Anda di halaman 1dari 5

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan pada kasus Asuhan Keperawatan

Pasien Post Operasi ORIF Fraktur Tibia dengan Hambatan Kemampuan

Berpindah di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang

dilakukan pada tanggal 9 April 2020 – 11 April 2020, penulis

menyimpulkan :

1. Dalam pengkajian pada klien yang mengalami fraktur maka, fokus

pemeriksaan fisik yaitu keadaan lokal (look, feel, dan move), memeriksa

keluhan nyeri ketidakmampuan pergerakan sendi, pengkajian pola

fungsional gordon, dan pemeriksaan diagnostik. Pada saat pengkajian

keluhan klien yakni terdapat nyeri pada bagian post operasi betis sebelah

kanan, kaki kanannya terasa kaku saat digerakan akibat patah tulang,

klien merasa tidak mampu untuk berpindah dan merubah posisinya

sendiri, serta sulit tidur karena rasa sakit yang dirasakan.

2. Penulis menemukan masalah keperawatan yang muncul pada klien yaitu

hambatan kemampuan berpindah berhubungan dengan nyeri. Data yang

didapat secara subjektif untuk mendukung penetapan diagnosa

keperawatan adalah klien mengatakan kaki kanannya terasa kaku saat

digerakan, terasa berat, dan klien merasa kesulitan untuk berpindah serta

merubah posisinya karena nyeri akan bertambah ketika digerakan

50
3. Perencanaan

Perencanaan telah sesuai dengan Nursing Outcome Classification

(NOC), penulis memfokuskan pada rencana dan tujuan pada

kemampuan berpindah dengan indikator berpindah dari satu permukaan

ke permukaan lain sambil berbaring, berpindah dari kursi ke tempat

tidur, berpindah dari kursi ke kursi, berpindah dari kursi roda ke toilet,

berpindah dari toilet ke kursi roda. Lalu pada Nursing Intervention

Classification (NIC) penulis memfokuskan pada intervensi peningkatan

latihan : latihan kekuatan. Perencanaan tindakan keperawatan tersebut

mampu mengatasi masalah keperawatan pada pasien.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan yang pengkaji lakukan kepada klien selama 3 hari yakni

mengkaji keluhan klien, mengkaji kekuatan otot, mengkaji tingkat

mobilisasi, menentukan level motivasi klien untuk memelihara

pergerakan sendi, melatih pasien untuk ROM aktif pada anggota kecuali

betis kanan, mengajarkan teknik nafas dalam, menginstruksikan klien

atau keluarga cara melakukan latihan ROM pasif, memotivasi klien

untuk istirahat, mengobservasi kemampuan merubah posisinya sendiri di

tempat tidur, dan mengobservasi kemampuan mobilisasi serta melatih

pasien berdiri dengan tumpuan kaki yang tidak sakit. Tindakan yang

dilakukan belum teratasi secara penuh, namun perawat sudah memiliki

rencana tindak lanjut yaitu lanjutkan intervensi

51
5. Evaluasi

Evaluasi terhadap klien menunjukan hambatan kemampuan berpindah

berhubungan dengan nyeri klien belum teratasi secara penuh

dikarenakan skala tujuan dari indikator atau kriteria hasil tidak tercapai

sepenuhnya yang disebabkan karena nyeri yang masih dirasakan oleh

klien.

B. Saran

Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,

selanjutnya penulis memberikan saran atas tindakan yang telah dilakukan

pengkaji, yakni :

1. Pengkajian

Pada saat melakukan pengkajian harus dilakukan secara komprehensif,

yang dimaksud yaitu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap dan sistematis sesuai dengan

fakta atau kondisi yang ada pada pasien sangat penting untuk

merumuskan suatu diagnosis keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan respon individu. Maka menurut penulis perlu

dipertahankan komponen pengkajian keperawatan secara komprehensif

yang dilaksanakan pengkaji secara umum meliputi anamnesis pada

klien, keluarga, pemeriksaan kesehatan, pengkajian pemeriksaan

diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan medis. Pengkajian

merupakan kunci membuat keputusan klinis, mengetahui keadaan

pasien, serta masalah pasien

52
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan diberikan sesuai dengan masalah keperawatan

yang ada serta sesuai dengan data fokus. Namun, Pada penentuan

diagnosa keperawatan perawat perlu menambah diagnosa lain yang tepat

sehingga masalah hambatan kemampuan berpindah dapat teratasi.

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan perawat harus melakukan tindakan yang urut

dan sesuai prosedur tindakan keperawatan supaya masalah pada klien

dapat teratasi. Pada tahap perencanaan, penulis dapat menambahkan

melakukan terapi latihan : keseimbangan , terapi latihan : kontrol otot,

manajemen nyeri, peningkatan latihan : latihan kekuatan dan terapi

aktivitas.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan yang dilakukan yaitu melatih dan menilai kekuatan otot dan

dapat menambahkan tindakan lain untuk mengatasi permasalahan klien

yaitu dengan memberikan terapi latihan : keseimbangan, terapi latihan :

kontrol otot, manajemen nyeri, dan terapi aktivitas. Menurut pendapat

penulis, menyarankan untuk bagian implementasi keperawatan pada

asuhan keperawatan sebaiknya pengkaji mendokumentasikan tanda

tangan pengkaji setiap setelah dilakukan tindakan. Saran penulis setelah

melakukan tindakan perawat tanda di asuhan keperawatan.

53
5. Evaluasi

Evaluasi diharapkan perawat dapat memotivasi klien mengikuti anjuran

dalam melakukan latihan ROM pasif pada bagian tubuh post operasi dan

ROM aktif pada anggota tubuh yang sehat, melakukan perawatan rutin

secara mandiri dirumah. Sehingga keluarga memegang peranan penting

dalam kesembuhan klien sehingga keluarga wajib terlibat dalam setiap

tindakan perawatan yang dilakukan pada klien.

54

Anda mungkin juga menyukai