Anda di halaman 1dari 10

Respon Masyarakat Tentang COVID-19 Di Desa Kuta Rusep, Kecamatan,

Pandrah, Kabupaten Bireun.

Abstrak

Masyarakat Kuta Rusep masih sangat awam dengan pengetahuan COVID-19, salah
satunya protokol Kesehatan, Sebagian dari masyarakat Kuta Rusep ini menggangap hal
yang tidak penting. metode penelitian ini menggunakan penelitian Kualitatif,
wawancara dan observasi. Keresahan masyarakat terhadapat COVID menyebakan
turunya perekonomian, hilangnya kesosialiasi masyarakat, dan yang paling penting
kebudayaan masyrakat kuta rusep mulai tidak diadakan acara lagi seperti, acara maulid,
kanduri blang, rapat 1 bulan sekali dan duduk diwarung kopi. Dari segi ekonomi,
masayrakat masih susah dalam mengimpor barang ke perkotaan dan juga sosialisasi
masyarakat mulai berkurang disebabkan demi menjaga kemanan satu dan yang lain.

Kata Kunci: Respon Masyarakat, Ekonomi, Budaya, Sosial, Protokol Kesehatan.

A. PENDAHULUAN.

Pada awal tahun 2020 masyarakat mulai membiasakan diri dan ada beberapa
masyarakat yang masih tidak percaya dengan COVID atau corona virus yang sudah
mulai membuat masyarakat Indonesia Indonesia meninggal, mereka hanya percaya ini
hanyalah permainan dari beberapa politik Indonesia agar semua masalah di Indonesia
tidak di selesaikan lagi dan juga masyarakat hanya fokus pada COVID ini, ada juga
yang berpendapat bahwa ini sebuah bala yang diberikan ALLAH SWT untuk orang
seluruh dunia ini agar mereka menjaga kebersihan.

Desa Kuta Rusep, menerapkan lockdown hanya beberapa minggu, karena kesadaran
masyarakat pada saat itu saat baik dan banyak masyarakat sehat tidak ada yang positif
corona, Adapun terjangkit penyakit bahaya lainnya. Dikutip dari popularitas.com,
isitlah lockdown adalah Lockdown adalah terminologi atau istilah lockdown diambil
dari bahasa Inggris yang berarti terkunci. Jika dikaitkan dalam istilah teknis dalam
kasus Corona atau COVID-19, arti lockdown adalah mengunci seluruh akses masuk
maupun keluar dari suatu daerah atau negara. Tujuannya agar virus Corona tidak
menyebar lebih luas.
Penerapan lockdwon di suatu daerah harus dikuti dengan protokol penutupan semua
fasilitas publik, seperti sekolah, transportasi umum, tempat umum, perkantoran, bahkan
pabrik harus ditutup dan tidak diperkenankan beraktivitas. Aktivitas warganya pun
dibatasi.1

Dari beberapa keajadian yang membuat perbedaan pendapat atau respon dari
masyarakat mulai membiasakan diri dengan menggunakan masker dan itu hanya
Sebagian masyarakat yang menggunakan, kebanyakan dari masyarakat gengsi
menggunakan masker dikarenakan mereka sebelumnya tidak pernah menggunakan
masker.

Masker sepengetahuan masyarakat itu hanya lah penutup wajah dan biar debu gak tidak
masuk, masyarakat tidak suka dengan hal itu, bagi masyarakat debu dan lainnya
masyarakat sudah sering, apalagi ada Sebagian dari mereka kebunnya digunung tidak
menggunakan peralatan masker maupun peralatan Kesehatan.

Bagi masyarakat Kuta Rusep mereka bisa hidup dengan kondisi dimana keluarga dapat
makan itu sudah mencukupi kebutuhan mereka, tidak ada yang terbebani dengan adanya
COVID-19 ini masyarakat dilarang buat mencari nafkah dan itu bantahan bagi
masyarakat yang melarang mereka mencari rezeki, karena mencari nafkah atau rezeki
itu sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat Kuta Rusep.

Warung kopi yang masih aktif pagi hari dan malam hari itu sudah menjadi kebiasaan
masyarakat, masyarakat pulang kerja biasanya mereka duduk diwarung kopi, ngobrol
dan menceritakan beberapa yang terjadi seperti disawah,kebun dan pekerjaan lainnya,
disaat pemerintah membuat peraturan warung kopi ditutup, masyarakat tetap seperti
biasa, mereka duduk, santai ngobrol, tidak peduli adanya peraturan tersebut.

