Anda di halaman 1dari 10

1.

Tujuan CALK
Catatan Atas Laporan Keuangan atau biasa disebut dengan CALK merupakan informasi lebih
rinci mengenai detail laporan keuangan perusahaan. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) ini
berfungsi sebagai penjelas pada laporan keuangan yang detail dan angka-angkanya tidak bisa
diungkapkan dalam sebuah laporan keuangan.
Meskipun sifatnya sebagai pelengkap, namun Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) ini sangat
penting dalam penyajian laporan keuangan. Bahkan tidak bisa dipisahkan dari laporan keuangan itu
sendiri, terutama pada perusahaan terbuka dimana banyak pihak yang mencari informasi mengenai
laporan keuangan perusahaan tersebut.
Tidak semua informasi mengenai keuangan perusahaan tersedia di laporan keuangan wajib,
sehingga Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) ini sangat diperlukan. Catatan Atas Laporan
Keuangan (CALK) ini menyajikan data yang hanya bisa dinarasikan, tidak bisa dituangkan lewat angka
dan nominal seperti laporan keuangan pada umumnya.
Tujuan pembuatan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) 
Karena tidak semua pembaca laporan keuangan merupakan seorang akuntan yang mengerti akun,
nominal, dan angka, maka diperlukan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Adapun tujuan dari
pembuatan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) antara lain:
1. Menghindari kesalahpahaman dalam membaca dan menerjemahkan laporan keuangan
2. Menjawab pertanyaan-pertanyaan publik mengenai perkembangan posisi dan keadaan fiskal
entitas pelaporan (perusahaan)
3. Menyajikan data lebih rinci dan jelas dalam bentuk narasi sehingga memudahkan pembaca untuk
mengerti keuangan perusahaan

Isi/ungkapan dari Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) 


Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) mengungkapkan /menjelaskan hal-hal di bawah ini, yaitu:
 Umum / Penjelasan Perusahaan
Pada bagian ini, dijelaskan mengenai latar belakang dan sejarah berdirinya perusahaan, visi misi,
AD/ART, status atau perubahan badan hukum, penyertaan dan penawaran saham, serta jajaran direksi dan
komisaris perusahaan.
 Kebijakan Akuntansi dan Pos-Pos Laporan Keuangan
Kebijakan-kebijakan akuntansi umum seperti pengukuran laporan keuangan, asumsi dasar penyusunan
laporan keuangan, penggunaan multicurrency, serta kebijakan lainnya.
 Kebijakan Standar Akuntansi Keuangan
Berisi tentang kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang tertuang dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK). Peraturan ini mencatat mengenai apa saja yang harus ada dalam laporan akuntansi beserta
prosedurnya.
 Informasi Kebijakan Fiskal/Keuangan
Menyajikan informasi mengenai kebijakan ekonomi, ekonomi makro, pencapaian target APBD/APBN,
serta kendala atau hambatan dalam mencapai target.
 Ikhtisar Pencapaian Kinerja
Mengungkapkan tentang pencapaian kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan selama periode
tertentu.
 Pengguna Laporan Keuangan
Berisi mengenai siapa saja yang dapat menggunakan atau membaca laporan keuangan, seperti investor,
pemerintah, serta masyarakat.
 Informasi Lain
Menjelaskan mengenai informasi-informasi lain yang jika tidak diungkapkan akan menyesatkan publi,
contohnya pergantian manajemen, penggabungan dan pemekaran entitas, kesalahan pencatatan
sebalumnya, dan lain-lain.
Dalam hal ini isi/ungkapan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) harus ditulis dalam bentuk narasi,
bagan, grafik, daftar maupun schedule serta bentuk lain yang  ringkas, padat, dan jelas. Hal ini dilakukan
supaya Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) lebih mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), laporan
keuangan perusahaan menjadi lebih transparan serta mudah dipahami oleh orang awam sekalipun.
Tentunya dengan catatan bahwa seluruh isi/ungkapan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) ditulis
dengan rinci dan detail.

2.Koreksi Kesalahan
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan
maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang
dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara
lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran,
kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar dan
kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi laporan keuangan bebas dari
unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan. Untuk menjaga integritas
data dan agar informasi laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan keuangan harus bebas dari
kesalahan.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau beberapa
periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau pada periode setelah
Laporan Keuangan disahkan dan telah diterbitkan Undang-undang dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-
kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara lain keterlambatan penyampaian bukti transaksi
keuangan oleh Pengguna Anggaran, kesalahan perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan
dalam interprestasi fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan standar
dan kebijakan akuntansi.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode
sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih maupun saldo ekuitas.
Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus diungkapkan pada catatan atas laporan
keuangan.

3.Perubahan Kebijakan Akuntansi


Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan- aturan, dan
praktik-praktik spesifik yang dipakai oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan.Para pengguna Laporan Keuangan perlu membandingkan laporan keuangan dari suatu
entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui kecenderungan arah ( trend ) posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan
secara konsisten pada setiap periode. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran
akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akunt ansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi,
merupakan contoh perubahan kebijakan akuntansi.
Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan suatu kebijakan
akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi pemerintahan
yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi
mengenai posisi keuangan, kiner ja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam
penyajian laporan keuangan entitas. Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara substansi berbeda dari
peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan
b. adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang sebelumnya tidak ada atau
yang tidak material. Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan suatu perubahan
kebijakan akuntansi. Namun demikian, perubahan tersebut harus sesuai dengan standar akuntansi
terkait yang telah menerapkan persyaratan-persyaratan sehubungan dengan revaluasi.
Perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.

3.Perubahan Estimasi Akuntansi


Perubahan Estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi yang mendasari estimasi
tersebut, atau karena terdapat informsi baru, pertambahan pengalaman dalam mengestimasi, atau
perkembangan lain.
Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi disajikan pada Laporan Operasional pada
periode perubahan dan periode selanjutnya sesuai sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan estimasi
masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO tahun perubahan dan tahun-tahun selanjutnya selama masa
manfaat aset tetap tersebut.
Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang akan datang diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Apabila tidak memungkinkan, harus diungkapkan alasan tidak mengungkapkan
pengaruh perubahan itu

4.Operasi yang tidak dilanjutkan


Operasi yang tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu misi atau tupoksi tertentu yang berakibat
pelepasan atau penghentian suatu fungsi, program, atau kegiatan, sehingga aset, kewajiban, dan operasi
dapat dihentikan tanpa mengganggu fungsi, program, atau kegiatan yang lain (par 4). Informasi penting
dalam operasi yang tidak dilanjutkan misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang
dihentikan, tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban tahun berjalan sampai
tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau dampak pelayanan, pengeluaran aset atau
kewajiban terkait pada penghentian apabila ada, harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Agar Laporan Keuangan di sajikan secara komparatif, suatu segmen yang dihentikan itu harus
dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah nol untuk tahun berjalan. Dengan demikian,
operasi yang dihentikan tampak pada Laporan Keuangan.
Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu tahun berjalan, di akuntansikan dan dilaporkan
seperti biasa, seolah-olah operasi itu berjalan sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya
entitas membuat rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau sekaligus, resolusi
masal ah legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain.

Bukan merupakan penghentian operasi apabila :


a. Penghentian suatu program, kegi atan, proyek, segmen secara evolusioner/alamiah. Hal ini dapat
diakibatkan oleh demand (permintaan publik yang dilayani) yang terus merosot, pergantian
kebutuhan lain.
b. Fungsi tersebut tetap ada.
c. Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok dihapus, selebihnya berjalan seperti biasa.
Relokasi suatu program, proyek, kegiatan ke wilayah lain.
d. Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat biaya, menjual sarana operasi
tanpa mengganggu operasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai