Anda di halaman 1dari 25

resume

SEJARAH DAKWAH

Dosen Pembimbing :
Drs, Sirojuddin Urusy, M.A

Di Buat Oleh :
Cahya Nur Ihsani/KPI (1120200046)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS AS-SYAFI’IYAH
2021-2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahhi rabbil a’lamin, Assholatuwassalam a’la asrofil
anbiya’i walmursalim, Wa’ala alihi wasshohbihi ajmain, Amma ba’du.
Segala Puji Bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
ridho-Nya bagi umat-umat tercintanya dimuka bumi ini.
Tak lupa sholawat serta salam kita haturkan kepada Baginda besar Nabi
Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabat-sahabatnya, yang
telah membawa kejayaan bagi keberlangsungan hidup umat setelahnya.
Resume Sejarah Dakwah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Sejarah Dakwah yang diajarkan oleh Bapak Drs. Sirojuddin
Urusy, M.A, Terimakasih atas bimbingan dan pengajaran yang telah
bapak ajarkan kepada para mahasiswanya.
Dalam penyusunan Resume Sejarah Dakwah ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa pembuatan Resume ini, masih jauh dari
kesempurnaan, karena pengalaman, pengetahuan dan ingatan penulis
yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi terciptanya Resume yang lebih baik lagi untuk
masa mendatang.

Bekasi, 17 Januari 2022


Tanda Tangan

Cahya Nur Ihsani


NIM (1120200046)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................1
A. Memahami Sejarah Dakwah…………………………1
B. Ruang Lingkup Sejarah Dakwah…………………….1
BAB II PEMBAHASAN......................................................2
A. Sejarah Muhammad Sebagai Shahibuddakwah….......3
B. Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Dakwah Islam….6
C. Kondisi Masyarakat Arab Pada Masa Rosulullah…....6
D. Dakwah Islam Melalui 2 Periode……………………8
E. Dakwah Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin……...11
F. Dakwah Islam Bani Umayyah……………………….14
G. Dakwah Islam Bani Abbasiyah……………………...17
H. Dakwah Islam di Indonesia………………………….19
BAB III PENUTUPAN........................................................23
A. Kesimpulan…………………………………………..23
B. Saran…………………………………………………23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Memahami Sejarah Dakwah


Pengertian Sejarah Dakwah “Sejarah Dakwah” berasal dari kata ”Sejarah”
dan “Dakwah”. Sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajarah” yang berarti pohon.

Dalam bahasa Arab “Sejarah” disebut “Taraikh” yang berarti penanggalan


atau kejadian berdasarkan urutan tanggal atau waktu. Kini kata “Sejarah” history
dan taraikh telah mengandung arti khusus yaitu ”Masa lampau umat manusia”.
Sedangkan dakwah secara etimologi berasal dari kata da,a, yad,u, da,watan.kata
da,a mengandung arti menyeru, memanggil dan mengajak.
Dakwah artinya seruan, panggilan. Dengan demikian sejarah dakwah dapat
diartikan sebagai peristiwa masa lampau umat manusia dalam upaya mereka
menyeru, memanggil dan mengajak umat manusia kepada islam serta bagaimana
reaksi umat yang diseru dan perubahan-perubahan apa yang akan terjadi setelah
dakwah digulirkan, baik langsung maupun tidak langsung.

A. Ruang Lingkup Sejarah Dakwah


Pembatasan ruang lingkup kajian dakwah berangkat dari jawaban pertanyaan
kapan dakwah islam dimulai.
Ada dua pendapat besar mengenai permulaan dakwah :
➢ Penelitian yang menjadikan permulaan dakwah adalah pada masa Rasulullah
SAW. Pendapat ini merujuk kepada terminologi khusus dari dakwah islamiah,
bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi SAW.

➢ Peneliti lain berpendapat bahwa permulaan dakwah adalah sejak diutusnya para
nabi dan rasul. Pendapat ini merujuk kepada terminologi umum dari dakwah
islamiah, bahwa dakwah para nabi hakikatnya adalah satu.

Seluruh Rasul telah menyampaikan islam dalam arti yang luas.


Bagi peneliti yang berpendapat bahwa “Sejarah Dakwah” islam dimulai sejak
adanya Rasul, mereka memulai kajiannya dari dakwah Nabi Nuh,As,
Alasannya adalah karena Nuh merupakan Rasul pertama yang diceritakan oleh
Al-Qur,an tentang aktivitas dakwah.
1
Berdasarkan dua pendapat, maka bahasan mata kuliah “Sejarah Dakwah”
seharusnya dapat dimulai sejak dimulainya dakwah, yaitu sejak Nabi Nuh as dan
Sejak dakwah dunia islam modern.
Sedangkan aspek kesejarahan yang dipotret adalah aktivitas umat dalam
memenuhi perintah Allah SWT. Untuk menyebarkan agama, membina masyarakat,
melakukan tranformasi sosial budaya, memelihara agama, dan
mempertahankannya dari serangan musuh-musuh Islam. Sejarah islam juga
memotret bagaimana perjuangan menegakkan agama dalam rentang masa yang
begitu panjang ini pasang surut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Muhammad Sebagai Shahibuddakwah


Secara nasab, Nabi SAW yang telah disepakati para sejarawan adalah sampai
kepada Adnan. Menurut Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy “Tidak
dipersilihkan lagi bahwa Adnan adalah putra Nabi Ismail AS bin Ibrahim, dari
kabilah yang paling bersih, keturunan yang paling suci dan utama”.
Adapun nasab Nabi SAW adalah sebagai berikut :
Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdi
Manaf bin Qusayyi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr
bin Malik bin anNadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudhar bin Nazar bin Mu’iddu bin Adnan.

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Makkah. Pada suatu tempat yang dikenal
dengan nama Buqul Lail, pada tahun Gajah, yaitu tahun kedatangan pasukan
Gajah ke Makkah di bawah pimpinan Abraham al-Asyram, Raja Yaman untuk
menghancurkan Ka’bah. Allah SWT menggagalkannya dengan mukjizat yang
mengagumkan sebagaimana diceritakan dalam al-Qur’an.

Menurut riwayat yang paling sahih kelahiran Nabi Muhammad SAW jatuh pada
senin malam, 12 Rabiul Awal, bertepatan dengan tanggal 20 Agustus 570 Masehi.

Ibunda Nabi SAW bernama Aminah binti Wahb. Menurut Abdurrahman Asy-
Syarqani bahwa Aminah ingin sekali agar bayi yang dilahirkannya tidak dilihat
oleh siapa-siapa sebelum dilihat oleh ayah mertuanya (Abdul Muthalib).

