di luar tugasnya. Hal ini cukup
mempengaruhi emosi subjek, karena subjek 1 merasa bahwa masih banyak anggota unit lain
yang juga mampu menyelesaikan tugas tersebut, namun ketua seringkali menunjuk subjek 1
untuk menyelesaikan atau sekedar diminta meneruskan tugas tertentu kepada anggota yang
lain. Subjek menghayati bahwa seringnya dibebankan tugas tambahan adalah karena subjek 1
merupakan anggota unit yang paling mudah dihubungi dan memberikan respon yang cepat.
Misalnya, ketua meminta subjek untuk membuat surat. Meskipun secara tanggung jawab itu
merupakan tugas dari subjek 3, namun karena subjek 3 sulit dihubungi maka subjek 1 yang
diminta untuk menyelesaikannya. Hal-hal seperti ini yang dirasa kurang bijaksana untuk
dilakukan. Saat ini subjek 1 dalam tahap berjuang untuk mengelola perannya sebagai ibu,
mahasiswa doktoral, dosen, dan anggota unit. Subjek selama ini meyakini dirinya cukup idealis
dan perfeksionis, dimana setiap pekerjaannya harus mencapai titik maksimal bahkan jika bisa
melampaui yang ditetapkan. Namun karena banyaknya peran, membuat subjek kewalahan dan
kelelahan, maka subjek mulai menurunkan ekspektasinya dengan menyelesaikan pekerjaan
semampunya. Namun hal ini menjadi pergolakan yang cukup mengganggu bagi subjek karena
merasa perannya di kampus kurang maksimal.

KESIMPULAN
Struktur : belum efektif
Sistem struktural yang ada belum menggambarkan rentang kendali, koordinasi dan
pendelegasian tugas di lapangan, sehingga berdampak pada efektivitas koordinasi dan beban
kerja yang tidak proporsional, jika terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan burount.
Measurement system : belum efektif
Belum ada sistem pengukuran kinerja yang baku dan sistematis bagi para SDM di unit, dimana
hingga saat ini anggota kelompok juga tidak terinformasi terkait capaian kinerjanya sehingga
mempengaruhi kualitas tanggung jawab anggota pada tugasnya. Jika terdapat sistem
pengukuran yang baku dan hasil maupun pemanfaatannya terinformasi pada seluruh anggota,
dapat berguna untuk meningkatkan performa kerja
DESIGN COMPONENT
Goal Clarity : catatan
Dalam tugas kejurnalan, anggota memahami dan menjalankan fungsinya sebagaimana yang
telah terdelegasi sesuai dengan yang disepakati. Namun secara umum UP2IS belum memiliki
rumusan prosedur, uraian tugas dan tanggung jawab yang melekat pada masing-masing
jabatan. Hal ini membuat para anggota kelompok kebingungan dalam memahami peran dan
tanggung jawabnya secara individu, yang berdampak pada pencapaian tujuan secara kolektif
khususnya dalam menjalani fungsi di luar penerbitan jurnal. Ketidakjelasan peran dalam hal ini
pada akhirnya mengurangi efektivitas waktu penyelesaian tugas yang menjadi tertunda karena
tidak segera direalisasikan.
Task structure : efektif dengan catatan
a. Koord  Meskipun pada akhirnya target kerja dapat tercapai, namun ketiadaan
rancangan tugas pokok, fungsi, tanggung jawab, jalur koordinasi serta sistem yang
baku dan terdokumentasi, yang membuat ritme dan sistematika kerja kurang teratur,
serta proses koordinasi di dalam kelompok menjadi kurang efisien dalam mencapai
setap targetnya.
b. Regulation  Seluruh anggota mengatur perilaku kerjanya sendiri dalam mencapai
sasaran kerjanya, namun dalam prosesnya masih memerlukan kontrol dari pimpinan
mengingat adanya peran ganda dari hampir seluruh anggota, sehingga belum
sepenuhnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Group composition : catatan
Sebagian besar anggota kelompok memiliki peran ganda, perbedaan kompetensi serta beban
kerja pada para anggota tersebut cukup mempengaruhi kinerja secara umum. Namun variabel
demografi lainnya baik dari segi jumlah anggota, pendidikan, maupun usia anggota tidak
menghambat terciptanya hubungan dan interaksi yang baik antar anggota di dalam kelompok.
Performance norms : catatan
Musyawarah untuk mufakat adalah suatu keyakinan yang disepakati bersama di dalam
kelompok. Hasil dari kesepakatan tersebut lebih dapat dipertanggungjawabkan, meskipun saat
ini efisiensinya berkurang karena terbatas dengan konsisi pandemi.
OUTPUT
Team Effectiveness : catatan
a. Performance  UP2IS secara umum sudah mencapai kinerja yang cukup baik melalui
ketepatan waktu penerbitan, juga memperhatikan kualitas konten jurnalnya, yang
dibuktikan dan diakui dengan akreditasi serta penghargaan baik level Provinsi maupun
Nasional. Kinerja tersebut masih dapat ditingkatkan agar lebih optimal jika unit memiliki
uraian pekerjaan, batasan serta alur kerja yang jelas, serta sistem yang mengatur
mekanisme kerja sehingga anggota mampu mengelola pekerjaannya dengan lebih
efisien.
b. Quality of worklife  Seluruh anggota memiliki kenyamanannya tersendiri saat bekerja
di dalam tim, seperti tugas-tugas yang relevan memberikan manfaat bagi
pengembangan diri pada masing-masing anggota. Kohesivitas yang terbangun juga
cukup membantu tim dalam mencapai tujuannya. Hanya saja, beban kerja serta
pendelegasian tugas yang kurang proporsional dan segala upaya anggota dalam
memenuhi tuntutannya belum diimbangi dengan penghargaan yang sepadan. Hal ini
secara umum cukup mempengaruhi motivasi kerja anggota khususnya dalam pekerjaan
di luar kejurnalan.

Anda mungkin juga menyukai