Perekonomian yang semakin sempit membuat Sebagian msayarakat ada yang


bertingkah untuk keluar disaat lockdown dan juga warung kopi di gampong Kuta Rusep
hanya berjalan 1 minggu, warung kopi dibuka pada waktu pagi dari pukul 8.00-10.00
WIB

B. Metode Penelitian
1
https://www.popularitas.com/berita/menimbang-lockdown-untuk-aceh
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif,dan metode wawancara dimana peneliti melihat tingkah
masyarakat dari lapangan, terdapat beberapa tingkah masyarakat yang membuat peneliti
tertarik memilih meneliti dengan metode kualitatif dan juga metode observasi sebagai
simbul agar peneliti mendapatkan data yang tepat.

C. Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan pada pendahuluan dimana banyak masyarakat
yang berbeda respon dan akan di uraikan dalam hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini
diperoleh dari hasil wawancara mendalam secara informan sebagai bentuk hasil dari
lapangan yang didapat peneliti pada saat wawancara masyarakat. Peneliti juga
menggunakan observasi sebagai bentuk data yang ditemukan itu lengkap. Peneliti juga
fokus pada penelitian yang beberapa respon masyarakat yang berbeda pada COVID-19
di desa Kuta Rusep.

Peneliti juga menggunakan metode penelitian kualitatif untuk melihat kondisi


masyarakat pada saat COVID-19. Dalam hal ini peneliti membuat tema yaitu: Respon
masyarakat terhadap ekonomi, sosial dan budaya. Pendekatan ini dilakukan agar semua
komplek di saat peneliti mulai turun kelapangan. Penelitian dengan metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata
yang tertulis atau lisan yang berdasarkan orang atau pelaku yang diamati
(Nasution,2003: 3). Beberapa respon dari masyarakat yang peneliti liputi:

1. Respon Masalah ekonomi

Masalah ekonomi adalah sumber dari masyarakat Kuta Rusep, dimana semua
masyarakat aktif dalam mencari ekonomi, bagi masyarakat Kuta Rusep ekonomi adalah
sumber utama mereka, walaupun mereka sesekali harus makan ubi jika bahan sembako
habis, disaat ekonomi mulai berkurang pada saat COVID, masyarakat mulai Kembali
menanam ubi dan juga beberapa kebun yang dulu mereka sempat tidak lanjutkan, sejak
COVID mulai masuk dalam wilayah Indonesia, mereka menyiapkan semua bahan-
bahan pokok sederhana, ekonomi masyarakat Kuta Rusep sebenarnya sebelum COVID
mulai masuk ke Indonesia, semuanya baik baik saja, cumin satu kendala, disaat awal
bulan Mei tepatnya COVID mulai masuk ke Indonesia sampai pada bulan April sejak
saat itu masyarakat mulai merasa banyak yang kurang, dari pedapatan, hasil panen
mereka juga sangat berkurang, apalagi masyarakat Kuta Rusep, sangat banyak
menanam timun, ungkap pak Abdullah2 (pak keuchik gampong kuta Rusep).

Bagi seorang petani ini bukan hal yang biasa lagi, apalagi dari segi panen kami sudah
banyak dipotong biaya dan hasil juga dipotong pada saat COVID, ungkap pak Zakaria3.
Pak Zakaria adalah seorang petani, dimana dia sudah mulai aktif berkebun dalam 10
tahun, bagi pak Zakaria ini pertama kali dia merasakan susahnya jadi petani, biasanya
dia dapat potongan harga setengah ini hanya di bagi 30 persen.

Melihat dari segi ekonomi yang semakin mempersempit masyarakat Kuta Rusep sering
menghabiskan waktu dirumah, apalagi mereka yang buka warung kopi, dimana warung
kopi dikasih Batasan waktu. Bagi bapak mahmud4 warung kopi adalah sumber dia
mencari rezeki, kenapa harus ditutup lebih awal, pagi dari jam 20:30-22:00 PM jika
malam dari jam.Dan juga warung kopi di gampong Kuta Rusep sudah menjadi
kebiasaan masyarakat disini, biasanya masyarakat pulang dari kebun atau persawahan,
mereka tidak lupa udh minum segelas kopi, kalau terus begini, saya tidak dapat uang
dan juga masyarakat semakin resah dengan peraturan yang dibuat pemerintah. Ungkap
bapak mahmud.