Pada saat Muhammad lahir, Aminah menyuruh agar bayinya ditutupi dan
menyuruh seseorang untuk memanggil Abdul Muthalib. Abdul Muthalib segera
datang menjenguk dan melihat cucunya tersebut dan diberinya nama Muhammad,
ucapnya aku berharap ia akan dipuji oleh seluruh penduduk bumi.

Muhammad sejak lahir hingga masa kecilnya sempat diasuh oleh 8 wanita, yaitu
Aminah ibu kandungnya, Suaibah al-Aslamiyah, Khaulah binti al-Munzis,
Halimah as-Sa’diyah, Ummu Aimah, serta Halimah Asya’diyah. Nama yang
terakhir ini terbilang yang paling lama mengasuhnya.

3
Ayah Nabi SAW meninggal pada saat Nabi berusia 2 bulan dalam kandungan
ibunya. Sedangkan Aminah ibundanya, wafat pada usia 30 tahun di suatu tempat
bernama al-Abawa yang terletak antara Makkah dan Madinah.

Ketika itu Muhammad baru berusia 6 tahun. Lalu ia diasuh oleh Abdul Muthalib
sang kakek yang telah mencapai usia 120 tahun. Pada saat kakeknya meninggal
dunia beliau kemudian diasuh oleh Abu Thalib. Pamannya yang terbilang orang
terbaik dalam mengasuh keponakannya itu. Dia mengasuh dan melindungi
Muhammad hingga menjadi Rasul.

Perlindungan dan asuhan tersebut tidak hanya didasari hubungan darah semata,
tetapi didasarkan pada suatu keyakinan kuat pada kebenaran ajakan saudaranya.
Tidak ada satu kisah pun tentang perilaku buruk Abu Thalib terhadap Muhammad.
Pamannya ini sangat pendiam, mendekati pemurung seorang yang lemah lembut
dan penyayang anak-anak.

Pada tahun 582 untuk pertama kalinya Nabi Muhammad SAW ikut pamannya
berniaga ke Syam. Di Madyan, tepatnya di Wadi al-Qarra dan Hijr, Muhammad
mampir di Bostra kota tua berbenteng yang sejak dahulu menjadi pusat
perdagangan. Di kota inilah dilaporkan pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan
Bahira, seorang pendeta Kristen. Konon pendeta ini mengenali Nabi Muhammad
SAW, karena segumpal awan yang menaungi Nabi Muhammad SAW dan
bertunasnya cabang pohon untuk membayangi Nabi Muhammad SAW dari
kepanasan gurun.

Pendeta itu mengundang kafilah Abu Thalib dan makan bersama. Ia


menanyakan Nabi Muhammad SAW karena ada tanda-tanda khusus yang
menunjukkan dialah calon nabi terakhir yang dijanjikan Tuhan.

Keistimewaan lain yang melekat pada diri Nabi Muhammad SAW sejak kecil
hingga dewasa adalah kesenangannya menyendiri (merenung dan memikirkan
sesuatu). Namun kesenangannya ini tidak membuatnya mengisolasi diri dan
antisosial. Kesenangan Nabi Muhammad SAW ber-tahannuts. Karena kondisi
masyarakat jahiliyah saat itu yang jauh dari nilai-nilai sosial dan ruhaniah yang
sehat.

Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, diusia remaja beliau telah
mulai mencari rizki dengan mengembalakan kambing.

4
Menurut Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy terdapat 3 pelajaran penting
berkenaan dengan hal tersebut :

➢ Perasaan halus, meski berada dalam pengasuhan pamannya yang penuh


rasa kasih sayang, tidak membuat Nabi Muhammad SAW menjadi pribadi
yang manja, membentuknya menjadi pribadi yang mandiri. Kepekaan
perasaannya akan kondisi ekonomi keluarga pamannya membuatnya turut
meringankan beban ekonomi dengan mengembalakan kambing.
Menurut Syekh Muhammad Sa’i d Ramadhan al-Buthy sikap ini merupakan akhlak
yang mengungkap rasa syukur, kecerdasan watak dan kebaikan perilaku.
➢ Perjalanan kehidupan nabi Muhammad SAW berkecimpung di dunia
ekonomi mengajarkan kepada kita bahwa harta yang terbaik adalah harta
hasil usaha sendiri.
Karena hakikatnya sangatlah mudah bagi Allah memenuhi kebutuhan dan
melimpahkan kemewahan bagi kehidupan Muhammad SAW.
➢ Menjadikan dakwah sebagai sumber rezeki akan menjatuhkan wibawa da’i.
Oleh karena itu seorang aktivis dakwah merupakan orang yang paling patut
mencari ma’isyah melalui usaha sendiri.
Meski Muhammad belum mengetahui tujuan ini namun manhaj yang telah
ditetapkan Allah telah mengandung tujuan ini.
Kiprah Nabi Muhammad SAW dibidang perdagangan diawali dengan
membawa harta dagang milik Khadijah ke Syam (sekarang Palestina, Syria,
Lebanon dan Yordania).
Menurut Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, sebelum menikah dengan Khadijah,
Muhammad telah sukses sebagai pedagang. Ini ditandai dengan kemampuannya
membayar mahar perkawinan berupa 20 ekor unta muda dan ditambah dengan
emas 12,5 ons (uqiyah) dari hartanya sendiri.
Ketika menginjak usia 30-an, Nabi Muhammad SAW sudah menjadi seorang
investor sehingga memiliki banyak waktu untuk memikirkan kondisi masyarakat.
Pada saat itu Nabi Muhammad SAW mencapai apa yang kini disebut sebagai
“kebebasan uang dan waktu”.
Kesenangan ber-tahannus semakin intens dalam diri Nabi Muhammad SAW,
ketika berusia 40 tahun. Pada usia ini pula (40 tahun) Nabi Muhammad SAW
diangkat sebagai Nabi dan Rasulullah (bi’tsah) ditandai dengan turunnya QS. Al-
Alaq : 1-5 di gua Hira pada tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijrah (6
Agustus 610 M).

5
Beberapa waktu lamanya wahyu Allah terhenti. Ada beberapa pendapat
mengenai rentang waktu terhentinya wahyu Allah. Menurut tafsir Ibnu Abbas
selama empat puluh hari, sedangkan al-Zujjaj selama 15 belas hari. Pendapat yang
dikuatkan sebagian Ulama adalah yang terdapat pada tafsir Muqatil yaitu selama
tiga hari. Wahyu yang terakhir yang diterima Nabi Muhammad SAW.

B. Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Dakwah Islam


Masyarakat yang hidup di zaman Jahiliyyah dimana mereka tidak mengenal
agama dan tauhid sehingga moralitasnya sangat minim.
Ada beberapa suku-suku Arab dibagi dalam tiga kelompok :
➢ Arab al-Ba'idah (‫ )العرب البائدة‬atau "orang Arab di masa lampau (yang
sudah punah)", adalah kelompok suku-suku kuno yang telah musnah,
seperti Aad, Tsamud, Tasm, Jadis, Imlaq (yang termasuk cabang-
cabang Bani Al-Samaydah), dan lainnya. Alquran mencatat bagaimana
kaum 'Aad dan Tsamud dimusnahkan, serta belakangan ini tentang
penggalian arkeologis menemukan prasasti yang merujuk pada "Iram"
yang disebut sebagai kota utama kaum Aad.

➢ Arab al-'Aribah (‫)العرب العاربة‬, atau "orang Arab murni", adalah kelompok
suku-suku Arab yang dianggap keturunan Ya’rub bin Yashjub bin Qahtan,
sehingga kerap disebut juga sebagai Arab Qahtani. Mereka diduga berasal
dari keturunan Nabi Hud, dan umumnya menetap atau berasal dari Jazirah
Arabia daerah selatan seperti Yaman.

➢ Arab al-Musta'ribah (‫)العرب المستعربة‬, atau "orang Arab pendatang",


adalah kelompok suku-suku yang berasal dari keturunan Ma’ad bin Adnan,
sehingga disebut Arab Ma'adi (sebagaimana dikemukakan Thabari) dan
kadang disebut Arab Adnani. Ma'ad bin Adnan diduga terhubung hingga
ke Nabi Ismail dari ibu Bani Jurhum. Dan karena Nabi Ismail adalah
pendatang baru di Mekah dibandingkan keturunan Nabi Hud ("aribah")
maka disebut "musta'ribah". Nabi Muhammad yang memiliki garis silsilah
ke Bani Hawazin merupakan keturunan kelompok ini.

C. Kondisi Masyarakat Arab Pada Masa Rosulullah SAW


❖ Dalam bidang akidah atau keyakinan
Menjelang Muhammad lahir, penduduk Arab menganut agama yang
bermacam-macam antara lain yang terkenal adalah penyembahan terhadap
berhala atau paganisme.
Penyembahan berhala itu pada mulanya dilakukan ketika orang-orang
Arab pergi keluar kota Makkah, mereka selalu membawa batu yang diambil
dari sekitar Ka’bah. Mereka mensucikan batu dan menyembahnya dimana
mereka berada.
6
Lama-kelamaan dibuatlah patung yang disembah dan mereka
berkeliling mengitarinya (tawaf).

Kemudian mereka memindahkan patung dari luar Makkah yang


jumlahnya mencapai 360 buah. Disamping itu ada patung-patung besar yang
ada di luar Makkah, yang terkenal ialah Manah/Manata di dekat Yasrib atau
Madinah, al-Latta di Taif. Menurut riwayat yang disebut terakhir adalah yang
tertua dan al-Uzza di Hijaz. Hubal adalah patung yang terbesar yang terbuat
dari batu akik yang berbentuk manusia yang diletakkan di dalam Ka’bah.
Mereka percaya bahwa dengan menyembah berhala bukan berarti menyembah
wujud berhala itu, tetapi hal tersebut dimaksudkan sebagai perantara untuk
menyembah tuhan, sebagaimana diceritakan dalam al-Qur’an: “Kami tidak
menyembah kepada mereka tetapi hanya agar mereka mendekatkan diri
kepada tuhan sedekat-dekatnya”.

Namun di kalangan bangsa Arab masih ada yang tidak suka


menyembah berhala, diantara mereka adalah Waraqah bin Naufal, dan Usman
bin al-Huwairits menganut agama Masehi, Abdullah ibnu Jahsy yang masih
ragu-ragu.

Ketika Islam datang Abdullah ibnu Jashy menganut agama berhala,


Zaid bin Umar tidak tertarik pada agama Masehi, tetapi juga enggan
menyembah berhala.

Lalu ia mendirikan agama sendiri dengan menjauhi berhala dan tidak


mau memakan bangkai dan darah. Agama Masehi dipeluk penduduk Yaman
dan Syam, sedangkan agama Yahudi dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran
di Yaman dan Yasrib yang besar jumlahnya.

Di samping itu, ada juga yang memeluk agama Majusi (Mazdaisme)


agama orang-orang Persia. Para penganut agama Masehi itu saling berselisih
satu sama lain, menyangkut tentang kesucian Maryam apakah ia lebih utama
dari pada anaknya Isa al-Masih. Mereka terpecah belah menjadi banyak sekte.
Menyangkut perselisihan itu, kaum Yahudi tidak melerainya, bahkan mereka
tidak menyukai kaum Masehi.

Oleh karenanya mereka mengusir orang-orang Masehi dari tanah


Palestina. Tetapi hubungan kaum Yahudi dengan bangsa Arab yang
menyembah berhala itu justru menunjukkan hubungan sinergis. Orang Arab
itu tidak mau mengikuti agama yang saling berselisih, mereka cukup puas
dengan paganisme yang dianutnya. Zaman ini biasa disebut sebagai zaman
Jahiliah.

7
❖ Dalam bidang ekonomi dan sosial budaya
Sebelum kedatangan risalah Nabi Muhammad SAW, bangsa Arab
telah mencapai perkembangan dalam bidang ekonomi dan sosial budaya yang
pesat.
Makkah bukan saja menjadi pusat perdagangan lokal, akan tetapi telah
menjadi jalur perdagangan dunia yang penting saat itu, yaitu menghubungkan
antara Utara (Syam) dan Selatan (Yaman), antara Timur (Rusia) dan Barat
(Abesina dan Mesir).

Keberhasilan Makkah menjadi pusat perdagangan Internasional,


dimungkinkan karena sekitar abad keenam Masehi, orang-orang Arab mampu
mengisi kekosongan peranan bangsa lain di bidang perdagangan di Makkah.
Menyangkut kemampuan dagang orangorang Arab di abadikan Allah dalam
dalam al-Qur’an surat ke-107.

Selanjutnya dalam bidang sosial budaya, orang-orang Arab memilki


kemampuan sastra yang luar biasa. Sastra mempunyai arti penting dalam
kehidupan bangsa Arab. Mereka tidak mengabaikan lomba syair setiap tahun
di pasar seni Ukaz, Mazinnah dan Zu Majuz. Bagi siapa yang memiliki syair
bagus, ia akan diberi hadiah dan mendapat kehormatan bagi suku maupun
kabilahnya, serta syair yang bagus itu akan digantungkan di dinding Ka’bah
yang dinamakan Mu’allaq as- Sabah.

D. Dakwah Islam Melalui Pembagian 2 Periode


❖ Periode Makkah
Periode Makkah ditandai dengan mulainya Nabi SAW diangkat
sebagai Rasul pada tahun 611 M. Diantara karakteristik periode ini adalah :

▪ Sirriyatu ad-Dakwah (dakwah secara rahasia)


Periode ini berjalan selama tiga tahun, 24 periode ini berakhir
dengan terbentuknya basis ke-Islaman yang kuat diantara kaum
muslimin yang membentengi mereka dari musuh-musuh Islam, Kuffar
Quraisy.
Mengenai perbedaan pendapat tentang waktu pelaksanaan
dakwah secara sembunyi-sembunyi, Syekh Munir Muhammad al-
Ghadban berpendapat, rentang waktu bukan sesuatu yang penting.
Akan tetapi yang menjadi patokan adalah hasil operasional dakwah,
yaitu kemampun untuk menghadapi masyarakat yang ada melalui para
mendukung, tokoh-tokoh, dan lembaga-lembaganya.

Dengan demikian meskipun secara kuantitas jumlah kaum


muslim awal terbilang sedikit, namun secara kualitas mereka teruji
kekokohannya dalam Islam.
8
Pada periode ini tercatat 60 sahabat generasi pertama yang telah
memeluk Islam dari berbagai kalangan/lapisan penduduk Makkah.

Ke-60 puluh sahabat ini merupakan kader-kader inti (nuwat)


yang menyebarkan dakwah Islam di seluruh muka bumi. Seperempat
dari masyarakat Islam periode ini adalah kaum perempuan.

▪ Jahriyatu ad-Dakwah (dakwah secara terang-terangan)


Periode ini diawali dengan turunnya QS. 15: 49 yang berisikan
perintah untuk berdakwah secara terang-terangan dan berlangsung
sampai peristiwa hijrah.

Pada periode ini kaum muslimin mengalami berbagai penyiksaan


dari Kuffar Quraisy, puncaknya adalah pemboikotan ekonomi yang
dilakukan kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum
muslimin serta bani Hasyim dan bani Muthalib sebagai bentuk
penentangan terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW.

Pada periode ini Nabi Muhammad SAW tidak hanya berdakwah


pada penduduk Makkah saja tapi juga mengajak orang-orang dari luar
Makkah, yaitu ke wilayah Taif sebelah Tenggara Makkah dan sejumlah
wilayah lainnya. Kegiatan dakwah ini berlangsung sejak tahun ke-10
kenabian hingga Hijrah ke Madinah. Wafatnya dua orang yang sangat
berjasa dalam menopang gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW
yaitu Khadijah ra. dan Abu Thalib, membuat kafir Quraisy melakukan
intimidasi secara intens terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad
SAW.
Kondisi ini menyebabkan Nabi Muhammad SAW melaksanakan
dakwah ke Taif. Taif merupakan kota terbesar ketiga setelah Makkah
dan Madinah.33 Taif merupakan kota yang subur dan makmur, namun
secara sosial kondisinya tidak lebih baik di banding Makkah,
masyarakatnya terbiasa melakukan zina, riba dan minum khamr. Di
wilayah ini dakwah Nabi Muhammad SAW juga tidak diterima,
sehingga beliau kembali ke Makkah. Salah satu peristiwa penting pada
periode ini adalah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang terjadi
pada tahun ke-10 kenabian setelah kepergian Rasululah ke Taif.

Peristiwa ini menjadi penting karena terkait perintah


melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam, sebagai rukun Islam
ke-dua.
Periode Makkah berakhir dengan dilaksanakannya Hijrah ke
Madinah. Peristiwa Hijrah dilaksanakan Rasulullah SAW setelah
kondisi Makkah tidak lagi kondusif bagi pergerakan dakwah Islam.

9
❖ Periode Madinah
Akibat kondisi Makkah yang kurang kondusif untuk kegiatan dakwah,
Nabi SAW hijrah ke Yastrib dan berada di Gua Tsur pada hari Jum’at tanggal
12 September 622 M. Diawali dengan komitmen Aqabah I dan II bahwa
penduduk Yastrib tidak anti kepada Rasulullah SAW, membuat Rasul hijrah
ke kota ini. Terdapat dua golongan manusia yang sangat berbeda. Di kota
Yastrib, golongan utama berasal dari utara (Bangsa Yahudi), golongan kedua
berasal dari selatan (musyrikin Arab yang terbagai menjadi dua kabilah besar
yaitu suku Auz dan Khazraj).

Penduduk Yastrib (Madinah) lebih memahami dan mendalami agama-


agama ketuhanan daripada paganisme. Karena mereka kerap kali mendengar
tentang Allah, wahyu, berbangkit dari kubur, masuk surga, neraka dan lain-
lain.
Secara geografis kondisi Madinah juga sangat berbeda. Sementara
kondisi geografis suatu daerah berpengaruh besar dalam membentuk sikap dan
watak masyarakat. Makkah adalah lembah yang sangat tandus.

Oleh karena itu pada umumnya penduduk Makkah bertempramen


keras. Sementara itu Yastrib/ Madinah merupakan wilayah pertanian yang
subur yang menghasilkan hasil pertanian yang melimpah, suhu tropis tidak
sepanas di Makkah.

Dalam periode Madinah, kampanye dakwah yang maha penting telah


dilaksanakan Rasulullah, yaitu penumbuhan persaudaraan Islam (ukhuwah
Islamiah). Kondisi ini menyebabkan terbentuknya tatanan umat yang
benarbenar seperti tubuh (sebagai satu kesatuan). Persatuan itu sangat
membantu Rasulullah untuk mempersatukan bangsa Arab, dan leburlah
perbedaan bangsa yang telah memecah belah bangsa Arab selama ini.

Hijrahnya Rasulullah SAW ke Yastrib yang kemudian bernama


Madinah merupakan langkah awal proses terbentuknya Darul Islam. Pada
tangal 16 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 september 622 H)
diproklamirkanlah negara Islam dengan ibu kotanya Yastrib (sekarang
Madinah) diperoleh manifesto yang merupakan dokumen politik antara kaum
Muslimin, orang-orang Yahudi dan musyrikin Madinah, mereka menyepakati
tata kehidupan ekonomi, mengharuskan orang kaya membantu dan membayar
hutang orang miskin.

Mengatur jaminan bertetangga. Kebebasan beragama dan kepastian


hukum, mengenai kehidupan politik dan kehidupan militer, dokumen sejarah
menggariskan kepemimpinan (za’anah) Muhammad bagi segenap penduduk
Madinah, baik muslimin, Yahudi dan Musyrikin. Dakwah Rasulullah yang
telah menyentuh urusan-urusan politik ekonomi dan pertahanan dan
keamanan.
10
Menyimak perjalanan sejarah, Islam dikenal dengan istilah agama dan
negara (ad-dien ad-daulah) karena masyarakat Islam itu telah terwujud, maka
menjadi suatu keharusan bagi Islam untuk menentukan dasar-dasar yang kuat
bagi masyarakat yang baru terwujud itu. Bila dianalisis pada periode ini maka
Rasululah SAW tidak hanya berperan sebagai pemimpin agama sebagaimana
di Makkah namun juga telah menjadi pemimpin negara dengan adanya negara
Madinah.

E. Dakwah Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin


Pasca Nabi Muhammad SAW. wafat, status sebagai Rasulullah tidak dapat
diganti oleh siapapun, akan tetapi kedudukan Rasulullah SAW. sebagai pemimpin
kaum muslimin harus tergantikan, sebagaimana diketahui dalam sejarah bahwa
pengganti tersebut dinamakan “Khulafaur Rasyidin,” yang terdiri dari dua kata,
“al-khulafa’” bentuk jama’ dari “khalifah” yang berarti “pengganti,” dan “ar-
Rasyidin” ialah berarti “benar, halus, arif, pintar, dan bijaksana”.

Jika digabungkan Khulafaur Rasyidin ialah berarti para (pemimpin) pengganti


Rasulullah SAW. yang arif dan bijaksana. Akan tetapi perlu diketahui bahwa
jabatan sebagai khalifah disini bukanlah jabatan warisan turun menurun
sebagaimana yang dilakukan oleh para raja Romawi dan Persia, namun dipilih
secara demokratis.3Pada masa khulafaur rasyidin terhitung selama 30 tahun, yang
terdiri dari empat khalifah, dalam hal ini sebagaimana berikut :

❖ Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq (11-13 H/632-634 M)


Abu Bakar As-Shidiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW.
yang mempunyai nama lengkap Abdullah Abi Quhafah At-Tamimi. Pada
zamanpra Islam iabernama Abu Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi SAW.
menjadi Abdullah. Beliau lahirpada tahun 573 M, dan wafat pada tanggal 23
Jumadil akhir tahun 13 H. bertepatan dengan bulan Agustus 634 M, dalam
usianya 63 tahun, usianya lebih muda dari Nabi SAW, 3 tahun. Diberi julukan
Abu Bakar atau pelopor pagi hari, karena beliau termasuk laki-laki yang masuk
Islam pertama kali. Sementara gelar “As-Shidiq” diperoleh karena beliau
senantiasa membenarkan semua hal yang dibawa Nabi SAW terutama pada
saat peristiwa Isra’ Mi’raj.

❖ Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)


Umar bin Khatthab (583-644) nama lengkapnya adalah Umar bin
Khatthab bin Nufail keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi. Umar
dilahirkan di Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad.10
Umar masuk Islam pada tahun kelima setelah kenabian, dan menjadi salah satu
sahabat terdekat Nabi Muhammad serta menjadi khalifah kedua setelah Abu
Bakar Ash-Shiddiq. Setelah masuk Islam, Umar mempertaruhkan seluruh sisa
hidupnya untuk membela dakwah Rasul.

11
Umar menjadi benteng dan pilar ajaran Islam yang paling kukuh. Ia
menjadi orang kepercayaan Rasulullah sekaligus penasihat utamanya.

Umar juga berperan besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam di


kemudian hari Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang
sangat disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar
biasa pada rakyatnya.

Salah satu kebiasaannya adalah melakukan pengawasan langsung dan


sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan rakyatnya.Dalam banyak hal
Umar bin Khatthab dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif,
bahkan genius.

Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya


semakin dihormati dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Quraisy
memberi gelar ”Singa padang pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan
dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”.

❖ Khalifah Utsman bin Affan (23-36 H/644-656 M)


Utsman bin Affan, Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil
Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu
Bakar, dan menjadi sahabat dekat Nabi Muhammad SAW. Pada waktu itu, ia
sangat kaya namun tetap sederhana dan sebagian besar kekayaan nya
digunakan untuk kepentingan Islam. Ia juga mendapat julukan “zun nurain”,
artinya yang memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi
Muhammad secara berurutan setelah salah satu meninggal.

Utsman bin Affan masuk islam pada usia 34 tahun. Berawal dari
kedekatannya dengan Abu Bakar beliau dengan sepenuh hati masuk islam
bersama Thalhah bin Ubaidillah. Meskipun masuk islam nya mendapat
tantangan dari paman nya yang bernama Hakim, namun Utsman tetap pada
pendiriannya. Hakim sempat menyiksa Utsman dengan siksaan yang amat
pedih. Siksaan terus berlangsung hingga datang seruan Nabi Muhammad saw.
agar orang-orang Islam Berhijrah ke Habsyi.

Pada saat itu Setelah melakukan perjuangan dalam menyiarkan agama


Islam pada zaman Nabi saw., Utsman berpindah ke negeri Habsyi bersama
istrinya (Ruqayyah). Setelah itu ia berpindah lagi ke negeri Madinah. Setiap
peperangan ia selalu hadir bersama Rasulullah saw, kecuali pada perang badar
yang besar itu dikarenakan ia tinggal di madinah dan harus menjaga istrinya
(Ruqayyah) yang sedang sakit keras.

12
Pada masa pengiriman bala tentara ke tabuk di musim susah, ia telah
mengeluarkan harta bendanya yang tidak sedikit. Menurut riwayat Quthadah,
barang-barang yang didermakan oleh Utsman adalah tidak kurang dari 1000
pikulan unta.

Salah satu kedermawaan Utsman yaitu membeli sumber mata air (sumur
raumah) dari orang yahudi yang disedekahkan untuk seluruh kaum muslimin
ketika mendapati musibah dalam kesukaran Air dikota madinah.

Utsman adalah orang yang menuliskan wahyu yang diturunkan Allah


kepada Rasul pada masa pemerintahan Abu Bakar hingga sampai pada zaman
pemerintahan Umar, Utsman tetap menjadi penulis yang Utama. Utsman
dipercaya untuk memegang kumpulan surat-surat penting dan rahasia-rahasia
besar.

❖ Khalifah Ali bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 M)


Ali ibnu Abi Thalib ibnu Abdul Muthalib ibnu Hasyim. Ali adalah putera
putra Abu Thalib, paman Rasulullah. Nama ibunya adalah Fatimah. Ali
dilahirkan sepuluh tahun sebelum Nabi saw. yang diutus oleh Allah menjadi
rasul. Sejak kecil ia telah dididik dalam rumah tangga Nabi saw. segala
peperangan yang ditempuh oleh Nabi juga diikuti oleh Ali, kecuali pada
peperangan Tabuk sebab ia disuruh menjaga kota madinah.

Ketika ditinggalkan menjaga kota madinah, ia kelihatan agak kecewa.


Kemudian, Nabi saw. berkata kepadanya, “Tidaklah engkau rela wahai Ali
agar kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa?”.
Ini telah membuktikannya sendiri setelah diambilnya Ali menjadi
menantunya, suami dari anaknya Fathimah.

Dalam kebanyakan peperangan besar, Ali yang membawa bendera. Ali


termasyhur gagah berani, tangkas dan perwira, amat pandai bermain pedang.
Abu Ishak mengatakan dari Abdullah bahwa ahli madinah yang paling pandai
dalam menghukum (qadhi) ialah Ali bin Abi Thalib.

Abu hurairah meriwayatkan bahwa umar ibnu al-Khattab berkata, “Ali


ibnu Abi Thalib adalah orang yang paling pandai menghukum di antara kami
semuanya. “Ibnu Mas’ud juga berkata demikian Khalifah Ali bin abi thalib
merupakan orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak.
Nabi Muhammad semenjak kecil diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib,
kemudian setelah kakeknya meninggal dia asuh oleh paman nya Abu Thalib.
Karena Rasulullah hendak menolong dan membalas jasa pamannya, maka Ali
diasuh oleh Nabi saw.

13
Pengetahuannya dalam agama Islam sangat luas. Karena dekatnya dengan
Rasulullah beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadits Nabi.
Keberaniannya juga masyhur dan hampir seluruh peperangan yang dipimpin
Rasulullah, Ali senantiasa berada di barisan terdepan.

Ketika pada masa Kekhalifahan Abu Bakar, Rasulullah selalu mengajak


Ali untuk memusyawarahkan masalah-masalah penting. Begitu pula Umar bin
Khattab tidak mengambil kebijaksanaan atau melakukan tindakan tanpa
musyawarah dengan Ali. Utsman pun pada masa permulaan jabatannya dalam
banyak perkara selalu mengajak Ali dalam permusyawaratan.

F. Dakwah Islam Pada Masa Dinasti Umayyah


Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan
Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf.

Bani Umayyah baru masuk islam setelah Nabi Muhammad SAW berhasil
menaklukan kota Makkah (Fathu Makkah). Sepeninggal Rasulullah bani
Umayyah sesungguhnya menginginkan jabatan pengganti Rosul (khalifah),
tetapi mereka belum berani menampakkan cita-citanya itu pada masa Abu
Bakar dan Umar.

Baru setelah Umar meninggal yang penggantinya diserahkan kepada hasil


musyawarah enam orang sahabat, bani umayyah menyokong pencalonan
Usman secara terang-terangan, hingga akhirnya Usman terpilih. Sejak saat itu
mulailah meletakkan dasar-dasar untuk menegaan khilafah Umayyah. Pada
masa pemerintahan Usman inilah Mu’awwiyah mencurahkan segala
tenaganya untuk memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah Syam sebagai
pusat kekuasaan di kemudian hari.

Hingga suatu saat yang ditunggu Mu’awiyyahpun datang dengan adanya


perselisihan antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awwiyah bin Abu Sufyan
akhirnya pecah menjadi perang siffin.

Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa tahkim yang menyebabkan


kubu Ali terbagi menjadi 2 yaitu golongan yang keluar dari Ali disebut
golongan khowarij dan golongan yang setia kepada Ali disebut golongan
syi’ah. Di luar golongan ini masih ada golongan umat islam yang lain yaitu
golongan yang mendukung Mu’awwiyah.

Adanya hal-hal semakin memperkeruh kondisi umat islam. Sampai pada


akhirnya Ali bin Abi Tholib terbunuh oleh seorang khowarij yang benama
Abdur Rohman bin Muljam pada tanggal 17 Romadhon tahun 40 H.

14
Pada saat itu sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih
dan mengangkat Hasan Ibn ‘Ali. Akan tetapi, Hasan Ibn ‘Ali.

Kemudian memberikan kekuasaannya kepada Muawiyah Ibn Abi Soffan


setelah menduduki jabatan selama kurang lebih 3 bulan. Hasan melakukan hal
tersebut karena ian menyadari kelemahan dan kekurangannya dalam
kepemimpinan. Hasan menganggap Muawiyah lebih cocok untuk memimpin
umat Islam.

Pada tahun 661M/41H terjadilah perpindahan kekuasaan dari


Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi sofyan.

Serah terima jabatan itu berlangsung di Kuffah, sebuah kota pelabuhan


yang makmur diteluk Persia. Dan kemudian dikenal dalam sejarah Islam
dengan “Amul Jama’ah”(tahun persatuan umat islam). Muawiyah menerima
kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan.
Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut Khulafaur Rasyidin, dan
dimulailah kekuasan bani umayyah dalam sejarah islam.

Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang


diajukan oleh Hasan, yakni :
▪ Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk
Irak.
▪ Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.
▪ Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan
tiap tahun.
▪ Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham.
▪ Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian
kepada Bani Abdis Syams.

Sejak peristiwa Amul Jama’ah itu, Mu’awwiyah resmi menjadi khalifah


baru umat islam yang berpusat di Damaskus (Suriah).

Perbedaan yang mencolok dinasti ini dengan Khulafaur Rasyidin adalah


terletak pada pergantian pemimpin yang dilakukan secara turun temurun atau
bentuk monarchi heredetis.

Ini terletak sebelum Mu’awwiyah meninggal, dia sudah menyiapkan


Yazid bin Mu’awwiyah sebagai putra mahkota menggantikan dirinya.
Muawwiyah sebagai khalifah pertama dinasti ini dan dialah yang dianggap
sebagiai pendiri dari dinasti Umayyah ini.

15
G. Dakwah Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah
Pemerintah Dinasti Abbasiyah Dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman
Rasulullah, Sementara Khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah
Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin
Abdul Muthalib (Hamka, 1981; 102).

Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abdul Abbas
Ash-Shaffah, dan sekaligus sebagai Khalifah pertama.

Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang


panjang, yaitu selama 5 abad dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M).
Berdirinya pemerintahan ini merupakan awal mula pemikiran pada masa
pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, hal ini dikarenakan pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz yang dipandang sebagai orang yang
fanatik terhadap agama, dan banyak membuat para Gubernur yang dianggap
menyimpang diturunkan dari jabatan, selain itu juga disebabkan pada masa
Mu’awiyah mendirikan dinasti Umaiyyah marak kebiasaan politik yang
berupa siasat kekerasan, sampai pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, dan
pada akhirnya bermunculan propaganda untuk mendirikan negara baru.

Pada abad ketujuh, terjadi pemberontakan di seluruh negeri pada masa


dinasti Umayyah, dan yang paling dahsyat adalah antara keturunan Abbas
melawan Marwan bin Muhammad yang pada akhirnya dimenangkan oleh
keturunan Abbas, dan sejak masa itu dinasti Umayyah runtuh dan merupakan
awal berdirinya pemerintahan dinasti Abbasiyah.

Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti


ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW.

Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-


beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.berdasarkan
perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para ahli sejarah biasanya
membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi 5 (lima) periode, yakni :

o Periode Pertama ( 132 H/750 M – 232 H/847 M ).


Periode ini disebut periode pengaruh Persia pertama.
Pada periode ini, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya.
Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan
pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus.

17
Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Namun setelah periode ini berakhir, dan periode kedua berjalan,


pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun
filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.Dinasti Abbasiyah pada
periode pertama lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.

Walaupun demikian pada periode ini banyak tantangan dan gerakan


politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri
maupun dari luar.

o Periode Kedua ( 232 H/ 847 M – 334 H/ 945 M ).


Periode ini disebut masa pengaruh Turki pertama.
Untuk mengontrol kekhalifahannya Al-Ma’mun bergantung kepada
dukungan Tahir, seorang bangsawan Khurasan yang sebagai imbalan
diangkat sebagai gubernur di Khurasan (820-822 M) dan jenderal bagi
seluruh pasukan Abbasiyah dengan janji bahwa jabatan ini akan diwarisi
oleh keturunannya. Al-Ma’mun dan Al-Mu’tashim mendirikan 2 (dua)
kekuatan bersenjata yaitu pasukan syakiriyah yang dipimpin oleh
pemimpin lokal dan pasukan Gilman yang terdiri dari budak-budak belian
Turki.

o Periode Ketiga ( 334 H/ 945 M – 447 H/ 1055 M ).


Periode ini adalah periode masa kekuasaaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah.
Pada Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.Abu Syuja’
Buwaih adalah seorang berkebangsaan Persia dari Dailam.Dengan
berkuasanya Bani Buwaih, aliran Mu’tazilah bangkit lagi, terutama
diwilayah Persia, bergandengan tangan dengan kaum Syi’ah.

o Periode Keempat ( 447 H/1055 M – 590 H/1194 M ).


Periode ini adalah masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah atau disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua.Saljuk ibn Tuqaq adalah seorang pemimpin kaum
Turki yang tinggal di Asia Tengah, tepatnya Transoxania atau Ma Wara’
Al-Nahar atau Mavarranahr.

18
o Periode Kelima (590 H/ 1194 M – 656 H/ 1258 M).
Periode ini adalah masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,
tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad. Sesudah
Saljuk, para khalifah tidak lagi dikuasai oleh kaum tertentu. Tetapi, negara
sudah terbagi-bagi dalam berbagai kerajaan kecil yang merdeka.Khalifah
Al-Nashir (1180-1255 M) yang berusaha untuk mengangkat kewibawaan
kekhalifahan Abbasiyah

Saat itu kekuatan Mongol Tartar mulai merayap dari arah timur dan
pada tahun 656 H/1258 H. Hulagu Khan dengan pasukannya memasuki
Baghdad dan membunuh khalifah Al-Musta’shim serta membunuh para
penduduk kota ini. Mereka menjarah harta, membakar kitab-kitab dan
menghancurkan banyak bangunan.Dengan demikian berakhirlah
kekhalifahan Bani Abbas di Baghdad.

H. Dakwah Islam di Indonesia


Masuknya Islam ke Indonesia melalui beberapa Fase yaitu :

1) Sejak akhir abad ke- 8 M sampai ke-12 M ditandai dengan hubungan


perdagangan. Inisiatif.

2) Dari abad ke-12 M sampai akhir abad ke -15, hubungan antara bangsa
Arab dan India mengambil aspek aspek lebih luas. Muslim Arab dan
India yang terdiri dari pedagang atau pengembara sufi, mulai
mengintensifikasikan penyebaran Islam di berbagai wilayah Nusantara.

Kemudian pada tahap berikutnya, yaitu sejak abad ke-16 sampai paruh kedua
abad ke-17 yang ditandai dengan hubungan yang mengarah ke ranah politis
di samping keagamaan itu sendiri.

Dakwah di Indonesia pada masa orde lama merupakan dakwah


meletakkan dasar nilai-nilai kehidupan keagamaan dalam kehidiupan
berbangsa dan bernegara.

Pada orde baru pemerintah melakukan rekontruksi yang sangat mendasar


dalam pembangunan ekonomi, sosial dan politik. Pemerintahjan pada orde
ini lebih terpusat pada stabilitas politik guna mendukung kedamaian
kehidupan nasional. Oleh sebab itu terciptalah Trilogi Pembangunan, yaitu
adanya pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas politik.

19
Pada masa reformasi, kehidupan politik yang terbuka membawa angin
segar bagai masyarakat muslim dalam menyampaikan segala aspirasinya.
Perkembangan dakwah pada masa reformasi menjadi lebih terbuka dan
kondusif, karena adanya publikasi melalui media massa, baik cetak maupun
elektronik.

Indonesia adalah salah satu wilayah luas yang ada di muka bumi. Bahkan
jika mau dihitung dengan jari jumlah pulaunya sangat banyak sekali. Mulai
dari Sabang sampai Merauke. demikian pula dengan Malaka. Masih menjadi
bagian dari Indonesia hingga saat ini, Malaka juga punya kisah tersendiri
terkait seperti apa agama Islam masuk ke wilayahnya. Malaka adalah salah
satu tempat di mana pintu gerbang utama Islam di Asia tenggara menjadi
terkenal. Lebih tepatnya dimulai dari semenanjung Malaka, agama Islam
menjadi jauh lebih dikenal hingga sampai kini.

Ada yang menyebutkan kalau Islam sebelum masuk ke Malaka


menyentuh wilayah Samudra Pasai, Aceh dulu. Perkembangan Islam yang
menyentuh Samudra Pasai inilah pada akhirnya berkembang pesat hingga ke
Malaka berkat kerajaan Perlak. Tidak heran jika ada teori lain yang menyebut
Malaka-lah pintu gerbang utama jalannya Islam di wilayah Asia Tenggara.

Karena pada dasarnya perdagangan pun sangat pesat di wilayah sana.


Termasuk ragam kegiatan semacam jual beli, para kerajaan di sekitar memetik
banyak untung.

Teori Tentang Proses Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam ke


Indonesia dengan melihat Perkembangan agama Islam di Nusantara tidak
terjadi begitu saja, melainkan melalui suatu proses secara damai, responsif,
dan proaktif.

Ada beberapa cara penyebaran ajaran Islam di Indonesia, antara lain


sebagai berikut :

➢ Perdagangan Kaum saudagar asing sudah masuk ke Nusantara


sejak awal masehi.
Jalur perdagangan inilah yang dinilai sebagai langkah awal penyebaran
agama Islam di Kepulauan Nusantara. Sejak abad ke-7 Masehi, kawasan
Nusantara sangat ramai dikunjungi pedagang dari Arab, Persia, India, maupun
Cina. Kaum pedagang inilah yang ditengarai membawa ajaran Islam dan
menyebarkannya didaerah-daerah yang dikunjungi
➢ Perkawinan Banyak pedagang asing muslim yang menyambangi
kemudian memutuskan untuk menetap.

20
Mereka mendirikan perkampungan orang Islam yang biasa disebut dengan
istilah pekojan. Dari sinilah terjadi interaksi dengan warga lokal. Tidak sedikit
pedagang asing muslim yang menikahi penduduk setempat. Orang lokal yang
belum beragama Islam kemudian menjadi mualaf dan beranak-pinak turun-
temurun.

3) Pendidikan Faktor pendidikan juga berpengaruh dalam penyebaran agama


Islam di Indonesia seiring munculnya para ulama, kyai, atau guru agama
yang kemudian mendirikan pondok pesantren dan memiliki banyak murid
atau santri. Pada masa Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama
di Jawa, misalnya, para Wali Songo biasanya juga mengasuh pondok
pesantren. Para santri pesantren inilah yang kemudian turut menyebarkan
ajaran Islam di Nusantara.

4) Kesenian Kebudayaan lokal ternyata dapat digunakan sebagai cara


menyebarkan Islam di Nusantara. Para pendakwah Islam awal di Jawa,
terutama para Wali Songo, melakukan syiar Islam dengan cara
memadukan ajaran agama dan tradisi lokal, seperti seni musik, tari, sastra,
ukir, hingga bangunan. Beberapa strategi berkesenian dalam penyebaran
Islam di Jawa di antaranya adalah pertunjukan wayang yang dilakukan
oleh Sunan Kalijaga dan permainan musik oleh Sunan Bonang.

5) Politik Para pendakwah muslim di Jawa atau Nusantara juga memakai jalur
politik untuk menyebarkan ajaran Islam.

Sebagai contoh adalah kiprah para Wali Songo yang turut memprakarsai
berdirinya Kesultanan Demak.
Pemimpin pertama sekaligus pendiri Kesultanan Demak adalah Raden
Patah yang merupakan pangeran dari Majapahit, kerajaan bercorak Hindu-
Buddha terbesar di Nusantara.
Berkat peran Wali Songo, Raden Patah kemudian memeluk Islam dan
merintis didirikannya Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di
Jawa. Kesultanan Demak inilah yang pada akhirnya memungkasi riwayat
Kerajaan Majapahit.
Jika seorang raja sudah masuk Islam, maka rakyat kerajaan akan
berbondong-bondong mengikutinya. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa
Islam juga disebarkan melalui jalur politik.
6) Tasawuf adalah ajaran untuk mendekatkan diri serta mengenal Tuhan
dalam Islam. Ajaran tasawuf rupanya berpengaruh dalam kehidupan sosial
masyarakat Nusantara sehingga turut andil dalam penyebaran Islam.
21
Ajaran tasawuf sudah ada di Nusantara sejak abad ke-13 Masehi dan
berkembang dengan cepat pada abad ke-17 Masehi. Terkait bukti adanya ajaran
tasawuf di Nusantara dapat dilihat dari Sejarah Banten, Babad Tanah Jawi,
Hikayat Raja-raja Pasai, dan naskah-naskah lama lainnya.

22
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam, dengan
dakwah Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia, sebaliknya tampa dakwah
Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan selanjutnya akan lenyap dari
permukaan bumi.

Dalam kehidupan masyarakat dakwah berfungsi menata kehidupan yang


agamis menuju mewujudkan masyarakan harmonis dan bahagia. Ajaran Islam
disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia pada umumnya dari hal-
hal yang dapat menbawa kepada kehancuran.

Dakwah adalah salah satu tugas yang harus (wajib) dilaksanakan umat Islam
kapan saja dalam keadaan apapun sesuai dengan perkembangan zaman.

B. Saran
Seorang da’i adalah pemimpim bagi umatnya dan pemimpin ini adalah dalam
pandangan Islam da’i orang yang diberi amanat oleh Allah SWT, untuk memimpin
umat yang berpecah belah yang di akhirat akan diminta pertangun jawaban nya
oleh Allah SWT.

Banyak realita pada zaman sekarang dimana seorang da’i tidak


mencerminkan persepsi sebagai seorang da’i yang berul-betul memimpin umatnya
kejalan yang benar. Banyak da’i sekarang hanyalah sebagai lambang dari Islam itu
sendiri. Beranjak dari hal tersebut dapat kita ketahui bawasannya untuk menjadi
seorang da’i atau pemimpin umat dimulai dari didik sejak dini hingga bisa menjadi
betul-betul.

23

Anda mungkin juga menyukai