Anda di halaman 1dari 70

SKRIPSI

GAMBARAN PERILAKU IBU DALAM


PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Skripsi pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Oleh :
FAZRIN PRAWIRADINATA
NIM R.13.01.020

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INDRAMAYU
2020
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

“Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber pustaka
yang menjadi rujukan dalam penyusunan skripsi ini telah saya nyatakan dengan
benar. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil
plagiat/ pemalsuan/ penyuapan/ pertukangan maka saya siap menerima sanksi
yang berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu dengan
segala resiko yang harus saya tanggung”.

Nama : FAZRIN PARWIRADINATA

NIM : R.13.01.020

Tanggal : 13 Agustus 2020

Tanda Tangan :

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : Fazrin Prawiradinata

NIK : R.13.01.020

Judul : Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Pneumonia


Pada Balita

Skripsi ini telah disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Sidang Skripsi Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indramayu (STIKes) Indramayu

Indramayu, Agustus 2020

Oleh

Pembimbing I

Riyanto, S.Kep.,Ns, M.Kep.,


NIK. 043 213 066

Pembimbing II

Ridho Kunto Prabowo, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B


NIK. 043 213 157

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FAZRIN PRAWIRADINATA

Alamat : Dusun Compreng, RT/RW 014/006,

Desa Compreng, Kecamatan Compreng,

Kabupaten Subang, 41258

Tempat/Tanggal Lahir : Subang, 18 juni 1996

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Riwayat Pendidikan

1. Mahasiswa STIKes Indramayu : Tahun 2013 sampai sekarang

2. SMA Negeri 1 Compreng : Tahun 2010 - 2013

3. SMP Negeri 2 Compreng : Tahun 2007 - 2010

4. SD Negeri Proklamasi : Tahun 2001 – 2007

Pekerjaan : Belum Bekerja

Profesi lainnya :-

iii
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
SKRIPSI, AGUSTUS 2020

ABSTRAK
GAMBARAN PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA
PADA BALITA

FAZRIN PRAWIRADINATA

xii + 55 Halaman + 4 Tabel + 2 Lampiran


Pendahuluan: Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur, dan
bakteri. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Ibu
memiliki peranan yang cukup besar dalam pencegahan pneumonia berulang pada
balita, mengingat ibu adalah pengasuh utama balita. Tujuan: Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui gambaran perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia pada
balita. Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode systematic literature
review. Pencarian dan seleksi literature berdasarkan Prefered Reporting Item for
Systematic Review & Meta-analyses (PRISMA). Proses identifikasi literature
menggunakan kata kunci yang relevan. Artikel penelitian yang diambil yaitu
rentang tahun 2010-2020. Populasi penelitian yaitu Ibu yang memiliki Balita,
sampel penelitian maksimal 30 responden. Hasil: Hasil penelitian terhadap 6
artikel menunjukan 4 artikel menyatakan perilaku ibu dalam pencegahan
pneumonia pada balita kurang baik, 2 artikel menyatakan perilaku ibu dalam
pencegahan pneumonia pada balita baik. Kesimpulan: Dari hasil yang didapat
bahwa sebagian besar perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia pada bailta
adalah kurang baik. Saran: Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk bisa
melakukan pelayanan kesehatan dapat melakukan program promotif dan preventif
dengan penyuluhan terkait pencegahan pneumonia pada balita.

Bahan bacaan : 12 buku (2002-2019)


15 jurnal (2010-2020)
Kata kunci : Ibu, Pneumonia, Balita

iv
THE EDUCATION PROGRAM UNDERGRADUATE OF NURSING
INDRAMAYU COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
UNDERGRADUATE THESIS, AUGUST 2020

ABSTRACT
DESCRIPTION OF MOTHER BEHAVIOR IN PREVENTION OF
PNEUMONIA IN CHILDREN

FAZRIN PRAWIRADINATA

xii + 55 Pages + 4 Tables + 2 Attachment


Introduction: Pneumonia is an acute infection that affects the lung tissue
(alveoli) caused by various microorganisms such as viruses, fungi, and bacteria.
Pneumonia is the main cause of child mortality in the world. Mothers have a big
enough role in preventing recurrent pneumonia in toddlers, considering that
mothers are the primary caregivers for toddlers. Purpose: This study is to
describe the mother's behavior in preventing pneumonia. Methods: This study
uses a systematic literature review method. Search and selection of literature
based on Prefered Reporting Items for Systematic Reviews & Meta-analyzes
(PRISMA). The process of identifying literature uses relevant keywords. The
research articles taken are in the range of 2010-2020. The study population is
mothers who have toddlers, the research sample is a maximum of 30 respondents.
Results: The results of the study on 6 articles showed 4 articles stated that the
mother's behavior in preventing pneumonia in toddlers was not good, 2 articles
stated that the mother's behavior in preventing pneumonia in under-five was good.
Conclusion: From the results obtained, most of the mother's behavior in
preventing pneumonia in pregnant women is not good. Suggestion: for health
workers, especially nurses, to be able to provide health services, they can carry
out promotional and preventive programs with counseling related to the
prevention of pneumonia in toddlers.

Reading Material : 12 books (2002-2019)


15 journal (2010-2020)
Keywords : Mother, Pneumonia, Toddler

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji Syukur penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan karunia-Nya dan nikmat kesehatan yang tiada hentinya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Gambaran Perilaku Ibu

Dalam Pencegahan Pneumonia Pada Balita” yang merupakan syarat guna

melakukan penyusunan skripsi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tidak terlepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada pihak yang telah mendukung dan memberi bantuan dalam penulisan

penyusunan skripsi ini, diantaranya:

1. Drs. H. Turmin, B.Sc, Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada Indramayu.

2. Heri Sugiarto, S.KM., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) indramayu.

3. Wayunah, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan STIKes Indramayu.

4. Riyanto, S.Kep.,Ns, M.Kep., Selaku Pembimbing I, yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan ilmunya guna memberikan pengarahan,

vi
bimbingan, ilmu pengetahuan, nasehat serta masukan yang bermanfaat selama

penyusunan skripsi.

5. Ridho Kunto Prabowo, S.kep.,Ns., M.kep., Sp.Keo.M.B Selaku

Pembimbing II, yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan ilmunya guna

memberikan pengarahan, bimbingan, ilmu pengetahuan, nasehat serta masukan

yang bermanfaat selama penyusunan skripsi.

6. Kitri Hikmawati, S.Kep.,Ns., M.Kep., selaku wali kelas yang selalu

memberi semangat dan dukungan dalam menyusun skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staff karyawan Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu.

8. Kedua orang tua penulis, Bapak Sudarisman Wiradinata dan Ibu Tuti

Aminah, sebagai motivasi utama penulis yang tanpa henti memberikan dukungan

dan senantiasa mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Kedua orang luar biasa, Ayah Imam Syafi’i dan Syifa Nuroniyah, sebagai

pendengar yang baik serta selalu memberikan dukungan dalam penyusunan

skripsi ini.

10. Kepada sahabat , dan teman-teman PSSK 2014 yang telah memberikan

semangat dan do’anya selalu.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan segala rahmat dan ridho-Nya.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan gambaran

literature review yang akan dilakukan.

Indramayu, Agustus 2020

vii
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PERYATAAN ORISINILITAS............................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................... iv
ABSTRACT.................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 9
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Pneumonia ............................................................................ 10
B. Konsep Perilaku................................................................................. 17
C. Peran Ibu dalam Pencegahan Pneumonia Pada balita........................ 22
D. Kerangka Teori................................................................................... 27
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep .............................................................................. 28
B. Definisi Operasional .......................................................................... 28
BAB IV METODE LITERATURE REVIEW
A. Rancangan Penelitian......................................................................... 30

viii
B. Sumber ............................................................................................... 30
C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi................................................................ 31
D. Prosedur Pencarian dan Seleksi Artikel............................................. 32
E. Waktu Pelaksanaan Literature Review............................................... 34
BAB V HASIL PENELITIAN..................................................................... 36
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................. 46
B. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 52
C. Implikasi Terhadap Keperawatan....................................................... 53
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................. 54
B. Saran................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 55
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 29


Tabel 4.1 Kriteria Insklusi dan Eksklusi Penelitian ........................................ 31
Tabel 4.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Literature Review.............................. 35
Tabel 5.1 Hasil Penelitian Artikel................................................................... 37

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................ 27


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 28
Gambar 4.1 Skema Pencarian Jurnal dan Seleksi Artikel ............................... 34

xi
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut
CAP : Community Acquired Pneumonia
MEP : Malnutrisi Energi Protein
CPAP : Continous Positive Airwar Pressure
Hib : Haemophilus Influenzae Type B
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
DOAJ : Directory of Open Access Journals
UNICEF : United National Children’s Fund
WHO : World Health Ogranization

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur, dan bakteri.

Gejala penyakit pneumonia yaitu mengigil, demam, sakit kepala, batuk,

mengeluarkan dahak, dan sesak nafas. (Kemenkes RI, 2017)

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit

ini menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah lima tahun, yang

menyebabkan kematian pada 920.136 balita, atau lebih dari 2.500 per hari, atau

diperkirakan dua anak balita meninggal setiap menit pada tahun 2015. (WHO,

2017)

Saat ini, pneumonia masih menjadi penyakit infeksi utama yang

menyebabkan kematian balita akibat pneumonia terbanyak di dunia. Pada tahun

2018, pneumonia membunuh lebih banyak balita dibandingkan dengan penyakit

menular lainnya, dengan merenggut nyawa lebih dari 800.000 balita setiap tahun,

atau sekitar 2.200 setiap hari, termasuk lebih dari 153.000 bayi baru lahir

(UNICEF, 2019)

Pada tahun 2016, Indonesia menempati peringkat ke Sembilan jumlah

kematian balita akibat pneumonia terbanyak di dunia, yaitu sebanya 20.084 balita

(IVAC,2018). Menurut Riskesdas 2018, terjadi peningkata prevalensi pneumonia

1
2

pada anak di Indonesia yang sebelumnya 1.6% pada tahun 2013, meningkat

menjadi 2% (Kementrian Kesehatan RI, 2018)

Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) menyebutkan bahwa di Indonesia

pneumonia menempati peringkat kedua kematian balita (15,5%) dari seluruh

penyebab kematian, jumlah kematian balita disebabkan kasus pneumonia pada

tahun 2013 sebanyak 78,8% per 1000 balita dan kematian bayi akibat pneumonia

sebanyak 13,6% per 1000 balita. Menurut data yang bersumber dari Kemenkes RI

tahun 2015 provinsi Jawa Barat berada di peringkat pertama dari enam provinsi di

Pulau Jawa untuk kasus pneumonia yaitu, sebesar 197,654 jiwa.

Berdasarkan dari data hasil cakupan penemuan kasus pneumonia di

Indramayu pada tahun 2018 yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Indramayu

ditemukan sekitar 14.250 penderita pneumonia. Adapun kasus pneumonia di

Wilayah Kerja Puskesmas Patrol Kabupaten Indramayu pada selama kurun waktu

2 tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 ditemukan ada 379 penderita

pneumonia, dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 didapatkan ada 410

penderita poneumonia. Adapun menurut data yang ditemukan dari setiap

Desa,yang terbanyak adalah di Desa Patrol dengan kejadian pada tahun 2017 yaitu

78 penderita pneumonia, dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 yaitu

menjadi 80 penderita pneumonia.

Pencegahan pneumonia adalah salah satu tugas perawat komunitas, peran

perawat komunitas sebagai pendidik, konselor, maupun kolaborator untuk

pencegahan pneumonia dapat di cegah Terdapat 3 strategi promosi kesehatan

STIKes Indramayu
3

menurut (Notoatmodjo, 2012) yaitu Advokasi (Advocacy), dukungan sosial

(social support), pemberdayaan masyarakat (Empowerment).

Menurut Cindy Adhitya Mahrani (2019), pneumonia dapat dicegah dengan

memberikan perlindungan dan menjauhkan anak dari faktor-faktor risiko

pneumonia. Faktor resiko tersebut seperti faktor pada anak yang meliputi berat

badan lahir rendah, gizi kurang, tidak mendapatkan ASI secara eksklusif, dan

tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap. faktor pada ibu yang terdiri dari

tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan yang kurang. Faktor sosio-

ekonomi, termasuk jenis pekerjaan dan pendapatan yang di dapat oleh keluarga.

Dan faktor dari lingkungan berupa kondisi rumah yang terlalu lembab, kurangnya

pencahayan, rendahnya kualitas suhu, ventilasi yang kurang, pencemaran udara di

dalam rumah, tipe rumah, kepadatan hunian, dan jenis lantai tanah.

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan (knowledge) merupakan hasil

dari tahu manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what” sebagai contoh apa

manusia, apa penyakit, apa pneumonia dan sebagainya. Perilaku ibu dalam

pencegahan pneumonia pada balita berpengaruh untuk kesehatan balita khususnya

dengan kasus pneumonia karena orang yang paling dekat dengan balita adalah

seorang ibu.

Upaya pencegahan merupakan komponen strategis dalam pemberantasan

pneumonia pada balita salah satunya adalah melibatkan peran ibu balita. Peran ibu

sebagai pengasuh utama diharapkan dalam menjaga dan mengasuh anaknya

menunjukan perilaku hidup yang sehat. Perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam

STIKes Indramayu
4

dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan seperti berfikir,

berpendapat, dan bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai batasan

ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan

interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan (Sarwono, 2012)

Ibu mempunyai peran besar dalam menjamin kelangsungan hidup

anaknya. Ibu memegang peranan penting karena ibu yang mengasuh dan melayani

kebutuhan anak setiap waktu, termasuk menjaga kesehatan anak dengan

mengenali tanda-tanda penyakit pada anak secara dini dan mencari bantuan

pengobatan. Perilaku ibu yang positif seperti memberikan ASI secara eksklusif,

melakukan imunisasi balita secara rutin, dan menjaga kebersihan udara di dalam

rumah akan mencegah terjadinya pneumonia terhadap anak, pun sebaliknya

perilaku negative ibu seperti tidak membersihkan rumah dan lingkungan secara

rutin dapat menyebabkan bayi dan balita mudah terserang penyakit (Cindy

Adhitya Mahrani, 2019).

Ibu memiliki peranan yang cukup besar dalam pencegahan pneumonia

berulang pada balita, mengingat ibu adalah pengasuh utama balita. Adapun

aktivitas pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan menjaga gizi seimbang

balita, memberikan imunisasi, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

rumah, mencegah balita berhubungan dengan penderita pneumonia. Pencegahan

penyakit pneumonia yang tepat di rumah oleh orang tua dapat mengurangi tingkat

keparahan dan mengurangi kematian balita akibat pneumonia. Beberapa upaya

pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu di rumah dengan memberikan makan

STIKes Indramayu
5

bergizi, pemberian cairan kompres saat demam dan membersihkan jalan napas

(Kemenkes RI, 2013)

Perilaku yang dapat ibu lakukan dalam pencegahan pneumonia terutama

pencegahan di rumah diantaranya adalah memberi ASI eksklusif selama enam

bulan pertama, memberikan vaksin yang disarankan oleh dokter dalam satu tahun

oertama kelahiran, menjaga kebersihan lingkungan dan membiasakan anak untuk

hidup sehat seperti tidak jajan sembarangan (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012)

Bentuk perilaku ibu secara konkret di rumah misalnya menjauhkan anak

dari perokok atau melarang anggota keluarganya merokok di dalam rumah, tidak

menggunakan obat nyamuk bakar, membersihkan peralatan rumah tangga dari

debu atau kotoran, memperingati agar anggota keluarga tidak membuang dahak

sembarangan di sekitar rumah dan lain sebagainya (Ikatan Dokter Anak

Indosnesia, 2012)

Menurut hasil penelitian Muchlis dan Sherli (2009), peran ibu sangat

berpengaruh dalam menjaga kesehatan seorang anak. Perilaku yang positif seperti

kegiatan imunisasi, menjaga kebersihan rumah membuat keadaan anak sehat dan

kuat, sebaliknya perilaku negatif yang seperti jarang membersihkan rumah dan

lingkungan sekitar dapat menyebabkan anak mudah sakit dan terserang penyakit.

Perilaku ibu seperti pemberian makanan, perawatan balita yang tidak atau kurang

baik dapat memopengaruhi terjadinya neumonia. Berdasarkan hasil penelitan Rita

Rahim (2013) di Wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu di dapatkan hasil analisis

perilaku ibu balita mengenai pencegahan penyakit pneumonia diperoleh sebanyak

STIKes Indramayu
6

37 orang (36,3%) yang memiliki perilaku buruk dalam pencegahan penyakit

pneumonia.

Perilaku ibu dalam penceghan pneumonia pada balita merupakan tindakan

pencegahan yang dilakukan seorang ibu untuk mencegah terjadinya pneumonia

pada balita, ibu memiliki intensitas dalam mengasuh seorang anak. Semakin baik

perilaku pencegahan pneumonia pada balita maka kejadian pneumonia pada balita

akan berkurang tingkat kejadiannya. Menurut Sarwono (2012) upaya pencegahan

terjadinya pneumonia pada balita melibatkan seorang ibu, sebagai peran utama

dalam mengasuh balita. Sebagai peran utama dalam mengasuh anak diharapkan

menunjukan perilaku yang sehat agar balita dapat terhindar dari penyakit

pneumonia.

Perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita masih belum baik

sehingga kejadian pneumonia pada balita relatif tinggi dan bahkan akan terus

meningkat. Diantaranya karena seorang ibu sebagai pengasuh utama belum

menerapkan perilaku pencegahan yang baik. Meningkatnya kejadian pneumonia

pada balita mungkin karena perilaku pencegahannya yang masih jauh dari yang

diharapkan.

Sudah cukup banyak yang melakukan penelitian tentang perilaku ibu

dalam pencegahan pneumonia pada balita. Namun kejadian pneumonia di

Indonesia khususnya di Indramayu masih relatif tinggi. Oleh karena itu Peneliti

tertarik untuk melakukan literature review tentang “Gambaran Perilaku Ibu

Dalam Pencegahan Pneumonia Pada Balita”.

STIKes Indramayu
7

B. Rumusan Masalah

Prevalensi pneumonia pada balita selalu meningkat setiap tahunnya

dengan angka kenaikan yang cukup tinggi. Pencegahan pneumonia pada balita

adalah salah satu cara untuk menurunkan prevalensi kejadian pneumonia pada

balita yang dapat dicegah apabila perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia baik.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara pemberian ASI eksklusif, imunisasi,

menjaga lingkungan, menjaga gizi seimbang dan menjauhkan balita dari polusi

udara. Semakin baik perilaku ibu dalam mencegah pneumonia pada balita, maka

akan dapat terhindar bagi anak mengalami terjadinya pneumonia. Sehingga

perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia yang efektif sangat berpengaruh pada

kejadian pneumonia pada balita, akan tetapi perilaku ibu yang belum konsisten

dilakukan seperti pemberian ASI eksklusif, imunisasi, menjaga lingkungan,

menjaga gizi seimbang dan menjauhkan balita dari polusi udara. Sehingga hal

tersebut mengharuskan peneliti untuk meneliti Gambaran Perilaku Ibu Dalam

Pencegahan Pneumonia Pada Balita.

Fenomenanya penderita pneumonia pada balita di Indonesia masih relatif

tinggi, artinya perilaku ibu dalam pencegahan pneuomonia pada balita belum

terlaksanakan dengan baik. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

belum diketahuinya gambaran perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia pada

balita. Sehingga pertanyaan peneliti ini adalah “ Bagaimana gambaran perilaku

ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita baik atau buruk? ”

STIKes Indramayu
8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku ibu dalam

pencegahan pneumonia pada balita.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang Gambaran Perilaku Ibu

dalam Pencegahan Pneumonia Pada Balita, sehingga bagi masyarakat khususnya

untuk ibu yang memiliki balita dapat mengetahui perilaku yang baik untuk

mencegah terjadinya pneumonia pada balita.

2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang Gambaran Perilaku Ibu

dalam Pencegahan Pneumonia Pada Balita, sehingga dapat memberikan informasi

tambahan bagi pelayanan kesehatan khususnya perawat komunitas sehingga dapat

memberikan 3 strategi promosi kesehatan tentang perilaku ibu pencegahan

pneumonia pada balita dengan cara, Advokasi (Advocacy), dukungan sosial

(social support), dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment), terutama pada

Ibu yang memiliki balita.

3. Manfaat bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu informasi tambahan bagi

pendidikan keperawatan sebagai referensi penelitian maupun untuk observasi

tentang perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita.

STIKes Indramayu
9

4. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar dalam melakukan penelitian

lebih lanjut yang berkaitan dengan perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia

pada balita.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Gambaran Perilaku Ibu

Dalam Pencegahan Pneumonia Pada Balita. Metode penelitian yang digunakan

adalah literature review. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang

memiliki balita. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2020.

STIKes Indramayu
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Pneumonia

1. Pengertian

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-

macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Tubuh mempunyai

daya tahan yang beguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui mekanisme

daya tahan traktus respiratorius. Anak dengan daya tahan terganggu akan

menderita pneumonia berulang atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan

sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan

tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit

menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi, dan pengobatan dengan

antibiotic yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2014)

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki dan infirate pada foto rontgen.

Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses

infeksi akut pada bronchus yang disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan

semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronkopneumonia) disebut

“pneumonia” saja (Depkes RI,2009)

Menurut Mardjanis dalam Umoratul (2017), pneumonia adalah penyakit

infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri. Yang juga merupakan

10
11

penyakit infeksi saluran nafas akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan

kematian pada bayi dan anak balita.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia

merupakan penyakit yang menyerang pada saluran pernafasan yang disebabkan

oleh macam-macam etiologi sperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.

2. Klasifikasi

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,

dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli

telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti

secara klinisndan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al.,2011)

a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia lobaris, pneumonia

interstitiali, bronkopneumonia.

b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari

masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat

dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)

c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab pneumonia bakteri pneumonia

virus pneumonia mikoplasma, pneumonia jamur.

d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal,

pneumonia atipikal.

e. Berdasarkan lama penyakit yaitu pneumonia akut dan pneumonia

persisten.

STIKes Indramayu
12

3. Etiologi

Pneumonia disebabkan oleh bakteri, vurus, jamur, mycoplasma

pneumonia, aspirasi, pneumonia hipostatick, sindrom, loeffler. Secara klinis

biassa, berbagai etiologi ini sulit dibedakan. Untuk pengobatan tepat, pengetahuan

tentang penyebab pneumonia perlu sekali, sehingga pembagian etiologi lebih

rasional daripada pembagian anatomis (Susilaningrum R, DKK. 2013)

Menurut (Kaneshira & Zieve, 2016) virus merupakan penyebab paling

umum pneumonia pada bayi dan anak-anak. Pneumonia pada anak-anak terjadi

melalui:

a. Bakteri dan virus yang berada di hidung, sinus, atau mulut yang

menyebar ke paru-paru

b. Bakteri dan virus yang terhirup lengsung ke paru-paru

c. Makanan, cairan atau muntah yang masuk ke paru-paru

4. Patofisiologi

Saluran pernapasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.

Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis

dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal

berupa filtrasi bulu hidung, reflek batuk dan mukosilier apparatus. Mekanisme

pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai

leukosit, komplemen, sitkin, immunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas

yang diperantarai sel (Bradley et.al.,2011).

Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau

bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas

STIKes Indramayu
13

bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komnsal dari saluran nafas

bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya infeksi saluran nafas bagian bawah dan mempengaruhi

mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75% anak

dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus. Secara patologis,

terdapat 4 stadium pneumonia yaitu (Bradley et.al., 2011).

a. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)

Yaitu hyperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan

peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler ditempat infeksi. Hyperemia

ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah

mengaktifkan sel imun dan cedera jaringan.

b. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah

merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari

reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya

penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah

dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau

sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung

sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

c. Stadium III (3-8 hari berikutnya)

Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat itu endapan fibrin

STIKes Indramayu
14

terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagosistosis sisa-sisa sel.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresobsi, bolus masih tetap padat

karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menadi pucat kelabu dan kapiler

darah tidak lagi mengalami kongesti.

d. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)

Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh

makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

5. Manifestasi Klinis

Menurut WHO (2010) gambaran klinis pneumonia meliputi:

a. Pneumonia ringan

Ditandai dengan adanya batukatau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas

cepat saja. Indicator nafas cepat pada anak umur 2 bulan sampai 11 bulan adalah

> 50 kali/menit dan pada umur 1-5 tahun >40 kali/menit .

b. Pneumonia berat

Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal

berikut:

1) Kepala terangguk-angguk

2) Pernafasan cuping hidung

3) Tarikan dinding dada bagin bawah ke dalam

4) Foto dada yang menunjukan gambaran pneumonia (infiltrate luas,

konsolidasi, dan lain-lain)

STIKes Indramayu
15

Selain dari data yang diatas bias didapat pula gejala klinis menurut WHO

(2011) yaitu:

1) Nafas cepat

2) Suara merintih/grunting pada bayi

3) Pada auskultasi terdengar crackles (ronki), suara pernapasan menurun,

suara pernapasan bronkial. Dalam keadaan sangat berat dapat dijumpai bayi tidak

dapat menyusui atau minum/makan atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis

atau tidak sadar, sianosis, diare dan distress pernapasan berat.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Gambaran radiologis

Gambaran radiologis mempunya bentuk difusi bilateral dengan

peningkatan corakan bronkovaskular dan infiltrat kecil dan halus dan tersebar di

pinngir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihatpada lobus bawah

(bennete, 2011)

b. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.

Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumonia viral dan bacterial.

Inveksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melibihi 20.000/mm) dengan

netrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri

dan peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokarbia,

pada stadium lanjut terdapat terjadi sidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme

dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasive sehingga teidak rutin

dilakukan (bennete, 2013)

STIKes Indramayu
16

7. Komplikasi

Komplikasi pneumonia dapat terjadi secara lokal dan sekunder akibar

penyebaran infeksi paru ke struktur beresebelahan (misalnya efusi pleura dan

epiema, pericarditis, dan perburukan infeksi paru yang menyebabkan

pembentukan abses paru). Komplikasi juga dapat bersifat sistemik. Hal ini

mungkin timbul sekunder akibar bacteremia, yang dapat menyebabkan meningitis,

osteomyelitis, atau artritis septik. Pneumonia bakteri adalah penyebab oaling

umum efusi pleura atau epiema. Efusi pleura dapat menjadi bagian dari spectrum

klinis pneumonia sebagai efusi synpneumoic, atau mungkin meripakan komplikasi

yang menyebabkan akumulsai nanah di rongga pleura yang menghasilkan epiema.

Pasien sering memiliki tanda dan gejala pneumonia disertai dengan goresan pleura

yang khas (terutama pada koleksi pleura kecil), memburuknya demam, gangguan

pernafasan, penurunan masuknya udara pada sisi yang sakit, dullness saat perkusi,

dan pergesaran mediastinum ke sisi yang berlawanan ketika adanya akumulasi

cairan yang cepat dan signifikan. Komplikasi ini sering terjadi pada pasien

pneumonia staphylococcal atau streptococcal dan pada mereka yang

menggunakan antibiotic secara tidak tepat atau tidak lengkap (Nield dan

Kamat,2012)

8. Penatalaksanaan

Prioritas awal pada anak-anak dengan pneumonia meliputi identifikasi dan

pengobatan distress pernafasan, hipoksemia, dan hiperkarbia. Mendengkur,

mengembang, takipneu parah, dan retraksi harus segera mendapat dukungan

pernafasan. Anak-anak yang mengalami gangguan pernafasan parah harus

STIKes Indramayu
17

menjalani intubasi trakea jika tidak dapat mempertahankan oksigenasi atau

memiliki tingkat kesadaran yang menurun. Peningkatan kebutuhan dukungan

pernafasan seperti peningkatan konsentrasi oksigen inhalasi, ventilasi tekanan

positif, atau CPAP (Continous Positive Airwar Pressure) biasanya diperlukan

sebelum pemulihan dumulai (Bannet dan Steele, 2017)

Penanganan pneumonia pada anak dengan komlplikasi meliputi

ultrasonogram atau CT scan untuk diagnosis, antibiotic berdasarkan pola

sensitivitas, dan trakotomi dengan drainase tabung. Sebagian besar pasien

menanggapi intervensi ini dan jarang memerlukan intervensi 19 tambahan seperti

injeksi agen fibrinolik ke dalam ruang pleura (Nield dan Kamat, 2012)

B. Konsep Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulasi atau

rangsangan dari luar. Oleh karena itu perilaku terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon

(Skinner, dalam Purwoastuti, 2015)

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berbicara, mengangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan

atau aktivitas, baik yang diamati maupun yang tidak diamati oleh pihak luar

(Notoatmojo, 2012)

STIKes Indramayu
18

2. Unsur-unsur pembentukan perilaku

Menurut seorang ahli psikologi Skinner (1938) mengemukakan bahwa

perilaku adalah merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Menurut Benyamin Bloon (1908) dalam Notoatmodjo

(2007:139) membagi perilaku manusia kedalam 3 domain (ranah) yakni ranah

kognitif (cognitive), ranah afektif (affective), ranah psikomotor (psychomotor).

Ketiga ranah tersebut diukur melalui : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),

dan praktik (practicial) (Notoatmodjo, 2007).

3. Perilaku pencegahan penyakit

Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi

yang bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan

berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku yang

didasari oleh khodrat untuk mem[ertahankan kehidupan salah satu karakteristik

reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat deferensialnya. Lewin (1951)

merumuskan suatu medel hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku

adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu

meliputi beberapa variable seperti motiv, niali, sifat kepribadian dan sikap saling

berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.

Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan

kadang-kadang kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu. Hal

inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks (Azwar, 2007)

STIKes Indramayu
19

4. Domain Perilaku

a. Penegetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan beberapa definisi di atas tentang pengetahuan, maka dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang

melalui proses sensori yaitu dengan alat pengindraan mata dan pengindraan

terhadap suatu objek yang dapat mengarah pada pembentukan perilaku

(Notoatmodjo, 2010).

1) Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan yang

merupakan domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu (Know),

memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis

(synthesis), evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2010).

b. Sikap (Attitude)

Menurut Notoatmodjo (2010), Sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus. Berdasarkan berbagai batasan

tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

STIKes Indramayu
20

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Berikut berbagai tingkatan sikap di

antaranya adalah :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikaan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap penyakit diare

dapat dilihat dari bagaimana kebersihan makanan yang dikonsumsi dan perhatian

orang itu terhadap kebersihan lingkungan dan kebersihan tangan untuk dapat

mencegah penyakit diare tersebut.

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu mengajak

ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbang

anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa

si ibu tersebut telah mempunyai sikap yang positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat

STIKes Indramayu
21

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan

bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

c. Praktik (practice)

Menurut Notoatmodjo (2007), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap

imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, da nada fasilitas imunisasi

yang mudah untuk di capai agar ibu tersebut mengimunisasi anaknya. Disamping

faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain,

misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua dan lain-lain. Praktik ini

mempunyai beberapa tingkatan.

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu

dapat memilih makanan yang bergizi tingkat tinggi bagi anak balitanya.

2) Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang sesuai dengan contoh

adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat

memasak sayur dengan benar, mulai dengancara mencuci dan memotong-

motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.

STIKes Indramayu
22

3) Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya

pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakanyang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan

yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

C. Peran Ibu Dalam Pencegahan Pneumonia Pada Balita

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi

sosial yang diberikan atau posisi individu didalam masyarakat. Dalam setiap

posisi terdapat sejumlah peran yang masing-masing terdiri dari kesatuan perilaku

yang kurang lebih bersifat homogen dan didefinisikan menurut kultur

sebagaimana yang diharapkan dalam posisi atau status (friedman, 2010).

Peran ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita termasuk dalam peran

ibu dalam perawatan anak. Peran aktif ibu dalam pencegahan pneumonia sangat

STIKes Indramayu
23

diperlukan karena yang biasa terkena dampak pneumonia adalah usia balita dan

anak-anak yang kekebalan tubuhnya masih rentan terhadap infeksi. Sehingga

diperlukan peran ibu dalam menangani hal ini. Ibu harus mengerti tentang dampak

negatif dari penyakit pneumonia seperti pneumonia dapat mengakibatkan

kematian, jika tidak segara ditangani (Depkes RI 2013).

Pencegahan kejadian pneumonia ini tidak terlepas dari peran ibu yang

harus mengetahui cara-cara pencegahan pneumonia. Adapun pencegahan

pneumonia pada balita diuraikan sebagai berikut:

1. Mengetahui penyakit pneumonia pada anak

Mengetahui masalah kesehatan anak merupakan suatu yang sangat penting

diketahui oleh ibu karena dengan mengenal tanda atau gejala dari suatu gangguan

kesehatan bisa memudahkan dalam melakukan pencegahan terhadap terjadinya

pnyakit (Notoatmodjo, 2007).

2. Menjaga gizi seimbang balita

Menurut Depkes RI (2013) suatu pola makan yang seimbang dan teratur

akan menyajikan suatu makanan yang berasal dari setiap kelompok makanan

dengan jumlahnya sehingga zat gizi yang dikonsumsi seimbang satu sama lain.

Adanya interaksi sinergis antara malnutrisi dan penyakit infeksi anak

dengan status gizi yang bruk memiliki daya tahan tubuh terhadap tekanan dan

stres menurun. Sistem imunitas dan antibody berkurang sehingga akan mudah

terkena penyakit infeksi untuk itu balita yang telah terkena infeksi memerlukan

zat gizi yang tinggi agar dapat memnuhi kebutuhan gizi untuk memulihkan

kkondisi tubuh (almatsier, 2010).

STIKes Indramayu
24

3. Menciptakan kebersihan lingkungan

Faktor lingkungan memegang pernanan yang cuku tinggi dalam

menetukan proses interaksi antara penjamu dan unsur penyebab dalam proses

terjadinya penyakit (Suryani, 2006). Kondisi lingkungan yang kurang sehat akan

mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Salah satu yang ditimbulkan oleh

lingkungan yang kurang bersih adalah pneumonia. Adapun faktor lingkungan

yang dimaksud adalah faktor fisik rumah seperti kepadatan hunian, dan ventilasi.

Namun keberadaan asap dalam ruangan ini tidak terlepas dari keadaa ventilasi

rumah (Depkes RI,2007)

4. Pencemaran udara

Pencemaan udara dalam rumah terjadi terutama karena aktivitas

penguninya, antara lain: penggunaan bahan bakar biomassa untuk memasak

maupun untuk memanaskan ruangan, asap dari sumber penerangan yang

menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya, asap rokok, penggunakaan

insektisida semprot maupun bakar (Suryani, 2006).

5. Ventilasi

Menurut (Notoatmodjo, 2011) ventilasi yaitu proses penyediaan udara atu

pengarahan udara kea tau dari ruangan baik secara alami atau secara mekanis.

Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Untuk menjaga aliran udara dalam rumah tersebut tetap sejuk.

b. Untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri pathogen,

karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus.

STIKes Indramayu
25

c. Untuk menjaga agar ruangan selalu tetap dalam kelembaban

(humidity) yang optimal.

Ada dua macam ventilasi, yaitu :

a. Ventilasi alamiah, dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi

secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angina, lubang-;ubang pada dinding,

dan sebagainya.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan menggunakan alat-alat khususnya

untuk mengalirkan udara ke dalam rumah, misalnya kipas angin, dan mesin

penghisap udara (Notoatmodjo, 2011)

Pencegahan pneumonia selain menghindarkan atau mengurangi faktor

resiko, dapat juga dengan pendekatan di komunitas dengan meningkatkan

pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam

diagnosis dan penatalaksanaan yang benar dan efektif. Upaya pencegahan

merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada anak terdiri dari

pencegahan melalui imunisasi dan non imunisasi.

Imunisasi terhadap pathogen yang bertanggungjawab terhadap pneumonia

merupakan streategi pencegahan spesifik (kartasasmita, 2010). Dari beberapa

studi vaksin (vaccine brobe) diperkirakan vaksin pneumokokus konjungasi dapat

mencegah penyakit dan kematian kasus pneumonia pneumokokus 20-25% dan

vaksin Hib mencegah penyakit dan kematian kasus pneumonia Hib 15-30%.

Sekarang ini di Negara berkembang di rekomendasikan vaksin Hib untuk

diintregasikan kedalam program imunisasi rutin dan vaksin pneumokokus

konungasi di rekomendasikan sebagai vaksin yang di anjurkan (Said, 2010).

STIKes Indramayu
26

Pencegahan non imunisasi sebagai upaya pencegahan non spesifik

merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak kegiatan yang dapat

dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai komponen masyarakat,

terutama pada ibu anak balita tentang besarnya masalah pneumonia dan pengaruh

terhadap kematian anak, perilaku preventif sederhana misalnya kebiasaan mencuci

tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi dan pola makan yang sehat; penurunan

faktor resiko lain seperti mencegah berat badan lahir rendah, menerapkan ASI

ekslusif, mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah

tangga dan perokok pasif di lingkungan rumah (Said, 2010)

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang terjadi secara

primer atau sekunder setelah infeksi virus. Anak yang sehat memiliki sistem

pertahanan tubuh yang melindungi paru dari kuman sedangkan anak dengan

sistem pertahanan tubuh lemah seperti anak gizi buruk, terutama tidak

mendapatkan ASI eksklusif dan kekurangan vitamin A memiliki risiko pneumonia

tinggi. Risiko tinggi juga terjadi pada bayi berat lahir rendah atau prematur.

Untuk mengurangi terjadinya penyakit pneumonia maka pencegahan perlu

dilakukan. Pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau

menggurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu

dengan pendekatan pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan

petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan pedoman diagnosis dan pengobatan

pneumonia, penggunaan antibiotik yang benar dan efektif, dan waktu untuk

merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan gizi

termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan

STIKes Indramayu
27

imunisasi, dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi

faktor risiko. Selain itu mencuci tangan juga dapat mengurangi kejadian

pneumonia (KEMENKES, 2010).

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Berperan dalam
Ibu Balita
pengasuhan anak

Dapat dicegah Rentan mengalami


dengan perilaku gangguan sistem
pencegahan penyakit pernafasan
(Pneumonia)

Perilaku Ibu dalam


pencegahan
pneumonia :
1. Mengetahui
penyakit
pneumonia Perilaku Ibu
pada balita dalam
2. Memberikan Pencegahan
ASI eksklusif Pneumonia
3. Menjaga gizi pada Balita:
seimbang 1.Baik
balita 2.Kurang Baik
4. Menciptakan
kebersihan
lingkungan
5. Ventilasi
6. Pencemaran
udara

STIKes Indramayu
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep atau terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Adapun

kerangka konsep dalam literature review ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Input Proses Output

B.
C.
Ibu yang mempunyai Perilaku Ibu dalam 1. Baik
anak Balita pencegahan 2. Kurang Baik
pneumonia pada
balita

Gambar 3.1
Kerangka konsep penelitian

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati

(diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya

memungkinkan seseorang untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi

28
29

oleh orang lain (Nursalam, 2013). Dalam literature review ini memiliki satu

variable, yaitu perilaku ibu dalam pencegahan pneumonian pada balita sebagai

variable sebab atau independen.

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional


Perilaku Ibu dalam pencegahan Tindakan atau upaya yang dilakukan oleh
Pneumonia pada Balita ibu, untuk mencegah terjadinya
pneumonia pada balita yaitu dengan cara
mengetahui penyakit pneumonia pada
anak, memberikan ASI eksklusif,
mengikuti anjuran imunisasi dari pihak
pelayanan kesehatan, mengatur pola
makan pada anak, menjaga kebersihan
lingkungan, serta menghindari polusi
udara.

STIKes Indramayu
BAB IV

METODE LITERATURE REVIEW

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan adalah Literature review. Literature review adalah

metode yang sistematis, eksplisit, dan dapat diproduksi ulang untuk

mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mensintesis karya tulis yang telah selesai

dilakukan peneliti (Jesson.J.K, Matheson.L, dan Lacey.F.M, 2011). Jenis metode

literature review pada penelitian ini adalah systematic literature review.

Systematic literature review adalah kajian ilmiah yang mengidentifikasi, memilih,

menilai, dan merangkum temuan dari sebuah penelitian dengan berfokus pada

pertanyaan spesifik dan menggunakan metode ilmiah yang jelas (Handayani,

2017).

B. Sumber

Literature review ini disusun melalui penelusuran artikel penelitian yang

sudah terpublikasi. Penelusuran dilakukan dengan menggunakan Google schoolar

dan Portal Garuda, dengan memasukan keywoard ibu, peneumonia, balita,

kemudian dilakukan pencarian dengan mengklik “artikel terkait”. Apabila sudah

ditemukan artikel terkait kemudian penulis membaca dengan cermat apakah

artikel tersebut memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk dijadikan literature

review atau tidak. Apabila artikel yang sudah dibaca memenuhi kriteria maka

30
31

artikel tersebut diunduh dan disimpan pada folder untuk di pilih kembali menjadi

6 jurnal terbaik.
Pencarian Literatur
Databased: Google scholar, Portal garuda, DOAJ, Hindawi Publishing, Sinta dan Penelusuran daftar
referensi.
Batasan Pencarian: Batasan tahun 2010-2020, berbahasa Indonesia atau Inggris, responden minimal
30 orang.
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Identification

Hasil Pencarian: n = 58
*Google Scholar (n = 19), Yahoo Search (n = 9), Garuda (n = 3), Researcher Gate (n = 8), Microsoft
Kriteria
Academic inklusi
(n = 6), dan eksklusi
ScienceOpen penelitian
(n = 1), dapat(ndilihat
OALib Journal pada(ntabel
= 3), Sinta = 1),berikut : (n = 1),
Perpusnas
Repositori Universitas Muhammadiyah Purwokerto (n = 2), Repository STIKes Muhammadiyah
Tabel
Gombong (n = 2), Repositori Universitas Jember (n = 4.1
2), dan penelusuran daftar referensi (n = 1).

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian

Kriteria Jumlah artikel setelah artikel ganda dihilangkan (n = 23)


Inklusi
*Google Scholar (n = 19), Yahoo Search (n = 1), Repositori Universitas Muhammadiyah Purwokerto (n = 2), dan penelusuran
Screening

Jangka waktu Rentang waktudaftar terbitan


referensijurnal
(n = 1). maksimal 10 tahun (2010 s.d

2020)
Bahasa Bahasa Indonesia dan atau bahasa Inggris
Artikel disaring berdasarkan judul dan Artikel dikeluarkan (n = 5)
Populasi abstrak (n = 23) Ibu yang memiliki anak*Variabel
balita tidak relavan (n = 4), penelitian bertujuan hanya
menggambarkan (n = 1).
Jenis jurnal Original artikel penelitian (bukuan review penelitian)
Besar sampel Besar sampel penelitian minimal 30 sampel
Artikel lengkap dikeluarkan dengan alasan
Artikel teks lengkap dinilai untuk
Eligibil

Tipe Studi Desain penelitian menggunakan deskriptif (n =dan


10)cross
kelayakannya (n = 18)
ity

*Artikel tidak lengkap (n = 3),


Hasil penelitian tidak relavan (n = 1)
sectional Desain penelitian bukan observasional analitik, cross
Kriteria Eksklusi
sectional (n = 4)
Kesamaan penelitian (n=2)
Jenis JurnalArtikel yang dianalisis
Laporan penelitian dalam bentuk skripsi
Include

(n = 8)
d

D. Prosedur Pencarian dan Seleksi Artikel

STIKes Indramayu
32

Prosedur pencarian dan seleksi artikel pada penelitian ini menggunakan

Preferred Reporting Items for Systematic Reviews & Meta-analyses (PRISMA).

PRISMA adalah serangkaian item minimum berbasis bukti untuk pelaporan dalam

tinjauan sistematis dan meta-analisis yang berfokus pada cara-cara dimana penulis

dapat memastikan pelaporan yang transparan dan lengkap dari jenis penelitian

ini. PRISMA terdiri dari 4 tahap diagram alur yang menjelaskan dari proses

identification, screening, eligibility, dan included.

Tahap pertama adalah identification yaitu dengan melakukan pencarian

artikel yang bersumber dari databased Google schoolar dan Portal Garuda.

Batasan yang ditetapkan pada proses pencarian yaitu rentang tahun publikasi

artikel penelitian 2010-2020. Penulis memasukan keywoard setiap variabel yang

dipilih, kemudian dilakukan pencarian dengan mengklik “artikel terkait.

Ditemukan artikel terkait dari Google schoolar sebanyak 30 artikel terkait, Portal

Garuda sebanyak 5 artikel terkait.

Tahap kedua adalah screening artikel yang terdiri dari menghapus artikel

yang ganda dan screening berdasarkan judul dan abstrak. Pada tahap ini

mengahapus sebanayak 15 artikel yang ganda dari 35 artikel, sehingga tersisa 20

artikel. Setelah itu 20 artikel dilakukan screening berdasarkan judul dan abstrak,

sebanyak 5 artikel dikeluarkan karena artikel tidak lengkap, sehingga pada tahap

screening tersisa 15 artikel.

Selanjutnya, tahap ketiga adalah eligibility yaitu menilai kelayakan artikel.

Dari 15 artikel, sebanyak 9 dikeluarkan karena sebanyak 5 artikel tidak lengkap,

STIKes Indramayu
33

dan 4 artikel hasil penelitian tidak sesuai. Sehingga pada tahap included

didapatkan 6 artikel yang dilakukan review. Ringkasan penjelasan diatas dapat

dilihat pada skema berikut :


Identification

Pencarian artikel sesuai kata kunci


Pencarian dengan kata kunci “perilaku ibu pencegahan pneumonia balita”
Databased: Google scholar dan Portal garuda
Batasan Pencarian: Batasan tahun 2010-2020, berbahasa Indonesia, responden minimal 30
orang.
Hasil Pencarian artikel terkait: n = 35
*Google Scholar n = 30 *Portal Garuda (5)
Screening

Jumlah artikel setelah artikel ganda dihilangkan (n = 20)


*Google Scholar (n = 10) *Portal Garuda (n = 5)

Artikel disaring berdasarkan judul dan Artikel dikeluarkan (n = 5)


abstrak. (n = 20) *artikel tidak lengkap (n = 5)
Eligibility

Artikel lengkap dikeluarkan (n = 9)


Artikel teks lengkap dinilai untuk dengan alasan
kelayakannya ( n = 15 ) *artikel tidak lengkap (n = 5)
*hasil penelitian tidak sesuai (n = 4)
Included

Artikel yang dianalisis ( n = 6)

Gambar 4.1
Skema Pencarian Jurnal dan Seleksi Artikel

E. Waktu Pelaksanaan Literature Review

STIKes Indramayu
34

Pelaksanaan literature review akan dilaksanakan pada bulan April – Agustus

2020. Adapun rincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 4.2
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Literature Review

No Kegiatan Juni Juli Agustus


I II III IV I II III IV I II III IV
1. Membuat proposal literature
review
2. Mencari artikel sesuai dengan
variabel
3. Seminar proposal literature
review
4. Mengolah dan menganalisis 10
jurnal terpilih
5. Membuat laporan hasil literature
review
6. Seminar hasil literature review

STIKes Indramayu
BAB V

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelusuran di Google schoolar dan Portal Garuda,

dengan kata kunci perilaku ibu, pencegahan, pnemonia balita. Penulis menemukan

35 artikel terkait sesuai dengan kata kunci. Kemudian penulis membatasi artikel

terbit dari tahun 2010 s.d 2020 yaitu didapatkan 35 artikel. Dari 35 artikel Penulis

memilih jurnal untuk diunduh sesuai dengan variabel penelitian, ditemukan

sebanyak 35 artikel. Dari 35 artikel penulis melakukan screening artikel yang

ganda, tidak full text dan tidak sesuai memenuhi syarat jurnal untuk dianalisis

sehingga tersisa 20 artikel. 20 artikel tersebut disaring berdasarkan judul dan

abstrak untuk menilai variabel penelitian relevan dan membahas dua variabel atau

tidak. Dari hasil screening tersisa 15 artikel lengkap untuk diuji kelayakan,

peneliti membaca secara cermat seluruh artikel dan memilih jurnal terbaik untuk

dianalisis, sehingga dalam tahap ini peneliti menemukan 6 artikel penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan review. Artikel-artikel yang telah

terpilih tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut :

36
Tabel 5.1
Hasil Pencarian Artikel

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
1
1. Rita Rahim 2013 Hubungan Jurnal Mengetahui Croos Populasi Univariat: Dari data hasil
Pengetahu Kedoktera hubungan Sectional penelitian ini Perilaku Ibu dalam menunjukan
(Fakultas an dan n pengetahuan study adalah balita dan Pencegahan Perilaku Ibu
Kedokteran Sikap Ibu (Google dan sikap ibu anggota keluarga Pneumonia pada Dalam
dan Ilmu Balita Schollar) balita dengan di Wilayah kerja Balita : Pencegahan
Kesehatan dengan perilaku Puskesmas Putri a. Baik : 63,7% Pneumonia
Universitas Perilaku https://med pencegahan Ayu. b. Kurang baik : pada Balita
Jambi) Pencegaha ia.neliti.co penyakit 36,3% cukup baik
n Penyakit m/media/p pneumonia di 102 sampel Bivariat :
Pneumonia ublications wilayah kerja penelitian dengan Hunbungan
di Wilayah /70550-ID- puskesmas putri tekhnik random pengetahuan ibu
Kerja hubungan- ayu. sampling. balita dengan
Puskesmas pengetahua perilaku pencegahan
Putri Ayu n-dan- penyakit pneumonia
sikap-ibu- a. Pengetahuan
balit.pdf buruk
1) Perilaku
buruk : 57,7%
2) Perilaku baik :
42,3%
b. Pengetahuan baik
1) Perilaku
buruk : 28,9%
2) Perilaku baik :
63,7%

37
38

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
Hubungan sikap ibu
balita dalam perilaku
pencegahan penyakit
pneumonia
a. Sikap buruk
1) Perilaku
buruk : 60.0%
2) Perilaku baik :
21,0%
b. Sikap baik
1) Perilaku
buruk : 40,0%
2) Perilaku baik :
79,0%
1
2. Jumiati, dan 2017 Hubungan Jurnal Untuk Croos Populasi Univariat : Dari data hasil
Umalihayati antara Medikes mengetahui Sectional penelitian ini Perilaku Ibu dalam menunjukan
Sumber (Google sumber study adalah Ibu Balita Pencegahan Perilaku Ibu
(Akademi Informasi, Schoolar) informasi, di Wilayah Pneumonia pada Dalam
Kebidinan Pengetahu pengetahuan, Puskesmas Balita : Pencegahan
Aisiyah an, dan https://jurn dan perilaku Ibu Kramatwatu a. Baik : 58,9% Pneumonia
Banten) Perilaku al.poltekke dengan kejadian Kabupaten Serang b. Kurang baik : pada Balita
Ibu dengan sbanten.ac. pneumonia pada 41,1%, cukup baik
Kejadian id/Medikes Balita di
Pneumonia /article/vie Wilayah 95 sampel Bivariat :
pada Balita w/80 Puskesmas penelitian dengan Hubungan sumber
di Wilayah Kramatwatu tekhnik informasi dengan
Puskesmas Kabupaten accidental kejadian pneumonia
Kramatwat Serang sampling. pada balita
u
Kabupaten

STIKes Indramayu
39

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
Serang a. Tidak pernah
mendapatkan
informasi
terhadap
kejadian
pneumonia
1) Terjadi
pneumonia :
83,9%
2) Tidak
terjadi
pneumonia :
16,1%
b. Pernah
mendapatkan
informasi
terhadap
kejadian
pneumonia
1) Terjadi
pneumonia :
31,2%
2) Tidak
terjadi
pnuemonia
: 68,8 %

Hubungan
pengetahuan ibu

STIKes Indramayu
40

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
dengan kejadian
pneumonia pada
balita
a. Pengetahuan
rendah terhadap
kejadian
pneumonia
1) Terjadi
pneumonia :
73,9%
2) Tidak
terjadi
pnuemonia :
26,1%
b. Pengetahuan
tinggi terhadap
kejadian
pneumonia
1) Terjadi
pneumonia :
40,3%
2) Tidak
terjadi
pneumonia :
59,7%

Hubungan perilaku
ibu dengan kejadian
pneumonia pada

STIKes Indramayu
41

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
balita
a. Perilaku tidak
sehat ibu
terhadap
kejadian
pneumonia
1) Terjadi :
82,1%
2) Tidak :
17,9%

b. Perilaku sehat
ibu terhadap
kejadian
pneumonia
1) Terjadi :
25%
2) Tidak :
75%
1
3. Aditya Ape 2018 Hubungan Skripsi Untuk Cross Populasi Univariat: Perilaku
Chana Kondisi STIKes mengetahui sectional penelitian ini Perilaku Ibu dalam pencegahan
Lingkunga Bhakti hubungan study adalah Ibu Balita Pencegahan Ibu Balita
(Prodi n Rumah Husada kondisi di Wilayah Pneumonia pada berhubungan
Keperawatan dan Mulia lingkungan Puskesmas Balita : dengan
STIKes Perilaku (Google rumah dan Banjarejo. a. Baik : 45,6% Kejadian
Bhakti Pencegaha schoolar) perilaku b. Kurang baik : Pneumonia
Husada n Ibu pencegahan ibu 68 sampel 54,4%. kurang baik
Mulia) Balita http://repos balita dengan penelitian dengan

STIKes Indramayu
42

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
dengan itory.stikes kejadian tekhnik random Bivariat:
Kejadian - pneumonia di sampling. Hubngan perilaku
Pneumonia bhm.ac.id/ wilayah kerja pencegahan
di Wilayah 107/ puskesmas pneumonia dengan
Kerja banjarejo. kejadian pneumonia
Puskesmas a. Perilaku kurang
Banjarejo baik
1) Terjadi
pneumonia :
100%
2) Tidak
terjadi
pneumonia :
0%
b. Perilaku baik :
1) Terjadi
pneumonia
9,7%
2) Tidak
terjadi
pneumonia :
90,3%
1
4. Yophi 2018 Hubungan Jurnal Mengetahui Croos Populasi Univariat: Pengetahuan
Nugraha, Pengetahu Kesehatan ubungan sectional penelitian ini Perilaku Ibu dalam dan Sikap
dan an dan Budiluhur Pengetahuan study adalah Ibu Balita Pencegahan berhubungan
2
Ita Rosita Sikap Cimahi dan Sikap di Desa Jatisura Pneumonia pada dengan
(S1 dengan (Google dengan Perilaku UPTD Puskesmas Balita : perilaku Ibu
Keperawatan Perilaku Schoolar) Ibu dalam Jatiwangi a. Baik : 33,3% dalam
STIKes Ibu dalam Pencegahan Kabupaten b. Kurang baik : Pencegahan
YPIB Pencegaha http://jurna Pneumonia pada Majalengka 66,7% Pneumonia

STIKes Indramayu
43

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
Majalengka) n l.stikesbudi Balita di Desa pada Balita
. Pneumonia luhurcimah Jatisura UPTD 78 sampel kurang baik.
pada Balita i.ac.id/inde Puskesmas penelitian dengan Bivariat :
di Desa x.php/jkbl/ Jatiwangi tekhnik random Hubungan antara
Jatisura article/vie Kabupaten sampling. pengetahuan dengan
UPTD w/jkbl1120 Majalengka perilaku ibu dalam
Puskesmas 5 pencegahan
Jatiwangi pneumonia pada
Kabupaten balita
Majalengk a. Pengetahuan
a kurang
1) Perilaku
kurang
baik :
82,9%
2) Perilaku
baik :
17,1%
b. Pengetahuan
cukup
1) Perilaku
kurang
baik :
64,3%
2) Perilaku
baik :
35,7%
c. Pengetahuan
baik
1) Perilaku
kurang

STIKes Indramayu
44

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
baik :
33,3%
2) Perilaku
baik :
66,7%

Hubungan antara
siakp dengan perilaku
ibu dalam
pencegahan
pneumonia pada
balita
a. Sikap negatif
ibu balita
1) Perilaku
kurang baik
: 82,2%
2) Perilaku
baik :
17,8%
b. Sikap positif
ibu balita
1) Perilaku
kurang baik
: 45,5%
2) Perilaku
baik :
54,5%
1
5. Hadi 2014 Pengetahu Jurnal Mengetahui Cross Populasi Univariat: Ibu balita
Purwanto, an, Sikap Keperawat hubungan sectional penelitian ini Perilaku Ibu dalam sudah

STIKes Indramayu
45

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
2
Titik dan an Pengetahuan, study adalah Ibu Balita Pencegahan memiliki
Sumiatin, Tindakan (Portal Sikap dan di Desa Pneumonia pada tindakan
3
Binti Ibu dalam Garuda) Tindakan Ibu Semanding Balita : secara benar
Yunariyah Pencegaha dalam Tuban. a. Baik : 49,01% dalam
n Penyakit file:///C:/U Pencegahan b. Kurang baik : pencegahan
(Fakutas Pneumonia sers/USER Penyakit 153 sampel 50,97% pneumonia.
Keperawatan pada Balita /AppData/ Pneumonia pada peneltian dengan
Poltekkes di Desa Local/Tem Balita di Desa tekhnik
Kemenkes Semanding p/417-820- Semanding accidental
Surabaya) Tuban 1-SM.pdf Tuban sampling.

6. Heny Sapto 2019 Heny http://103. Untuk Croos Populasi Univariat: Kesimpulanny
Wahyunings Sapto 97.100.145 mengetahui sectional penelitian ini Perilaku Pencegahan a menunjukan
ih, Dewi Wahyunin /index.php/ hubungan study adalah Ibu yang Pneumonia Pada bahwa
Puspitaningr gsih, Dewi jur_bid/arti persepsi Ibu memiliki Balita. Balita sebagian besar
um, Novita Puspitanin cle/view/1 tentang Peran 84 sempel Negatif 47,6 % ibu
Nining grum, 076 serta tenaga penelitian dengan Positif 52,4% berperilaku
Anggraeni Novita Kesehatan tehnik simple positif dalam
Program Nining dengan Perilaku random sampling pencegahan
Studi Anggraeni pencegahan pneumonia
Diploma III Program pneumonia pada
Kebidanan Studi Ibu balita usia
Fakultas Diploma 0-5 tahun di
Ilmu III puskesmas
Keperawatan Kebidanan ngresep kota
dan Fakultas semarang
Kesehatan Ilmu
Universitas Keperawat
Muhammadi an dan

STIKes Indramayu
46

Populasi
No Peneliti Tahun Judul Sumber Tujuan Metode & Hasil Kesimpulan
Sampel
yah Kesehatan.
Semarang

STIKes Indramayu
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti membahas tentang karakteristik responden dan

gambaran perilaku Ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita. Selain itu, pada

bab ini penulis juga menjelaskan tentang keterbatasan dalam penelitian ini.

A. Perilaku Ibu dalam Pencegahan Pneumonia pada Balita

Hasil penelitian Jumiati dan Umalihayati (2017) megatakan sebanyak

58,9% perilaku Ibu dalam pencegahan pneumonia pada Balita dalam kategori

baik. Mayoritas Ibu sudah terpapar informasi yaitu sebanyak 67,4% pernah

mendapatkan informasi, sebanyak 75,8% memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi. Hal ini diperkuat oleh teori Notoatmodjo (2014) mengatakan bahwa

sumber informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin sering ibu

mendapatkan informasi tentang pencegahan pneumonia pada balita maka ibu akan

menerapkan perilaku pencegahan pneumonia sehingga kejadian pneumonia pada

balita dapat diminimalisir. Ibu yang tidak pernah mendapatkan informasi

mengenai pneumonia proporsinya lebih tinggi untuk terjadinya pneumonia pada

balita yaitu sebanyak 83,9% dibandingkan dengan Ibu yang mendapatkan

informasi yaitu proporsi kejadian pneumonia hanya 48,4%. Ibu yang tidak

mendapatkan informasi tentang pneumonia beresiko 11 kali lebih besar untuk

terjadinya pneumonia pada Balita dibandingkan dengan Ibu yang pernah

mendapatkan informasi.

Ibu dengan pengetahuan rendah tentang pneumonia proporsi lebih tinggi

untuk terjadi pneumonia pada balita yaitu sebanyak 73,9% dibandingkan dengan

47
48

Ibu yang berpengetahuan tinggi 48,4%. Hal ini sangat jelas bahwa sumber

informasi dan pengetahuan Ibu yang baik dapat mencegah terjadinya kejadian

pneumonia pada anak karena dari sumber informasi dan pengetahuan akan

membentuk sikap dan perilaku Ibu dalam pencegahan pneomonia pada balita.

Hasil penelitian Rahim (2013) mengatakan sebanyak 63,7% perilaku Ibu

dalam pencegahan pneumonia pada Balita dalam kategori baik. Tingkat

pendidikan Ibu mayoritas SMA yaitu sebanyak 56,86%, 74,5% memiliki

pengetahuan yang baik, dan 60,8% memiliki sikap yang baik. Data tersebut berarti

Ibu memiliki tingkat pendidikan menengah yang dianggap mampu untuk

menerima informasi sebagai pengetahuan. Hasil penelitian Nugraha dan Rosita

(2018) mengatakan bahwa 66,7% perilaku Ibu dalam kategori kurang. Ada

beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku individu yaitu pengetahuan dan

sikap.

Pengetahuan responden dalam penelitian ini mayoritas kurang yaitu

sebanyak 44,9%, hal ini menunjukan bahwa kurang dari setengahnya Ibu balita

berpengetahuan kurang, sedangkan sikap responden dalam penelitian mayoritas

kurang baik yaitu sebanyak 57,7% hal ini menunjukan bahwa lebih dari

setengahnya ibu balita masih bersikap negatif. Ibu balita berpengetahuan kurang

dengan perilaku dalam upaya pencegahan pneumonia pada balita kurang baik

sebanyak 82,9%. Hal ini menunjukan bahwa proporsi ibu balita berpengetahuan

kurang dengan perilaku dalam pencegahan pneumonia pada balita kurang baik

lebih tinggi dibanding ibu balita berpengetahuan cukup atau baik dengan perilaku

dalam upaya pencegahan pneumonia pada balita kurang.

STIKes Indramayu
49

Hasil penelitian Purwanto, Sumiyatin, dan Yunariyah (2014) mengatakan

sebanyak 50,97% berperilaku kurang baik. Karakteristik responden yaitu rentang

usia ibu pada usia 21-40 tahun yang artinya ibu pada usia produktif. Pendidikan

ibu balita sebagian besar SMP ketas yaitu sebanyak 67,30%. Pengetahuan ibu

balita dalam pencegahan penyakit pneumonia sebanyak 37,25% baik sekali dan

sebanyak 53,59% bersikap mendukung. Hal ini menunjukan bahwa ibu balita

bersikap benar dalam pencegahan penyakit pneumonia, walaupun masih ada sikap

ibu yang kurang mendukung. Ibu memilki sikap mendukung dalam pencegahan

penyakit pneumonia. Ibu dengan pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap

yang positif dan berdampak pada perilaku pencegahan yang baik dan sehat pada

balita untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian penyakit pneumonia.

Tingkat pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari proses pendidikan dan

pengalaman hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2014) yang mengatakan

bahwa tingkat pengetahuan selain diperoleh dari bangku pendidikan juga dapat

diperoleh dari pengalaman langsung seperti informasi yang diterima dari dari

pelayanan kesehatan yang rutin dikunjungi dan pengalaman tidak langsung seperti

informasi yang didapatkan dari media massa. Ibu yang memilki tingkat

pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang baik sehingga dapat

menciptakan perilaku yang baik, terutama perilaku dalam pencegahan pneumonia

pada balita.

Hasil penelitian Chana (2018) mengatakan sebanyak 54,4% responden

berperilaku kurang baik dan sebanyak 45,6 berperilaku baik. Sebanyak 58,8%

Balita mengalami pneumonia. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

yaitu sebanyak 94,1% berpendidikan tinggi, perilaku Ibu dalam modifikasi

STIKes Indramayu
50

lingkungan adalah perilaku dalam pencegahan pneumonia, dalam penelitian ini

terdapat 4 komponen dalam perilaku perawatan rumah yang pertama yaitu

ventilasi. Ventilasi yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 51,5% sudah

memodifikasi ventilasi yang sehat. Hasil penelitian Tulus Aji (2008) menyatakan

bahwa luas ventilasi mempunyai hubungan dengan kejadian pneumonia pada

balita. Ventilasi rumah berkaitan dengan kelembaban rumah, yang mendukung

daya hidup virus maupun bakteri sedangkan sinar matahari dapat membunuh

bakteri atau virus, dengan pencahayaan yang memadai dapat mengurangi resiko

terjadinya pneumonia.

Hasil penelitian Chana (2018) menyatakan sebanyak 61,8% tidak memenuhi

syarat pencahayaan. Namun ada balita yang tidak mengalami pneumonia

meskipun pencahayaan rumahnya kurang memenuhi syarat, da nada juga balita

yang mengalami pneumonia meskipun pencahayaan rumahnya tidak memenuhi

syarat. Faktor berikutnya yaitu jenis lantai sebanyak 52,9% memenuhi syarat. Hal

ini susuai dengan teori Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa lantai rumah

yang tidak memenuhi syarat adalah lantai rumah yang masih tanah atau lantai

rumah yang tidak terbuat dari semen atau belum berubin.

Resiko terjadinya pneumonia akan lebih tinggi jika balita sering bermain di

lantai yang tidak memenuhi syarat. dan yang terakhir adalah dinding yaitu

sebanyak 70,6% tidak memenuhi syarat. Menurut Mudiatun dan Daryanto (2015)

mengatakan dinding rumah dapat memberikan kontribusi terciptanya kelembaban

dan temperature yang memungkinkan suatu bibit penyakit akan mati atau

berkembangbiak. Jenis dinding rumah yang dibuat secara tidak permanen dapat

mempengaruhi kelembaban di dalam ruamh sehingga dapat mempengaruhi

STIKes Indramayu
51

berkembangnya bakteri penyebab pneumonia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

perilaku Ibu dalam modifikasi lingkungan 50% baik dan 50% kurang baik.

Sehingga secara garis besar perilaku Ibu dalam pencegahan pneumonia pada

Balita > 50% dalam kategori kurang baik.

Dari hasil penelitian Wahyudin, Puspitaningrum, dan Anggraini.

Menunjukan bahwa perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita rata-

rata positif dengan presentase hasil yaitu 52,4% positif, dan 47,6% negatif. Hal ini

menunjukan bahwa perilaku yang baik yang dilakukan oleh seorang ibu dalam

pencegahan pneumonia akan mepengaruhi tingkat kejadian pneumonia pada

balita. Hal ini sesuai dengan teori (Notoatmojo, 2012) yang mengatakan Perilaku

adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang sangat luas antara lain: berbicara, mengangis, tertawa, bekerja, kuliah,

menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud perilaku baik manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas, baik

yang diamati maupun yang tidak diamati oleh pihak luar.

Menyikapi masalah perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita

peran tenaga kesehatan khususnya perawat komunitas dan pelayanan kesehatan

masyarakat dalam penelitian ini sangat dibutuhkan guna mengedukasi masyarakat

terutama ibu yang memiliki balita agar terpapar informasi tentang perilaku yang

baik dalam mencegah pneumonia pada balita. Hal ini diperkuat oleh teori

(Anderson & McFarlane, 2011) yang mengatakan model community as partner

didasarkan pada model yang dikembangkan oleh Neuman dengan menggunakan

pendekatan manusia secara utuh dalam melihat masalah pasien. Model ini

dikembangkan oleh Anderson dan McFarlane untuk menggambarkan definisi

STIKes Indramayu
52

keperawatan kesehatan masyarakat sebagai perpaduan antara kesehatan

masyarakat dan keperawatan. Sehingga dapat dipastikan jika peran tenaga

kesehatan masyarakat khususnya perawat komunitas dapat melakukan pendekatan

dengan ibu yang memiliki balita agar dapat mengetahui cara pencegahan

terjadinya pneumonia pada balita.

Dari 6 jurnal review yang sudah dibahas diatas dapat disimpulkan bahwa

sebanyak 33,3% responden memilki perilaku yang baik, sedangkan sebanyak

66,7% responden memili ki perilaku kurang baik. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa mayoritas responden berperilaku kurang baik. Dari 6 artikel yang sudah

dibahas diatas disimpulkan bahwa ada bebrapa hal yang dapat membuntuk

perilaku ibu untuk melakukan pencegahan pneumonia pada balita yaitu

pengetahuan dan sikap. Ibu yang memilki pengetahuan yang baik cenderung akan

lebih paham untuk melakukan upaya pencegahan penyakit, mereka akan

membentuk persepsi kerentanan dan manfaat, mereka akan dengan sendirinya

mencari sumber informasi dan sumber pelayanan karena mereka merasa dari

situlah mereka akan merasa terhindar dari suatu penyakit.

Pengetahuan individu juga dapat dipengaruhi oleh usia. Dalam teori

mengatakan kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku sangat dipengaruhi

oleh tahapan usia perkembangan (Potter & Perry, 2005). Individu pada usia muda

akan lebih modern untuk mencari informasi dan memiliki fungsi kognitif yang

masih baik. Hal ini diperkuat oleh Notoatmodjo (2010), bahwa semakin tua

seseorang maka semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan

semakin banyak hal yang akan dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.

STIKes Indramayu
53

Disimpulkan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi sangat

berpengaruh dalam perilaku pencegahan pneumonia pada balita.

Kedua adalah sikap, sikap seseorang dibentuk karena aplikasi dari

pengetahuan, pada penelitian ini > 50% responden memiliki sikap yang kurang

baik terhadap perilaku pencegahan pneumonia pada balita. Sikap merupakan suatu

penilaian seseorang terhadap rangsangan-rangsangan atau objek. Setelah

seseorang mengetahui rangsangan atau objek tersebut maka proses akan berlanjut

pada tahap menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan. Apabila

individu memiliki sikap yang baik terhadap suatu rangsangan atau objek

kesehatan maka ia akan memiliki sikap yang menunjukan atau memperlihatkan,

menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku

dimana individu tersebut berada. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang buruk

terhadap suatu rangsangan atau objek kesehatan. Maka ia akan memiliki sikap

yang menunjukan atau memperlihatkan penolakan atau menjadi rentan untuk tidak

menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Oleh

karena itu pengetahuan dan sikap sangat berhubungan dengan perilaku individu.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan portal akses jurnal, sehingga peneliti mengalami

kesulitan dalam mengakses jurnal yang sudah terindex nasional maupun

internasional.

2. Masih sedikitnya jurnal yang meneliti tentang perilaku ibu dalam

pencegahan pneumonia pada balita, sehingga kebanyakan hasil penelitian yang

dibahas berasal dari artikel penelitian, skripsi, dan karya tulis ilmiah.

STIKes Indramayu
54

C. Implikasi Terhadap Keperawatan

Ketika suatu penelitian telah dilakukan di daerah tentu mempunyai

implikasi dalam bidang kesehatan dan khususnya keperawatan, sehubungan

dengan hal tersebut maka implikasi dari penelitian ini adalah :

1. Implikasi Terhadap Pelayanan Kesehatan

Implikasi hasil penelitian terhadap pelayanan kesehatan yaitu pemberi

pelayanan kesehatan dapat meningkatkan program edukasi pada ibu yang

memiliki balita tentang perilaku pencegahan pneumonia pada balita.

2. Implikasi Terhadap Pendidikan

Implikasi hasil penelitian terhadap pendidikan khususnya pendidikan

keperawatan yaitu menambah wawasan baru tentang Gambaran Perilaku Ibu

Dalam Pencegahan Pneumonia Pada Balita berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya. Sehingga dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran di institusi

pendidikan dan dasar pengembangan pengetahuan keperawatan lebih lanjut.

3. Implikasi Terhadap Peneliti Selanjutnya

Implikasi hasil penelitian yaitu penelitian selanjutnya dapat menggunakan

hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan atau sumber data untuk

melakukan penelitian tentang Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pencegahan

Pneumonia Pada Balita atau penelitian lain selanjutnya

STIKes Indramayu
54

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil literature review dan pembahsan, didapatkan bahwa

sebanyak 4 artikel atau 66,7% responden memiliki perilaku kurang baik terkait

perilaku ibu dalam pencegahan pneumonia pada balita.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat menerapkan perilaku pencegahan

pneumonia pada balita dan dapat memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dapat melakukan program promotif dan preventif

dengan penyuluhan terkait pencegahan pneumonia pada balita.

3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Institusi pendidikan dapat melaksanakan program pengabdian masyarakat

kepada ibu balita untuk mencegah penyakit pneumonia.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk memanfaatkan informasi yang

telah didapat sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya dan

melakukan penelitian langsung dengan responden.

STIKes Indramayu
55

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S., (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anderson, E. T., McFarlane, J. (2011) Community as partner: theory and practice
in nursing. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Hasil Utama
RISKESDAS 2018. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Bennete MJ. (2011). Pedriatic Pneumonia.
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. Diakses tanggal
10 september 2019
Bradley JS, Byington CL dan Shah SS, et al., (2011). Pedriatic infectious
diseases society and infectious disease society of America. Excutive
summary : The Management of community acquired pneumonia in infants
and children older than 3 mont of age : clinical practice guidelines by the
pediatric infectious disease society and the infectious diseases society of
America. Clin Infect Dis
Chana, (2018). Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Perilaku Pencegahan
Ibu Balita dengan Kejadian Pneumonia (diakses pada 11 agustus, 2020,
pukul 11.00 WIB) http://repository.stikes-bhm.ac.id/107/
Depkes RI, (2009) Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Efron.S.A, Ravid.R. (2019). Writing the Literature Review. London : The
Guilford Press Publication. Retrieved from http://books.google.com/books.
Friedmen, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : riset, Teori, dan
Praktek. Edisi ke-5. Jakarta : EGC
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). (2012). Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta
: Unit Kerja Kordinasi Ikatan Dokter Anak. 2
IVAC, (2018). Pneumonia & Diarrhea Progress Report 2018. USA: IVAC
Jesson.J.K, Matheson.L, Lacey.M.F. (2011). Doing Your Literature Review.
California : Thousand Oaks Publication. Retrieved from
http://books.google.com/books.
Jumiati, Umalihayati. (2017). Hubungan Antara Sumber Informasi, Pengetahuan
dan Perilaku Ibu dengan kejadian Pneumonia pada Balita (diakses pada 24
mei 2020, pikul 09.00 WIB)
https://jurnal.poltekkesbanten.ac.id/Medikes/article/view/80

Kartasasmita, C. (2010). Pneumonia Pembunuh Balita. Kemenkes RI :bulletin


Jendela Epidemologi Volume 3, September 2010. ISSN 2087-1546
Pneumonia Balita
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar,
RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

STIKes Indramayu
56

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Data Dan Informasi Profil


Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia ( Diakses dari Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil kesehatan 2017. Jakarta
: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Maharani, C.A, Musthofa, S.B, Husodo, B.T. (2019). Perilaku Ibu Dalam
Pencegahan Kekambuhan Pneumonia Pada Bayi dan Balita (diakses p12
juli, 2020, pukul 13.00) https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/24783
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka.
Cipta
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka. Cipta
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2012) metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugraha, Rosita. (2017) Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu
Dalam Pencegahan Pneumonia pada Balita (diakses pada 25 mei 2020,
pukul 23.00 WIB)
http://jurnal.stikesbudiluhurcimahi.ac.id/index.php/jkbl/article/view/jkbl11205

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, P. A.,& Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept Process
and Practice (4th ed). Philadephia: Mosby-year Bok-inc
Purwanto H, Sumiatin T, Yunariyah B. (2014). Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Ibu dalam Pencegahan Penyakit Pneumonia Pada Balita (diakses pada 9 juli,
2020, pukul 14.00 WIB) file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/417-820-1-
SM.pdf

Rahim. Fetriura, Suroso. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita
Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Pneumonia (diakses pada 16 april
2020, pukul 20.00 WIB) dari
http://jurnal.stikesbudiluhurcimahi.ac.id/index.php/jkbl/article/view/jkbl11205

Said, M. (2010). Pengendalian Pneumonia Anak-Balita dalam Rangka Pencapaian


MDG4. Kemenkes RI : Buletin Jendela Epidemologi Volume 3, September
2010. ISSN 2087-1546 Pneumonia Balita
Susilaningrum, Rekawati, DKK. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak.
jakarta : Salemba Medika
UNICEF. (2019). Pneumonia : The Forgotten Killer of Children. Geneva : United
Nations Children’s Fund.

STIKes Indramayu
57

UNICEF. (2019). A Child Dies of Pneumonia Every 39 Second. Pneumonia, P. I.


Retrived November 2019, from http://data.unicef.org/topic/child-
health/pneumonia/
World Health Organization. Pneumonia. WHO. 2017.
World Health Organization. Pneumonia. WHO. 2010.

STIKes Indramayu

Anda mungkin juga menyukai