Ekonomi mulai terus menerus turun tidak hanya saja daerah Kuta Rusep, daerah lain
juga seperti itu, dimana semua masyakat merasa, sejak adanya COVID, tidak wilayah
Kuta Rusep saja, ungkap bapak Abdullah (kepala dusun desa Kuta Rusep)

Banyak respon dari masyarakat yang mendapatkan hasil yang sama, yaitu ekonomi
mereka semuanya tidak membaik, peneliti melakukan penelitian secara observasi yaitu
dengan cara mendatangi toko kelontong, menurut bapak Ahmad5, toko kelotong yang
dia memiliki sejak adanya COVID mulai masuk ke Indonesia dan juga ada beberapa
peraturan khusus mereka yang mempunyai toko untuk menutup pada waktu yang telah
di tentukan yaitu dari jam 8:00-12:00 AM dan jika malam 20:00-22:00 PM.

Dengan sepinya pengujung membuat bapak ahmad yang sudah lama membuka toko
kelontong sampai 12 tahun di desa Kuta Rusep, membuatnya frutasi, menuurut bapak
2
Abdullah, tanggal 28 oktober 2020 di kantor Desa Kuta Rusep
3
Zakaria, tanggal 25 Oktober 2020 di Kebun Desa Kuta Rusep
4
Mahmud, tanggal 30 oktober 2020 di warung kopi Desa Kuta Rusep
5
Ahmad, tanggal 15 november 2020 di Toko Kelontong Desa Kuta Rusep
Ahmad, bagi pengusaha atau petani dibetikan keringganan dan juga barang mereka
jangan diturunkan, dibawa dengan harga seadanya.

Terlalu susah untuk mencari rezeki masyarakat Kuta Rusep disebabkan peraturan yang
tidak jelas dan tidak pernah menggutungkan masyarakat kecil, ungkap ibu Fatimah6
seorang pedagang gorengan.

Usaha yang mereka bangun sampai bertahun-tahun Sebagian dari masyarakat kecil, ada
yang tutup toko tidak berjualan lagi, setelah peneliti meneliti kenapa toko itu ditutup,
tidak ada kabar ada tau penyebabnya

Keadaan desa Kuta Rusep pada segi ekonomi memang sangat buruk, apalagi Sebagian
dari mereka yang sudah lama membuka usaha, terpaksa tutup dikarenakan ekonomi
mereka tidak mampu untuk membuka usaha.

2. Respon Segi Sosial

Dari segi sosial, masyarakat Kuta Rusep sebelum masuk nya COVID daerah Indonesia,
banyak kegiatan yang masyarakat lakukan, salah satunya duduk diwarung kopi dan juga
di pos, ngobrol tentang pekerjaan mereka dan menyeselesaikan masalah antara satu
pihak dan yang lainya, banyak perubahan.

Masyarakat yang biasanya membiasakan diri setelah dari kebun atau sawah untuk
duduk dan santai, semua tidak bisa lagi sejak masuknya corona di Indonesia, dimana
semua penerapan aturan, semua harus dipatuhi oleh semua orang karena itu demi
kebersaamaan dan juga demi Kesehatan masyarakat.

Sosialiasi yang besar ada pada setiap penduduk desa Kuta Rusep, setiap jumpa
memberikan salam dan juga selalu bicara dekat tanpa menggunakan masker, karena
bagi masyarakat Kuta Rusep komunikasi dan sikap sosial maupun pendapatang baru
adalah hal utama, karena itu sikap yang ada disetiap masyarakat, ungkap bapak
Abdullah (keuchik gampong Kuta Rusep).

Hilangnya sifat sosial membuat Sebagian masyarakat tidak peduli dengan penerapan,
mereka tetap seperti biasanya, dimana hari biasa mereka lakukan, tidak ada penerapan

6
Fatimah, tanggal 14 november 2020 Di tempat penjualan pisang goreng Kuta Rusep
protokol Kesehatan. Apa salahnya jika saya tidak menggunakan masker sangat ngobrol
dan juga tidak memakai obat Desifektan, ungkap bapak rizki7.

Bagi Sebagian masyarakat Kuta Rusep menggunakan alat protocol Kesehatan Ketika
ingin ngobrol adalah hal yang tidak wajib, itu membuat mereka resah dan tidak nyaman
Ketika ngobrol sama teman, apalagi dari dlu masyarakat kami tidak pernah
menggunakan masker Ketika mereka bekerja, liat saja dari segi latar mereka bekerja,
kebanyakn dari petani, ungkap bapap Abdullah.

Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif


berubah kata-kata yang tertulis atau lisan yang dari orang-orang atau perilaku yang
diamati (Bodgan dan Taylor dalam meleong, 2007: 3). Sebagai makhluk sosial manusia
akan melakukan komunikasi dengan orang lain secara baik, sercara langsung maupun
tidak langsung. Komunikasi memilki pengertian dari individu ke individu lain.dengan
menggunakan berbagai macam simbol dan lambing yang berbeda maupun simbol
tertentu. Dalam proses komunikasi tersebut terdapat interaksi simbolik dimana pikiran
manusia menafsirkan dan mengartikan benda-benda dan peristiwa yang dialaminya.
Esensi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni
komunikasi atau simbolik yang diberi makna (Mulyana, 2001: 70).

Pandemi COVID yang masyarakat rasakan ini, terlalu membuat masyarakat terasa
terkekang dengan aturan, apalagi mereka disuruh menggunakan Masker, mencuci
tangan, dan menjaga jarak. Semua itu dilakukan untuk mereka yang keluar rumah atau
berpegian jaruh hanya sebagaian masyarakat yang patuh dengan protokol yang
pemerintah terapkan, lainnya tetap seperti biasa. “Menjaga jarak dan yang lainnya
sebenarnya buka peraturan dari pemerintah, hanya saja itu demi kebersamaan
masyarakat Indonesia”, ungkap bapak Abdullah (keuchik gampong Kuta Rusep).

Yang biasanya masyarakat duduk sore hari sambil menunggu azan magrib, sejak ada
penetapan keluar menggunakan masker dan protokol Kesehatan lainya, kini semua tidak
ada lagi, sepi seperti desa yang tidak ada penghuni, ungkap bapak fardi.8

3. Respon terhadap budaya

7
Rizki, tanggal 15 november 2020 Di Warung Kopi Desa Kuta Rusep
8
Fardi, 16 november 2020, Di meunasah Desa Kuta Rusep
Respon dari beberapa masyarakat terhadap budaya, banyak kejanggalan yang terjadi
pada saat COVID, dimana kebudayaan masyarakat Kuta Rusep, yang tiap 3 bulan sekali
mereka mengadakan kanduri blang, mengadakan acara maulid, mengadakan rapat 1
bulan sekali dan juga duduk diwarung kopi sudah menjadi budaya masyarakat. Banyak
hal yang tidak bisa masyarakat lakukan dengan adanya COVID, dari segi Kanduri
Blang, masyarakat yang biasanya membuat kanduri blang kini tidak ada lagi.

Kanduri blang adalah acara dimana masyarakat gampong Kuta Rusep mulai
mengadakan acara makan Bersama dengan para pertain sawah, dikala COVID
masyarakat menghentikan, walaupun Sebagian masyarakat ada yang tidak peduli
dengan hal tersebut. Kanduri blang sudah menjadi budaya disetiap desa, apalagi di desa
Kuta Rusep itu seperti kewajiban untuk mengadakan kanduri blang setiap 3 bulan
sekali, ungkap ibu maimunah (petani)9.

Apalagi dari segi maulid, maulid emng menjadi salah satu budaya yang sangat wajib
dilaksanakan seluruh umat islam seluruh dunia. Bagi masyarakat Kuta Rusep adalah
salah satu budaya yang harus dilaksana, dari semua segi, salah satunya walauapun
pandemi masyakat Kuta Rusep juga melaksanakan maulid. Maulid adalah hal yang
wajib dilaksanakan di desa Kuta Rusep, karena kami membuat maulid dengan acara
yang sangat besar dan mewah sangat beda dengan acara lainnya, ungkap pak Abdullah
(pak keuchik gampong Kuta Rusep).

Duduk dan ngopi Bersama diwarung kopi juga sudah budaya bagi masyarakat Kuta
Rusep, dimana bagi masyarakat Kuta Rusep minum segelas kopi sambil bahas politik
itu sudah membuat masyarakat senang dengan kegiata tersebut, ungkap bapak Muliadi10
(sekretaris kampung Kuta Rusep).

Sejak ada penerapan Sosial Distancing, Sebagian kebudayaan masyarakat masih di


terapkan, hanya saja warung kopi dan kanduri blang sudah jarang mereka lakukan,
karena Sebagian masyarakat masih percaya dengan COVID, dimana menjaga jarak
antara satu dan yang lainnya itu harus dilakukan.

Kepercayaan kepada budaya yang biasa masyarakat lakukan demi kebaikan dan untuk
keuntungan masyarakat masing-masing, bapak Abdullah sebagai kepala Lorong desa
9
Maimunah, 17 november 202, Di sawah Desa Kuta Rusep
10
Muliadi, 18 november 2020, Di kantor keuchik Desa Kuta Rusep
Kuta Rusep, menerapkan sistem yaitu boleh melakukan salah satu budaya dimana
masyarakat mengunakan protocol Kesehatan dan juga membuat alat protocol Kesehatan
untuk acara apa saja, kecuali kanduri blang itu harus dihentikan kecuali masyarakat
menerapakan kandrui blang bukan disawah tetapi dalam satu rumah masyarakat yang
menerapkan protokol Kesehatan, ungkap bapak Abdullah (kepala Lorong gampong
Kuta Rusep).

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan

Dalam penelitian ini, peneliti dapat mengambil beberapa isi kesimpulan, bahwa
perbedaan pendapat sudah menjadi hal biasa, karena setiap orang memiliki pemikiran
yang berbeda-beda dan juga dengan adanya pemikiran yang berbeda, banyak intisari
yang dapat kita ambil dari setiap pendapat orang, dimana pendapat ada yang menurut
mereka mengambil dari media ada juga dari beberapa bacaan tentang COVID.

Pada saat COVID mulai melibatkan masyarakat Kuta Rusep, ekonomi mereka sangat
turun drastis, Sebagian masyarakat ada yang susah untuk mengimpor hasil panen
mereka ke daerah luar, itu menyebabkan masyrakat susah untuk mencari rezeki disaat
COVID-19.

Kejadian yang menyebabkan perbedaan pendapat, dimana warung kopi di desa Kuta
Rusep Sudah menjadi bahan obrolan tentang COVID-19 yang biasanya mereka gunakan
untuk ngobrol masalah pekerjaan.

Pendapat masyarakat bukan menjadi penghalang atau menjadi Sebagian masyarakat


ribut dikarenakan perbedaan pendapat, banyak yang dari masyarakat awalnya tidak tau
tentang COVID Sebagian dari mereka ada yang patuh dikarenakan adanya perbedaan
pendapat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesadaran individu yang menentukan
perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi dalam kegiatan-
kegiatan sosial.
2. Saran

Untuk kesempurnaan dan tercapainya luaran dari karya ini, penulis merekomendasikan
beberapa saran diantaranya:
1. Dengan bedanya pendapat bukan menjadi sebuah perselisihan anatara satu orang
dan yang lainnya.
2. Walaupun di desa tersebut tidak ada yang terjangkit COVID-19, setidaknya
masyarakat mempatuhi protokol Kesehatan dan itu tidak untuk dilanggar tetapi
untuk kebersamaan
3. Mempatuhi sosial distancing atau menjaga jarak agar semuanya aman antara
satu dan yang lainya.
4. Tetap sabar dikarenakan semua desa susah dengan yang Namanya ekonomi.

Ucapan Terima Kasih

1. Kepada Rektor UIN (Prof. H. Warul Walidin AK, MA)


2. Para Wakil Rektor UIN (Dr. H. Gunawan, MA, Phd sebagai Wakil Rektor
bidang Akademik dan Kelembagaan). (Dr. H. Syabuddin, M.Ag sebagai
Wakil Rektor bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan). (Dr.
Saifullah, S.Ag., M.Ag sebagai Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan
Kerja Sama).
3. KARO AAKK UIN (Drs. Junaidi Rasda)
4. Ketua LP2M UIN (Dr. Mukhlisah)
5. Sekretaris LP2M UIN (Dr. Jailani)
6. Kepala P2M UIN (Drs. Maimun Yusuf)
7. Kasubbag LP2M dan Tenaga Kependidikan LP2M

E. Lembaga Pengesahan

KULIAH PENGABDIAN MASYARAKAT DARI RUMAH INOVATIF


(KPM-DRI)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Disusun Oleh :
N a m a : Luthfi

N i m : 170305094

Fakultas/ Jurusan : Ushulludin dan FIlsafat

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,
Zuherni.AB, M.Ag
Nip. 197701202008012006

F. Daftar Pustaka
1. Dedy Mulyana, 2000. “ Ilmu Komunikasi, Pengantar” Bandung : Remaja
Rosadakarya
2. Sugiyoo. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
3. Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial- Agama.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai